Anda di halaman 1dari 17

BAB I

TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Anemia
1.1.1 Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan hematokrit dibawah normal, secara fisiologis, anemia terjadi apa
bila terdapat kekurangan jumlah haemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. (Smeltzer,Suzanne C, 2001 dalam Saputra, 2018)
Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen;
hal tersebut dapat terjadi akibat penurunan Sel Darah Merah (SDM), dan /
atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah. (Fraser Diane dan Cooper A
Margaret, 2009 dalam Saputra, 2018)
anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin
dalam 1 mm3darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed
red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila terdapat gangguan
terhadap keseimbangan antara pembentukan darah pada masa embrio setelah
beberapa minggu dari pada masa anak atau dewasa (Ndun, 2018)
Sesuai dengan pengertian anemia menurut para ahli, penulis dapat
menyimpul kananemia adalah menurunnya jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah menurun (Saputra, 2018)
1.1.2 Klasifikasi
Menurut Wong (2009) dalam Ndun (2018) anemia dapat
diklasifikasikan menurut:
1. Etiologi atau fisiologi yang dimanifestasikan dengan penurunan jumlah
eritrosit atau hemoglobin dan tidak dapat kembali, seperti:
a. kehilangan darah yang berlebihan.
Kehilangan darah yang berlebihan dapat diakibatkan karena
perdarahan (internal atau eksternal) yang bersifat akut ataupun kronis.
Biasanya akan terjadi anemia normostatik (ukuran normal),
normokromik (warna normal) dengan syarat simpanan zat besi untuk
sintesis hemoglobin (Hb) mencukupi.
b. Destruksi (hemolisis) eritrosit.
Sebagai akibat dari defek intrakorpuskular didalam sel darah merah
(misalnya anemia sel sabit) atau faktor ekstrakorpuskular (misalnya,
agen infeksius, zat kimia, mekanisme imun) yang menyebabkan
destruksi dengan kecepatan yang melebihi kecepatan produksi
eritrosit.
c. Penurunan atau gangguan pada produksi eritrosit atau komponennya.
Sebagai akibat dari kegagalan sumsum tulang (yang disebabkan oleh
faktor-faktor seperti neoplastik, radiasi, zat-zat kimia atau penyakit)
atau defisiensi nutrien esensial (misalnya zat besi).
2. Morfologi, yaitu perubahan khas dalam ukuran, bentuk dan warna sel
darah merah.
a. Ukuran sel darah merah: normosit (normal), mikrosit (lebih kecil dari
ukuran normal) atau makrosit (lebih besar dari ukuran normal)
b. Bentuk sel darah merah: tidak teratur, misalnya: poikilosit (sel darah
merah yang bentuknya tidak teratur), sferosit (sel darah merah yang
bentuk nya globular) dan depranosit (sel darah merah yang bentuk nya
sabit/sel sabit).
c. Warna/sifatnya terhadap pewarnaan: mecerminkan konsentrasi
hemoglobin; misalnya normokromik (jumlah hemoglobin cukup atau
normal), hipokromik (jumlah hemoglobin berkurang).
1.1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Muscari (2005) dalam Ndun, 2018 kemungkinan anemia
aplastik merupakan akibat dari faktor kongenital atau didapat sehingga
temuan pengkajian dikaitkan dengan kegagalan sumsum tulang adalah
kekurangan sedarah merah dikarakteristikkan dengan pucat, letargi takikardi
dan ekspresi napas pendek. Pada anak-anak, tanda anemia hanya terjadi ketika
kadar hemoglobin turun dibawah 5 sampai 6 g/100 Ml. Kekurangan sel darah
putih dikarakteristikkan dengan infeksi berulang termasuk infeksi
oportunistik. Berkurangnya trombosit dikarakteristikkan dengan perdarahan
abnormal, petekie dan memar.
1.1.4 Jenis-jenis Anemia
Menurutt Ndun (2018) ada beberapa jenis anemia yaitu sebagai berikut :
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang
mengurangi pasokan zat besi, mengganggu absorbsinya, meningkatkan
kebutuhan tubuh akan zat besi atau yang memenuhi sintesis Hb atau
anemia defisiensi besi terjai karena kandungan zat besi yang tidak
memadai dalam makanan
2. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena terjadinya
penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah sehingga umur
eritrosit pendek. Penyebab hemolisis dapat karena kongenital (faktor
eritrosit sendiri, gangguan enzim, hemoglobinopati) atau didapat
3. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit yang secara
kolektif disebut hemoglobinopati, yaitu hemoglobin A (HbA) yang normal
digantikan sebagian atau seluruhnya dengan hemoglobbin sabit (HbS)
yang abnormal. Gambaran klinis anemia sel sabit terutama karena
obstruksi yang disebabkan oleh sel darah merah yang menjadi sel sabit
dan peningkatan destruksi sel darah merah. Keadaan sel-sel yang
berbentuk sabit yang kaku yang saling terjalin dan terjaring akan
menimbulkan obstruksi intermiten dalam mikrosirkulasi sehingga terjadi
vaso-oklusi. Tidak adanya aliran darah pada jaringan disekitarnya
mengakibatkan hipoksia lokal yang selanjutnya diikuti dengan iskemia
dan infark jaringan (kematian sel). Sebagian besar komplikasi yang
terlihat pada anemia sel sabit dapat ditelusuri hingga proses ini dan
dampaknya pada berbagai organ tubuh. Manifestasi klinis anemia sel sabit
memiliki intensitas dan frekuensi yang sangat bervariasi, seperti adanya
retardasi pertumbuhan, anemia kronis (Hb6-9 g/dL), kerentanan yang
mencolok terhadap sepsis, nyeri, hepatomegali dan splenomegaly.
4. Anemia aplastic
Anemia aplastik merupakan gangguan akibat kegagalan sumsum tulang
yang menyebabkan penipisan semua unsur sumsum. Produksi selsel darah
menurun atau terhenti. Timbul pansitopenia dan hiposelularitassumsum.
Manifestasi gejala tergantung beratnya trombositopenia (gejala
perdarahan), neutropenia (infeksi bakteri, demam), dan anemia (pucat,
lelah, gagal jantung kongesti, takikardia. Anemia aplastik terbagi menjadi
primer (kongenital, atau yang telah ada saat lahir) atau sekunder (didapat).
Kelainan anemia yang paling dikenal dengan anemia aplastik sebagai
gambaran yang mencolok adalah syndrom fanconi yang merupakan
kelainan herediter yang langka dengan ditandai oleh pansitopenia,
hipoplasia sumsum tulang dan pembentukan bercak-bercak cokelat pada
kulit yang disebabkan oleh penimbunan melanin dengan disertai anomali
kongenital multipel pada sistem muskuloskeletal dan genitourinarius.
1.1.5 Patofisiologi
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat efek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
a. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
b. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia (Saputra, 2018).
1.1.6 Patway
(Saputra, 2018)
1.1.7 Komplikasi
Menurut Saputra (2018) komplikasi yang dapat terjadi pada seseorang
penderita anemia yaitu sebagai berikut :
1. Perkembangan otot buruk
2. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun
3. Interaksi sosial menurun
4. Daya konsentrasi menurun
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi
pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga
hematokrit mendadak menurun. Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan
ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang,
nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat
berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa
nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang
sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi
urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat mengalami hematuria.
(1) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif
(2) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek
(3) SSP : Menyebabkan trombosis serebral
(4) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus
(5) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati
(6) Ocular :Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer,
pendarahan
(7) Skeletal :Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput humeri,
daktilitis (biasanya pada anak kecil)
(8) Kulit :Menyebabkan ulkus tungkai kronis.
1.1.8 Pemeriksaan penunjang
Menurut Muscari (2005) dalam ndun (2018) pemeriksaan diagnostik
pada anemia adalah:
1. Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin < 12
g/dL, Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)
2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
3. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa
4. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimuN
5. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal
pada penyakit sel sabit
6. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12

