Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Anemia

Anemia adalah suatu kondisi medis di mana suatu jumlah sel darah

merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal

umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia

biasanya di definisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gr% dan

pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gr%. Definisi ini mungkin

sedikit berbeda tergantung pada sumber dan referensi laboratorium yang

digunakan (Proverawati Atikah, 2011)

a. Batasan klinis anemia

Menurut (Handayani & Haribowo, 2010), untuk kriteria anemia di klinik,

rumah sakit atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat

nilai sebagai berikut :

 Hb < 10 gr/dl

 Hematokrit < 30 %

 Eritrosit < 2,8 juta/mm3

Derajat anemia sendiri ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia

yang umum dipakai adalah sebagai berikut :

 Ringan sekali Hb 10 gr/dl-13 gr/dl

 Ringan Hb 8 gr/dl-9,9 gr/dl


 Sedang Hb 6 gr/dl-7,9 gr/dl

 Berat Hb < 7 gr/dl

Sumber :( WHO, 2002)

b. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang

dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat

penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan

atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem

retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa.

Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam

fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami

penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma.

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma,

hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine. Pada

dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal yaitu anoksia organ target karena

berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan

mekanisme kompensasi tubuh terhadap manusia (Proverawati Atikah, 2011).

c. Tanda-tanda anemia

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, gejala umum adalah

gejala yang umum timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang
sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena

anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan

hemoglobin.

Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena :

1) Sistem kardiovarkuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak

napas saat beraktivitas, angina pectoris, dan gagal jantung.

2) Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan

dingin pada ekstremitas.

3) Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.

4) Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,

serta rambut tipis dan halus.

Gejala khas masing-masing anemia yang menjadi ciri adalah sebagai berikut :

1. Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis, angularis.

2. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

3. Anemia hemolitik : ikterus dan hepatoplenomegali

4. Anemia aplastik: perdarahan kulit dan mukosa dan tanda tanda infeksi

d. Diagnosis anemia

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis juga memainkan peran penting dalam

mendiagnosis penyebab anemia. Beberapa fitur penting dalam sejarah medis

meliputi pertanyaan tentang sejarah keluarga, sejarah pribadi sebelumnya anemia


atau kondisi kronis lainnya, obat, warna tinja dan urin, perdarahan bermasalah dan

pekerjaan serta kebiasaan sosial (Proverawati, 2011).

6. Pencegahan dan penanggulangan anemia pada Ibu hamil

Menurut Almatzier (2011), cara mencegah dan mengobati anemia adalah :

a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi

1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan

hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati

(sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan, tempe)

2) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung

vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan

nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam

usus.

b. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah

darah (TTD). Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet

mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg

asam folat.

c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti :

kecacingan, malaria dan penyakit TBC.

2.1.2 Hemoglobin

Menurut Basuki Permana, 2014 hemoglobin adalah Hemoglobin atau Hb

merupakan gabungan dari 2 kata yaitu heme ( besi ) dan globin (protein). Hemoglobin
memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu dibentuk

oksihemoglobin di dalam sel darah merah.

Hemoglobin terbentuk dari suatu molekul-molekul Hem yaitu gugus

nitrogenosa non protein yang mengandung besi dan Globin yaitu suatu protein

terbentuk dari empat rantai polipeptida yang sangat berlipat-lipat (Giri Wiarto, 2013:

30).

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

hemoglobin ialah bagian dari sel darah merah atau sering dikenal dengan eritrosit yang

berisi protein kaya zat besi dibentuk di dalam sumsung tulang.

1. Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin memiliki sifat daya gabung terhadap oksigen dengan oksigen tersebut

membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah. Hemoglobin yang mengikat

oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Selain mengikat oksigen,

hemoglobin juga dapat mengikat zat-zat di antaranya karbondioksida (CO2),

karbonmonoksida (CO) dan asam karbonat yang terionisasi (Giri Wiarto, 2013: 31).

