DISUSUN OLEH
PEBRIANI 202001027
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa senantiasa penulis ucapkan. Atas
rahmat dan karunia-Nya yang yang berupa iman dan kesehatan akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ ANEMIA” dibuat untuk melengkapi
tugas mata kuliah kmb I.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah kmb I, bapak
Dr. Tigor H. Situmorang, MH.,M.Kes yang telah membimbing penyelesaian
makalah. Penulis juga berterima kasih kepada pihak yang mendukung penulisan
makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
keterbatasan baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun,
sangat diharapkan oleh penulis dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Etiologi…………………………………………………………………..
2.4 Patofisologi………………………………………………………………
2.5.Penatalaksaan…………………………………………………………….
3.1. Kesimpulan..............................................................................................
3.2. Saran........................................................................................................
PENDAHULUAN
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-
anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam,
dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai
kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun
dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan
secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari
harga normal.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis
(destruksi), hat ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Seliap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal <_ I mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pads
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
anemia
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi anemia
2. Mahasiswa mengetahui etiologi anemia
3. Mahasiswa mengetahui patofisiologi anemia
4. Mahasiswa mengetahui klasifikasi anemia
5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis anemia
6. Mahasiswa mengetahui komplikasi anemia
7. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan anemia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Anemia
Anemia adalah sindroma klinis yang ditandai oleh adanya penurunan
hematokrit, hemoglobin dan jumlah eritrosit dalam darah.
Harga Normal Kadar Hemoglobin
Umbilikus :17,0 + 3,0 g/dl
5-10 tahun : 11,0 + 1,5 g/dl
Dewasa :
Pria : 13,6 – 17,5 g/dl
Wanita : 11,5 – 15,5 g/dl
Kadar hemoglobin kurang dari batas minimal dikatakan anemia
sedangkan yang melebihi batas maksimal dikatakan polisitemia.
2.1 Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit yaitu besi, vitamin B12 dan asam folat.Anemia
juga dapat diakibatkan dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan
4. Pembedahan
5. Persalinan
6. Pecah pembuluh darah
7. Penyakit Kronik (menahun)
8. Perdarahan hidung
9. Wasir (hemoroid)
10. Ulkus peptikum
11. Kanker atau polip disaluran pencernaan
12. Tumor ginjal atau kandung kemih
13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
15. Kekurangan zat besi
16. Kekurangan vitamin B12
17. Kekurangan asam folat
18. Kekurangan vitamin C
19. Penyakit kronik
20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
21. Pembesaran limpa
22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
24. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
25. Sferositosis herediter dan elliptositosis herediter
26. Kekurangan G6PD
27. Penyakit sel sabit
28. Penyakit hemoglobin C dan penyakit hemoglobin E
2.2 Gejala/Tanda
Perlu dipertanyakan bawasannya anemia bukanlah merupakan penyakit
tertentu dalam arti “disease entity” akan tetapi hanyalah merupakan sindoma
klinik yang ditimbulkan akibat sesuatu proses patologis klinik yang ditimbulkan
akibat sesuatu proses patologis dalam tubuh yang merupakan “underlying
disease” (penyakit dasar). Jadi dalam menerangkan gejala-gejala anemia tentunya
tidak lepas dari gejala-gejala dasarnya. Dasar fisiologis dari timbulnya gejala-
gejala dari anemia adalah sebagai berikut : salah satu fungsi eritrosit adalah
sebagai alat transport oksigen, dengan adanya hemoglobin didalamnya. Apabila
eritrosit kurang berarti kadar hemoglobin pun berkurang dan akhirnya timbullah
anoksia dari jaringan target organ.
Gejala-gejala yang timbul adalah akibat dari anoksia jaringan tersebut atau
reaksi kompensasi dari target organ terhadap anoksia. Pada umumnya gejala dari
anemia akan timbul apabila kadar hemoglobin lebih kecil atau sama dengan 7,0
g/dl. Organ demi organ gejala-gejala dari anemia adalah sebagai berikut:
2.3 Patofisiologis
Anemia timbul apabila pemecahan atau pengeluaran eritrosit lebih besar
daripada pembentukan atau pembentukannya sendiri yang menurun. Oleh karena
anemia dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Pendarahan ( pengeluaran eritrosit yang berlebih)
2. Pemecahan eritrosit yang berlebihan ( hemolisis)
3. Pembentukan eritrosit yang berkurang
Pendarahan
Pada penderita yang mengalami pendarahan baik yang akut ataupun
yang kronis walaupun pembentukan eritrosit dalam batas normal, namun
oleh karena pengeluaran eritrosit berlebihan, maka jumlah eritrosit yang
beredar dalam sirkulasipun menjadi berkurang, dan terjadilah anemia.