1.1.9 Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan
suplemen zat besi, yang mungkin Anda harus minum selama beberapa
bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah -
selain dari haid. sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan.
Hal ini mungkin melibatkan operasi.
b. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan
suntikan yang seringkali suntikan seumur hidup vitamin B12. Anemia
karena kekurangan asam folat diobati dengan suplemen asam folat.
c. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia
jenis ini. Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu
jenis anemia ini. Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah
atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan
oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah
dan mengurangi kelelahan.
d. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
transfusi darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah.
Transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang berpenyakit dan
tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Perlu obat penekan kekebalan
tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh dan memberikan
kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai
berfungsi lagi.
e. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai
penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi
untuk transplantasi sumsum tulang.
f. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk
menghindari obat-obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan
menggunakan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan, yang
dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan
steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu
menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah
g. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
pemberian oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan
cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi.
Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen asam
folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea
(Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit
pada orang dewasa.

2. Medis
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
a. Transpalasi sel darah merah.
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :


1) Anemia defisiensi besi
a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan
makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
b) Pemberian preparat fe
c) Perrosulfat 3x200mg/hari/per oral sehabis makan
d) Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan.
2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfuse darah (Saputra, 2018).
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengakajian
Menurut Saputra ada beberapa hal yang dilakukan dalam pengkajian yaitu :
A. Identitas pasien, meliputi :
Nama, Umur : biasa nya yang terserang anemia umumnya adalah dewasa,
Jenis
Kelamin : biasa nya yang dominan terkena Anemia adalah perempuan,
Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, No.
Register, Diagnosa medis. Penanggung jawab, meliputi : Nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien
B. Alasan Masuk
Klien mengeluh pusing,lemah,mual dan muntah,badan terasa
letih,pucat,akral dingin
C. Riwayat Kesehatan
D. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keletihan, kelemahan, malaise umum
b. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
c. Klien mengatakan bahwa ia depresi
d. Sakit kepala
e. Nyeri mulut & lidah
f. Kesulitan menelan
g. Dyspepsia, anoreksia
h. Klien mengatakan BB menurun
i. Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi
j. Penurunan penglihatan
k. Kemampuan untuk beraktifitas menurun
E. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan melakukan
serangkaian pertanyaan, meliputi:
a. Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia.
b. Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama.
c. Apakah pernah menderita penyakit malaria.
d. Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.
e. Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti
kanker payudara, leukimia, dan multipel mieloma.
f. Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan penyinaran
dengan radiasi.
g. Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan ginjal
dan hati.
h. Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endoktrin.
i. Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti
vitamin B12 asam folat, vitamin C dan besi.
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Kecendrungan keluarga untuk anemia.
b) Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia
congenital.
c) Keluarga adalah vegetarian berat.
d) Social ekonomi keluarga yang rendah.
G. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 ( E:4 V:5 M:6)
TD :Biasanya menurun
N :Biasana meningkat
P :Biasanya cepat
S :Biasanya meningkat
1) Kepala : Bagaimana kesimetrisan,warna rambut,kebersihan kepala,rambut
kering, mudah putus, menipis, ada uban atau tidak, sakit kepala, pusing,
2) Mata : Sclera tidak ikterik,konjungtiva anemis,pupil isokor.
3) Telinga : Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.
4) Hidung : Kesimetrisan,fungsi penciuman, kebersihan, apakah ada
perdarahan pada hidung atau tidak.
5) Mulut : Keadaan mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi,
kebersihan gigi, stomatitis (sariawan lidah dan mulut)
6) Leher : Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid / tidak, adanya
pembesaran kelenjar getah bening.
7) Thorax
Paru-paru :
I :Pergerakan dinding dada, takipnea,orthopnea, dispnea (kesulitan
bernapas), napas pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas
jasmani merupakan menifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
P :Taktil premitus simetris
P :Sonor
A :Bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.
Jantung
I :jantung berdebar-debar, Takikardia dan bising jantung
menggambarkan beban jantung dan curah jantung meningkat
P :Tidak teraba adanya massa
P :pekak
A :Bunyi jantung murmur sistolik
8) Abdomen
I : Kesimetrisan,diare,muntah,melena / hematemesis.
A : Suara bising usus
P : Terdapat bunyi timpani,
P : Terabanya pembesaran hepar / tidak, adanya nyeri tekan / tidak.
9) Genitalia : Normal / abnormal
10) Integumen : Mukosa pucat,kering dan Kulit kering
11) Ekstermitas : Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Kuku
mudah patah dan berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan
aktifitas.
12) Punggung : Kesimetrisan punggung,warna kulit, dan keberishan
1.2.2 Diagnosa (SDKI)
Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular
6. Gangguan neurologis
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energy
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma
13. Cedera pada medulla spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Dispnea
Objektif
1. Penggunaan otot bantu nafas
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola nafas abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