Hemoglobin adalah pigmen pernafasan dari darah yang berfungsi:


a. Mengambil oksigen (O2) dari paru-paru, membawa dalam aliran darah dan memberikannya
kepada jaringan tubuh;

b. Membawa karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh ke paru-paru;

c. Memelihara keseimbangan asam-basa tubuh;

d. Merupakan sumber bilirubin yang akan dirubah menjadi urobilin.


Hemoglobin berfungsi membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan

karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Fungsi ini tergantung pada jumlah

hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah (Watson Roger. 2002: 236).

2. Kadar Hemoglobin

Kadar normal pada pria adalah 14-17 gram/dl darah dan pada wanita 12,5-16

gram/dl darah (Radiopoetro dalam Giri Wiarto, 2013). Jumlah hemoglobin dalam

darah normal antara 14- 16 gram/dl darah dan jumlah keseluruhan darah 600 gram di

dalam tubuh. Ada kurang lebih 280 juta molekul glagular protein Hb, masing-masing

dengan berat molekul 65.000 pada setiap sel darah merah (Basuki Permana, 2104).

Oksigen yang diangkut dari paru-paru ke jaringan dilakukan dalam kombinasi

kimia oleh hemoglobin dalam sel darah merah sekitar 97%. Sisanya 3% diangkut dalam

keadaan terlarut dalam air plasma dan sel darah, dengan demikian, dalam kondisi

normal, oksigen dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh hemoglobin ((Widayanti,

2011). Apabila terdapat kekurangan hemoglobin, baik karena penurunan jumlah sel

darah merah ataupun karena setiap sel darah merah mengandung sedikit hemoglobin,

individu tersebut dapat dikatakan menderita anemia (Widayanti, 2011).

Pengertian anemia menurut Guyton Athur (1987: 49) adalah defisiensi (kekurangan)

sel darah merah yang disebabkan karena kehilangan sel darah merah yang terlalu

banyak atau pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat. Kondisi kekurangan

oksigen seperti nafas pendek, lesu, lemas, pusing merupakan gejala anemia.

WHO telah memberikan patokan berapa kadar Hb normal pada ibu hamil,

sekaligus memberikan batasan kategori untuk anemia ringan dan berat selama
kehamilan:Normal: Hb > 11 gr/dl, Anemia Ringan: Hb 8-11 gr/dl, Anemia Berat: Hb

< 7gr/dl.

3. Hal-hal yang Mempengaruhi Hemoglobin

Menurut Purwanti dalam Taufik Arif Setyawan (2010: 19) menyatakan bahwa

jumlah zat besi dalam tubuh salah satunya dipengaruhi oleh penyerapan yang

bervariasi. Apabila simpanan zat besi dalam tubuh berkurang maka penyerapan besi

akan meningkat. Mekanisme kompensasi homeostatit ini merupakan proteksi terhadap

kemungkinan berkembangnya atau berkurangnya zat besi karena konsumsi makanan

yang mengandung zat besi yang salah satunya untuk membentuk hemoglobin darah.

Selain itu, kadar hemoglobin lebih banyak dipengaruhi oleh faktor hemostatis tubuh

seperti aktivitas atau olahraga, sedangkan penyerapan Fe dari sumber makanan yang

dimakan mengikuti kebutuhan tubuh. Ini membuktikan bahwa dalam asupan makanan,

perlu adanya zat besi untuk pembentukan hemoglobin.

Menurut Saryono dalam Giri Wiarto (2013: 31) hemoglobin memiliki sifat-sifat

yang kooperatif yang dipengaruhi di antaranya kadar oksigen, kadar karbondioksida,

derajat keasaman, kadar ion klorida dan kadar 2, 3 difosfogliseral. Saat berolahraga,

terjadi peningkatan aktivitas metabolik yang tinggi, asam yang diproduksi (ion

hidrogen dan asam laktat) semakin banyak sehingga mengakibatkan terjadinya

penurunan pH. pH yang rendah akan mengurangi daya tarik antara oksigen dan

hemoglobin. Hal ini menyebabkan hemoglobin melepaskan lebih banyak oksigen

sehingga meningkatkan pengiriman oksigen ke otot.


