Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN ULKUS DIABETES MELITUS DI RSUD dr. RASIDIN PADANG

DISUSUN OLEH :
TIARA
1914201041

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

( ) ( )

PROGRAM PENDIDIKAN S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKes ALIFAH PADANG
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
A. DEFENISI
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai dibawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E Richard, IKA  Nelson  Nelson ; 1680).
Anemia adalah berkurangnya berkurangnya hingga dibawah dibawah nilai normal jumlah SDM,
kualitas Hb, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price.
2006). Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah dan kadar
hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia tidak
merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang mendasari
(Smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan Suddarth ; 935).
B. ETIOLOGI
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
a. Anemia Pasca Pendarahan Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan,
operasi dan  persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.
b. Anemia Defisiensi Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia Hemolitik Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1) Factor Intrasel 5 Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle cell
anemia), sferositas, defisiensi enzim cell anemia), sferositas, defisiensi enzim eritrosi
eritrosit (G –  6PD, piruvatkinase, alutation reduktase).
2) Factor Ekstrasel Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas
golongan darah, reaksi hemolitik pada transfuse darah).
d. Anemia Aplastik Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang (kerusakan
sumsum tulang).
C. MANIFESTASI KLINIS
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis
yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingakat
aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum gejala
anemia adalah :
a. Hb menurun (< 10 a. Hb menurun (< 10 g/dL), thrombosis / trombositop g/dL), thrombosis /
trombositopenia, pansitopenia enia, pansitopenia  
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi, kulit  pucat.
d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, p d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek,
proses menghisap yang buruk (bayi). ses menghisap yang buruk (bayi).
e. Sakit kepala, pusing, kunang –  kunang, peka rangsang.
D. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini 6 dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyababkan destruksi
sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil samping p Hasil samping proses
ini adalah bilirubin roses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal kedalam urin
(hemoglobinuria). Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh pe
disebabkan oleh penghancuran nghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang
tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosit dalam diperoleh
dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah kulasi darah,
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti
yang terlihat dalam  biopsy, dan ada tidaknya hiperbilirubinemia. Anemia defisiensi zat besi
adalah anemia yang paling sering menyerang anak  –  anak. Bayi cukup bulan yang lahir dan ibu
nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup  persediaan  persediaan zat besi sampai berat badan
lahirnya lahirnya menjadi menjadi dua kali lipat umumnya umumnya saat  berusia 4 –  6 bulan.
Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan
zat besi beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling sering
terjadi pengenalan makanan padat pengenalan makanan padat yang terlalu dini yang terlalu dini
(sebelum usia 4 –  6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI
sebelum usia 1 tahun dab minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan  padat kaya
padat kaya besi. Bayi y besi. Bayi yang tidak ang tidak cukup bulan, bayi cukup bulan, bayi
dengan perdarahan per dengan perdarahan perinatal berlebihan inatal berlebihan atau bayi dari
ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat  besi yang adekuat.
Bayi ini berisiko lebih t  besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia
defisiensi besi sebelum menderita anemia defisiensi besi sebelum  berusia 6 bulan. Anemia
defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak darah yang kronik. Pada bayi hal
ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh  protein  protein dalam susu sapi
yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang sembarang umur kehilangan kehilangan darah
sebanyak 1  –   7 ml dari saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Pada remaja puteri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi. Anemia
aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa  berkurangnya
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai sebagai akibat terhentinya terhentinya
pembentukan pembentukan sel hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya
pada satu, dua atau k jadi hanya pada satu, dua atau ketiga system hemotopoetik (eritropoetik,
granulopoetik, dan trombopoetik). Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebut
eritroblastopenia (anemia hipoplastik) yang mengenai system trombopoetik disebut
agranulositosis (penyakit Schultz), dan yang mengenai system trombopoetik disebut
amegakariositik trombositopenik purpura (ATP). Bila mengenai ketiga system disebut
panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia aplastik. Kekurangan asam folat akan
mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA
dan RNA, yang paling penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.
