Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel
darah merah yang mengakibatkan penurunan jumlah hemoglobin dan
hematokrit di bawah 12 g/dL. Asupan protein dalam tubuh sangat membantu
penyerapan zat besi, maka dari itu protein bekerja sama dengan rantai protein
mengangkut elektron yang berperan dalam metabolisme energi. Selain itu
vitamin C dalam tubuh harus tercukupi karena vitamin C merupakan
reduktor, maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam
bentuk ferro sehingga lebih mudah diserap. Selain itu vitamin C membantu
transfer zat besi dari darah ke hati serta mengaktifkan enzim-enzim yang
mengandung zat besi. (Brunner & Suddarth, 2000:22). Anemia merupakan
masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan orang di negara-negara
berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia.
Prevalensi anemia di perkirakan 9% di negara maju sedangkan di negara
berkembang prevalensinya 43%. Anak-anak dan wanita usia subur
merupakan kelompok yang paling beresiko. Prevalensi terutama tinggi di
negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah
akibat infeksi parasit yang dapat membawa dampak yang besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik.
Sementara WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia melaporkan
bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62
miliar orang dengan prevalensi pada anak sekolah dasar 25,4% dan 305 juta
anak sekolah diseluruh dunia menderita anemia (WHO,2013)
Di Indonesia sendiri masalah anemia juga merupakan salah satu
masalah utama. Prevalensi anemia secara nasional menurut Riset kesehatan
dasar (Riskesdas, 2007) yaitu sebesar 11,9% dan sebagian besar yang terkena
anemia adalah anak-anak usia 1 sampai 4 tahun yaitu sebesar 27,7%, 2
sementara penderita anemia pada usia 5 tahun keatas prevalensinya lebih
rendah yaitu 9,4% (Riskesdas, 2007). Usia anak sekolah merupakan golongan

1
yang rentan terhadap masalah gizi karena anak berada dalam masa
pertumbuhan dan aktivitas yang tinggi sehingga memerlukan asupan gizi
yang tinggi pula umumnya anemia asemtomatoid pada kadar hemoglobin
diatas 10 g/Dl, tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik
dan mental. Dampak anemia pada anak balita dan anak sekolah adalah
meningkatnya angka kesakitan dan kematian, terhambatnya pertumbuhan
fisik dan otak, terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.
Anak anak yang menderita anemia terlihat lebih penakut dan menarik diri dari
pergaulan sosial, tidak bereaksi terhadap stimulus dan lebih pendiam. Kondisi
ini dapat menurunkan prestasi belajar anak disekolah
Angka kematian ibu di provinsi Gorontalo menurut data dinas
Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2013 tercatat jumlah kematian ibu hamil
mencapai 6,5% 2 dan tahun 2014 mencapai 5,3%, sedangkan data Dinas
Kesehatan Kota Gorontalo, selama tahun 2013 angka kematian ibu sebanyak
8 orang per 100.000 dan tahun 2014 angka tersebut tetap sama yaitu 0 orang
per 100.000. tahun 2013 tercatat jumlah ibu hamil yang menderita anemia
sebesar 12,3% dari jumlah ibu hamil dan pada tahun 2014 jumlah ini menjadi
12,73% atau meningkat 0,43%, sedangkan tahun 2015 jumlah tersebut
menjadi 10,9%. Data ini menunjukkan bahwa masih terdapat ibu hamil yang
menderita anemia. Untuk data yang diperoleh peneliti Puskesmas Kota utara,
tahun 2014 tercatat jumlah ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 11
orang ibu hamil sedangkan pada tahun 2015 jumlah ini meningkat menjadi 15
orang ibu hamil dan tahun 2016, jumlah ini meningkat menjadi 66 orang ibu
hamil dan merupakan terbanyak kedua di Kota Gorontalo setelah Puskesmas
Kota Barat. Data ini menunjukkan bahwa anemia masih menjadi masalah
utama pada ibu hamil dan hal ini perlu menjadi perhatian serta penanganan
yang lebih cepat.

2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Siswa praktik kerja lapangan mampu menambah pengetahuan dan
wawasa yang lebih mendalam tentang proses pelaksaan Asuhan
Keperawatan kasus
2. Tujuan khsusnya
Tujuan khusus yang harus di kuasai siswa yaitu
a. Untuk mengetahui apa itu anemia
b. Untuk mengetahui penyebab anemia
c. Untuk mengetahui proses terjadinya anemia
d. Untuk mengetahui tanda gejala anemia
e. Untuk mengetahui therapy yang akan di berikan pada anemia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit
Istilah anemia mendeskripsikan keadaan penurunan jumlah sel darah
merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai normal. Sebagai akibat
dari penurunan ini, kemampuan darah untuk membawa oksigen menjadi
berkurang sehingga ketersediaan oksigen untuk jaringan mengalami
penurunan. Anemia merupakan kelainan patologik yang paling sering
dijumpai pada masa bayi dan kanak-kanak. (Wong,2009:1115)
Menurut Ngastiyah (2012:328), anemia adalah berkurangnya jumlah
eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya
volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan terhadap keseimbangan antara
pembentukan darah pada masa embrio setelah beberapa minggu dari pada
masa anak atau dewasa.
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni,
dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar
pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah
berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam
12 darah kurang dari 7 gr % . Secara morfologis (menurut ukuran sel darah
merah dan hemoglobin yang dikandungnya), anemia dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana
jumlah hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia
makrositik dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang dikarenakan
kekurangan vitamin B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan
anemia non megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang
dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah
yang disebabkan oleh defisiensi zat besi, gangguan sintesis globin,
profirin dan heme serta gangguan metabolisme besi lainnya.

4
3. Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi
kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih,
penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal. Berdasarkan
penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya
zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
b. Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia
defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
c. Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari
kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
d. Anemia hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang
lebih cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah
normalnya adalah 120 hari.
e. Anemia defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa
kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
f. Anemia aplastic Adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan
sumsum tulang dalam membentuk sel darah merah.

B. Etiologi/penyebab
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua
kerusakantersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen
yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001),
beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
1. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
2. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah
merahyangberlebihan.

5
3. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
4. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor
keturunan, penyakit kronisdan kekurangan zat besi
Penyebab dari anemia antara lain :
a. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena:
1) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
2) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
3) Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
4) Inflitrasi sum-sum tulang
b. Kehilangan darah
1) Akut karena perdarahan
2) Kronis karena perdarahan
3) Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi
karena
1) Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
2) Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada
Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi
kekurangan zat gizi yangdiperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain
besi, vitamin B12 dan asamfolat.

C. Anatomi Fisiologi Darah


Darah merupakan jaringan cairan dalam tubuh manusia. Volume
darah berkisar antara 1/12 – 1/13 ( 8 % ) dari berat badan manusia. Pada
dasarnya, darah adalah jaringan ikat yang kompleks di mana sel-sel darah
hidup, yang terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur pembentuk darah.
Warna darah tergantung pada jumlah oksigen yang dibawanya, darah kaya
oksigen berwarna merah tua, dan darah yang mengandung sedikit oksigen
berwarna merah pudar (Stutanta NS., 2019). Darah lebih berat daripada air
dan sekitar 5 kali lebih tebal, atau lebih kental daripada air. Suhu darah (38
derajat Celcius, atau 100,4 derajat Fahrenheit) lebih tinggi dari suhu tubuh

6
Gambar 2.1. Komponen Darah
Menurut Stutanta NS., (2019) darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Bagian interseluler adalah cairan yang disebut plasma Komposisi
plasma darah terdiri dari 55 % adalah cairan, sedangkan 45 % terdiri
dari sel darah, ratio ini dinyatakan dalam nilai “hematokrit” atau
volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47.
Serum darah atau plasma darah terdiri atas Air 91 %, Protein 8 %
( albumin,globulin,protrombin dan fibrinogen), Mineral : 0,9 %
(natrium klorida,natrium bikarbonat, garam kalsium, fosfor, magnesium
dan besi), Bahan organic: 0,1 %(glukosa, asam amino,
kolesterol,hormon,en zim,gas oksigen dan karbon dioksida dan sel
darah ). Fungsi plasma darah yaitu :
a. Mempertahankan tekanan koloid osmotik darah serta asam basa
darah
b. Mempertahankan asam basa darah
c. Berperan dalam pembekuan darah oleh karena adanya unsur
fibrinogen dan prothrombin
d. Mempunyai peranan dalam pertahanan tubuh oleh karena
mengandung faktor immunoglobulin
e. Merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah.
f. Media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik.
g. Membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan,
menye garkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel
tubuh mene rima makanannya.

7
2) Unsur-unsur padat, yaitu sel darah yang terdiri dari : eritrosit ( sel darah
merah), leukosit ( sel darah putih ), serta trombosit (keeping darah).
Eritrosit, Eritrosit, atau sel darah merah, berfungsi untuk mengangkut
oksigen dalam darah ke semua sel tubuh. Berikut adalah seputar sel
darah merah/ eritros
a. Anucleate. Sel darah merah berbeda dari sel darah lain karena sel
darah merah mempunyai inti, yang berarti sel darah merah tidak
memiliki nukleus dan mengandung sangat sedikit organel.
b. Hemoglobin. Hemoglobin, protein yang mengandung zat besi,
mengangkut sebagaian besar oksigen yang dibawa dalam darah.
c. Penampilan mikroskopis. Eritrosit adalah sel kecil, fleksibel yang
berbentuk seperti cakram bikonkaf – rata dengan pusat tertekan di
kedua sisi; terlihat seperti donat mini jika dilihat dengan mikroskop.
d. Jumlah sel darah merah. Biasanya berkisar antara 5 juta sel per
milimeter kubik darah. RBC (Red Blood Cell) melebihi jumlah
WBC (White Blood Cell) sekitar 1000 banding 1 dan merupakan
faktor utama yang berkontribusi terhadap viskositas darah.
e. Darah normal. Secara klinis, darah normal mengandung 12-18 gram
hemoglobin per 100 milimeter (ml); kadar hemoglobin sedikit lebih
tinggi pada pria (13-18 g/dl) dibandingkan wanita (12-16 g/dl)
Gambar 2.2 Eritrosit/sel darah merah

3) Leukosit (sel darah putih)


Mempunyai bentuk yang lebih besar dari sel darah merah serta
berwarna jernih ( tidak berwarna ). Jumlahnya lebih sedikit daripada sel

8
darah merah dan mempunyai inti yang berbelah banyak serta
protoplasmanya berbutirbutir. Dalam setiap milimeter kubik darah
terdapat 6.000 sampai 10.000 sel darah putih. Sel darah putih terdiri
dari Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan 75 % dari
seluruh. Jumlah sel darah putih dan yang termasuk dalam golongan
garanulosit adalah netrofil, eosinofil dan basofil. Fungsi sel granulosit
adalah antibodi terhadap infeksi akut. Termasuk dalam golongan non
granulosit adalah : limfosit dan monosit. Fungsi sel agranulosit adalah
antibodi terhadap infeksi kronis dan imunitas.