Menurut Julionio (2009: 1), kadar hemoglobin seseorang dipengaruhi oleh jenis

kelamin, usia, aktivitas fisik, pola hidup dan komposisi tubuh yang berhubungan

dengan status gizi.

4. Penurunan Hb

Penyebab rendahnya kadar hemoglobin salah satunya adalah asupan zat besi yang

kurang. Zat besi merupakan unsur penting tubuh dan diperlukan untuk produksi sel

darah merah. Zat besi merupakan salah satu komponen dari heme, bagian dari

hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang mengikat oksigen dan memungkinkan

sel darah merah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Apabila simpanan besi

habis maka akan kekurangan sel darah merah dan jumlah hemoglobin di dalamnya akan

berkurang sehingga mengakibatkan

anemia (Proverawati, 2011).

5. Pemeriksaan kadar Hb

Penentuan anemia dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin darah. Cara

yang digunakan untuk pemeriksaan kadar hemoglobin darah antara lain dengan

menggunakan metode:

e. Metode Cyanmethemoglobin

Prinsp dasar : Hemoglobin darah diubah menjadi hemoglobin sianida dalam

larutan kalium ferrisianida dan kalium sianida. Absorbsi larutan 8 diukur dengan

panjang gelombang 540 mikrometer dengan satuan gram/dl. Alat dan bahan yang

digunakan adalah alat tabung reaksi, pipet Hb 20 mikrom, fotometer, Reagen

Cyanmed.
f. Metode Sahli

Prinsip dasar : Darah oleh larutah H Cl 0,1 N diubah menjadi asam hematin dan

berwarna coklat. Perubahan warna yang terjadi dibaca dengan standar hemoglobin.

Alat dan bahan yang digunakan : darah, standar hemoglobin, tabung hemoglobin, anti

coagulant, H Cl 0,1 N.

6. Dampak Kadar Hb Rendah atau Kurang Pada Ibu Hamil

a. Berat Badan Lahir Rendah

Berat badan bayi yang dilahirkan ditentukan oleh kecukupan gizi selama

kehamilan. Makanan yang cukup jumlah dan jenisnya akan mempengaruhi

pertumbuhan janin yang dikandungnya. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan

berat badan 1500 – 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan

berat badan bayi kurang dari 1500 gram. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER)

dengan berat bayi kurang dari 1000 gram (Saifuddin dkk (2009).

Frekuensi berat badan lahir rendah berkisar antara 3,6 sampai 10,8%

sedangkan di negara berkembang kasus BBLR berkisar antara 10 sampai 43%

(Mochtar, 1998) Manuaba (1998) Berat Badan Lahir Rendah dapat digolongkan

menjadi 3 yaitu Berat badan lahir rendah, bila berat badan kurang dari 2,5 kg. Berat

badan lahir sangat rendah, bila berat badan lahir kurang dari 1,5 kg. Barat badan

lahir sangat rendah sekali, bila berat badan lahir kurang dari 1 kg. Bayi dengan

berat lahir rendah perlu mendapat masukan zat gizi yang cukup untuk menunjang

perkembangan dan pertumbuhan badannya. Masukan kalori dan protein yang

tinggi akan membantu menghindari keterlambatan pertumbuhan bayi dan


menghindari kematian prenatal dan 30 hari setelah kelahiran. Kelainan fisik dan

perilaku banyak terjadi pada bayi BBLR (Mochtar, 1998).

b. Prematuritas

Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20

minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono

Prawirohardj0;2008).

c. Abortus

Menurut terminologi kedokteran abortus adalah gugurnya suatu kehamilan

secara tidak terduga, tak direncanakan, spontan sebelum janin cukup berkembang

untuk bertahan hidup di luar kandungan (Moore, 2001).

7. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil

Trimester III.

a. Umur Ibu

Usia seorang perempuan dapat mempengaruhi emosi selama kehamilannya.

