PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu
hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut
World Health Organization (WHO) (2013) prevalensi anemia dunia berkisar 40-
88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2%
yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013).
yaitu hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari kadar normal.
Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia
dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami
membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Penentuan anemia juga dapat
dilakukan dengan mengukur hematokrit (Ht) yang rata-rata setara dengan tiga
kali kadar hemoglobin. Batas kadar Hb remaja putri untuk mendiagnosis anemia
fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses
tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu,
1
prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang
faktor diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin
A, C, folat, riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam
salah satu sumber zat besi yang mudah diserap, mengkonsumsi sumber makanan
nabati yang merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan,
2014).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah
sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak
membuat sel darah merah secukupnya. Anemia juga disebabkan kehilangan atau
kerusakan pada sel tersebut. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat
patofisilogis yang diuraikan oleh anamnese dan pemeriksaan fisik yang teliti serta
B. Etiologi
untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia
3
1. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah
2. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah
C. Patofisiologi
besi, hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses
penuaan serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum
tulang untuk eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet
tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto
dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan
pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika
zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan
mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel darah merah yang
4
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik dan invasi tumor. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada destruksi,
masalahnya dapat diakibatkan karena defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor di luar sel
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan produksi plasma. Hal ini tercermin dalam anemia defisiensi besi.
kandungan besi dalam hemoglobin berkurang. Sedangkan yang kita tahu sebagian
besar besi dalam tubuh dikandung dalam hemoglobin yang beredar dan akan
digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin setelah sel darah merah mati. Bila
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul
5
mengikat semuanya (apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin
akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi
informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada klien
dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses
hemolitik tersebut.
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya.
D. Klasifikasi
1. Menurut ukuran sel darah merah. Anemia normositik (ukuran sel darah
merah normal), anemia mikrositik (ukuran sel darah merah kecil) dan
hemoglobin meningkat).
6
Menurut Brunner dan Suddart (2001), klasifikasi anemia menurut
etiologinya secara garis besar adalah berdasarkan defek produksi sel darah merah
akibat obat dan zat kimia atau mungkin karena kekurangan hemopoetin,
pada :
b) Anemia pada penyakit ginjal. Secara umum terjadi pada klien dengan
merah dengan ukuran dan warna yang normal). Apabila disertai dengan
penurunan kadar besi dalam serum atau saturasi transferin, anemia akan
7
d) Anemia defisiensi-besi. Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana
kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal dan merupakan
sebab anemia tersering pada setiap negara. Dalam keadaan normal tubuh
orang dewasa rata-rata mengandung 3-5 gram besi, tergantung pada jenis
MCH) menurun.
megaloblastik karena defisiensi asam folat, biasa terjadi pada klien yang
8
2. Anemia Hemolitika. Pada anemia ini, eritrosit memiliki rentang usia yang
dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih
yaitu:
b) Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada
molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit
resesif. Anemia sel sabit dikarenakan oklusi vaskuler dalam kapiler yang
yang tidak sempurna menjadi cacat, kaku dan berbentuk bulan sabit ketika
E. Manifestasi Klinis
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat maka dapat
2. Durasi
9
4. Adanya kelainan lain atau kecacatan
anemia.
Jumlah sel darah merah berkurang maka lebih sedikit oksigen yang
hemoglobin dan hematokrit tanpa gejala yang tampak atau ketidakmampuan yang
jaringan.
Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama
dengan kadar hemoglobin antara 9 –11 g/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau
tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan selama latihan. Takikardi
menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Dispnea pada
latihan biasanya terjadi bila kadar hemoglobin dibawah 7,5 g/dl yang merupakan
kadar hemoglobin dibawah 6 g/dl. Dispnea istirahat bila dibawah 3 g/dl dan gagal
jantung hanya pada kadar sangat rendah 2-2,5 g/dl, hal ini disebabkan karena otot
10
jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
tangan, memban mukosa mulut dan konjungtiva dapat digunakan untuk menilai
kepucatan.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Penentuan klinis dengan anamnese (karena defek produksi sel darah merah
untuk menentukan jenis dan penyebab anemia. Uji tersebut meliputi kadar
hemoglobin dan hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar besi serum, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, kadar
adanya penyakit akut atau kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
G. Penatalaksanaan
11
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar. Pemberian tambahan
asam folat setiap hari diperlukan untuk mengisi kekurangan asam folat
12
H. Daftar Obat-Obat Anemia
Vitamin Tablet, Vial Defisiensi vitamin B12 Berperan dalam Tab 1 mg, Pemberian
B12 karena sindrom pembentukan sel 5mg.100 Vitamin
melabsorpsi Peningkatan darah merah mcg/ml B12 secara
Etacobala kebutuhan Vitamin B12 melalui aktifitas parenteral
min (P) pada saat kehamilan. koenzim asam dapat
folat. menyebabk
Vit.B12 an edema
Tab (G) pulmonari,
(ASKES) gagal
jantung
Vit B12 kongestiv,
Inj (G) trombosis
(ASKES) vaskuler
13
perifer
Viliron Tablet Kekurangan zat besi, Berperan dalam Dewasa dan edema
(ASKES) anemia, meningkatkan pembentukan sel anak-anak pulmonari,
daya tahan tubuh. darah merah diatas 12 gagal
melalui aktifitas tahun: sehari jantung
koenzim asam 1 tablet. kongestiv,
folat. trombosis
vaskuler
perifer
Anemolat Kapsul Anemia megaloblastik Berperan dalam Defisiensi
(ASKES) dan makrositik akibat meningkatkan asam folat
defisiensi asam folat. kadar asam folat dosis awal
dalam tubuh 0,25-1 mg
sehari sampai
terdapat
respon klinis
14
Superton Kapsul Anemia, kurang gizi, Berperan dalam 2 kali sehari Perasaan
(P) astenia produksi 200 mg tidak
hemoglobin nyaman
dilambung,
mual,
muntah
Keterangan :
(G) : Obat Generik
(P) : Obat Paten
(ASKES) : Obat ASKES
15
BAB III
KASUS
A. Resep
16
B. Assesment
17
hipokalse Ca.laktat 500 Efek samping yang Pemberian obat untuk
mia mg 3x1 mungkin di alami penanganan
(diminum yaitu munculnya hipokalsemia pada resep
bersamaan reaksi alergi seperti sudah benar.
dengan gatal, ruam merah, Konsultasikan kepada
makanan) dan pembengkakan dokter atau Hindari
pada wajah, lidah, penggunaan obat jika
hingga tenggorokan, pernah mengalami alergi
dan juga kesulitan atau efek samping
bernapas. terhadap kandungan obat
Mual dan muntah tersebut.
Hilangnya nafsu
makan, mulut kering,
dan kehausan.
Sembelit atau susah
buang air besar.
Sering buang air kecil.
C. Tata Laksana
1. Terapi Non Farmakologi
a. Pasien dianjurkan untuk menjaga asupan nutrisi termasuk makanan
yang kaya akan zat besi, vitamin B12 dan asam folat seperti telur,
daging, ikan.
b. Pasien dianjurkan untuk mengenali makanan yang dapat mengurangi
penyerapan zat besi (misalnya, teh, kopi, susu dan telur). Makanan ini
sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang kaya zat
besi.
c. Pasien dianjurkan untuk menghindari mengkonsumsi alkohol
d. Pengenalan obat yang dapat mengganggu penyerapan zat besi
(seperti; antasida, kuinolon, dan tetrasiklin).
e. Pasien dianjurkan untuk istirahat cukup.
D. Monitoring
1. Monitoring kadar Hb dan Ht pada pasien selama 1 minggu setelah
pengobatan diterima untuk mengetahui keberhasilan terapi.
2. Jika gejala demam sudah berhenti, obat paracetamol dapat dihentikan
penggunaannya
3. Monitoring efek samping obat
18
BAB IV
PENUTUP
E. Kesimpulan
dalam darah yaitu hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari
kadar normal.
F. Saran
makanan yang bergizi terutama mengandung zat besi yang cukup untuk
19
DAFTAR PUSTAKA
Ari Mansjoer, dkk, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes CV
Lapius, FK UI.
Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta. pp: 106-
7.www.DepkesRI.com
Hadi H., 2001. Meningkatkan Kepatuhan Minum Tablet Besi Ibu Hamil:
62.
Tablet Besi dengan Tingkat Keluhan selama Kehamilan. Jurnal Gizi dan
Purba.RB. 1995. Konsumsi sayuran dan anemia gizi anak sekolah dasar didaerah
20
Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, Widia Medika, Jakarta
Sukandar, Elin Yulinah, dkk., 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan.
Jakarta.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
21