Gambar 2.3 Leukosit / sel darah putih


4) Trombosit (keping darah).
Besarnya lebih kurang 1/3 sel darah merah, berbentuk oval dan tidak
berinti serta merupakan sel-sel yang terbesar dalam sumsum tulang.
Sekitar 30-40 % dari jumlah trombosit keseluruhan disimpan dalam
limpa, sisanya bersikulasi dalam darah dan berdekatan dengan en-
dotelium pembuluh darah. Mempunyai peranan dalam penggumpalan
darah dengan cara mem pertahankan integritas endotelium tubuh.
Jumlahnya antara 150.000 – 400.000 / ul 4. Masa hidupnya sekitar 10
hari

9
Gambar 2.4 trombosit/keping darah

Fungsi Darah :
a. Membawa gas, nutrisi dan produk sisa metabolisme. Oksigen masuk
kedalam darah dalam prau-paru dan diangkut ke sel. Karbon dioksida,
yang diproduksi oleh sel, diangkut dalam darah ke paru-paru, dimana
ia dikeluarkan. Nutrisi, ion dan air yang dicerna dibawa oleh darah
dari saluran pencernaan ke sel, dan produk sisa metabolisme
dipindahkan ke ginjal untuk di eliminasi
b. Membentuk gumpalan darah (clot). Protein pembekuan membantu
membendung kehilangan darah ketika pembuluh darah terluka.
Sehingga, darah tidak terus-menerus mengalir keluar dari dalam tubuh
c. Transportasi molekul yang diproses oleh tubuh. Sebagian besar zat
diproduksi di satu bagian tubuh dan diangkut dalam darah ke bagian
lainnya.
d. Perlindungan terhadap zat asing. Antibodi dalam darah membantu
melindungi tubuh dari patogen (zat asing).
e. Transportasi molekul yang mengatur proses tubuh, seperti hormon dan
enzim.
f. Pemeliharaan suhu tubuh. Darah hangat diangkut dari dalam ke
permukaan tubuh, dimana panas dilepaskan dari darah keluar tubuh
melalui pori-pori.
g. Pengaturan pH dan osmosis. Albumin (protein darah) merupakan
penyangga darah yang mempunyai peranan penting terhadap tekanan
osmotik darah, dimana tekanan osmotik berperan dalam menjaga
kadar air dalam aliran darah

10
D. Patofisiologi/Patomekanisme Penyakit
Tanda dan gejala anemia biasanya seperti pucat, mudah lelah,
berdebar takikardi dan sesak napas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak
tangan, kuku dan konjungtiva palpebral. Tanda khas meliputi anemia,
stomatitis angularis, glositis disfagia, hipoklodidia, koilonika dan pagofagia.
Tanda yang kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan terhadap
infeksi penyakit meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja intelektual
serta kemampuan kerja menyusut. Anemia akut sering terkompensasi
dengan buruk dan bermanifestasi sebagai peningkatan frekuensi nadi,
bising, aliran darah, intoleransi aktivitas, nyeri kepala, tidur berlebihan
(terutama pada bayi), malas makan dan sinkop Anemia fisiologik pada bayi
BBLR disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan besi
janin yang sedikit serta bertambah besarnya volume darah sebagai akibat
pertumbuhan yang relatif lebih cepat. Oleh Karena itu, anemia pada bayi
BBLR terjadi lebih dini. Kehilangan darah pada janin atau neonatus
termasuk bayi dengan BBLSR biasanya mencukupi sampai berat badannya
menjadi dua kali berat lahir. Pemberian tambahan zat besi pada bayi yang
mengalami anemia dengan risiko terhadap defisiensi vitamin E (umumnya
bayi dengan masa gestasi kurang dari 34 minggu) akan memperberat
hemolisis dan mengurangi absorbsi vitamin E. Oleh karena itu, vitamin E
diberikan terlebih dahulu pada saat bayi mencapai berat badan dua kali lipat
dari berat lahir, kemudian dimulai pemberian zat besi sebanyak 2 mg/kg/24
jam.44 Masa balita di 16 bawah dua tahun merupakan bagian dari Seribu
Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) setelah melewati masa kehamilan.
Berdasarkan kerangka kebijakan Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam rangka
1000 HPK tahun 2012, Periode ini merupakan periode permanen dan tidak
dapat dikoreksi di usia selanjutnya sehingga sangat di perlukan adanya
program atau upaya pencegahan dan deteksi dini anemia pada balita.

11
E. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) manifestasi klinis atau tanda dan gejala
dari anemia adalah:
1. Manifestasi klinis yang sering muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang – kunang
c. Lesu
d. Aktivitas berkurang Rasa mengantuk
e. Susah berkonsentrasi
f. Cepat lelah
g. Prestasi kerja fisik atau pikiran menurun
2. Gejala khas masing – masing
a. Perdarahan berulang atau kronik pada anemia pasca perdarahan,
anemia defisiensi besi.
b. Ikterus, urin berwarna kuning tua atau coklat, perut mrongkol atau
makin buncit pada anemia hemolitik. Mudah infeksi pada anemia
aplastic dan anemia karena keganasan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda anemia umum: pucat, takikardi, pulsus seler, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
pembesaran jantung.
b. Manifestasi khusus pada anemia:
1) Defisiensi besi: spoon nail, glositis
2) Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai
3) Hemolitik: icterus, splenomegaly
4) Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, dan infeksi

12
F. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Composmenti
GCS : 15 ( E:4 V:5 M:6)
TTV : Tekanan Darah : Biasanya menurun
Nadi : Biasanya meningkat
Pernafasan : Biasanya cepat
Suhu : Biasanya meningkat
a. B1 (Breathing)
Pengkajian pada system pernafasan didapat, Dispnea (kesulitan
bernafas ), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktifitas
jasmani merupakan berkurangnya pengiriman oksigen. Pada pasien
belum sadar dilakukan evaluasi seperti pola nafas, pergerakan rongga
dada: apakah simetris atau tidak, suara nafas 29 tambahan: apakah tidak
ada obstruksi total, udara nafas yang keluar dari hidung,sianosis pada
ekskremitas, auskultasi: adanya wheezing atau rhonchi
b. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan takikardi dan bising
jantung menggambarkan beban kerja dan curah jantung meningkat,
pucat pada kuku, telapak tangan serta membrane mukosa bibir dan
konjungtiva. Penilaian tekanan darah, nadi, perfusi perifer, status
hidrasi (hipotermi : syock) dan kadar Hb. Keluhan nyeri dada bila
melibatkan arteri coroner. Angina (nyeri dada), khususnya pada klien
dengan usia lanjut dengan stenosis coroner dapat diakibatkan iskemik
miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan gagal jantung
kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat
menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.
c. B3 (Brain)
Disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus
(telinga berdengung). Pada Sistem saraf pusat dinilai kesadaran pasien
dengn GCS (Glasgow Coma Scale) dan perhatikan gejala kenaikan TIK
Fungsi-fungsi saraf kranial :

13
1) Nervus Olfaktorius (N.I) : Penciuman
2) Nervus Optikus (N.II) : ketajaman penglihatan, lapang pandang
3) Nervus Okulomotorius (N.III): reflek pupil, otot ocular, eksternal
termasuk otosis dilatasi pupil
4) Nervus Troklearis (N.IV) : gerakan ocular menyebabkan
ketidakmampuan melihat kebawah dan kesamping.
5) Nervus Trigeminus (N.V) : fungsi sensori, reflek kornea, kulit wajah
dan dahi,30 mukosa hidung dan mulut, fungsi motoric, reflek rahang.
6) Nervus Abdusen (N.VI) : Kaji kemampuan klien untuk menggerakan
mata secara lateral
7) Nervus Fasialis (N.VII) : fungsi motoric wajah bagian atas dan
bawah.
8) Nervus Akustikus (N.VII) : Tes saraf koklear, pendengaran,
konduksi udara dan tulang
9) Nervus Glosofaringeus (N.IX) : reflek gangguan faringeal
10) Saraf fagus (N.X) : Bicara
11) Nervus Aesorius (N.XI) : kekuatan otot trapezius dan
sternocleidomastoid, kerusakan akan menyebabkan ketidakmampuan
mengangkat bahu.
12) Nervus Hipoglosus (N.XII) : fungsi motorik lidah kerusakan akan
menyebabkan ketidakmampuan menjulurkan dan menggerakan
lidah.

d. B4(Bladder)
Pada pasien anemia terjadi gangguan ginjal dimana produksi urine
menurun
e. B5(Bowel)
Didapatkan penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia,
nausea, konstipasi atau diare, serta stomatitis (sariawan lidah mulut).
f. B6(Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan , serta mudah
lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

14
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis Anemia dilakukan secra
bertahap. Pemeriksaan berikuanya dilakukan dengan hasil pemeriksaan
terlebih dahulu sehingga lebih terarah dan efesien, pemeriksaan yang di
lakukan meleiputi :
a. Tes penyaring, tes ini di kerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia yang terdiri dari pengukuran kadar hemogoblin, indeks,
eritrosit, dan asupan darah terapi
b. Pemeriksaan darah seri anemia, meliputi hitungan lekosit, trombosit,
retikulosit, dan laju endapan darah
c. Pemeriksaan sumsum tulang, pemeiksaan ini harus di kerjakan pada
sebgaian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis definitive
meski ada beberapa kasus yang diagnosanya tidak memerlukan
pemeriksaan sum-sum tulang
d. Pemeriksaan khusus sesuai jenis anemia, pemeriksaan ini harus di
kerjakan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga
fungsinya adalah untuk mengkonfirmasi dugaan diagnosis tersebut.
Selain itu di perlukan juga pula pemeriksaan non-hematologi tertentu
aeperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal, atau faal triod

G. Therapy / penatalaksanaan atau Tindakan


1. Pengobatan : melalui peroral, suntikan ; IC, IM, IV, beserta
Terapi langsung ditujukan pada penyebab anemia, dapat berupa :
a. Transfusi darah.
b. Pemberian kostikosteroid atau obat-obat lain yang dapat menekan
sistim imun.
c. Pemberian eritropoietin, hormon yang berperang pada proses
hematopoiesis, berfungsi untuk membentuk sunsum tulang pada
proses hematopoiesis.
d. Pemberian suplemen besi, vitamin B12, vitamin-vitamin dan mineral
lain yang yang dibutuhkan.