E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostic :
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan MCH menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP), pansitopenia (aplastik). 2)
Jumlah retikulosit bervariasi : menurun
2) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), me (AP), meningkat (hemolisis). ningkat
(hemolisis).
3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengidentifikasikan tipe
khusus anemia).
4) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
6) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7)SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferens gan SDM (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) ial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).  
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal / tinggi (hemolitik). , normal /
tinggi (hemolitik).
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.
f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
g. TIBC serum : menurun (DB).
h. Masa perdarahan : memejang (aplastik).
i. LDH serum : mungkin meningkat (AP).  
j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukan feses, dan
isi gaster, menunjukan perdarahan perdarahan akut / kronis (DB)
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adan pH dan tak adanya
asam hidroklorotik ya asam hidroklorotik  bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdarahan GI.
G. PENATALAKSANAAN
a. Anemia Karena Perdarahan Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan k
darahan kronik diberikan transfuse packed ronik diberikan transfuse packed cell. Mengatasi
rejatan dan penyebab perdarahan. Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan
cairan infuse apa saja yang tersedia (Keperawatan Medikal Bedah 2).  
b. Anemia Defesiensi Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah besi
cukup mempun adap sejumlah besi cukup mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam
ferro sederhana (sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi yang murah dan memuaskan.
Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentuk yang efektif dan aman digunakan bila
diperhitungkan dosis tep diperhitungkan dosis tepat, sementara at, sementara itu keluarga harus
diberi edukasi tentang diet penerita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24 jam.
Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan yang kaya akan besi
bertambah dan kehilangan darah karena intolerasni protein susu sapi tercegah (Behrman E
Richard, IKA Nelson ; 1692). Anemia defesiensi asam folat, meliputi pengobatan terhadap
penyebabnya dan dapa dilakukan pula dengan pemberian / suplementasi asam folat oral 1
mg/hari (Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedo if, Kapita Selekta Kedokteran ; 553). kteran ; 553).
c. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik autoimun. Terapi inisial dengan menggunakan
prednisone 1 -2 mg/kg/BB/hari. Jika anemia mengancam hidup, transfuse harus diberikan
dengan hati  –  hati. Apabila prednisone tidak efektif dalam menanggulangi kelainan itu, atau
penyakit mengalami kekambuhan dalam periode tapperingoff dari prednisone maka dianjurkan
untuk dilakukan splektomi. Apabila keduanya tidak 11 menolong, maka dilakukan terapi dengan
menggunakan berbagai jenis obat imunosupresif. Immunoglobulin dosis tinggi intravena (500
mg/kg/BB/hari selama 1 –  4 hari ) mungkin mempunyai efektifitas tinggi daam mengontrol
hemolisis. Namun efek pengobatan ini hanya sebentar (1  –  3 minggu) dan sangat mahal
harganya. Dengan demikian pengobatan ini hanya digunakan dalam situasi gawat darurat dan
bila pengobatan ini hanya digunakan prednisone merupakan kontra indikasi (Manjoer Arif,
kapita Selekta Kedokteran ; 552). teran ; 552). Anemia hemolitik karena Anemia hemolitik
karena kekurangan enzim. Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling penting.
Transfuse tukar mungkin terindikasi untuk hiperbillirubenemia pada neonates. Transfuse eritrosit
terpapar diperlukan untuk anemia berat atau kritis aplastik. Jika anemia terus menerus be
aplastik. Jika anemia terus menerus berat atau jika diperlukan transfuse yang sering, splektomi
harus dikerjakan setelah umur 5 –  6 tahun ( Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1713).
Sferositosis herediter. Anemia dan hiperbilirubenemia yang cukup berat memerlukan fototerapi
atau transfuse tukar, karena sferosit pada SH dihancurkan hampir seluruhnya oleh limfa, maka
splektomi melenyapkan limfa, maka splektomi melenyapkan hampir seluruh hemolisis pada
kelainan ini. Setelah splenektomi sferosis mungkin lebih  banyak,  banyak, meningkatkan
meningkatkan fragilitas fragilitas osmotic, osmotic, tetapi anemia retikalositosis retikalositosis
dan hiperbilirubinemia membaik (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1700). Thalasemia. Hingga
sekarang tidak ada obat yang dapat men Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat
menyembuhkannya. Transfuse darah diberikan kannya. Transfuse darah diberikan  bila kadar Hb
telah rendah (kurang (kurang dari 6%) atau bila anak mengeluh mengeluh tidak mau makan atau
lemah. Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan ion chelating agent, yaitu
Desferal secara intramuscular atau intravena. Splenektomi dilakukan pada Splenektomi
dilakukan pada anak lebih anak lebih dari 2 tahun sebelum didapatkan tanda hiperplenome atau
hemosiderosis. Bila kedua tanda itu telah tampak, maka splenektomi tidak banyak gunanya lagi.
Sesudah splenektomi  biasanya frekuensi transfuse darah menjadi jarang. Diberikan pula 12
bermacam –  macam vitamin, tetapi preparat yang mengandung besi merupakan indikasi kontra
(Keperawatan Medikal Bedah 2).

