Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

DI RUMAH SAKIT UNDATA

RUANG KEMUNING

Disusun oleh:

NOFRIANSA

202001110

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA

2023
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. Definisi Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
hematokrit dibawah normal, secara fisiologis, anemia terjadi apa bila terdapat kekurangan
jumlah haemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Smeltzer,Suzanne C, 2001).

Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen akibat


penurunan produksi sel darah merah, dan / atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah.
Anemia sering didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb dalam darah sampai di bawah
rentang normal 13,3 gr% (pria), 11,5 gr% (wanita dan 11 gr% (anak-anak) (Fraser, Diane
M, 2009).

Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen; hal tersebut
dapat terjadi akibat penurunan Sel Darah Merah (SDM), dan / atau penurunan
hemoglobin (Hb) dalam darah. (Fraser Diane dan Cooper A Margaret, 2009)

Anemia dalam bahasa Yunani : anaimia yang artinya Av-an (tidak ada) dan haima
(darah), tidak ada darah. Anemia atau kurang darah adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada
dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh
(Hadianah & Suprapto, 2014). Defesiensi besi paling sering memberikan gambaran darah
yang mikrositik hipokromik, yang lain akibat talasemia, dan anemia sideroblastik (jarang)
terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh penderita.

B. Etiologi Anemia

Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai
berikut:

1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:

a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia difisiensi Fe, Thalasemia, dan
anemia infeksi kronik.

b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan anemi
pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan anemia aplastik
dan leukemia. d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.

2. Kehilangan darah

a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara mendadak.

b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) Hemolisis dapat terjadi karena:

a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan


eritrosit.

b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya,
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.

4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada Bahan baku yang dimaksud adalah
protein , asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan
oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang
digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh
kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang

C. Patofisiologi Anemia

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan


sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak
diketahui. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo
endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut,
bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah
merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam
plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya
gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang
disebut sindrom anemia (Handayani & Andi, 2008).
D. Pathway anemia

(Nurarif & Kusuma, 2015)


E. Manifestasi klinis Anemia

Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkanmanifestasi
klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia,usia, mekanisme
kompensasi, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya
anemia. Secara umum gejala anemia adalah;

a. HB menurun (<10g/dl ), trombositosis trombositopenia, pansitopenia

b. Penurunan BB, kelemahan

c. Takikardia, TD menurun, pengisisan kapiler lambat, exstermitas dingin, palpitasi, kulit


pucat

d. Mudah lelah: sering istirahat, nafas pendek, proses penghisap yang buruk (bayi)

e. Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, pekarangsang

Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia:

a. Anemia karna perdarahan

Perdarahan akut; akibat kehilangan darah yang cepat, terjadi reflex kardiovskuler yang
fisiologis berupa kontraksi arteriola, pengurangan aliran darah atau komponennya ke
organ tubuh yang kurang vital (anggota gerak, ginjal). Gejala yang timbul tergantung
dari cepat dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih dapat
mengadakan kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan
gejala pucat, transpirasi, takikardia, TD rendah ataunoemal. Kehilangan darah
sebanyak 15-20% akan mengakibatkan TD menurun dan dapat terjadi renjatan (shock)
yang masih reversible.

b. Anemia defisiensi

1) Anemia defisiensi besi(DB)

Pucat merupakan tanda yang paling asering, pagofagia (keinginanuntuk makan bahan
yang tidak biasa seperti es atau tanah), bila HB menurun sampai 5g / dliritabilitas
dananorexia. Takikardi dan bising sistolik. Pada kasus berat akan mengakibatkan
perubahan kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang halus, keilosis, terdapat
tanda-tanda mal nutrisi. Monoamine oksidase suatu enzim tergantung besi memainkan
peran penting dalam reaksi neurologist dan itelektual. Temuan laboratorium Hb 6-10
g/dl, trombositosis (600.000- 1.000.000).

2) Anemia defisiensi asamfolat

Gejala dan tanda pada anemia defesiensi asam folat sama dengan anemia defesiensi
vitamin B12, yaitu anemimegalobalitik dan perubahan megalobalistik pada mukosa,
hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin
dapat memastikan diagnosis adalah kadar folat serum rendah, biasanya kurang dari
3ng/ml. Yang dapat memastikan adalah kadar folat sel darah merah kurang dari 150
ng/ml (Mansjoer 2003 dalam Wijaya & Putri, 2013).

c. Anemia hemolitik

1) Anemia hemolitik auto imun

Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat (mengancam jiwa).
Terdapat keluhan fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung kongestif danangina.
Biasanya ditemukan ikterus dan splenomegali. Apabila klien mempunyai penyakit
dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik Kronik, gambaran klinis penyakit
tersebut dapat terlihat. Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB yang
bervariasi dari ringan sampai berat (HT<10%) Retikulositosis biasanya dapat terlihat
pada apusan darah tepi. Pada kasus Hemolisis berat, penekanan pada sumsum tulang
dapat mengakibatkan SDM yang terpecah-pecah (Mansjoer, 2003 dalam Wijaya &
Putri, 2013).