15
2. Farmokologi obat
Cara kerja obat Anemia :
a. Tablet Besi (Fe)
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di
duodenum dan jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya
makin berkurang. Zat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero.
Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif.
Ion fero yang sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam
sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan
perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan di simpan dalam
sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi
dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe di ubah
menjadi feritin. Setelah di absorpsi, Fe dalam tubuh akan di ikat
dalam transferin (siderofilin) suatu beta 1-globulin glikoprotein,
untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke
sumsum tulang dan depot Fe. Indikasi: Sediaan Fe hanya
diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan Anemia defisiensi
Fe. Penggunaan diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan
penyakit penimbunan besi dan keracunan besi
Efek samping :
Intoleransi terhadap sediaan oral, Gejalanya: mual dan nyeri
lambung, konstipasi, diare dan kolik. Gangguan ini dapat dikurangi
dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan,
walaupun dg cara ini absorpsi dapat berkurang. Pemberian scr IM
dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan berupa rasa
sakit, warna coklat pd tempat suntikan, peradangan lokal.Pada
pemberian IV, dapat terjadi reaksi sistemik. Reaksi yg dapat terjadi
dlm 10 menit setelah suntikan adalah: sakit kepala, nyeri otot dan
sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah,
bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps Reaksi yg lebih sering
timbul dalam ½ – 24 jam setelah suntikan: demam, menggigil, nyeri
dada,rasa sakit pada seluruh badan dan ensefalopatia, syok atau henti

16
jantung. Intoksikasi akut : dpt terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1
g. pada sal cerna terjadi iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis.
Gejalanya: mual muntah, diare, hemetemesis serta feses berwarna
hitam krn perdarahan pada sal cerna, syok dan akhirnya kolaps
kardiovaskular dg bahaya kematian. Terapi intoksikasi akut adalah
sbb:Diusahakan agar pasien muntah,. Diberikan susu atau telur yang
dapat mengikat Fe sbg kompleks protein Fe, Bila obat diminum
kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat dilakukan bilasan lambung dg
larutan nat bikarbonat 1%, Bila lebih dari 1 jam bilasan lambung dpt
menyebabkan perforasi,Untuk mengatasi efek toksik sistemik
maupun lokal pemberian deferoksamin (kelator) spesifik untuk besi.

b. VITAMIN B12 (Sianokobalamin)


Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan
SK Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam
setelah suntikan IM. Absorpsi ini berlangsung dengan 2 mekanisme
yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik castle (fic) dan absorpsi
secara langsung. Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12
dalam darah terikat dengan protein plasma Sebagian besar terikat
pada beta-globulin (transkobalamin II), Sisanya terikat pada alfa
glikoprotein (transcobalamin I) dan inter-alfa-glikoprotein
(transkobalamin III) vitamin B12 yang terikat pada transkobalamin
II akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati yang merupakan
gudang utama penyimpanan vitamin B12 (50-90% ). Kadar normal
vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml dengan simpanan
sebanyak 1-10 mg dalam hepar. Fungsi metabolik :Vit B12 bersama
asam folat sangat penting untuk metabolisme intrasel. Keduanya
dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal, sehingga defisiensi
salah satu vitamin inimenimbulkan gangguan produksi dan maturasi
eritrosit (anemia megaloblastik). Defisiensi Vit B12 juga
menyebabkan kelainan neurologik. Bila tidak cepat diobati dapat
membuat pasien cacat seumur hidup. Dosis : Anemia pernisiosa: 1-

17
10 mg sehari yg diberikan selama 190 hari, Terapi awal: dosis 100
mg sehari parenteral selama 5-10 hari, Terapi penunjang: dosis
pemeliharaan 100-200 mg sebulan sekali sampai diperoleh remisi yg
lengkap (jumlah eritrosit dalam darah +4,5 juta/mm3) dan morfologi
hematologik berada dalam batas batas normal

c. Asam Folat
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3
bagian proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi
memerlukan energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi dapat
berlangsung secar difusi. Walaupun terdapat gangguan pada usus
halus, absorpsi folat biasanya masih mencukupi kebutuhan terutama
sebagai PmGA. Defisiensi folat sering merupakan komplikasi
dari:gangguan di usus kecil, alkoholisme yg menyebabkan asupan
makanan buruk, efek toksik alkohol pada sel hepar, anemia
hemolitik yg menyebabkan laju malih eritrosit tinggi, Obat-obat
yang dapat menurunkan kadar folat dalam plasma.
Indikasi:Penggunaan folat adalah pada pencegahan dan pengobatan
defisiensi folat. Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil,
sekurang kurangnya 500 mg per hari, Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan kuat antara individu antara defisiensi asam folat
pada ibu dengan insiden defek neural tuibe, spt spina bifida dan
anensefalus pada bayi yg dilahirkan. Dosis : Tergantung dari
beratnya anemia dan komplikasi yg ada. Untuk diagnostik: 0,1 mg
per oral selama 10 hari.

d. Eritropoietin
Berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel induk
seldarah merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi eritroit.
Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari sumsum
tulang. Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai respon
terhadap hipoksia jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin

18
diproduksi lebih banyak olh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah. Indikasi :Eritropoietin
terutama diindikasikan untuk anemia pada pasien gagal ginjal
kronik. Pemberian eritropoietin dapat meningkatkan kadar
hematokrit dan hemoglobin, dan mengurangi/menghindarkan
kebutuhan transfusi. Dosisnya:50-150 IU/kg secara IV atau subkutan
3 x seminggu. Untuk pasien anemia akibat gangguan primer atau
sekunder pada sumsum tulang kurang memberikan respon terhadap
pemberian eritropoietin. Untuk pasien ibi dosisnya lebih tinggi,
sekitar 150-300 IU/L 3 x seminggu. Efek samping : Hipertensi
bertambah berat, paling sering akibat peningkatan hematokrit yg
terlalu cepat

H. Prognosis
Prognosis anemia tergantung pada penyebab anemia. Pengganti nutrisi (zat
besi, B12, folat) harus segera dimulai. Pada defisiensi zat besi, penggantian
harus dilanjutkan setidaknya tiga bulan setelah normalisasi kadar zat besi,
untuk mengembalikan simpanan zat besi. Biasanya, defisiensi nutrisi
memiliki prognosis yang baik jika ditangani secara dini dan adekuat.
Anemia, akibat kehilangan darah akut, jika diobati dan dihentikan lebih
awal, memiliki prognosis yang baik.

I. Pencegahan penyakit anemia


1. Makan makanan kaya zat besi
Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk menghasilkan hemoglobin di
dalam sel darah merah. Hemoglobin adalah zat yang memberi warna
merah dan memungkinkan sel darah membawa oksigen ke seluruh tubuh
Anda. Maka dari itu, memperbanyak makan makanan tinggi zat besi bisa
menjadi salah satu upaya pencegahan anemia yang cukup mudah
dilakukan. Beberapa makanan yang mengandung zat besi, antara lain:

19
a. Daging tanpa lemak,
b. Telur
c. Sayuran hijau, seperti bayam dan sawi, dan
d. Sereal yang diperkaya zat besi.
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian
Kesehatan Indonesia, orang dewasa setidaknya butuh 26 mg zat besi
per hari untuk mencegah anemia kambuh
2. Makan makanan mengandung vitamin B12
Cara lain untuk mencegah anemia adalah dengan makan makanan tinggi
vitamin B12. Vitamin B12 adalah nutrisi penting yang dapat membantu
menjaga Kesehatan saraf, membuat DNA, dan berperan penting dalam
pembentukan sel arah merah sehat. Masih mengutip tabel AKG milik
Kemenkes, orang dewasa disarankan mencukupi kebutuhan vitamin B12
sebanyak 2,6 mcg setiap hari sebagai langkah pencegahan anemia.
Sumber vitamin B12 bisa Anda dapatkan dari makanan,seperti:
a. Hati hewan, seperti sapi dan ayam
b. Kerang laut
c. Ikandaging
d. Ungags
e. Telur, dan
f. Susu dan produk susu lainnya yang mengandung vitamin B12.
3. Makan makanan mengandung asam folat
Asam folat (vitamin B9) membantu tubuh membuat sel-sel baru,
termasuk sel darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang
mati. Itu sebabnya, asam folat menjadi salah satu nutrisi penting untuk
mencegah anemia. Makanan yang mengandung asam folat bisa Anda
dapatkan dari:
a. Sayuran berdaun hijau, seperti bayam,
b. Buah jeruk,
c. Kacang polong,
d. Roti,
e. Sereal

20
4. Mengonsumsi makanan mengandung vitamin C
Sering mengonsumsi makanan atau buah yang mengandung vitamin c
dapat menjadi cara mencegah anemia secara alami. Orang dewasa
setidaknya butuh 75 mg vitamin C dalam sehari untuk menjaga kesehatan
sel darah dan fungsi tubuh lainnya tetap sehat. Vitamin C berperan dalam
penyerapan zat besi di dalam usus halus. Inilah alasannya orang yang
kekurangan vitamin C berisiko mengalami anemia.
5. Berikan susu sapi pada anak mulai 1 tahun ke atas
Menurut Academy of Pediatrics (AAP), memberikan susu sapi pada bayi
bisa menjadi salah satu upaya pencegahan anemia sejak dini. Namun,
pastikan Anda memberikan susu sapi pada anak saat usianya setidaknya
mulai satu tahun ke atas. Hal ini lantaran susu formula yang terbuat dari
sapi memiliki kandungan zat besi yang rendah. Susu sapi juga dapat
mengiritasi lapisan usus bayi sehingga memicu perdarahan dan hilangnya
zat besi di dalam tubuh anak. Meski risikonya kecil, bayi yang terlalu
cepat mengonsumsi susu sapi bisa berisiko kekurangan zat besi. ASI
masih menjadi asupan nutrisi terbaik untuk bayi di bawah satu tahun.
Namun, apabila karena kondisi tertentu Anda harus memberikan susu
formula pada bayi yang belum genap 1 tahun, cobalah memberikan susu
kedelai untuk mencegah anemia. Anda mungkin juga perlu berkonsultasi
dengan dokter untuk menemukan pengganti ASI yang tepat sesuaidengan
kebutuhan gizi bayi anda.
6. Berhenti minum alcohol
Minuman memabukkan dinilai dapat menurunkan produksi sel darah
merah di sumsum tulang. Ini karena alkohol menyebabkan nutrisi dari
makanan lain tidak dapat terserap tubuh dengan baik. Nutrisi yang
banyak berkurang karena minum alkohol umumnya adalah vitamin B12
dan folat. Padahal, vitamin B12 dan asam folat sangat berguna untuk
memproduksi sel darah merah. Itu sebabnya, segeralah
berhenti minum alkohol sebagai salah satu cara untuk mencegah anemia