Remaja yang hamil memerlukan banyak perhatian dari lingkungannya untuk

meningkatkan kesehatan secara optimal dan kebutuhan-kebutuhan secara

pshikologis maupun sosial bagi dirinya dan anaknya. Masing-masing remaja yang

hamil harus dikaji secara teliti (usia antara 12-19 tahun). Hal-hal yang dikaji antara

lain perkembangan fisik dan perhatian serta kemampuan untuk pemeriksaan ibu

hamil.

Usia antara 20-30 tahun merupakan periode yang paling aman untuk

melahirkan. Sebab pada usia tersebut fungsi alat reproduksi dalam keadaan
optimal. Sedangkan pada umur kurang dari 20 tahun kondisi masih dalam

pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai 12 untuk ibu yang

mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin. Di negara berkembang sekitar 10-

20% bayi dilahirkan dari ibu dengan usia remaja.

b. Pengetahuan Ibu Hamil

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori

khususnya mata dan telinga terhadap objek tetentu. Pengetahua merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior)

(Nursalam;2008).

Menurut Notoatmojo (1997) pengetahuan mempunyai tingkatan :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsang yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension) Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretisikan materi

tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (Analysis) Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


5) Sintesis (Synthesis) Suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau

obyek berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang masih ada. Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi

perilakunya, makin tinggi pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi

kesadaran untuk 14 mencegah terjadinya anemia.

d. Status Gizi Ibu Hamil

Dalam keadaan hamil ibu harus mendapatkan masukan zat gizi baik untuk ibu

dan janinnya. Kualitas makanan harus baik dan jumlah makanan yang dikonsumsi

harus ditambah dari biasanya untuk menjaga kesehatan ibu dan pertumbuhan

janinnya.

1) Zat besi (Fe)

Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing,

kurang nafsu makan, menurunya kebugaran tubuh, menurunya kemampuan

kerja, menurunya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka.

Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak-anak

kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunya

kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar (Almatsier, 2002).Suplementasi

Tablet Besi Suplementasi tablet besi adalah usaha penanggulangan anemia

defisiensi besi dengan pemberian besi dalam bentuk obat (Medical Iron) berupa

tablet atau simp (WHO, 2005).


2) Suplementasi hanya diberikan pada golongan resiko tinggi yaitu wanita-wanita

hamil dan menyusui, bayi dan anak balita serta captive audience seperti

misalnya buruh perkebunan atau anak sekolah. Wanita hamil termasuk

golongan resiko tinggi, karena kebutuhan besi pada trimeter II dan III mencapai

4-8 mg/hr, yang sulit dipenuhi sekalipun dengan diet berkualitas baik

(Prawirohardjo, 1991). Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat

memperbaiki status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia

pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi ini adalah Ferrous

Sulfat. Senyawa ini tergolong murah dan dapat diabsorbsi 20%. Dosis yang

digunakan beragam, tergantung pada status besi orang yang mengkonsumsinya.

Biasanya ibu hamil yang rawan anemia diberi dosis yang lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita biasa.

2.1.3 Tomat

Buah Tomat (Lycopersicum Esculentum) merupakan salah satu produk

hortikultura yang berpotensi, menyehatkan dan mempunyai prospek pasar cukup

menjanjikan. Tomat, baik dalam bentuk segar maupun olahan, memiliki komposisi zat

gizi yang cukup lengkap dan baik. Buah tomat terdiri dari 5-10% berat kering tanpa air

dan 1 persen kulit dan biji. Jika buah tomat dikeringkan, glukosa dan fruktosa, sisanya

asam-asam organik, mineral, pigmen, vitamin, dan lipid.


Tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umurnya hanya untuk

satu kali periode panen. Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa

mencapai 2 meter.

Bentuk, warna , rasa, dan tekstur buah tomat sangat beragam. Ada yang bulat,

bulat pipih, keriting, atau seperti bola lampu. Warna buah masak bervariasi dari kuning,

orange, sanpai merah, tergantung dari jenis pigmen yang dominan. Rasanya pun

bervariasi, dari masam hingga manis. Buahnya tersusun dalam tandan-tandan.

Keseluruhan buahnya berdaging dan banyak mengandung air.