2) Anemia hemolitik karena kekurangan enzim

Manifestasi klinik beragam mulai dari anemia hemolitik neonatus berat sampai
ringan, hemolisis yang terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada dewasa.
Polikromatofilia dan mikrositosis ringan menggambarkan angka kenaikan retikulosit.
Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari jenis kekurangan enzim, defesiensi
enzim glutation redukta sekadang- kadang disertai trombopenia dan leukopenia dan
sering disertai kelainan neorologis.
3) Sferositosis herediter

Sferositosis herediter mungkin menyebabkan penyakit hemokitik pada bayi baru lahir
dan tampak dengan anemia dan hiperbilirubinemia yang cukup berat keparahan
penyakit pada bayi dan anak bervariasi. Beberapa penderita tetap tidak bergejala
sampai dewasa, sedangkan lainya mungkin mengalami anemia berat yang pucat,
ikterus, lesu dan intoleransi aktivitas. Buktihemolisis meliputi retikulositosis
meningkat sampai 6- 10g/dl. Angka retikulositosis sering meningkat samai 6-20%
dengan nilai rata10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran macam-macam dan
terdiri dari retikulosit polikromatofilik dan sferosis.

4) Thalasemia

Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar. Pada anak
yang besar biasanya disertai dengan keadaan gizi yang jelek dan mukanya
memperlihatkan fasies mongoloid. Jumlah retikulosid dalam darah meningkat.
Temuan laboratorium pada thalasemia HbF > 90% tidak ada Hb A. Pada talasemia
anemianya biasanya tidak sampai memerlukan transfusi darah, mudah terjadi
hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar HB 7-10g/dl, sediaan hapus darah
tepi memperlihatkan tanda-tanda hipokromia yang nyata dengan anisosotosis dan
poikilositosis.

d. Anemia aplastik

Awitan anemia aplastik biasanya khas dan bertahap ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak
nafas pada saat latihan. Temuan laboratorium biasanya ditemukan pansitopenia, sel darah
merah normositik dan normo kromik artinya ukuran dan warnanya normal, perdarahan
abnormal akibat trombositopenia. (Suzanne, 2005 dalam Wijaya & Putri, 2013).

F. Komplikasi Anemia

Komplikasi umum akibat anemia adalah:

1. gagal jantung,
2. kejang.

3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )

4. Daya konsentrasi menurun

5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita


anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang
terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus
memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani
dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ
tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot
jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang
meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas
jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price &Wilson,
2006)

G. Pemeriksaan diagnostic Anemia

Berbagai uji hematologis dilakukan untuk menentukan jenis dan penyebab anemia.
Uji tersebut meliuti :

1. Kadar hemoglobin dan hemotokrit

2. Indeks sel darah merah

3. Penelitian sel darah putih

4. Kadar besi serum

5. Pengukuran kapasitas iktan-besi

6. Kadar Folat

7. Vitamin B12 8. Hitung trombosit 9. Dan biopsy sumsum tulang dapat dilakukan
(Smeltzer & Barre, 2002).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan (Baughman, 2000):

1. Anemia Aplastik

 Transplantasi sumsum tulang.

 Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).

 Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.

 Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah merah dan
trombosit.

 Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-orang
yang menderita infeksi.

2. Anemia defisiensi besi

 Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi gastrointestinal,


fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.

 Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.

 Berikan preparat besi orang yang diresepkan.

 Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.

 Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.

3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat) Anemia
defisiensi vitamin B12:

 Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege tarian ketat).

 Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak terdapatnya
faktor-faktor instriksik.

 Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia pernisiosa
atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki. Anemia defisiensi asam folat:

 Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.

 Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.


 Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).

4. Anemia sel sabit

 Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.

 Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.

 Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.

 Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.

 Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive terhadap
terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-kadang
setengah dari masa kehamilan untuk mencegah krisis.

I. Pencegahan Penyakit Anemia

Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi dapat membantu menghindari anemia
defisiensi besi (iron deficiency anemias) dan anemia defisiensi vitamin dengan makanan
sehat yang mengandung :

1. Zat Besi

Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwarna hijau gelap,
buah yang dikeringkan, dan lain-lain. Makanan yang mengandung zat besi penting
untuk merekan yang membutuhkan zat besi tinggi seperti pada anak-anak, wanita
menstruasi dan wanita hamil. Zat besi yang cukup juga penting untuk bayi, vegetarian
(orang yang hanya makan dari tumbuh-tumbuhan dan tidak dari daging) dan atlet.

2. Folat

Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-kacangan,
sereal dan pasta.

3. Vitamin B12

Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.

4. Vitamin C

Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin C


antara lain jeruk, melon dan buah strawberi (Mansjoer, A. 2005).
DAFTAR PUSTAKA

ANDI SAPUTRA, A. S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Anemia Di Ruang
Rawat Inap Ambun Suri Lantai III RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2018 (Doctoral dissertation, STIKes PERINTIS PADANG).

AZMI, F. N. LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA.

Olang, S. O. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. AH yang Menderita Anemia di Ruang
Komodo RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Kupang).

Sitepu, P. (2020). DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PENYAKIT ANEMIA.

sulistya Lubis, A. KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN TERHADAP PASIEN ANEMIA.

Anda mungkin juga menyukai