21
BAB III

LAPORAN KASUS/BEDAH KASUS

A. Hasil Kegiatan Yang Di Peroleh


1. Mencuci tangan medical (mencuci medical/ dan mencuci surgical/ strategi)
2. Menyiapkan tempat tidur pasien
3. Menerima pasien pasien baru (registrasi/mendaftarkan pasien baru dan tata
letak pengaturan kartu
4. Memindahkan pasien pasien (kereta ke tempat tidur, kursi roda ke tempat
tidur, tempat tidur ke kursi roda dan tempat tidur ke kereta)
5. Melakukan personal higiene pasien (memandikan psien,meraoikan pasien
merawat rambut dan memotong kuku)
6. Membersihkan/merapikan ruangan pasien
7. Mengukur tanda-tanda vital melalui pengukuran tekanan darah,
menghitung denyut nadi, mengukur suhu badan, menimbang berat badan,
dan mengukur tinggi badan
8. Melaksanakan prosedur esehatan keselamatan kerja di tempat kerja
9. Melaksanakan mobilisasi pasif terhadap klien/pasien
10. Menunjukan kemampuan mengasuh bayi sesuai dengan tingkat
perkembangan
11. Menunjukan kemampuan melaksanakan komunikasi terapautik
12. Mmemberikan penyuluhan kesehatan
13. Mengobservasi/melaksanakan perawatan luka
B. Uraian Prosedur Keterampilan Dasar Keperawatan (Berdasarkan
Referensi)
1. Mencuci Tangan Medical
a. Pengertian
Cuci tangan adalah membersihkan tangan dari kotoran maupun
mikroorganisme dengan menggunakan sabun/sabun anti septik dan air
mengalir

22
b. Tujuan
1) Mencegah dan mengendalikan infeksi silang
2) Menghilangkan sebagian besar mikroorganisme transien darikulit
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Alat dan bahan
a) Sabun
b) Tisu
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Tarik baju ke atas lengan (bila seragam lengan panjang),
b) Lepaskan aksesoris yang ada di tangan
c) Alirkan air dengan membuka kranHindari percikan air ke baju
agar baju tidak basar
d) Atur aliran air agar air tidak terlalu besar/kecil
e) Berilah sabun/sabun anti septik pada telapak tangan dan gosok
tangan sesuai prosedur pelaksanaan
f) Telapak tangan dengan telapak tangan
g) Telapak tangan di atas punggung tangan kiri, telapak tangan kiri
diatas punggung tangan kanan
h) Telapak tangan dengan telapak tangan dengan jari saling berkaitan
i) Letakkan punggung jari dengan telapak tangan satunya dengan
jari saling menggunci tangan dan sebaliknya
j) Jempol kiri di gosok memutar oleh telapak tangan kanan dan
sebalikya
k) Jari kiri menggusap gosok memutar ke arah dalam pada telapak
kanan dan sebaliknya
l) Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri di gerakkan
memutar dan sebaliknya
m)Bilas tangan dengan air mengalir sampai bersih lalu tangan
diarahka kebawah sehingga air mengalir ke ujung jari tangan
n) Keringkan tangan dengan handuk kering
o) Matikan Kran dengan menggunakan handuk yang sudah dipakai
untuk mengeringkan tangan

23
p) Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
pada pasien
2. Menyiapkan Tempat Tidur Terbuka Dan Tertutup
a. Pengertian
Menyiapkan tempat tidur merupakan prosedur pemenuhan kebutuhan
diri dan lingkungandengan memberikan tempat tidur yang sesuai
dengan kebutuhan klien.
b. Tujuan
Pemenuhan kebutuhan ini untuk memberi kenyamanan pada pasien
dalam memenuhi kebutuhan dirinya
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Persiapan Alat/Bahan
a) Tempat tidur dan bantal
b) Pengalas
c) Siprei atau laken
d) Stik laken
e) Boven
f) Selimut
g) Sarung bantal
2) Pelaksanaan tindakan
a) Mencuci tangan
b) Meletakkan alat tenun di tempat yang bersih
c) Memasang laken dengan lipatan memanjang dan menentukan
garis tengah tempat tidur
d) Memasukkan laken bagian kepala kurang lebih 25 cm kemudian
bagian kaki dan buat sudut. Masukkan juga sisinya
e) Memasang perlak dan steek laken
f) Memasang boven laken secara terbalik dengan jahitan lebar di
bagian kepala sampai batas Kasur
g) Meletakkan selimut tepat pada garis jahitan bovenlaken
h) Memasang sarung bantal dan meletakkan bantal dengan bagian
tertutup kejurusan pintu

24
i) Memasang overlaken
j) Mencuci tangan
k) Mendokumentasikan Tindakan
3. Menerima Pasien Baru
a. Pengertian
Menerima pasien yang baru masuk rawat inap untuk di rawat dan di
lakukan tindakan sesuai terapi baik pasien dari IGD, Poli, maupun
pasien dari ruangan lain.
b. Tujuan
Pasien segera memeperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhannya
c. Standar Operasional Prosedur
1) Ucapkan salam
2) Terima pasien di ruang rawat inap yang di antar oleh perawat
IGD/Poli/Perawat ruang lain beserta rekam medis pasien, yang
sebelumnya sudah konfirmasi dengan perawat rawat inap dan
disesuaikan dengan kelas pesanan
3) Antar pasien ke kamar Rawat inap sesuai dengan pesanan oleh
perawat rawat inap dan perawat IGD/Poliklinik/Perawat Ruang
lainnya.
4) Setelah pasien di pindah atau sudah berada di tempat tidur, Perawat
IGD/ Poliklinik/Perawat Ruang lainnya menyerahkan kepada
Perawatan Rawat Inap dan berpamitan dengan pasien dan menuju
ke ruang keperawatan sembari menunggu perawat rawat inap untuk
melakukan Hand over.
5) Informasikan atau jelaskan fasilitas ruangan beserta cara
penggunaan dan kebijakan jam kunjung kepada pasien atau
keluarga pasien
6) Berikan edukasi terkait materi cuci tangan, Managemen Nyeri,
etika batuk dan penggunaan alat medis
7) Lakukan pengkajian terkait kondisi pasien secara umum, riwayat
penyakit sekarang dan dahulu serta obat-obatan yang sedang atau
rutin di konsumsi.

25
8) Lakukan hand over dengan perawat UGD/Poliklinik/perawat ruang
lainnya.
9) Dokumentasikan hasil pengkajian pada form assesment Awal
Keperawatan
10) Laporkan hasil pengkajiannya kepada DPJP menggunakan tekhnik
sabar dan di dokumentasikan pada lembar Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT)
11) Berikan informasi terkait therapi dari dokter kepada pasien.
12) Berikan informasi kepada pasien dan keluarga jika ada yang di
butuhkan bisa menekan tombol nurse station
13) Lakukan asuhan keperawatan dan Lakukan tindakan sesuai gender
serta berikan therapi sesuai advis dokter

4. Memindahkan Pasien Baru


1) Memidahkan Pesien Dari Brangkar Ketempat Tidur
a. Pengertian
Adalah memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan,
keterbatasan, tidak boleh melakkukan sendiri, atau tidak sadar dari
tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang
perawat.
b. Tujuan
memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu (misalnya
pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dll.)
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Alat dan bahan
a) Brankar.
b) Bantal bila perlu
2) Pelaksanaan tindakan
a) Ikuti protokol standar.
b) Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat
terhadap tempat tidur.
c) Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat tidur/pasien4.

26
d) Silangkan tangan pasien ke depan dada.
e) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan anda ke bawah
tubuh pasien.
f) Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan
bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah
pinggang dan panggul pasien,sedangkan perawat ketiga
meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki.
g) Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan
pindahkan ke brankar.
h) Atur posisi pasien, dan pasang pengaman.
i) Lengkapi akhir protocol
2) Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda
a. Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan
kemampuan fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi.
b. Tujuan
1) Memobilisasi klien.
2) Mendorong dan menstimulasi klien untuk menambah kegiatan atau
aktivitas sosial kepada orang lain.
3) Memberikan klien perubahan suasana selain di tempat tidur.
c. Standar oprasional prosedur
1) Alat dan bahan
a) Tempat tidur dan kursi roda dalam keadaan siap pakai
b) Selimut
c) Handschoen
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Cuci tangan
b) Memakai handschoen
c) Rendahkan posisi tempat tidur hingga posisi terendah sehingga
kaki klien bisa menyentuh lantai
d) Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin dengantempat
tidur

27
e) Kunci roda,turunkan sandaran kaki kursi roda
f) Bantu posisi klien duduk di tepi tempat tidur
g) Letakkan tangan klien diatas permukaan tempat tidur ataudiatas
kedua bahu perawat sehingga klien dapat mendorongtubuhnya
sambil berdiri, lingkari tubuh klien dengan keduatangan perawat.
Bantu klien berdiri dan bergerak bersama-sama
h) Bantu posisi klien tegak pada beberapa saatBantu klien untuk
duduk
i) Pastikan keselamatan pasien
j) Turunkan sandaran kaki dan letakkan kedua kaki klien diatasnya
k) Berpamitan dengan klien
l) Mencatat kegiatan dalam lembar keperawatan
m)Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan evaluasi respon
kenyaman klien
3) Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
a. Pengertian
Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur untuk pasienyang
terganggu aktivitasnya secara normal dan membutuhkan bantuan kursi
roda.
b. Tujuan
1) Mengurangi atau menghindari pergerakan pasien sesuai dengan
keadaan fisik.
2) Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasi
3) Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah ruangan.
4) Memenuhi standar pelayanan pasien di rumah sakit.
c. Standar oprasional prosedur
1) Alat dan bahan
a) Tempat tidur dan kursi roda dalam keadaan siap pakai
b) Selimut
c) Bantal bila perlu
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Lakukan cuci tangan

28
b) Siapkan alat ke dekat pasien
c) Ucapkan salam
d) Lakukan identifikasi pasien dengan benar
e) Jelaskan tujuan dan prosedur Tindakan
f) Tanyakan kesiapan pasien atau keluarga
g) Jaga privasi pasien
h) Baca basmalah
i) Pindahkan pasien
j) Pindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
k) Dorong kursi roda ke sisi tempat tidur dan roda belakangnya
harus ditahan atau direm agar kursi roda tidak terbalik
l) Topang ketiak pasien pada sisi yang lemah atau sakit dengan
kedua tangan perawat dan pasien dianjurkan bertumpu pada sisi
yang kuat
m)Bimbing pasien untuk turun dari kursi roda dan berjalan bersama
menuju ke tempat tidur
n) Pasien bersandar pada sisi tempat tidur kemudian bantu untuk
naik ke tempat tidur
o) Setelah pasien berada ditempat tidur, posisinya diatur sesuai
dengan kebutuhan dan dirapikan
p) Lakukan evaluasi Tindakan
q) Rapikan pasien dan lingkungan
r) Baca Hamdalah
s) Berpamitan dengan pasien
t) Bereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
u) Lakukan cuci tangan
4) Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Barngkar
a. Pengertian
memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan, tidak boleh
melakkukan sendiri, atau tidak sadar dari brankard ke tempat tidur
yang dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat.

29
b. Tujuan
Memindahkan pasien dari brankard ke tempat tidur dengan tujuan
untuk perawatan atau tindakan medis lainnya.
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Alat dan bahan
a) Tempat tidur pasien dan brankar
b) Sarung tangan jika perlu
2) Persiapan Pasien
a) Pasien berada di brankar
b) Jelaskan prosedur pada pasienProsedur Pelaksanaan
c) Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat
terhadap tempat tidur
d) Dua atau tiga orang perawat menghadap ke brankar/pasien]
e) Silangkan tangan pasien ke depan dada
f) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan anda ke bawah
tubuh pasien
g) Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan
bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah
pinggang dan panggul pasien, sedangkan perawat ketiga
meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki.
h) Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan
pindahkan ke tempat tidur pasien.
i) Lakukan gerakan mengangkat pasien dengan gerakan yang
anatomis, tidak membungkuk secara berlebihan
j) Posisikan pasien pada posisi yang nyaman.
k) Rapikan pasien dan bereskan alat-alat.
l) Cuci tangan

30
5. Melakukan Personal Hygiene
1) Memandikan Pasien
a. Pengertian
Memandikan pasien adalah suatu tindakan membersihkan seluruh
bagian tubuh pasien dengan posisi berbaring di tempat tidur dengan
menggunakan air bersih, sabun dan larutan antiseptic. Memandikan
pasien merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara
memandikannya di tempat tidur.
b. Tujuan
menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor,
memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan
pasien.
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Alat dan bahan
a) Handuk mandi 2 buah
b) Waslap 3 buah
c) Sabun mandi pada tempatnya
d) Selimut ekstra 1 buah
e) Baskom air kecil 1 buah
f) Alat rias pribadi pasien, seperti bedak atau kolonye, deodorant,
losion atau krim tubuh, minyak zaitun
2) Pelaksanaan tindakan
a) Identifikasi kebutuhan pasien
b) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
c) .Siapkan alat alat dan susun diatas troli
d) Dekatkan ke pasiene.Pasang tirai untuk menjaga privasi pasien
e) .Atur pasien pada posisi supine atau semifowler
f) Cuci tangan dengan prinsip bersih
g) Pasang selimut ekstra sambil menurunkan selimut pasien
h) Buka pakaian pasien dibawah selimut
i) Pasang handung dibawah kepala pasien

31
 Wajah
- Basahi waslap lalu basuh wajah dan leher pasien, dimulai dari
dahi. Tanyakan apakah pasien mau menggunakan sabun
wajah?
- Basuh dan bersihkan bibir dengan arah melingkar
- Basuh kelopak matamenggunakan air bersih dengan arah dari
dalam ke luar
- Bersihkan seluruh daun telinga dengan perlahan
- Keringkan wajah dan telinga dengan handuk
 Lengan
- Letakan handuk memanjang pada lengan yang terjauh
- Basahi dan sabuni lengan dengan arah dari pergelangan tangan
sampai pangkal lengan atau dari bagian bersih ke bagian yang
kotor
- Rendam tangan pasien lalu bersihkan telapak dan kukunya
menggunakan sikat dan sabun
- Bilas dan bersihkan aeluruh lengan dengan air bersih lalu
keringkan dengan handuk, setelah kering lengan diposisikan ke
arah atas
- Pindahkan handuk ke lengan terdekat, lakukan langkah langkah
yang sama pada lengan sebelumnya
 Dada
- Pindahkan handuk memanjang untuk menutupi bagian dada
dan perut pasien
- Basahi dan sabuni bagian dada hingga atas simfisis dengan
arah gerakan dari dada ke bawah atau dari yang bersih ke
bagian yang kotor
- Bilas dan bersihkan dengan air bersih lalu keringkan dengan
handuk setelah kering tutup dengan baju atau selimut bersih
 Kaki
- Letakan handuk dibawah kaki yang terjauh dari perawat
- Basahi dan sabuni kaki tersebut dengan arah gerakan dari

32
telapak kaki ke paha atau dari bagian yang bersih ke bagian
yang kotor
- Rendam kaki lalu bersihkan kuku dan telapaknya dengan
menggunakan sikat dan sabun
- Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan handuk
- Setelah kering, tutup dengan selimut bersih
- Letakan handuk dibawah kaki yang terdekat dengan perawat,
bersihkan dengan cara yang sama
 Genitalia
- Dengan mneggunakan waslap lain, basahi dan sabuni bagian
genetalia pasien (bila pasien bisa melakukannya sendiri berikan
waslap ditangan kiri dan ajari cara membersihkannya)
- Bilas dan keringkan area yang sudah dibersihkan, kemudian
tutupi dengan selimut bersih
 Punggung
- Miringkan pasien (berlawanan dengan perawat), letakan
handuk memanjang di bawah punggung dan bokong pasien,
tutup bagian bagian kaki yag sudah bersih
- Basahi dan sabuni dengan arah dari bokong ke punggung. Bilas
dan keringkan dengan handuk
- Lakukan message dengan menggunakan losion atau minyak
dari arah bokong ke punggung, lakukan gerakan melingkar
pada area area tulang yang menonjol. Lakukan selama 3-5
menit
- Observasi adanya tanda-tanda luka tekan (kemerahan,lecet)
pada bagian yang menonjol
- Bersihkan sisa losion atau minyak dengan handuk.
- Berikan bedak, deodorant, dan lotion (sesuai kebiasaan pasien).
- R.Bantu pasien memakai pakaian dalam dan baju luars.Atur
pasien dalam posisi yang nyaman sebelum ditinggalkan
- Rapikan dan bersihkan alat yang telah digunakanu.Catat
tindakan yang telah dilakukang dan hasilnya.

33
2) Mencuci Rambut Pasien
a. Pengertian
Mencuci rambut adalah menghilangkan kotoran rambut dan kulit
kepala dengan menggunakan sampo.
b. Tujuan
Membersihkan kulit kepala dan rambut. Menghilangkan bau dan
memberikan rasa nyaman. Merangsang peredaran darah di bawah kulit
kepala
c. Standar Operasional Prosedur
1) Persiapan Alat/Bahan
a) Pengalas
b) Sisir biasa
c) Tisu dan tempatnya
d) Bengkok berisi larutan lisol 2-3%
e) Kantong plastik
f) karet pengikat (jika perlu)
g) Minya krambut (jika perlu)
h) Talang karet (perlak dan handuk yang dibuat sebagai talang)
i) Handuk
j) Sampo
k) Kom kecil
l) Kain kasa dan kapas bulat dalam tempatnya
m)Gayung air
n) Baskom berisi air hangat (±400 C)
o) Ember kosong
p) Kain pel
2) Pelasksanaan Tindakan
a) Identifikasi kebutuhan pasien
b) Identifikasikan tingkat kemandirian pasien terkait kemampuan
mencuci rambut
c) Lakukan kontrak dengan pasien (waktu, tempat dan tindakan)
d) Informasikan tujuan dilakukannya Tindakan

34
e) Siapkan alat-alat dan susun di troli
f) Bawa alat-alat ke dekat pasien
g) Angkat bantal, lalu pasang pengalas dan handuk di bawah kepala
pasien
h) Pasang ujung rambut di atas bahu pasien atur posisi kepala
pasien agar berada di pinggir tempat tidur
i) Pasang talang di bawah kepala pasien dengan ujung talang
dimasukkan ke dalam ember kosong, alasi ember dengan kain
pel
j) Sisir rambut pasien tutup lubang telinga dengan kasa dan jika
perlu tutup juga mata pasienm.basahi rambut mula dari pangkal
sampai ke ujung rambut.
k) Tuang sedikit sampo ke seluruh permukaan kulit kepala dan
rambut kemudian usap sambai berbusa pijat secara perlahan
l) Bilas rambut sampai bersih
m)Angkat penutup telinga dan mata
n) Angkat talang masukkan karet ke dalam ember dan angkat
handuk
o) Keringkan rambut dengan handuk, jika perlu dibungkus
p) Sisir rambut
q) Atur kembali posisi pasien (jika pasien pada posisi tidur, alasi
bantal dengan handuk)
r) Rapikan kembali alat-alat
s) Cuci tangan
t) Observasi keadaan pasien
u) Catat tindakan yang dilakukan dan hasilnya
3) Memotong Kuku Pasien
a. Pengertian
Memotong kuku pasien adalah suatu tindakan untuk membersihkan
kuku pasien dengan cara dipotong diatas tempat tidur.
b. Tujuan
1) Menjaga kebersihan kuku

35
2) mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat kuku yang Panjang
3) Menjaga kebersihan tangan dan jari
4) Menjaga kerapian
c. Standar Operasional Prosedur
1) Persiapan Alat bahan
a) Gunting kuku
b) Handuk
c) Kom berisi air hangat
d) Body lotion
e) Bengkok
2) Pelaksanaan tindakan
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan perawat
b) Sarung tangan dan masker k/p
c) Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga serta
menjelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan
d) Perawat meminta persetujuan tindakan secara lisan kepada
pasien/keluarganya
e) Perawat menjaga privacy pasien dengan cara memasang tirai
f) Perawat melakukan identifikasi pasien sesuai dengan prosedur
g) Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai dengan prosedur
h) Perawat mengenakan APD sesuai dengan prosedur
i) Perawat menempatkan pasien pada posisi yang nyaman
j) Perawat meletakkan handuk di bawah kuku yang akan dipotong
k) Perawat menggunting kuku sesuai dengan bentuknya, bila kuku
tangan dipotong bundar dan bila kuku kaki dipotong lurus
l) Perawat merendam kuku bila terasa keras saat mau dipotong
m)Perawat mengkikir kuku yang telah dipotong
n) Perawat memberi lotion pada kuku
o) Perawat merapikan alat yang telah diberikan dan membuang
sampah sesuai dengan prosedur
p) Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga bahwa tindakan
selesai dilakukan dan mohon undur diri

36
q) Perawat melepas APD sesuai dengan prosedur
r) Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
s) Perawat melakukan dokumentasi tindakan di dalam catatan
perkembangan terintegrasi

6. Membersihkan/Merapikan Ruangan Pasien


a. Pengertian
Suatu proses pembersihan lantai dengan menggunakan sapu dan dustpan
b. Tujuan
Agar supaya lantai menjadi bersih dari debu dan kotoran
c. tandar oprasional prosedur
1) Persiapan Alat
a) Sapu (Broom), bertangkai panjang agar saat mengerjakan tidak
membungkuk
b) Serokan (Dustpan)
c) Tempat sampah (Garbage)
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Usahakan agar ruangan yang akan disapu tidak banyak
perlengkapannya yang dapatmenghalangi teknik pembersihan
antara lain ara meletakkan kursi & diatas mejadengan posisi
terbalik (khusus ruang aula seruni)!
b) Mulai menyapu dari sudut terjauh dari pintu masuk
c) Peganglah sapu dengan tangan kanan dan sodo (dustpan) dengan
tangan kiri.
d) Kumpulkan sampah dan debu ke dalam dustpan
e) Anjutkan menyapu sehingga keseluruh ruangan atau lantai bersih
dari debu dansampah
f) Perhatikan tempat & tempat tersembunyi seperti : dibalik pintu
disudut ruangan dan sebagainya.
g) Jika pekerjaan telah selesai bersihkan sapu dengan ara
mengibaskan di atas bak sampah agar kotoran debu lepas dari
bulu-bulu sapu

37
h) Sampah atau debu yang dikumpulkan pada 4dustpan/ di buang
kedalam tempat-tempat sampah atau garbage
i) Bersihkan dustpan dengan lap bila perlu di dengan air dan sabun
air
j) Gudangkan semua alat & pembersih dengan benar yakni dalam
kondisi bersih kering dan teratur

7. Pengukuran Tanda-Tanda Vital


1) Pernafasan (Respirasi)
a. Pengertian
Menghitung jumlah pernafasan ( inspirasi yang diikuti ekspresi
selaman 1 menit).
b. Tujuan
1) Mengetahui keadaan umum pasien
2) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam rentan 1 menit
3) Mengikuti perkembangan penyakit
4) Membantu menegakkan diagnosis
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Persiapan alat
a) Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Menjelaskan prosedur kepada pasien bila hanya khusus menilai
pernafasan
b) Membuka baju pasien jika perlu untuk mengobservasi gerakan
dada
c) Letakan tangan pada dada, mendobservasikeadaan dan
kesimetrisan gerak pernafasan
d) Menentukan irama pernafasan
e) Menghitung pernafasan slama 1 menit atau 60 detik
f) Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinana ada bunyi
abnormal
g) Mencuci tangan.

38
2) Denyut nadi
a. Pengertian
Menghitung frekuensi denyut nadi ( loncatan aliran darah yang dapt
teraba yang terdapat di berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan
pada nadi, yang lazim diperiksa atau diraba pada radialis
b. Tujuan
1) Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit
2) Mengetahui keadaan umum pasien
3) Mengetahui intgritas sistem kardiovaskulr
4) Mengukuti perjalanan penyakit
c. Standar oprasional prosedur
1) Persiapan alat
a) Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
2) Pelaksanaan tindakan
a.) Mengatur posisi pasien dengan nyaman dan rileks.
b.)Menekan kulit pada area arteri radialis dengan menggunakan 3
jari yang kemudian meraba denyut nadi.
c.) Menekan arteri radialis kuat dengan menggunakan jari-jari 1
menit atau 60 detik, jika tidakteraba denyutan, jari-jari digeser
kekanan atau kekiri hingga denyut nadi dapat dirasakan.
d.)Denyut pertama akan terasa atau teraba kuat, jika denyut hilang
rabalah, tekanlah hinggadenyut terasa kuat kembali.
e.) Mencuci tangan
3) Tekanan darah
a. Pengertian
Melakukan pengukuran tekanan darah ( hasil dari curah jantung dan
tekanan darah perifer) dengan menggunakan spygnomanometer dan
sttoskop.
b. Tujuan
1) Mengetahui keadaan hemodinamik pasien
2) Mengetahui keadaan kesehatan pasien secara menyeluruh
c. Standar Oprasional Prosedur

39
1) Persiapan Alat
a) Stotoskop
b) spygnomanometer
c) pena dan buku
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Menyiapkan posisi pasien
b) Menyingsingkan lengan baju pasien
c) Memasang manset 1 inchi ( 2,5 cm ) diatas nadi branchialis
( melakukan palpasi nadi branchialis )
d) Mengatur tensi meter agar siapdipakai ( untuk tensi air raksa )
menghubungkan pipa tensi meter dengan pipa manset, menutup
sekrup balon manset, membuka kunci reservoir
e) Meletakan diafragma stotoskop diatas tempat denyut nadi tanpa
menekan nadi branchialis
f) Memompa balon manset ±180 mmHg
g) Mengendorkan pompa dengan cara membuka skrup balon
manset hingga melawati bunyi denyut nadi yang terdengar
terakhir
h) Pada saat mengendurkan pompa perahtikan bunyi denyut nadi
pertama ( syistol ) sampai denyut nadi terakhir ( diastol ) jatuh
diangka berapa sesuai dengan sekala yang ada di tensi meter.
i) Jika pengukuran belum yakin, tunggu 30 detik dan lalu lengan
ditinggikan diatas jantung untuk mengalirkan darah dari lengan
setelah itu ulangi lagi, hingga merasa yakin dan mendapat hasil
yang akurat
j) Melepaskan manset
k) Mengembalikan posisi pasien dengan senyaman mungkin
l) Mencuci tangan
4) Suhu badan
a. Pengertian
Mengukur suhu tubuh dengan mengguanakan termometer yang di
pasangkan di mulut, aksila dan rektal.

40
b. Tujuan
1) Mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan tindakan
keperawatan
2) Membantu menegakkan diagnosis
c. Standar oprasional prosedur
1) Persiapan Alat
a) Termometer aksila
b) atau termometer mulut atau rektum
c) tissue, air bersih
d) air sabun
e) air desinfektan
f) savlon didalam bitol
g) pena dan buku
2) Pelaksanaan tindakan
a) Pengukuran suhu pada aksila
b) Mengamati angka yang di tunjuk air raksa dengan benar.
c) Menurunkan air raksa bila perlu
d) Mengatur posisi pasien
e) Meletakan termimeter di ketiak tangan kanan atau tangan kiri
dengan posisi ujung termometer dibawah kemudian pasien
disuruh menjepit termometer dengan cara tangan kanan atau
tangan kiri memegang bahu secara bersilangan
f) Menunggu sekitar 5 menit
g) Mengambil termometer setelah 5 menit kemudian mengelap
termometer dengan cara berputar dari urutan yang paling
bersih keurutan yang paling kotor
h) Menbaca hasil pengukuran suhu yang ditunjukan air raksa
dengan segera
i) Merapikan baju dan posisi pasien senyaman mungkin
j) Mencelupkan termometer dengan urutan air savlon, air sabun
dan bilas dengan sir bersih.
k) Mengeringkan termometer dengan menggunakan tissue.

41
l) Mengembalikan atau menurunkan posisi air raksa.
m)Mencuci tangan.

8. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempar Kerja


a. Pengertian
Adalah alat pelindung diri (APD) seperangkat alat yg digunakan oleh
tenaga kerja utk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
b. Tujuan
Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah ,
semua jenis cairan tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh dan
selaput lendir pasien.
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Alat dan bahan
a) Topi
b) Sarung Tangan
c) Masker
d) Kaca Mata/ Pelindung Wajah
e) Baju Kerja / Celemek / Skort
f) Sepatu Karet / Bot
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Penutup kepala
 Tujuan
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan
kulit kepala petugas terhadap alat –alat daerah steril dan juga
sebaliknya untuk melindungi kepala / rambut petugas dari
percikan bahan bahan dari pasien
 Manfaat
Petugas terhindar dari paparan / percikan darah dan cairan
tubuh Pasien dan Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari
rambut dan kulit petugas kepada pasien
 Indikasi Pemakaian Tutup Kepala

42
Tindakan operasi, tindakan invasif, tindakan intubasi
penghisapan lender
b) Sarung tangan
 Tujuan
Melindungi tangan dari kontak dengan darah , cairan tubuh,
sekret, ekskreta, mukosa, kulit yang tidak utuh, dan benda yang
terkontaminasi
 Manfaat
Betugas : Mencegah kontak tangan dengan darah , cairan tubuh,
benda yang terkontaminasi
Pasien : Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan petugas
memakai sarung tangan steril
 Indikasi
Tindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan terjadi
kontak dengan darah , cairan tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang
tidak utuh , selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi
 Jenis sarung tangan
Sarung tangan bersih, sarung tangan steril, sarung tangan rumah
tangga
c) Masker
 Tujuan
Melindungi diri dari membran mukosa petugas terkenakontak
dgn percikan darah dan cairan tubuh Pasien mencegah kontak
droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung
mikroorganisme saat bicara ,batuk ,bersin.
 Manfaat
Agarter hindar dari membran mukosa petugas terkena kontak
dgn percikan darah dan cairan tubuh pasien mencegah kontak
droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung
mikroorganisme saat bicara ,batuk ,bersin.

43
 Indikasi
Masker dipakai satu kali jika sudah lembab harus diganti/tidak
efektif lagi Jangan menggantung masker di leher dan kemudian
dipakai lagi Tidak memakai masker ke luar dari lingkungan
pasien.
d) Kaca mata pelindung mata dan muka
 Tujuan
Untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia
berbahaya, gas dan partikel yang melayang di udara atau air,
percikan benda kecil, panas, atau uap.
 Manfaat
Alat pelindung diri yang menutup wajah dan mata juga penting
digunakan oleh tenaga kesehatan yang bertugas untuk
mengurangi risiko munculnya gangguan kesehatan atau cedera
akibat paparan radiasi, pancaran cahaya, dan benturan atau
pukulan benda keras atau tajam.
 Indikasi
Alat pelindung mata yang umumnya digunakan adalah kacamata
khusus. Atau spectales dan goggles. Sedangkan alat pelindung
muka terdiri dari tameng muka (face shield) atau full face
masker, yaitu masker yang menutupi bagian wajah
e) Skort/ Jas/ Celemek
 Tujuan
Melindungi petugas dari kemungkinan genangan / percikan
darah atau cairan tubuh lainnya yang dpt mencemari baju
petugas
 Manfaat
Gaun pelindung atau baju kerja atau celemek dapat memberikan
manfaat bagi perawat untuk melindungi kulit dan pakaian dari
kontaminasi cairan tubuh pasien

44
 Indikasi
Gaun pelindung wajib digunakan ketika melakukan tindakan
irigasi, menangani pasien dengan perdarahan, melakukan
pembersihan luka, maupun tindakan lainnya yang terpapar
dengan cairan tubuh pasien
f) Sepatu Pelindung
 Tujuan
bertujuan untuk mencegah kemungkinan tusukan benda tajam
maupun kejatuhan alat kesehatan
 Manfaat
Manfaat melindungi perawat ataupun petugas kesehatan
terhadap tumpuhan atau percikan darah maupun cairan tubuh
yang lain
 Indikasi
Menurut Rosdahl & Merry (2008) yang dikutip Putra (2012),
standar alas kaki yang tertutup seluruh ujung jari dan telapak
kaki serta terbuat dari bahan yang mudah dicuci dan bahan
tusukan. Penggunaan alas kaki termsuk juga sepatu yang dipakai
sehari-hari harus memenuhi syarat dan juga penggunaan sepatu
khusus seperti sepatu khusus diruang tertentu misal ruang
operasi, ICU, isolasi, ruang

9. Melaksanakan Mobilisasi Pasif


a. Pengertian
Merupakan arti latihan rentang gerak yang di lakukan dengan
menggunakan alat bantu.
b. Tujuan
Menjaga kekuatan dan kelenturan persendian gerak ekstremitas
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Alat dan bahan
a) Pita pengukur
b) Kruk berujung karet

45
c) Walker
d) Pararel bar
e) Goniometer
2) Pelaksanaan tindakan
a) Cuci tangan dan gunakan APD
b) Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja
c) Memperkenalkan diri
d) Lakukan tindakan
e) Bila telah selesai rapikan klien
f) Lepaskan APD
g) Cuci tangan

10. Menunjukan Kemampuan Mengasuh Bayi


a. Pengertian
Memberikan perawatan kepada bayi yang terpasang foto terapi atau
bayi yang mengalami hiperbilirubin merupakan salah satu asuhan
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan bayi yang terpasang foto
therapy. foto therapy merupakan alat yang berupa sinar cahaya floureces
yang mengandung ultra violet dengan spectrum ideal 420-450mu.
b. Tujuan
1) Memengaruhi/menurunkan kadar bilirubin
2) Mencegah penumpukan bilirubin indirect dalam selotak
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Persiapan alat
a) Siapkan pemberian minum ASI/PASI
b) Pemeriksaan fisik
c) Alat tenun dan pakaian bayi
d) Alat memandikan
e) Tempat sampah
f) Penutup mata dan testi (bahan tak tembus cahaya)
2) Persiapan Pasien
a) Pastikan klien memerlukan penurunan kebutuhan dasar manusia

46
(minum, aktivitas, tidur, terhindari dari ingeksi, personal hygiene,
keseimbangan suhu).
b) Amati seluruh tubuh klien (warna kulit, mata, aktivitas, kotoran)
c) Atur posisi sesuai prosedur
3) Pelaksanaan tindakan
a) Perawat mencuci tangan, alat-alat di dekatkan
b) Keluarga di beritahu, lampu foto grafi di matikan
c) Lepaskan pelindung mata, amati kotoran dan warna selera dan
bersihkan dengan kapas mata.
d) Catat bila ada hal-hal tidak wajar
e) Pastikan bayi apakah badannya tidak kotor, bau urin atau buang
air besar
f) Bersihkan badan bayi dengan mandi lap di dalam incubator lalu
keringakan dengan handuk
g) Mengganti pakaian/alat tenun/produk basah sesudah di mandikan
h) Observasi TTV, amati seluruh tubuh bayi terutama warna kulit
i) Lanjutkan pemberian tindakan lainnya
j) Dokumentasikan pemberian therapy
k) Berikan pemenuhan kebutuhan cairan melalui minuman sesuai
jadwal dan kebutuhan bayi
l) Posisikan kembali bayi untuk melanjutkan pemberian foto therapy
m)Pakaian bayi di lepaskan di dalam box incubator
n) Meneutup mata dan testis dengan bahan yang tidak tembus cahaya
o) Tidurkan bayi terlentang atau tengkurap
p) Atur jarak bayi 45-50cm dari lampu
q) Atur posisi bayi dalam 3 posisi (mika,miki,tengkurap) setiap 3-
8jam
r) Ukur suhu, HR, RR, setiap 2 jam
s) Matikan foto therapy bila memberikan minuman, penutup mata di
buka, observasi mata (kotoran), ijinkan ibu kontak dengan bayi
t) Catat intake dan output
u) Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit

47
v) Alat-alat di besihkan dan di rapikan Kembali
w) Periksa bilirubin setiap 12-24jam

11. Melaksanakan Komunikasi Terapeutik


a. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di lakukan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya di pusatkan untuk kesembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik bukan merupakan pekerjaan yang dapat
di kesampingkan, namun harus di rencanakan, di sengaja dan
merupakan tindakan profesional seorang perawat. akatn tetapi, jangan
sampai karena terlalu asik dan sibuk bekerja, melupakan pasien
sebagai manusia dengan berbagai macam latar belakang dan
masalahnya.
b. Tujuan
Komunikasi terapeutik sangat penting dan merupakan komunikasi
yang direncanakan secara sadar dan dipusatkan serta bertujuan untuk
kesembuhan pasien.
c. Fase fase komunikasi terapiutik
1) Tahap persiapan (prainteraksi)
Tahap ini sangat penting di lakukan sebelum berinterak klien, pada
tahap ini perawat menggali dan mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya, juga mencari informasi tentang klien. kemudian
perawat merencanakan strategu untuk pertemuan pertama dengan
klien, tahap ini harulakukan perawat untuk memahami dirinya dan
menyiapkan dirinya.
2) Tahap perkenalan (orientasi)
Di tahap ini yang di lakukan pertama kali bertemu atau kontak
dengan klien. pada saat berkenallan perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebuh dahulu kepada klien. dengan memperkenalkan
dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini di
harapakn mendorong klien untuk membuka dirinya. tujuan tahap ini
adalah untuk memvalidasikan keakuratan data dan rencana yang

48
telah di buat dengan keadaan klien saat ini, serta memvalidasikan
hasil tindakan yang lalu.
3) Tahap kerja
Tahap ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. pada tahap ini perawat dan klien berkerja sama untuk
mengatasi masalah yang di hadapi klien, pada tahap kerja ini di
tuntut kemampuan perawat dalam mendorong klien
menggungkapakan perasaan dan pikirannya. perawat juga di tuntut
untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi
terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun
nonverbal.

12. Penyuluhan Kesehatan


a. Pengertian
nyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan 
b. Tujuan
Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah agar tercapainya perubahan
perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan
memelihara kesehatan, berperan aktif mewujudkan kesehatan yang
optimal sesuai hidup sehat baik fisik, mental dan sosial.
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Persiapan alat
a) ATK
b) Leaflet
c) Poster
d) Lembar balik
e) Compuer
f) LCD/Proyektor

49
2) Pelaksanaan tindakan
a) Perkenalkan diri
b) Mengemukakan maksud dan tujuan
c) Menjelaskan poin-poin penyuluhan
d) Menyampaikan penyuluhan dengan suara jelas dan irama yang
tidak membosankan
e) Tujukan tatatpan mata pada setiap pendengar dan tidak tetap
duduk di tempat
f) Selingi dengan humor segar
g) Gunakan bahasa sederhana
h) Ciptakan suasana relax (santai), pancing pendengar agar turut
berpartisipasi
i) Jawab setiap pertanyaan jujur dan meyakinkan
j) Sediakan waktu untuk tanya jawab
k) Menyimpulkan penyuluhan sebelum mengakhiri penyuluhan
l) Tutuplah penyuluuhan dan dengan mengucapkan terima kasih
m)Bila ada bahasa bacaan sebaiknya di bagi setelah penyuluhan
selesai

13. Mengobservasi/melaksanakan perawatan luka


a. Pengertian
Perawatan luka adalah tindakan merawat luka dengan upaya untuk
mencegah infeksi, membunuh atau menghambat pertumbuhan
kuman/bakteri pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Hal-hal yang dapat
membantu penyembuhan luka antara lain dengan cara, makan makanan
bergizi, mengikuti terapi dokter, minum obat secara teratur.
b. Tujuan
1) Menjaga kebersihan dapat mencegah infeksi.
2) Memberikan rasa aman & nyaman untuk pasien.
3) Mempercepat proses penyembuhan luka.
4) Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan.
5) Membersihkan luka dari benda asing/kotoran.

50
6) Memudahkan pengeluaran cairan yang keluar dari luka.
7) Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka.
8) Mencegah perdarahan sekitar luka.
c. Standar Oprasional Prosedur
1) Persiapan alat
a) Sarung tangan
b) Guntung plester
c) plester
d) alcohol 70%
e) Desinfektan
f) NaCl 0,9%
g) Bengkok
h) Perban
i) Obat luka sesuai kebutuhan
2) Pelaksanaan tindakan
a) Menjga privasi pasien
b) Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
c) Membuka peralatan
d) Memakai APD
e) Basahi luka dengan alcohol dan buka dengan menggunakan pinset
anatomi
f) Membuka balutan lapisan terluar
g) Membersihkan sekitar luka bekas plester
h) Mmebuka balutan lapisan dalam
i) Melakukan debrideman
j) Mmebersihkan luka dengan cairan NaCl
k) Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan kasa
l) Memasang plester dan perban
m)Merapikan pasien dan alat-alat
n) Mencuci tangan

51
C. Kasus
1. Tanggal : 21-03-23
2. Di : RSIA SITTI KHADIJAH AISYIYAH KOTA GORONTALO
3. Biodata
a. Identitas : An . F
Nama ibu : Ny . L Ayah : Tn . B
Umur : 9 tahun No hp : 089618713929
Agama : Islam
Alamat : JL. Taman sari moodu
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Ny. L mengatakan An. F dalam keadaan pusing lemas.
Riwayat keluhan/ Penyakit/ Operasi, yang telah dialami sebelumnya :
Orang tua pasien mengatakn pasien belum pernah melakukan operasi,
dan setelah di bawa ke puskesmas HB pasien 4,8 masuk dengan luka luka
nampak hitam di badan
c. Pemeriksaan fisik
Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : ComposMentis
Berat badan : 12 kg
Tinggi badan :-
TTV
TD : 90/70 mmhg
SB : 36,2°C
N : 120 x/m
R : 30×/M
CGS : E4, M6, V5

52
Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
Bentuk kepala normal, rambut pasien terlihat hitam pekat dan tampak
bersih dan tidak terjadi ketombean
b. Mata
Keadaan mata tampak simetris kiri dan kanan, lapang padang mata
bagus, pergerakan mata normal, kongtiva warna pucat, tidak ikterik
c. Hidung
Hidung tampak normal dan dalam keadaan bersih
d. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan dalam keadaan bersih, gigi tidak
berlubang, gusi tidak bengkak, tidak ada karies gigi
e. Tenggorokan
Tenggorokan terlihat normal saat menelan makanan dan minuman,
f. Telinga
Telinga tampak bersih dan tidak memakai alat bantu
g. Leher
Leher tampak normal tidak ada pembesaran kelejar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis
h. Thorax
Bentuk dada normal, pergerakan dada mengikuti pola nafas
i. Abdomen
Bentuk abdomen normal, mengikuti pola nafas, tidak ada
pembesaran/kembung
j. Kulit
Kulit tampak bercak bercak hitam, teraba hangat
k. Ekstremitas
Ekstrimitas Atas ki/ka+

Ektrimitas Bawah ki/ka+

53
d. Pemeriksaan laboratorium
Nama : An . F
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 9 tahun No cm : -

NAMA TEST HASIL SATUAN NILAI NORMAL KET

EMATOLOGY

Erirosit : Hipkorom (++), Normokrom (+), Mikrosit (+++), Normosit (+),


Polikromasia (+), Tear Drop Sel (+), Burr Sel (+), Pensil Sel (+)
Normoblas (-)

Leukosit : Jumlah kesan cukup


Morfologi dalam bentuk normal

Blast ( - )

Trombosit : Jumlah kesan meningka Giant trombosit (-)


Agregat (-)

Kesan : Gambaran apusan darah menggambarkan tepi darah menunjukan Anemia


Anisopoikilositosis dengan trombositosis reaktif, dugaan factor kronik

Saran : Periksa SI/TIBC, Feritin, Kontrol darah rutin

DD Anemia penyakit kronik

APUSAN DARAH TEPI (ADT)

54
HEMATOLOGI

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL

Leukosit 8,730 10³/ µI 4.000 – 10.000

Eritrosit 3,4 Jt ↓ 10⁶/ µI Pr . 4-5 jt LK. 4,5-5-5 jt

Hemoglobin/ Hb 4.8 ↓ g/ µI Pr.12-16 Lk. 14-18

Hematokrit 2.9 ↓ % Pr. 37-43 Lk. 40-48

MCV 61.9 ↓ fL 80 - 96

MCH 142.9 ↓ pg 27 - 31

MCHC 23 g/dL 32 - 36

Trombosit 547.000 ↑ 10³/ µI 150.000 – 450.000

RDW-CV % 10 - 16

PDW fL 15 - 18

PCT % 0.150 – 0.280

55
Hitungan Jenis Leukosit

Limposit 41 % 15 - 50

Monosit 8 % 3 - 15

Granulosit 51 % 35 - 86

LED/Laju Endapan mm/jam Pr.0-20 Lk.0-15 Anak<10


Darah

Masa pendarahan Menit/Detik Duke : 1 - 3 menit

Masa pembekuan Menit/Detik Slide : 1 - 6 menit

Golongan darah - O, A, B, AB, Rh

Glukosa sewaktu mg/dl 70- 140

HBsAg - Non reaktif/Negatif

HIV - Non reaktif/Negatif

e. Diagnosa dokter : Anemia unspesifik


f. Terapi : IVD RL 20 TPM
Cek ADT DR
Ceftriaxone injeksi 600mg/ IV/ 12 jam
Transfusi darah 1 kantong

56
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS ANEMIA PADA
AN . F DI RUMAH SAKIT SITTI KHADIJAH AISYIYAH
KOTA GORONTALO

A. Pengelompokan Data

Subjektif : Orang tua pasien mengatakan anaknya pusing, lemas

Objektif : Pasien tampak lemah

Kesadaran : ComposMentis

TTV : TD : 90/70 mmhg

SB : 36,2°C

N : 80×/m

R : 20×/m
CGS : 15

Disertai : Terpasang IVFD 20 TPM

Masalah keperawatan utama


1. Ketidak efektifan jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi dalam Hb
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Perencanaan Tindakan
Diagnosa Satu
1. Observasi vital sign, warna kulit, membra mukosa dan kuku
2. Menganjurkan beri posisi semi flower
3. Menganjurkan edukasi pasien rencana pemberian transfuse darah
dengan PRC 1 kantong

57
4. Monitor adanya sumber sumber kehilangan cairan (pendarahan,
muntah, diare, keringat yang berlebihan dan takipnea)

Diagnosa dua
1. Menganjurkan jaga kebersihan lingkungan dan mulut, ajarkan oral
higiene pada klien/ keluarga
2. Kolaborasi pemberian nutrisi secara parenteral
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
4. Menganjurkan teknik penghemat energi misalnya mandi dengan duduk
5. Menganjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktivitas terjadi
palpitasi

Intruksi kerja
Diagnosa 1
1. Observasi vital sign, warna kulit, membra mukosa dan kuku, dengan
hasil TD : 90/70MMHG , SB : 35,8°C , N : 80×/m , R : 24×/m
2. Menganjurkan beri posisi semi flower dengan hasil posisi berbaring
pasien dalam posisi setengah duduk 30-45 derajat
3. Menganjurkan edukasi pasien rencana pemberian transfuse darah
dengan PRC 1 kantong
4. Monitor adanya sumber sumber kehilangan cairan (pendarahan,
muntah, diare, keringat yang berlebihan dan takipnea)
Diagnosa 2
1. Menganjurkan jaga kebersihan lingkungan dan mulut, ajarkan oral
higiene pada klien/ keluarga
2. Kolaborasi pemberian nutrisi secara parenteral
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
4. Menganjurkan teknik penghemat energi misalnya denga duduk
5. Menganjurkan kepada pasien untuk menghentikan terjadi palpitasi

58
Catatan Eveluasi
Subjektif : Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 1×8 jam dengan
hasil orang tua pasien mengatakan anaknya sudah lumayan
membaik, sudah tidak kelihatan lemas
Objektif : Keluhan utama : lemah (sakit ringan)
Kesadaran : Compos Mentis
TTV Akhir : TD = 90/70 mmhg
SB = 35,8°C
N = 80×/m
R = 24×/m

Analisi Data
1. Masalah keperawatan rendahnya hemoglobin teratasi Sebagian

Lanjutkan intervensi
Diagnosa 1
1. Observasi vital sign, warna kulit, membra mukosa dan kuku
2. Menganjurkan beri posisi semi flower
3. Menganjurkan edukasi pasien rencana pemberian transfuse darah
dengan PRC 1 kantong
4. Monitor adanya sumber sumber kehilangan cairan (pendarahan,
muntah, diare, keringat yang berlebihan dan takipnea)
Diagnosa 2
1. Menganjurkan jaga kebersihan lingkungan dan mulut, ajarkan oral
higiene pada klien/ keluarga
2. Kolaborasi pemberian nutrisi secara parenteral
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
4. Menganjurkan teknik penghemat energi misalnya denga duduk
Menganjurkan kepada pasien untuk menghentikan terjadi palpitasi

59
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada karya tulis ilmiah dengan Asuhan Keperawatan pada An . F pada
ruangan kelas tiga di rumah sakit Sitti Kdijah Aisyiyah Kota Gorontalo
dapat disimpulkan :
1. Pada pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 21 Maret 2023
pada An . F dengan anemia memiliki tanda gejala berupa tampak
keadaan umum lemah, konjungvita anemis, bibir pucsat dan kering,
pasien tampak kurus kelihatan bercak hitam di badannya
2. Masalah keperawatan utama yang muncul pada An . F yaitu berapa
diagnosa Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
dibuktikan dengan pasien tampak kelihatan lemas dan pusing.
Diagnosa kedua yaitu berupa diagnosa ketidakefektifan jaringan prifer
berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dibuktikan dengan
keadaan konjungvitanya anemis, bibir pucat kering, pasien terlihat
kurus dan nampak bercak hitam di badannya.

B. Saran
Dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi terutama
mengandung zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian
tubuh.
1. Apabila telah menderita anemia atau menunjukkan gejala anemia,
sebaiknya segera diobati dan dicari penyebabnya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan aspek
kecerdasan sehubungannya dengan pengaruh anemia pada anak
sekolah.
3. Diusulkan untuk mengadakan penelitian serupa pada orang dewasa
untuk diketahui bagaimana anemia memengaruhi kualitas dan
kuantitas produktivitas kerja.

60
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. A. dkk. 2014. Defisiensi Besi Dan Anemia Pada Anak Usia Bawah
Dua Tahun (23 Bulan) Di Kabupaten Aceh Besar. Aceh : Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh Almatsier, S. (2009)

Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Utama. Amalia, A., &
Tjiptaningrum, A. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi.
MAJORITY, 5, 1–4. Amerta, R. (2018)

Fadila, I., & Kurniawati, H. (2018). Upaya pencegahan nemia pada remaja
puteri sebagai pilar menuju peningkatan Kesehatan ibu. Repository. ut.
ac. id.

Kemenkes RI. (2018). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia


Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS).

Fitria, A., Aisyah, S., & Sibero, J. S. T. (2021). Upaya Pencegahan Anemia Pada
Remaja Putri Melalui Konsumsi Tablet Tambah Darah. Journal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 4(2).

61
DOKUMENTASI

Melakukan AFF infus

Melakukan Injeksi

62

Anda mungkin juga menyukai