Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
“ANEMIA”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3:
1. Alfandy Lampelulu
2. Meydi Minggu
3. Cherril Kalangi
4. Karelia Sarayar
5. Tharisa Pangau
6. Debora Pondaag

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


MEI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan atas segala karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Manado, Mei 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................3
B. Rumusan masalah.......................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN MATERI............................................................................................5
A. Definisi..........................................................................................................5
B. Etiologi.........................................................................................................6
C. Patofisiologi..................................................................................................6
D. Manifestasi Klinis........................................................................................7
E. Asuhan Keperawatan.................................................................................8
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan
yang membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport.
Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian
besar, yaitu plasma darah dan bagian copuskuli.
Spesimen darah sering digunakan untuk pemeriksaan rutin dan lengkap
yang mencakup sel-sel darah dan bagian-bagian lain daari darah, yang meliputi
pemeriksaan hemaglonim, jumlah eritrosit, hematokrit, leukosit, trombosit dan
lainnya.Pada pemeriksaan hematologi rutin selalu menggunakan sampel darah
segar.
Darah segar merupakan kontrol yang ideal untuk pemeriksaan darah
lengkap karena secara fisik dan biologi identik dengan material yang digunakan
(Van Dun, 2007). Darah sebagai sistem transportasi tidak hanya
mendistribusikan oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa
karbondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru, serta membawa sisa-sisa
metabolisme ke organ ereksi.
Kelainan pada sistem elemen darah dapat menimbulkan gangguan pada
fungsi-fungsi yang terkait diatas.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud Anemia?
2. Apa penyebab terjadinya Anemia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Anemia
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Anemia
BAB II
TINJAUAN MATERI

A. Definisi
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hamoglobin dalam sel darah merah berada dibawah normal. Hal ini
mengakibatkan pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Hemoglobin terdapat dalam sel –sel darah merah dan merupakan pigmen
pemberi warna merah sekaligus pembawah oksigen dari paru-paru ke seluruh
sel-sel tubuh. Oksigen ini akan digunakan untuk membakar gula dan lemak
menjadi energi. Hal ini dapat menjelaskan mengapa kurang darah dapat
menyebabkan gejala lemah dan lesu yang tidak biasa. Paru-paru dan jantung
juga terpaksa kerja keras untuk mendapatkan oksigen dari darah yang
menyebabkan nafas terasa pendek. Walaupun gejalanya tidak terlihat atau
samar-samar dala jangka waktu lama. Kondisi ini tetap dapat membahayakan
jiwa jika dibiarkan dan tidak diobati.
Anemia biasanya terdeteksi atau sedikitnya dapat dipastikan setelah
pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar sel darah merah, hematokrit dan
hemoglobin. Pengobatan bisa bervariasi tergantung pada diagnosis.
Sel-sel darah baru dibuat setiap hari dalam sumsum tulang belakang. Zat
gizi yang diperlukan untuk pembuatan sel-sel ini adalah besi, protein,
vitamin, terutama asam folat, dan B12. Dari semua ini, besi dan protein yang
paling penting dalam pembentukan hemoglobin. Setiap orang harus memiliki
sekitar 15 gram hemoglobin/100 ml darah, dan jumlah darah sekitar lima juta
sel darah merah/ mm darah.
B. Etiologi
Menurut Muttaqim Arif (2008), berkurangnya sel darah merah
dapat disebabkan oleh kurangnya kofaktor untuk eritropoesis, seperti asam
folat, vitamin B12, dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat turun
apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau rangsangan
yang tidak memadai karena kekurangan eritropoesis, seperti yang terjadi
pada penyakit ginjal kronis. Peningkatan penghancuran sel darah merah
dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan
(mis.hipersplenisme) atau akibat sumsum tulang yang menghasilkan sel
darah merah abnormal.
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit namun semua
kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurngi banyaknya oksigen
yang tersedia untuk jaringan.
Menurut Brunner & Suddart (2001), beberapa penyebab anemia
secara umum antara lain:

1. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan


jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

2. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran


sel darah merah yang berlebihan.

3. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi

4. Faktor lain meliputi kehilangan darah


C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, infasi tumor
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau emplisis (destruksi, hal ini dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki alisan darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1mg/dl, kadar diatas
1,5mg/dl mengakibatkan ikteri pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia) apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).

D. Manifestasi Klinis
(Menurut Handayani,2008) Gejala anemia sangat bervariasi, tetapi pada
umumnya dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu :

1. Gejala umum anemia

Gejala umum anemia dapat juga disebut sebagai sindrom atau anemic
syndrome. Gejala umum atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul
pada semua jenis anemia pada kadar hemglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa dibawah e titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia
organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
hemoglobin. Gejala-gejala tersebut diklasifikasikan menurut organ – organ
yang terkena :
a. Sistem kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
napas saat berktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b. Sistem syaraf : sakit kepala, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
c. Sistem urigenital : gangguan hid dan libido menurun.
d. Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala Khas masing-maing anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah,
sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis.
b. Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue).
c. Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi.
d. Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali.
3. Gejala akibat penyakit dasar

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia


tersebut. Misalnya : anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi
cacing tambang berat akan menimbulkan gejala, seperti pembesaran
parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

E. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Biodata yang meliputi indentitas pasien ketika masuk rumah sakit.
2. Keluhan utama : kelemahan, kelelahan, malaise
3. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan


produtivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap
latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat.


Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunjukkan keletihan.
b. Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis,


menstruasi berat (DB); angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).

Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan


nadi melebar; hipotensi postural. Distrimia; Abnormalis EKG.

Bunyi jantung ; murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna): pucat


pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)
dan dasar kuku. (Catatan; pada pasien kulit hitam, pucat tampak
sebagai keabu abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (PA). Sklera: Biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer
dan vasokontriksi kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koikologikia) (DB). Rambut; kering, udah putus, menipis;
tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego

Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,


misalnya : penolakan transfuse darah.

Gejala : depresi.
d. Eleminasi

Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom


malabsorpsi (DB). Hematemasis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine

Tanda : distensi abdomen.


e. Makanan/cairan

Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani


rendah/masukkan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring).

Tanda : Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat


badan.
f. Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak


mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.

Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :


hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara, sakit kepala (DB)


h. Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.


i. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB), Hilang libido (pria dan wanita), Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

4. Pemeriksaan penunjang

Menurut Wiwik &H ariwibowo (2008) pemeriksaan laboratorium pada


klien dengan anemia adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan laboratorium hematologis dilakukan secara bertahap
sebagai berikut :
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap
kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya
anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini
meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar
hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan
darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin , merupakan pemeriksaan untuk mengetahui
kelainan pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang
dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan
hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang, pemeriksaan ini harus dikerjakan
pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis
defenitif meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus, pemeriksaan ini akan
dikkerjakan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga
fungsinya adalah untuk mengomfirmasi dugaan diagnosis tersebut.
Pemeriksaan tersebut memiliki komponen berikut ini:
a) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin,
dan feritin serum.

b)   Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.


c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb.
d)   Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
5. Pemeriksaan penunjang lainnya, pada beberapa kasus anemia diperlukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
a. Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
b. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
c. Pemeriksaan sitogenetik.
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction,
FISH = fluorescence in situ hybridization).

Intervensi dan rasional

1. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan


menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan
jumlah sel-sel darah merah disirkulasi.
a. Kaji status mental klien secara teratur.

Rasional : Mengetahui derajat hipoksia dalam otak.


b. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara
teratur.

Rasional: Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan


perifer.
c. Catat adanya keluhan pusing.

Rasional: Keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan suplai


jaringan otak yang parah.
d. Patau frekuensi dan irama jantung .

Rasional: Perubahan dan frekuensi irama jantung menunjukkan


komplikasi distritmia.

2. Resiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan menurunnya suplai


darah ke miokardium.
a. Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas,serta lama penyebarannya.

Rasional: Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi


sebagai temuan pengkajian.

b. Anjurkan pada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.

Rasional: Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang


berdampak pada kematian mendadak.

c. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam.

Rasional: Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan


nyeri sekunder dari iskemia jaringan otak.

3. Resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan


pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan diparu sekunder dari
edema paru akut.
a. Auskultasi bunyi napas (krakels).

Rasional: Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.


b. Kaji adanya edema.

Rasional: Curiga gagal kongestif/ kelebihn volume cairan.


c. Ukur intake dan output.

Rasional: Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan perfusi


ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan pengeluaran urine.
d. Kolaborasi diet tanpa garam.
Rasional: Natrium meningkatkan retensi cairan dn volume plasma
yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan
meningkatkan kebutuhan miokardium.

4. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan penurunan intake, mual, muntah, anoreksia.
a. Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien
saat ini.

Rasional: Dengan pemhaman klien akan lebih kooperatif mengikuti


aturan.

b. Ajurkan agar klien memakan makanan yang disediakan rumah sakit.

Rasional: Untuk menghindari makanan yang justru dapat mengganggu


proses penyembuhan klien.
c. Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet tinggi
kalori tinggi protein.

Rasional: Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual ,


mempercepat perbaikan kondisi, serta mengurangi beban kerja jantung.
d. Pemberian multivitamin.

Rasional: Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari penurunan


asupan nutrisi secara umum dan memperbaiki daya tahan.

5. Resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
a. Catat frekuensi dan irama jantung serta perubahan tekanan darah
selama dan sesudah aktivitas.

Rasional: Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan


penurunan oksigen miokardium.
b. Tingkatkan istirahat, batas aktivitas, dan berikan aktivitas senggang
yang tidak berat.

Rasional: Menurunkan kerja miokardium / konsumsi oksigen.

c. Pertahankan klien tirah baring sementara sakit.

Rasional: Untuk mengurangi beban jantung.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut: Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 100 ml darah. Etiologi anemia karena cacat sel darah merah
(SDM), karena kekurangan zat gizi, karena perdarahan, karena auotoimun.
Patofisiologi anemia/timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

B. Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda-tanda anemia dan
memberikan asuhan pada pasien dengan anemia secara benar.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/41524351/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_GANGGUAN_SISTEM_
HEMATOLOGI

Anda mungkin juga menyukai