H. PENGKAJIAN
a. Identitas klien dan keluarga  Nama, umur, TTL, nama ayah / ibu. Pekerjaan ayah / ibu, agama,
pendidikan, alamat.  
b. Keluhan utama Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan Prenatal : ibu Selma hamil pernah men Prenatal : ibu Selma
hamil pernah menderita penyaki derita penyakit berat, pemeriksaan kehamilan barapa t berat,
pemeriksaan kehamilan barapa kali, kebiasaan pemakaian obat –  obatan dalam jangka waktu
obatan dalam jangka waktu lama. Intranasal : usia lama. Intranasal : usia kehamilan cukup,
proses persalinan dan berapa panjang dan berat badan waktu lahir. Postnatal : keadaan bayi
setelah masa, neonatorium, ada trauma post partun akibat tindakan misalnya forcep, vakum dan
pemberian ASI.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Adaya menderita penyakit anemia sebelumnya riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi.
4) Adanya riwayat penyakit ISPA.
e. Keadaan kesehatan saat ini Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah,
diaphoresis, takikardi dan  penurunan kesadaran.
f. Riwayat keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga.
2) Riwayat penyakit –  prnyakit seperti : kanker, jantung,  prnyakit seperti : kanker,
jantung, hepatitis, DM, hepatitis, DM, asthma, penyakit asthma, penyakit –   penyakit
insfeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran : Composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran
apatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda –  tanda vital TD : tekanan darah menurun ( N : 90 –  110 / 60 –  70 mmHg)  N :
frekuensi nadi meningkat , kuat samapai lemah ( N : 60 –  100 x/i) S : bias meningkat atau
menurun ( 36, 5 –  37, 20C ) RR : meningkat ( anak N : 20 –  30 x/i ).
4) TB dan BB : menurut rumus dari Behermen, 1992 pertambahan BB anak adalah sebagai
berikut :
a) Lahir -3,25 kg  
b) 3 –  12 bulan = umur (bulan ) –  9 2
c) 1 –  6 tahun = umur (tahun ) x 2 –  8
d) 6 –  12 tahun = umur (tahun ) x 7 -5 2 Tinggi badan rata –  rata waktu lahir adalah
50 cm. secara garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan, sbb : 1 tahun : 1,5 x
TB lahir 4 tahun : 2 x TB lahir 6 tahun : 1,5 x TB setahun 13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir ( 2 x TB 2 tahun ).
5) Kulit Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat perdarahan dibawah
kulit.
6) Kepala Biasanya bentuk dalam batas normal
7) Mata Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, terdapat
perdarahan sub conjugtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex cahaya biasanya tidak ada
kelainan.
8) Hidung Keadaan / bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi
penciuman biasanya tidak ada kelainan.
9) Telinga Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
10) Mulut Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibi pecah –  pecah atau
perdarahan.
11) Leher Terdapat pembedaran kelenjar getah bening, thyroid lebih membesar, tidak ada
distensi vena  jugularis.
12) Thoraks Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur. Fremitus yang
meninggi,  perkusi sonor, suara nafas bias veskuler atau ronchi, wheezing,. Frekuensi nafas
neonates 40 –  60 x/I, anak 20 –  30 x/i irama jantung tidak teratur, frekuensi pada anak
60 –  100 x/i.
13) Abdomen Cekung, pembesaran hati, nyeri, b Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing
usus normal issing usus normal dan juga bias dibawah normal bia dan juga bias dibawah
normal bias juga meningkat.
14) Genetalia Laki –  laki, testis sudah turun kedalam skrotum Perempuan : labia minora
tertutup labia : labia minora tertutup labia mayora.
15) Ekstremitas Terjadi kelemahan umum, n Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas,
tonus ot yeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin. ot kurang, akral dingin.
16) Anus Keadaana anus, posisinya, anus +
17) Neurologis Refleksi fasiologis + sperti reflex patella, reflex patologis –  seperti
babinski tanda kerniq –  dan  brunzinski 1 –  11 = - 9. Pemerikasaan Pemerikasaan
Penunjang Penunjang Kadar Hb turun, pemeriksaan darah : eritrosit dan Kadar Hb turun,
pemeriksaan darah : eritrosit dan berdasarkan penyebab. erdasarkan penyebab. a. Riwayat
Social Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat tinggal, orang
yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan, pekarangan, pembuangan sampah.  b.
Kebutuhan Dasar Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet yang
harus dijalani,  pasang NGT,  pasang NGT, cairan IVFD cairan IVFD yang dugunakan
yang dugunakan jika ada. jika ada. Pola tidur Pola tidur bias terganggu. bias terganggu.
Mandi dan Mandi dan aktivitas : dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan fisik.
Eliminasi : biasanya terjadi fisik. Eliminasi : biasanya terjadi  perubahan frekuensi,
konsistensi bisa diare atau konstipasi. c. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan Bergantung
pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan bahasa. d. Data Psikologis Akibat
dampak hospitalisasi, anak menjadi cengeng, menangis, dan terlihat cemas dan taku
menangis, dan terlihat cemas dan takut. Orang tua terhadap penyakit anaknya sangat
bervariasi. Psikologis orang tua yang harus diperhatikan :
1) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
2) Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
3) Prosedur medic yang akan dilakukan
4) Adanya support system
5) Kemampuan koping orangtua
6) Agama, kepercayaan, adat.
7) Pola komunikasi dalam keluarga.
h.Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit  
b. Perubahan Perubahan perfusi perfusi jaringan jaringan berhubungan berhubungan dengan
penurunan penurunan komponen komponen seluler seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna / absorbsi nutrient yang diperlukan untuk pembuatan SDM normal.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman oksigen ke jaringan.
e. Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostic / transfuse.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat misal
penurunan hemoglobin, penurunan granulosit.
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. (2008). Nursing Interventions
Classification (NIC), Fifth Edition. Missouri: Mosby
Fadil,M.(2005). Konsep Dasar Anemia. Available at
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=28334. Diakses pada 8 Desember 2014.
Handayani, A & Haribowo, B. 2008. Tinjauan Pustaka Anemia. Available at
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6281. Diakses pada 8 Desember 2014.
Lubis, Dian. (2006). Anemia Defisiensi Besi. Available at
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21579/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 8
Desember 2014.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. (2008). Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. Missouri: Mosby
NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai