Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ENTREPRENEURSHIP

“BIOGRAFI DUA TOKOH ENTREPRENEUR DIBIDANG KEPERAWATAN”

1. LATIFA (1710105073)

KEPERAWATAN 5B
PROGRAM KEPERAWATAN SI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “BIOGRAFI TOKOH ENTREPRENEUR DALAM BIDANG
KESEHATAN” sebagai tugas kelompok, dosen DEFI YULITA, M. BIOMED yang
mengajar mata kuliah ENTERPRENEURSHIP. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
Padang, September 2019

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Entrepreneurship keperawatan lazimnya melibatkan empat pemangku
kepentingan utama, yaitu perawat, konsumer, organisasi profesi dan masyarakat.
Tiap pemangku kepentingan ini mempengaruhi evolusi entrepreneurship dalam
keperawatan  pada kisaran hak, tanggung jawab dan harapan. Konsumer menuntut
asuhan yang lebih individual dan efektif. Perawat menuntut peluang
mempraktikkan keterampilan dan menerapkan pengetahuan yang akan
meningkatkan kepakarannya dalam asuhan keperawatan dan memberikan kepuasan
kerja.
Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang aman dan lebih cost-effective,
serta organisasi profesi melobi untuk kepentingan praktisi di dalam lingkungan
yang akan memfasilitasi pemberian asuhan yang berkualitas, mengakui dan
menghargai perawat atas kontribusi penting bagi kesejahteraan masyarakat.
Perawat/ners professional dalam entrepreneurship memberikan bantuan bagi
mereka yang mengalami kelemahan karena ketidakmampuan untuk hidup secara
mandiri dan melakukan kegiatan hidup sehari hari. Bantuan diarahkan pada
pemberian pelayanan kesehatan utama dalam upaya menghasilkan suatu perubahan
dalam sistem pelayanan kesehatan untuk memampukan semua orang mencapai
kehidupan yang produktif.

B. TUJUAN
Dengan makalah ini dapat memotivasi perawat untuk membuka usaha sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Lumban Gaol dan Monica Lumban Gaol Bersaudaura, Dua Wanita Pendiri
Homecare24
Homecare24 adalah aplikasi layanan kesehatan memiliki masa depan yang cerah di
pasar startup dalam negeri.Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia, menyampaikan bahwa sektor kesehatan dan pendidikan memiliki peluang pasar
yang cukup potensial di Indonesia. Pemerintah mengalirkan APBN yang cukup besar
untuk kedua bidang tersebut sebesar kurang lebih Rp 500 triliun. Khususnya di bidang
kesehatan, sedikitnya lima persen APBN dibelanjakan untuk mengakomodasi kebutuhan
kesehatan. Sementara itu, berdasarkan survei APJII 2016 , pertumbuhan pengguna internet
Indonesia sudah mencapai 132,7 juta jiwa.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, pengembangan aplikasi layanan kesehatan
memiliki masa depan yang cerah di pasar startup dalam negeri. Sementara itu, belum
banyak pelaku startup yang berani untuk menggali dan menggarap sektor ini terutama
dengan memanfaatkan teknologi sebagai media untuk mendukung usahanya. Adalah kakak
beradik, Theresia Lumban Gaol (27 tahun), lulusan perawat dari Universitas Indonesia,
dan Monica Lumban Gaol (22thn), lulusan manajemen dari Universitas Gadjah Mada yang
melihat peluang tersebut dengan mendirikan Homecare24 pada awal tahun 2017.
"Homecare24 adalah aplikasi home care profesional 24 jam buatan asli Indonesia.
Dengan jeli kami melihat kebutuhan akan layanan home care di Indonesia yang
tinggi," kata Theresia dalam keterangan tertulis, Jumat (1/12/2017). Pada awalnya, pendiri
dari Homecare24 merasa kesulitan untuk mencari perawat untuk membantu pemulihan
anggota keluarga yang sedang sakit di rumah. Banyak agensi penyalur yang menyediakan
jasa home care , namun hampir semua tenaga kerjanya tidak memiliki latar belakang
keperawatan dan STR (Surat Tanda Registrasi) sebagai sertifikat profesional untuk
melakukan tindakan medis. Melihat banyaknya penyedia jasa home care yang tidak acuh
mengenai standarisasi home care . "Kami mulai melakukan pengkajian dan survei di
beberapa rumah sakit mengenai bisnis home care ," ujarnya.
Minimnya kesejahteraan perawat menjadi salah satu alasan mengapa masih sulitnya
SDM Perawat berkualitas di Indonesia. Hampir semua Perawat yang ditemui pendiri
Homecare24 memiliki keinginan untuk bekerja di luar negeri. Padahal, di Indonesia sendiri
SDM Perawat berkualitas masih sedikit. "Berangkat dari masalah tersebut, kami melihat
adanya kesempatan untuk mendirikan sebuah perusahaan yang dapat mengisi kekosongan
tersebut," kata Monica, dalam kesempatan yang sama. Homecare24 adalah sebuah
perusahaan yang dapat memberikan pelayanan home care berkualitas tinggi dengan
berbasis aplikasi, sebuah perusahaan yang dapat membantu meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan para perawat dan tenaga kesehatan lain. Homecare24 mencoba untuk
membuat perubahan dengan memperkenalkan layanan home care berbasis
aplikasi. "Karenanya, Homecare24 akan selalu berfokus ke teknologi dan inovasi untuk
membuat Homecare24 terus berkembang," jelasnya.
Dukungan platform digital dimaksimalkan untuk mencari tenaga ahli kesehatan yang
memiliki visi yang sama dengan Homecare24. Pola konsumsi masyarakat yang sudah
mulai berpindah dari layanan konvensional ke digital tentunya membantu Homecare24
tumbuh berkembang secepat ini. Dengan melakukan promosi di platform digital,
Homecare24 mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia dan tentunya biaya yang
dikeluarkan bisa lebih efektif. Sejak awal berdiri, Homecare24 telah menggunakan
berbagai platform digital untuk mendukung perkembangan bisnisnya mulai dari
pemanfaatan aplikasi, social media dan juga produk-produk Google seperti Google
Analytics, Google Firebase, Google Tag Manager untuk mengetahui kebiasaan dari
pengunjung di website dan aplikasi. Tak hanya itu, Homecare24 pun mulai menggunakan
Google Bisnisku dan Google Adwords semenjak April 2017 yang turut membantu mereka
meningkatkan 95 persen pelanggan. Semenjak menggunakan Google Bisnisku,
pengunjung di website kami pun meningkat 100% dari sebelumnya. “Melalui produk-
produk Google, Kami dapat mempelajari pola interaksi pelanggan Homecare24.
Hal tersebut turut membantu kami dalam mengembangkan inovasi dan teknologi
untuk meningkatkan layanan serta membantu para pelanggan kami,” jelas Theresia.
Pada Hari Kesehatan Nasional 12 November 2017, percakapan mengenai kesehatan
meningkat di Google Penelusuran. Homecare24 yang hingga kini masih berada di urutan
pertama Google Penelusuran pada kata kunci jasa perawat berharap dapat menjadi solusi
jasa kesehatan bagi masyarakat Indonesia. “Kami ingin menjadi home care No 1 serta
menjadi standar Home care profesional di Indonesia “ tutup Monica.

B. Bambang Suweda Pendiri Bank Sampah Gemah Ripa


Pak bambang suwerda ini adalah pendiri bank sampah yaitu Bank Sampah
Gemah Ripa dan kini sudah diterapkan di 20 desa di Bantul, Yogyakarta.
Ketika berbicara masalah bank, hal terpikirkan dalam benak orang banyak
adalah suatu tempat terjadinya transaksi uang, baik berupa aktivitas menabung,
mentransfer, atau mengambil uang.
Namun, tidak demikian halnya untuk bank yang ini. Bank ini adalah bank
sampah. Bank yang bernama Bank Sampah Gemah Ripa, Yogyakarta.
Bank ini lahir dari ide seorang dosen di Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan di Yogyakarta bernama Bambang Suwerda. Keaktifannya mengajar
sebagai dosen tak membuat Bambang terjebak rutinitas. Ketika ide itu muncul,
langsung dia berusaha mewujudkannya.
\ Dalam benak bambang, dengan membentuk bengkel kesehatan lingkungan, ia bisa
mengajak warga untuk lebih peduli pada kebersihan lingkungan. Dengan kepedulian itu,
kasus DBD otomatis akan turun jumlahnya.
“Saya mulai dari hal sederhana, yakni membuang sampah, seperti kaleng bekas,
pada tempatnya agar tidak menampung air. Masyarakat saya ajak untuk mngumpulkan
sampah dan memilahnya. Awalnya respons masyarakat tidak terlalu bagus karena mereka
menilai sampah”
Sebagai dosen kuliah kesehatan masyarakat, dia ingin menggagas hal baru untuk
menyelamatkan lingkungan disekitar rumahnya, oleh karena itu ia mengagas bank sampah
karena didaerah rumahnya sudah menjadi masalah besar tentang sampah. Akan tetapi,
respons warga tidak menggembirakan dan hal itu membuat dia harus berpikir keras.
Sampai suatu saat ia melihat tayangan televise yang menceritakan aktivitas sebuah
komunitas dalam membangun bank sampah. Pak bambang mencoba mengadopsi konsep
bank konvensional pada bank sampah yang digagasnya. “waktu itu saya kepikiran
bagaimana mengelola sampah seperti mengelola uang di bank. Gagasan itu saya lontarkan
kepada anggota kelompok dan mereka menerima,” katanya. Tapi seiring berjalannya
waktu, terjadi gempa tahun 2007, dan moment itu dimanfaatkan untuk mengagas bank
sampah, tetapi pada awal berdirinya bank sampah kurang efektif dan hampir 3 bulan tidak
ada warga yang ikut berpartisipasi.
Para peserta bank sampah disebut nasabah. Setiap nasabah datang dengan tiga
kantong sampah yang berbeda. Kantong pertama berisi sampah plastic, kantong kedua
adalah sampah kertas dan kantong yang ketiga berisi sampah kaleng dan botol.
Setelah ditimbang, nasabah akan mendapatkan bukti setor dari petugas yang
diibaratkan sebagai teller bank. Bukti setoran itu menjadi dasar perhitungan nilai rupiah
sampah yang kemudian dicatat dalam buku tabungan nasabah.
Setelah sampah terkumpul cukup banyak, petugas bank sampah akan menghubungi
pengumpul barang bekas. Pengumpul barang bekas yang memberikan nilai ekonomi setiap
kantong sampah milik nasabah. Catatan nasabah itu dicocokkan dengan bukti setoran,
kemudian baru dibukukan.
Harga sampah dari warga itu bervariasi, tergantung klarifikasinya. Kertas karton,
misalnya dihargai Rp 2000 per kilogram dan kertas arsip Rp 1.500 per kilogram.
Sedangkan plastic, botol sdan kaleng harganya disesuaikan dengan ukuran.
Setiap asabah memiliki karung ukuran besar yang ditempatkan di bank untuk
menyimpan sampah yang mereka tabung. Disetiap karung diberi nama dan nomor
rekening masing-masing nasabah. Karung-karung sampah itu tersimpan digudang bank
yang terletak tak jauh dari rumah Bambang.
Tak jauh berbeda dengan bank konvensional umumnya, bank sampah juga
menerapkan system bagi hasil dengan memotong 15% dari nilai sampah yang disetor
individu nasabah. Sedangkan sampah suatu kelompok dipotong 30% untuk biaya
operasional bank sampah.
Jika nasabah bank konvenional bisa mengambil dananya setiap saat, nasabah bank
sampah hanya bisa menarik dana setiap tiga bulan sekali. Tujuannya agar dana yang
terkumpul bisa banyak sehingga uang tersebut bisa dimanfaatkan sebagai modal atau
keperluan yang sifatnya roduktif.
“kalau dibebaskan (nasabah bisa mengambil kapan saja), mereka bisa jadi
konsumtif. Dana baru terkumpul Rp 20.000- Rp 30.000, mereka sudah tergiur
mengambilnya dengan aturan sekali dalam tiga bulan, mereka bisa menarik dananya Rp
100.000-Rp 200.000, tergantung banyaknya sampah yang ditabung, ” kata Bambang.
Kesuksesan Bank Sampah Gemah Ripa di Dusun Bandegan, Bantul, Yogyakarta,
itu menginspirasi daerah Lain. Kini, Bank Sampah telah diterapkan di 20 Desa di Bantul,
Yogyakarta, melibatkan sekitar 1.000 keluarga.
Dengan motto “menabung sampah, hidup lebih bersih dan hari esok lebih baik ”,
bank smapah menjadi solusi penanganan sampah yang selama ini menumpuk. Sebagian
daerah yang memiliki tempat pembuangan akhir, setiap hari Bantul menerima 350-400 ton
sampah.
Garis besarnya prinsip bank sampah sendiri yaitu :
1. Memasarkan gagasannya terlebih dahulu yaitu dengan : apa adanya, ada
perbedaan dari yang lain, positioning, dana da keunikan terlebih dahulu.
Kata bapak Bambang Suweda, untuk menjadi mahasiswa zaman sekarang harus
inovatif dan kretif karena zaman sekarang semakin keras dan mahasiswa sekarang
harusnya merubah mindset untuk tidak berorientasi menjadi seorang PNS,
berusahalah menjadi wirausaha muda, dengan banyak hal, untuk menjadi
wirausaha harus mengerti tentang marketing dan jangan menganggap pesaing kita
untuk menjadi pesaing tetapi menjadi kawan dalam berbisnis.
Nah, ini beberapa tips untuk menjadi wirausaha pada bank sampah:
1. Untuk menjadi wirausaha, harus berfikir gila, nah gila disini artinya berani
untuk berjuang dan jangan takut pada apapun.
2. Wirausaha sendiri artinya berani berdaya upaya, seorang wirausahawan harus
berani memiliki tekat yang kuat untuk menghasilkan sesuatu.
3. Untuk memulai menjadi seorang entrepreneurship:
a. Harus dimulai dari bidang yang diminati
b. Kerja keras dan cerdas merealisasikan mimpi.
4. Unggulkan competitor
5. Calon wirausaha yaitu:
a. Jangan tunggu orang lain
b. Jangan tunda waktu
c. Jangan terlalu besar
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari tokoh pertama dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan promosi di
platform digital, Homecare24 mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia dan tentunya
biaya yang dikeluarkan bisa lebih efektif. Sejak awal berdiri, Homecare24 telah
menggunakan berbagai platform digital untuk mendukung perkembangan bisnisnya
mulai dari pemanfaatan aplikasi, social media dan juga produk-produk Google seperti
Google Analytics, Google Firebase, Google Tag Manager untuk mengetahui kebiasaan
dari pengunjung di website dan aplikasi. Tak hanya itu, Homecare24 pun mulai
menggunakan Google Bisnisku dan Google Adwords semenjak April 2017 yang turut
membantu mereka meningkatkan 95 persen pelanggan. Semenjak menggunakan Google
Bisnisku, pengunjung di website kami pun meningkat 100% dari sebelumnya. “Melalui
produk-produk Google, Kami dapat mempelajari pola interaksi pelanggan Homecare24.
Sedangkan dari tokoh kedua dapat disimpulkan bahwa Sebagai dosen kuliah
kesehatan masyarakat, dia ingin menggagas hal baru untuk menyelamatkan lingkungan
disekitar rumahnya, oleh karena itu ia mengagas bank sampah karena didaerah
rumahnya sudah menjadi masalah besar tentang sampah. Akan tetapi, respons warga
tidak menggembirakan dan hal itu membuat dia harus berpikir keras. Sampai suatu saat
ia melihat tayangan televise yang menceritakan aktivitas sebuah komunitas dalam
membangun bank sampah. Pak bambang mencoba mengadopsi konsep bank
konvensional pada bank sampah yang digagasnya. “waktu itu saya kepikiran bagaimana
mengelola sampah seperti mengelola uang di bank. Gagasan itu saya lontarkan kepada
anggota kelompok dan mereka menerima,” katanya. Tapi seiring berjalannya waktu,
terjadi gempa tahun 2007, dan moment itu dimanfaatkan untuk mengagas bank sampah,
tetapi pada awal berdirinya bank sampah kurang efektif dan hampir 3 bulan tidak ada
warga yang ikut berpartisipasi.
Para peserta bank sampah disebut nasabah. Setiap nasabah datang dengan tiga
kantong sampah yang berbeda. Kantong pertama berisi sampah plastic, kantong kedua
adalah sampah kertas dan kantong yang ketiga berisi sampah kaleng dan botol.

Anda mungkin juga menyukai