Kondisi Klinis Terkait


1. Depresi system syaraf pusat
2. Cedera Kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre syndrome
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alcohol

INTOLERAN AKTIVITAS
( D.0056)
Kategori : psikologis
Subkategori : Aktivitas/istirahat
Definisi :
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Imobilitas
1. Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda miyor Objektif :
Subjektif : 1. Frekuensi jantung meningkat >20%
1. Mengeluh lelah dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda minor Objektif :


Subjektif : 1. Tekanan darah berubah >20% dari
1. Dispnea saat aktivitas kondisi istirahat
2. Merasa tidak nyaman setelah 2. Gambaran EKG menunjjukan
beraktivitas aritmia saat setelah aktivitas
1. Merasa lemah 3. Gambaran EKG menunjukan
iskemia
4. sianosis

Kondisi Klinis Terkait


1. anemia
2. gagal jantung kongesif
3. penyakit jantung koroner
4. oenyakit katub jantung
5. aritmia
6. penyakit oaru obstruktif kronis (PPOK)
7. gangguan metabolic
8. gangguan muskuloskeletal

1.2.3 SLKI
1. Pola Napas Tidak Efektif
Pola Napas (L. 01004)
Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat
Ekspektasi ---------- Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Ventilasi 1 2 3 4 5
semenit
Kapasitas vital 1 2 3 4 5
Diameter 1 2 3 4 5
thoraks
anterior-
posterior
Tekanan 1 2 3 4 5
ekspirasi
Tekanan 1 2 3 4 5
inspirasi
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Dispnea 1 2 3 4 5
Penggunaan 1 2 3 4 5
otot bantu
napas
Pemanjangan 1 2 3 4 5
fase ekspirasi
Ortopnea 1 2 3 4 5
Pernapasan 1 2 3 4 5
pursed-tip
Pernapasan 1 2 3 4 5
cuping hidung
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Menurun Membaik
Frekuensi 1 2 3 4 5
napas
Kedalaman 1 2 3 4 5
napas
Ekskursi dada 1 2 3 4 5

Status Neurologis (L. 06053)


Definisi
Kemampuan sistem saraf perifer dan pusat untuk menerima, mengolah dan merespon
stimulus internal dan eksternal.
Ekspektasi ---------- Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Tingkat 1 2 3 4 5
Kesadaran
Reaksi Pupil 1 2 3 4 5
Orientasi 1 2 3 4 5
Kognitif
Status kognitif 1 2 3 4 5
Control 1 2 3 4 5
motoric pusat
Fungsi 1 2 3 4 5
sensorik
kranial
Fungsi 1 2 3 4 5
Sensorik
Spinal
Fungsi 1 2 3 4 5
motoric spinal
Fungsi otonom 1 2 3 4 5
Komunikasi 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Sakit kepala 1 2 3 4 5
Frukuensi 1 2 3 4 5
kejang
Hipertermia 1 2 3 4 5
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Kongestif 1 2 3 4 5
konjungtiva
Kongesti nasal 1 2 3 4 5
Parastesia 1 2 3 4 5
Sensasi logam 1 2 3 4 5
di mulut
Sindrom 1 2 3 4 5
Homer
Pandangan 1 2 3 4 5
kabur
Penile erection 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Menurun Membaik
Tekanan darah 1 2 3 4 5
sistolik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Ukuran pupil 1 2 3 4 5
Gerakan mata 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Pola istirahat 1 2 3 4 5
tidur
Frukuensi 1 2 3 4 5
napas
Denyut 1 2 3 4 5
jantung apical
Denyut nadi 1 2 3 4 5
radialis
Reflex 1 2 3 4 5
polomotorik

2. Intoleran Aktivitas
Toleransi aktivitas
L.05047

Definisi
Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga

Ekspetasi meningkat

Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
menurun meningkat
Frekuensi
1 2 3 4 5
nadi
Saturasi 1 2 3 4 5
oksigen
Kemudahan
dalam
1 2 3 4 5
melakukan
aktivitas
Kecepatan
1 2 3 4 5
berjalan
Kekuatan
tubuh bagian 1 2 3 4 5
atas
Kekuatan
tubuh bagian 1 2 3 4 5
bawah
Toleransi
dalam
1 2 3 4 5
menaiki
tangga
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Keluhan lelah 1 2 3 4 5
Dispepsia saat
1 2 3 4 5
beraktivitas
Dipsnea saat
1 2 3 4 5
beraktivitas
Perasaan
1 2 3 4 5
lemah
Artimia saaat
1 2 3 4 5
aktivtias
Artimia
setelah 1 2 3 4 5
beraktivitas
sianosis 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
memburuk sedang membaik
memburuk membaik
Warna kulit 1 2 3 4 5
Tekanan
1 2 3 4 5
darah
Frekuensi
1 2 3 4 5
mapas
EKG iskemia 1 2 3 4 5

Tingkat Keletihan
L.05046

Definisi
Kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat

Ekspetasi Menurun

Kriteria hasil
Cukup Cukup Meni
Menurun Sedang
menurun meningkat ngkat
Verbalisasi kepulihan
1 2 3 4 5
energi
Tenaga 1 2 3 4 5
Kemampuan melakukan
1 2 3 4 5
aktivitas rutin
Motivasi 1 2 3 4 5
Cukup Cukup menu
meningkat sedang
meningkat menurun run
Verbalisasi rendah 1 2 3 4 5
Lesu 1 2 3 4 5
Gangguan konsentrasi 1 2 3 4 5
Sakit kepala 1 2 3 4 5
Sakit tenggorokan 1 2 3 4 5
Mengi 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Gelisah
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
Perasaan bersalah 1 2 3 4 5
Cukup Cukup memb
memburuk sedang
memburuk membaik aik
Selera makan 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Libido 1 2 3 4 5
Pola istirahat 1 2 3 4 5

1.2.4 SIKI
1. Pola Napas tidak Efektif
Manajemen Jalan Napas (I. 01011)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
Tindakan
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronki kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin lift
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
5. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

2. Intoleran Aktivitas
Manajemen Energy (I. 05178)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk mengatasi atau mencegah
kelelahan atau mengoptimalkan proses pemulihan
Tindakan
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendan stimulus (mis. Suara,
cahaya, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak aktif da/atau pasif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk ditempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas fisik yang bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika ada tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping yang mengurnagi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

1.2.5 Evaluasi
Menurut Capernito (1999) dalam Ndun (2018) Evaluasi adalah
perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi
pada pasien dengan anemia adalah infeksi tidak terjadi, kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi, pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan aktivitas,
peningkatan perfusi jaringan perifer, dapat mempertahankan integritas kulit,
pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostik dan
rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Saputa, Andi. 2018. ’Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Anemia Di Ruang

Rawat Inap Ambun Suri Lantai III RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Tahun 2018’, Karya Tulis Ilmiah, STIKES Perintis Padang.

Ndu, Trisna Festy. 2018. ’Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia Pada An. A.S Di
Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang’, Studi Kasus,
Poltekes Kemenkes Kupang.
Rini, Puspita Puji. 2021. ’Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Anemia Di Ruang
Baitul Izzah 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang’, Karya Tulis
Ilmiah, Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
PPNI, DPP SLKI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan :

Dewan pengurus pusat

PPNI, DPP SLKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan :

Dewan pengurus pusat

PPNI, DPP SLKI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan :

Dewan pengurus pusat

Anda mungkin juga menyukai