Pencegahan Eritrosit yang berlebihan
Anemia dalam golongan ini lebih dikenal sebagai anemia hemolitik.
Berbagai macam keadaan yang dapat menjadi penyebab dari anemia
hemolitik adalah sebagai berikut :
A. Eritrosit yang berasal dari luar eritrosit (esktrakorpuskuler) :
1. Reaksi antigen-antibodi
2. Obat-obatan dan bahan kimia
3. Rudapaksa pada eritrosit
4. Pemecahan oleh limpa yang berlebihan (hipersplenisme)
5. Keracunan logam
B. Faktor yang berasal dari dalm eritrosit sendiri (intrakorpuskuler),
keadaan ini bisa terjadi pada :
1. Herediter (bawaan), misalnya kelainan bawaan dari membrane
eritrosit, kekurangan enzim pembentukan eritrosit dan sebagainya
2.5 Penatalaksanaan
Tindakan Umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukkan untuk mencari penyebab mengganti darah
yang hilang.
1. Transplantasi Sel Darah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi & mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian ada 2 hal yaitu :
a. Pengkajian Dasar
Pengkajian dasar adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya
terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultan dari medis atau profesi
kesehatan lainnya
b. Pengkajian Fokus
Pengkajian fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup
tindakan yang dilaksanakan kepada klien.
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut
digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk rumah sakit (initial
assissment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment),
serta pengkajian ulang untuk menambah atau melengkapi data (re-
assessment).
Kerateristik Data :
1. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan klien. Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu
mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau
makan, kaji secara mendalamn kenapa klien tidak mau makan (tidak
cocok makanannya, kondisi fisiknya menolak untuk makan/patologis).
2. Akurat dan nyata
Untuk menhindari masalah kesalahan, maka perawat harus
berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benat tidaknya apa
yang telah di dengar, dilihat, diamati dan di ukur melalui
pemeriksaanada tidaknya validasi terhadap semua data yang sekiranya
meragukan. Perawat tidak boleh langsung membuat kesimpulan tentang
suatu kondisi klien. Misalnya : klien tidak mau makan kerena depresi
berat. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk menerapkan kondisi
klien. Dokumentasikan apa adanyasesuai yang ditemukan pada
saatpengkajian.
3. Relevan
Pencatatan dat komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data
yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk
mengidentifikasi.
4. Informasi yang diperlukan
Segala sesuatu tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial dan
spiritual. Kemampuan dalam mengayasi masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Masalah kesehatan dan keperawatan yang menggangu
kemampuan klien.
Jenis Data :
1. Data Objektif
Merupakan data yang diperoleh memulai suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang berlaku. Seperti warna
kulit, tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, dll. Data-data tersebut
melalui senses : sight, smell, hearing, touch dan taste.
2. Data Subjektif
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang
disampaikan oleh klien. Misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakutan,
kecemasan dll.
Secar umum sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan
data adalah :
- Klien sendiri sebagai sumber data utama (primer)
- Orang terdekat
- Catatan klien
- Riwayat penyakit (pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan)
- Konsultasi
- Hasil pemeriksaan diagnostic
- Catatan medis dan anggota kesehatan lainnya
- Kepustakaan
d. Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan kesimpulan.
2. Observasi
Observasi adalah untuk mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatn klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk
menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah :
a. Inspeksi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : mata kuning
(icterik), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis)
b. Palpasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap
bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya ada
tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang)
c. Perkusi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian
tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer
untuk mengetahui reflek seseorang.juga dilakukan pemeriksaan
fisik lain yang berkaitan dengan pemeriksaan fisik. Misalnya :
batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui perkembangan
paru)
d. Auskultasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh pendengaran. Biasanya
menggunakan alat yang disebut stetoskope. Hal yang perlu
didengarkan bunyi jantung.
IDENTITAS KLIEN
Nama : ………………… No. Reg : ……
Umur : …..Tahun Tgl. MRS :
Jenis Kelamin : L/P Diagnosis medis :
Suku/Bangsa : ……………………………. Tgl Pengkajian:……(Jam…)
Agama : …………………………….
Pekerjaan : …………………………….
Pendidikan : …………………………….
Alamat : …………………………….
PEMERIKSAAN FISIK
1.5. Status Pasien :
Suhu : ……°C (SUHU. axial, rectal, oral)
Nadi : …. x/menit ( NADI. teratur, tidak teratur, kuat, lemah)
TD : …../…..mmHg (lengan kiri, lengan kanan, berbaring, duduk)
RR : ….x/menit (regular/ irregular)
TB : … cm BB : …. Kg ( cara menghitung berat badan ideal : TB -100 ( ± 10%
dari hasil).
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Varises, sianosis, clubbing finger, oedem
Palpasi : CRT, pulsasi arteri (iliaka, femoralis, dorsalis pedis), suhu
akral, pitting oedem
C. Persyarafan
Anamnesis : nyeri kepala berputar-putar, nyeri kepala sebelah, hilang
keseimbangan, mual muntah(tergantung etiologi), perubahan berbicara,
tremor, parastesia, anasthesia, parese, paralisis, koordinasi antar anggota
badan, reaksi terhadap suara.
Tingkat kesadaran (Kuantitas) :
GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu :
- Eye/membuka mata (E) :
4 = dapat membuka mata spontan
3 = membuka mata dengan dipanggil/atas perintah
2 = membuka mata bila dirangsang nyeri
1 = selalu tertutup walaupun dirangsang nyeri
- Motorik (M) :
6 = dapat bergerak sesuai perintah
5 = dapat bereaksi menyingkirkan rangsangan nyeri/reaksi setempat
4 = bereaksi fleksi siku pada rangsangan nyeri/menghindar
3 = dengan rangsangan nyeri dapat bereaksi fleksi pada pergelangan tangan
atau jari atau fleksi spastic pada tungkai atau abduksi lengan
atas/fleksiabnormal
2 = respon ekstensi
1 = tidak bereaksi
- Verbal/bicara (V) :
5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu
4 = jawaban kacau
3 = kata-kata tak berarti
2= suara tidak komprehensif
1 = tidak ada suara
D. Perkemihan-Eliminasi Urine
Anamnesa
Nyeri saat miksi / disuria (PQRST), menggigil /panas tubuh, saat BAK
mengejan, inkontinensia urine (ketidakmampuan seseorang untuk menahan
urin yang keluar dari buli-buli baik disadari maupun tidak disadari), poliuria
(banyak kencing > 1500 cc/24 jam), anuria (jumlah urin < 200 ml/24 jam),
oliguri (jumlah urin 600 ml/24 jam), skrotum membesar, karakteristik urin
(jumlah, warna, bau), gatal, nafas berbau amoniak/ureum, nokturi (sering
kencing pada malam hari). Urgensi (rasa sangat ingin kencing sehingga terasa
sakit), hesitansi (sulit untuk memulai kencing, sehingga untuk memulai
kencing kadang-kadang harus mengejan), terminal dribbling ( masih
didapatkannya tetesan-tetesan urin pada akhir miksi), intermitensi ( terputus-
putusnya pancaran urin pada saat miksi), residual urine (masih terasa ada sisa
urine yang belum tuntas setelah miksi), retensi urine (ketidakmampuan buli-
buli untuk mengeluarkan urin yang telah melampaui batas kapasitas
maksimalnya), polakisuri (frekuensi kencing yang lebih sering dari biasanya),
disuria (perasaan nyeri saat kencing), enuresis/ ngompol ( keluarnya urin
secara tidak dasadari pada saat tidur), chiluria ( urin yang berwarna putih
seperti cairan limfe).
E. Sistem Pencernaan
Anamnesa
Nafsu makan, pola makan klien, porsi makan dan jumlah minum per hari,
alergi terhadap makan, keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, telan,
melakukan diet, disfagia, riwayat penggunaan pencahar. Jika ada keluhan
nyeri perut dijelaskan secara PQRST. Gangguan defekasi (diare,
konstipasi/obstipasi), nyeri BAB, pola BAB, karakteristik feses meliputi
bentuk/konsistensi, bau, warna, darah, lendir dalam feses, flatus, hemorroid,
perubahan BB,
Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir, labio/palatoschiziz, gigi (jumlah, karies, plak,
kebersihan, gingitivis), Gusi (berdarah, lesi/bengkak,
edema), mukosa mulut (stomatitis, nodul/benjolan, kebersihan).
Produksi saliva, pembesaran kelenjar parotis
Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut, massa
Lidah
Inspeksi :Posisi, warna dan bentuk, simetris, kebersihan, warna,
gerakan,tremor, lesi
Palpasi : Nodul, oedema, nyeri tekan
Faring - Esofagus :
Inspeksi : hiperemi, warna dan bentuk palatum. Tonsil (bentuk, warna dan
ukuran)
Palpasi : pembesaran kelenjar
Warna kulit
Hiperpigmentasi, hipopigmentasi (dikaji dengan pemeriksaan sensasi
panas/nyeri), icterus, kering, mengelupas, bersisik (di sela-sela jari
kaki/tangan)
Kekuatan otot :
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
penuh
Fraktur
Look : Deformitas,Bengkak (Swelling), pemendekan (Shortening), luka
terbuka
Feel :Nyeri, pulsasi (nadi bagian distal), Perfusi (normal : hangat, kering,
merah), krepitasi tulang.
Move : kekakuan (Stiffness), Kontraktur sendi.
Luka :
Inspeksi : adanya tanda radang, warna (merah/vaskularisasi baik,
kuning/peradangan, hitam/nekrosis), karakteristik (kedalaman, luas, jenis
cairan yang kluar)
Palpasi : warna cairan yang keluar (luka jahitan), suhu (panas,dingin)
Payudara
Inspeksi : bentuk, kebersihan, warna areola, bentuk papilla mamae, adanya
massa, kulit seperti kulit jeruk, adanya luka, kesimetrisan
payudara
Palpasi : ada /tidak benjolan abnormal, pengeluaran( cairan, darah ), nyeri
tekan,
Laki-laki :
Anamnesa :
keluhan waktu coitus (kemampuan ereksi ,rasa nyeri, ejakulasi dini),
Genetalia :
Inspeksi : bentuk, rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan,
pengeluaran (darah, cairan, lendir), turunnya testis, luka/keadaan luka.
priapismus
Palpasi: adakah benjolan,
A. Persepsi sensori :
Anamnesa : tanyakan pada klien :
Apakah ada nyeri yang dirasakan pada mata, Keluhan penurunan tajam
penglihatan, Keluhan mata berkunang-kunang, kabur, penglihatan ganda
( diplopia )., Keluhan mata berair, gatal, kering, adanya benda asing dalam
mata
Tinnitus (berdenging), penurunan pendengaran, terasa penuh pada telinga,
nyeri.
Rasa sengau pada hidung
Mata
Inspeksi :
Kesimetrisan mata, bentuk mata, lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna, cairan
yang keluar ), Bulu mata (pnyebaran, posisi masuk :Enteropion, keluar
:ksteropion), produksi air mata.
Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil
Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin putih
seputar iris (Arkus senilis)
Sclera ; warna ( putih, ikterik)
Palpasi:
Teraba lunak/ keras, nyeri dan pembengkakan kelopak mata, palpasi kantong
lakrimal, pemeriksaan TIO
D. Penciuman (Hidung) :
NIC
INTERVENSI AKTIVITAS TUJUAN
Intoleransi 1. Kolaborasi dengan 1. Setelah biberikan asuhan
aktivitas b.d tim tenaga medis keperawatan selama 24
kelemahan 2. Anjurkan pasien jam diharapkan klien
umum istirahat meninggalkan ambulasi
3. Berikan lingkungan atau aktivitas
tenang
Keseimbangan 1. Kaji riwayat nutrisi, 1. Meningkatkan kebutuhan
nutrisi dari termasuk makanan nutrisi
kebutuhan untuk yang disukai
mencerna 2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitamin C
4. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian
Berikan informasi
tentang kebutuhan
pasien
Konstipasi / 1. Auskultas bunyi usus 1. Bunyi usus secara umum
diare 2. Hindari makanan yang meningkatkan pada diare
berhubungan membentuk gas dan menurun pada
dengan 3. Posisikan pasien konstipasi
penurunan untuk memaksimalkan 2. Membantu
masukan diet, ventilasi mengidentifikasikan
perubahan 4. Konsul dengan ahli penyebab atau factor
proses gizi untuk pemberat dan defisiensi
pencernaan, efek memberikan diet yang di identifikasikan
samping terapi seimbang 3. Menurunkan distress
obat. gastrik dan distensi
abdomen
4. Membantu dalam
memperbaiki konsistensi
feses bila kontipasi akan
membantu
mempertahankan setatus
hidrasi pada diare
3.2 Implementasi
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah. Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu
diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang
mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kalau muncul 5
gejala ini, bisa dipastikan seseorang Gejala klinis yang muncul merefleksikan
gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja
fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif
yang abnormal pada anak. Anemia harus didiagnosis sedini mungkin karena
anemia merupakan tanda yang mendasar dari beberapa penyakit. Penanganan
pada Anemia harus dilakukan dengan tepat. Mempelajari dan membuat askep
adalah tugas seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien.
4.2. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita,
maka dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit.
Dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit anemia, hidup
terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit
anemia daripada kita sudah terkena dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Tjokroprawiro Askandar, dkk, Buku Ajar Penyakit Dalam.Universitas Airlangga,
Surabaya
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-anemia.html