Ada 5 (lima) jenis buah tomat berdasarkan bentuk buahnya (Musaddad 2003;

Wiryanta, 2002), yaitu :

1. Tomat biasa (L. commune) yang banyak ditemui dipasar-pasar .

2. Tomat apel atau pir (L. pyriporme) yang buahnya berbentuk bulat dan sedikit

keras menyerupai buah apel atau pir. Tomat jenis ini juga banyak ditemuin

di pasar local.

3. Tomat kentang (L. grandifolium) yang ukuran buahnya lebih besar bila

diabndingkan dengan tomat apel.

4. Tomat gondol (L. validum) yang bentuknya agak lonjong, teksturnya keras

dan berkulit tebal.


5. Tomat ceri (L. esculentum var cerasiforme) yang bentuknya bulat kecil -

kecil dan rasanya cukup manis.

Manfaat Buah Tomat untuk kesehatan :

1. Mengurangi kadar lemak penyebab kegendutan

2. Membentuk otot

3. Mencegah kanker

4. Penangkal radikal bebas

5. Menjaga gigi dan tulang tetap kuat dan sehat

6. Mengontrol kolestrol penyebab hipertensi (Tekanan darah tinggi)

Dalam buah tomat terkandung gizi – gizi yang penting bagi tubuh seperti

karbohidrat, protein, dan beberapa antioksidan seperti lycopene. Berikut ini adalah

tabel kandungan gizi yang terkandung dalam buah tomat matang.

Buah Tomat merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi tinggi,

beberapa nutrisi yang didapat dari tomat adalah antioksidan Likopen, Vitamin C,

Potasium/Kalium, Folat dan Vitamin K. Antioksidan yang terkandung oleh Tomat

sering dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung dan kanker. Sebagai sumber

mineral, buah tomat bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan

fosfor). Sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung dalam buah tomat dapat berfungsi

untuk pembentukan sel darah atau hemoglobin (Cahyono, 2008).


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) di Panti Werda

Pengayoman dan Panti Wredha Harapan Ibu Semarang tentang pengaruh pemberian

jus tomat terhadap tekanan darah pada wanita post menopause hipertensif dengan

jumlah subjek penelitian 34 orang, menunjukkan bahwa pemberian 200 ml jus tomat

sebanyak 1 kali dalam sehari selama 7 hari berpengaruh terhadap penurunan tekanan

darah sistolik sebesar 11,76 mmHg (8,4%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8,82

mmHg (9,6%) pada wanita postmenopause hipertensif. Sedangkan penelitian yang

dilakukan Aiska (2014) di Panti Wreda kota Semarang tentang perbedaan penurunan

tekanan darah sistolik lanjut usia hipertensi yang diberi jus tomat dengan kulit dan

tanpa kulit dengan jumlah subjek 34 orang, menyimpulkan bahwa terdapat penurunan

tekanan darah sistolik sebesar 10,00 mmHg pada kelompok perlakuan I (jus tomat

dengan kulit). Sedangkan pada kelompok perlakuan II (jus tomat tanpa kulit) terjadi

penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5,88 mmHg.

2.2 KERANGKA TEORI


Umur

Pemberian
Tablet Fe

Pengetahuan

Kadar Hemoglobin
Pemberian

-Fe
Status Gizi -Jus Tomat

Gambar 2.1
Kerangka teori
Sumber : (Lintang.O, 2018)

2.3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh pemberian jus tomat

terhadap meningkatnya kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia. Secara

skematis dapat dilihat pada gambar berikut :

Variable Independen Variable dependen

Tablet Fe
Kadar Hemoglobin
Jus Tomat

Gambar 5: Model Kerangka Konsep

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN


1. Hipotesis Ho : Tidak ada pengaruh pemberian tablet Fe dan Jus Tomat
terhadap meningkatkan kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil dengan anemia
di wilayah kerja Puskesmas Tigarakasa Kabupaten Tangerang tahun 2018.
2. Hipotesis dalam penelitian ini : Ha : ada pengaruh pemberian tablet Fe dan
Jus Tomat terhadap meningkatkan kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil
dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Tigarakasa Kabupaten
Tangerang tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai