KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah
merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh.
Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah
dari biasanya. Kondisi ini mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit
dalam sirkulasi. Akibat nya, jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh
juga berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal
anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam
sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga
berkurang. Anemia bukan merupakan kondisi penyakit khusus melainkan
suatu tanda adanya gangguan yang mendasari ( Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin,
dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah (Muttaqin,
2009). Anemia merupakan kondisi di mana kurangnnya konsentrasi sel darah
merah atau menurunnya kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal,
penurunan kadar tersebut banyak dijumpai pada anak karena kurangnya kadar
zat besi atau perdarahan (Thibodeau, 2012)
Dari ketiga pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa anemia adalah
suatu keadaan dimana kadar HB dalam tubuh dibawah batas normal karena
dipengaruhi oleh berbagai hal yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah
2. ANATOMI FISIOLOGI
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon
dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah terdiri dari dua
komponen,yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Banyaknya volume darah
yang beredar di dalam tubuh manusia 8% dari berat badan atau sekitar
5600cc pada orang yang bobot tubuhnya 70kg. Dari 5600cc darah tersebut
sekitar 55% adalah plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah. Darah
adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada
banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang
banyak mengandung karbon diogsida warnanya merah tua. Adanya oksigen
dalam darah di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna
pada peristiwa pembakaran/ metabolisme di dalam tubuh. Vikositas/
kekentalan darah lebih kental dari pada air yang mempunyai BJ1,041-1,065,
temperatur380C, dan PH 7,37-7,45.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja
atau pompa jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh maka darah akan
tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi
beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam
darah tersebut sedikit obat anti- pembekuan/ sitrus natrikus. Dan keadaan ini
akan sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak
kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah
tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan,
keadaan jantung, atau pembuluh darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan yang mengandung besi dalam
bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan
bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang
sebagai air seni.
Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan
tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak
dapat bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta).
Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya
banyak mengandung oksigen. Eritrosit terbungkus dalam membran sel
dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan flexible, sehingga
memungkinkan eritrosit menembus kapilar (pembuluh darah terkecil). Setiap
eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis
pernafasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga
volume sel. Hemoglobin adalah protein pigmen yang memberi warna merah
pada darah. Setiap hemoglobin terdiri dari protein yang disebut globin dan
pigmen non-protein yang disebut heme. Setiap heme berikatan dengan rantai
polipeptida yang mengandung besi (Fe2+). Funsi utama hemoglobin adalah
mengangkut oksigen dari paru-paru membentuk oksihemoglobin.
Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita
lihat di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-
ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia),
mempunyai bermacam- macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut
inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3
darah kira-kira 6000-9000. Leukosit memiliki sebuah nukleus, tidak
berwarna dan menunukkan gerakan amuboid. Leukosit keluar dari pembuluh
kapiler apabila ditemukan antigen. Proses keluarnya leukosit disebut dengan
Diapedesis. Rentang kehidupan Leukosit, setelah diproduksi di sumsum
tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dalam sirkulasi sebelum
masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari,
beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya.
3. ETIOLOGI
Menurut Soekarti (2011) penyebab terjadinya anemia adalah:
a. Pada umumnya masyarakat indonesia (termasuk remaja putri) lebih
banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat
besinyasedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga
kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan.
c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya
melalui feses (tinja)
d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat besi
+ 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada
pria.
Penurunan kadar Hb
ANEMIA
Nausea
Pola nafas terganggu Energy yang dihasilkan
Anoreksia
Sirkulasi O2 terganggu Kelemahan fisik
Intoleransi Aktivitas
Perubahan Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
6. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Handayani & Haribowo, 2008) tanda dan gejala anemia yaitu:
a. Gejala umum pada anemia
Gejala umum anemia disebut sindrom anemia. Gejala umum anemia
merupakan gejala yang timbul pada semua anemia pada kadar
hemoglobin yang sudah menurun di bawah nilai normal. Gejala-gejala
tersebut diklasifikasikan menurut organ yang terkena:
1) Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas, saat beraktivitas, gagal jantung
2) Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang, kelemahan otot, iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin
pada akstermitas
3) Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun d. Epitel: warna
kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut
tipis dan halus
b. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah:
1) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis
2) Anemia defisiensi asam folat: lidah merah
3) Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly
4) Anemia aplastic: pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose
anemia adalah (Handayani, 2008):
a. Pemeriksaan laboratorium hematologis
1) Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen,
seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan
MCHC), asupan darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit
dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap
darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya
tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faat hati
5) Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lain
1) Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction,
FISH: fluorescence in situ hybridization).
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya,
dapat dilakukan dengan (Handayani.,Haribowo. 2008) :
a. Anemia Aplastik
1) Transplantasi sumsum tulang
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
3) Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
4) Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel
darah merah dan trombosit.
5) Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak
dengan orang-orang yang menderita infeksi
b. Anemia defisiensi besi
1) Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
2) Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar
3) Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
4) Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
5) Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
c. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)
Anemia defisiensi vitamin B12:
1) Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada
vege tarian ketat)
2) Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak
terdapatnya faktor-faktor instriksik.
3) Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien
anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
e. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bagaimana kesimetrisan,warna rambut,kebersihan kepala,rambut kering,
mudah putus, menipis, ada uban atau tidak, sakit kepala, pusing
b. Mata
Sclera tidak ikterik,konjungtiva anemis,pupil isokor
c. Telinga
Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan telinga
d. Hidung
Kesimetrisan,fungsi penciuman, kebersihan, apakah ada perdarahan pada
hidung atau tidak.
e. Mulut
Keadaan mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi, kebersihan gigi,
stomatitis (sariawan lidah dan mulut)
f. Leher
Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid / tidak, adanya
pembesaran kelenjar getah bening.
g. Thorax Paru-paru
Pergerakan dinding dada, takipnea,orthopnea, dispnea (kesulitan
bernapas), napas pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas
jasmani merupakan menifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
h. Ekstermitas
Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Kuku mudah patah
dan berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan aktifitas
i. Punggung
Kesimetrisan punggung,warna kulit, dan keberishan.
j. Persyarafan
1) Nervus I (Olfaktorius) : Suruh klien menutup mata dan menutuo
salah satu lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar bau yang
berbeda (misalnya jeruk nipis dan kapas alkohol)
2) Nervus II (Optikus) : Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa
diskus optikus, penglihatan perifer.
3) Nervus III (Okulomotorius) : Kelopak mata terhadap posisi jika
terbuka, suruh klien mengikuti cahaya
4) Nervus IV (Troklearis) : Suruh klien menggerakan mata kearah
bawah dan kearah dalam.
5) Nervus V (Trigeminus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang
ketika klien merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap
kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat merasakan
sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi
disentuh) dekati dari samping, sentuh bagiang mata yang berwarna
dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks
berkedip dan refleks kornea.
6) Nervus VI (Abdusen) : Kaji kemampuan klien untuk menggerakan
mata secara lateral.
7) Nervus VII (Fasialis) : Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi
larutan manis (gula), asam (lemon). Kaji fungsi motorik dengan cara
tersenyumdan menglihatkan giginya.
8) Nervus VIII (Vestibulocochlearis) : Uji pendengaran.
9) Nervus IX (Glosofaringeus) : Uji kemampuan klien untuk
mengidentifikasi rasa pada lidah.
10) Nervus X (Vagus) : Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong
spatel pada lidah ke posterior faring untuk menentukan refleks
muntah, jangan menstimulasi jika ada kecurigaan epiglotitis.
11) Nervus XI (Asesorius) : Suruh klien memutar kepala kesamping
dengan melawan tahanan, minta klien untuk mengangkat bahunya
kemudian kita tahan apakah klien mampu untuk melawannya.
12) Nervus XII (Hipoglasus) : Minta klien untuk mengeluarkan
lidahnya,periksa deviasi garis tengah, dengarkan kemampuan anak
untuk mengucapkan ‘R
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif berhubungan dengan
gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia,
Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
DS:
- Nyeri dada
- Sesak nafas
DO :
- AGD abnormal
- Aritmia
- Bronko spasme
- Kapilare refill > 3 dtk
- Retraksi dada
- Penggunaan otot-otot tambahan
2. Pola Nafas tidak efektif NOC: 1. Observasi pola nafas, 1. Mengetahui pola dan
Respiratory status :
berhubungan dengan : suara nafas, catat adanya suara nafas klien
Ventilation
Hiperventilasi suara nafas tambaha 2. Upaya untuk
Respiratory status : Airway 2. Monitor respirasi dan mengetahui Tindakan
Penurunan
patency status O2 yang tepat dalam
energi/kelelahan
Vital sign Status 3. Monitor vital sign penanganan masalah
Perusakan/pelemahan
Setelah dilakukan tindakan
muskulo-skeletal keperawatan selama 4. Posisikan Klien klien
Kelelahan otot ………..pasien menunjukkan 5. Kolaborasi dengan tim 3. Memaksimalkan
pernafasan keefektifan pola nafas, Kesehatan lain dalam Ventilasi
Hipoventilasi sindrom dibuktikan dengan kriteria pemberian terapi 4. Membantu mengatasi
Nyeri hasil: 6. Ajarkan bagaimana cara keluhan klien
Disfungsi efektif dan suara nafas yang 7. Informasikan kepada keluhan sesak
Neuromuskuler bersih, tidak ada sianosis dan klien tentang tehnik 6. Membantu
dyspneu (mampu relaksasi mengurangi sputum
Obesitas
mengeluarkan sputum, dan mengurangi
Injuri tulang belakang
mampu bernafas dg mudah, keluhan sesak
tidakada pursed lips) 7. Mengurangi nyeri dan
DS:
b. Menunjukkan jalan nafas memberi rasa nyaman
Dyspnea
yang paten (klien tidak
Nafas pendek
merasa tercekik, irama nafas,
DO:
frekuensi pernafasan dalam
Penurunan tekanan
rentang normal, tidak ada
inspirasi/ekspirasi
suara nafas abnormal)
Penurunan pertukaran
c. Tanda Tanda vital dalam
udara per menit
rentang normal (tekanan
Menggunakan otot
darah, nadi, pernafasan)
pernafasan tambahan
Orthopnea
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
Penurunan kapasitas
vital
Respirasi: < 11 – 24
x /mnt
(obesitas, kekurusan)
Perubahan status cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
DO:
Gangguan pada bagian
tubuh
Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
Gangguan permukaan
kulit (epidermis)