Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ANEMIA
STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Disusun Oleh:
Sabri Yunus
NPM. 202191049

Pembimbing Akademik:
Ns. Jupri Al Pajri, S. Kep., M. Kep

Pembimbing Lapangan:
Ns. Dewi Murniasih, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
STIKES BAITURRAHIM JAMBI
2022
A. Konsep Anemia

1. Pengertian Anemia

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau

konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau

tidak mencukupi kebutuhan tubuh (WHO,2014).

Menurut Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu keadaan

tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah

normal atau sedang mengalami penurunan. Anemia merupakan

kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan

fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis berbeda pada setiap orang

dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok,

dan tahap kehamilan.

Menurut Maryanti, 2015, anemia defisiensi zat besi

merupakan anemia yang paling sering ditemukan, diperkirakan

sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari

setengahnya merupakan anemia defisiensi zat besi.

2. Klasifikasi Anemia

Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori

yakni, dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam

darah berkisar pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar

hemoglobin dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat

apabila kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 7 gr % . Secara

morfologis (menurut ukuran sel darah merah dan hemoglobin yang


dikandungnya), anemia dapat dikelompokkan menjadi :

1. Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar

sebagaimana jumlah hemoglobin di setiap sel yang juga

bertambah. Anemia makrositik dibagi menjadi dua yakni

megaloblastik yang dikarenakan kekurangan vitamin B12,

asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non

megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang

dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.

2. Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel

darah merah yang disebabkan oleh defisiensi zat besi,

gangguan sintesis globin, profirin dan heme serta gangguan

metabolisme besi lainnya.

3. Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah,

namun terjadi kehilangan darah yang parah, peningkatan

volume plasma darah berlebih, penyakit hemolitik dan

gangguan endokrin, hati dan ginjal.

Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai


berikut :

a. Anemia defisiensi zat besi

Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh

kurangnya zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah

merah.

b. Anemia pada penyakit kronik

Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah


anemia defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan

penyakit infeksi.

c. Anemia pernisius

Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang

merupakan akibat dari kekurangan vitamin B12. Penyakit

ini bisa diturunkan.

d. Anemia hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah

merah yang lebih cepat dari proses pembentukannya

dimana usia sel darah merah normalnya adalah 120 hari.

e. Anemia defisiensi asam folat

Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama

masa kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari

biasanya.

f. Anemia aplastic

Adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan

sumsum tulang dalam membentuk sel darah merah.

(WHO,2014)

3. Etiologi Anemia

Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya

kadar hemoglobin dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses

produksi sel darah merah berjalan dengan lancar apabila kebutuhan

zat gizi yang berguna dalam pembentukan hemoglobin terpenuhi


Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin

adalah zat besi, sedangkan vitamin C dan protein membantu

penyerapan hemoglobin. Zat besi merupakan salah satu komponen

heme, yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin.

(Almatsier et al., 2016).

Sedangkan menurut WHO,2014 Penyebab paling umum dari

anemia termasuk kekurangan nutrisi,terutama kekurangan zat besi,

meskipun kekurangan folat, vitamin B12 dan A juga merupakan

penyebab penting, hemoglobinopati, dan penyakit menular, seperti

malaria, tuberkulosis, HIV dan infeksi parasit. Menurut, Kemenkes,

2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai faktor misalnya

kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria, mengalami

perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat,

akibat mengidap penyakit kronis, dan kehilangan darah akibat

menstruasi dan infeksi parasite (cacing). Menurut hasil Riskesdas

2018, konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih

dibawah jumlah yang dianjurkan.

4. Patofisiologi Anemia

Patofisiologi anemia defisiensi besi (ADB) disebabkan

karena gangguan homeostasis zat besi dalam tubuh. Homeostasis zat

besi dalam tubuh diatur oleh penyerapan besi yang dipengaruhi

asupan besi dan hilangnya zat besi/iron loss. Kurangnya asupan zat

besi/iron intake, penurunan penyerapan, dan peningkatan hilangnya


zat besi dapat menyebabkan ketidakseimbangan zat besi dalam

tubuh sehingga menimbulkan anemia karena defisiensi besi. Zat besi

yang diserap di bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan

dalam darah bersama hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau

disimpan dalam bentuk ferritin dan transferin. Terdapat 3 jalur yang

berperan dalam penyerapan besi, yaitu: (1) jalur heme, (2) jalur fero

(Fe2+), dan (3) jalur feri (Fe3+).

Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion

feri akan memasuki sel melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP),

sedangkan ion fero memasuki sel dengan bantuan transporter metal

divalent/divalent metal transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil

masuk ke dalam enterosit akan berinteraksi dengan paraferitin untuk

kemudian diabsropsi dan digunakan dalam proses eritropioesis.

Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah untuk reutilisasi

atau disimpan dalam bentuk ferritin maupun berikatan dengan

transferin. Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar

sistem pencernaan atau berada di dalam darah. Transport transferrin

dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti. Kapisitas dan

afinitias transferin terhadap zat besi dipengaruhi oleh homeostasis

dan kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat besi lainnya

kemudian dikeluarkan melalui keringat ataupun dihancurkan

bersama sel darah.

Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah penyebab


utama hilangnya zat besi. Sering kali perdarahan yang bersifat mikro

atau okulta tidak disadari dan berlangsung kronis, sehingga

menyebabkan zat besi ikut terbuang dalam darah dan lama-kelamaan

menyebabkan cadangan zat besi dalam tubuh ikut terbuang. Keadan-

keadaan seperti penyakit Celiac, post- operasi gastrointestinal yang

mengganggu mukosa dan vili pada usus, sehingga penyerapan besi

terganggu dan menyebabkan homeostasis zat besi juga terganggu.

(WHO,2014).

5. Manifestasi Klinis Anemia

WHO (2014) menyatakan bahwa hemoglobin diperlukan

tubuh untuk membawa oksigen. Akibatnya, apabila jumlah

hemoglobin tidak cukup, sel darah merah terlalu sedikit ataupun

abnormal, maka akan terjadi penurunan kapasitas darah untuk

membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hal ini menimbulkan gejala

seperti kelelahan, lemah, pusing, dan sesak napas. Sementara itu,

kadar hemoglobin optimal yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan fisiologis bervariasi pada setiap individu. Hal tersebut

biasanya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tempat tinggal,

kebiasaan merokok dan status kehamilan.

Sedangkan menurut Kemenkes RI, 2019 anemia dapat

mengakibatkan gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan sel

tubuh maupun sel otak. Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah

dapat menimbulkan gejala Gejala anemia sering disebut dengan 5L


(lesu, letih, lemah, lelah, lalai), disertai dengan pusing kepala terasa

berputar, mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, serta sulit

konsentrasi karena kurangnya kadar oksigen dalam otak. Pada

remaja, menurunnya kebugaran serta konsentrasi menyebabkan

menurunnya capaian belajar dan kemampuan mengikuti kegiatan

baik didalam atau diluar sekolah. Anemia juga akan menurunkan

daya tahan tubuh sehingga biasanya lebih mudah terkena infeksi

(Josephine D, 2020).

6. Komplikasi Anemia

Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik

bisa saja mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan

melakukan aktivitas akibat mudah lelah. Masalah pada jantung,

seperti aritmia dan gagal jantung. Gangguan pada paru misalnya

hipertensi pulmonal. Selain itu anemia juga dapat memicu terjadinya

komplikasi kehamilan, seperti melahirkan premature, atau bayi

terlahir dengan berat badan rendah serta resiko kematian akibat

perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia juga rentan

mengalami infeksi dan akan terjadi gangguan tumbuh kembang

apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine D, 2020).


7. Penatalaksanaan Anemia

Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat

besi, asam folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian

tablet tambah darah (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan menurut

(Amalia A, dan Agustyas, 2016) tatalaksana anemia ada 3 yakni,

1. Pemberian Zat besi oral

2. Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan

apabila respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan

baik.

3. Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan

adanya resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl.

Komponen darah yang diberikan adalah PRC dengan tetesan

lambat.

8. Cara Penentuan Anemia

Melakukan pengukuran kadar Hb dengan menggunakan alat

ukur Hb digital strip-test. Pengukuran kadar Hb dilakukan oleh

peneliti dibantu dengan seorang asisten atas sepengetahuan bida

desa. Responden yang mendapat giliran untuk diukur kadar Hb,

dipersilahkan duduk lalu ditanyakan apakah bersedia mengikuti

prosedur. Jika bersedia, responden diminta mengisi lembar

persetujuan. Selanjutnya perawat membersihkan ujung jari

responden menggunakan kapas alkohol 70%. Kemudian menusuk

area jari responden yang sudah dibersihkan menggunakan lancing


device yang sudah diisi dengan jarum lancet. Darah yang keluar

diteteskan pada strip yang sudah tersedia pada alat ukur Hb digital.

Hasil pengukuran bisa diketahui dalam 5 detik.Setiap responden

mendapatkan jarum lancet dan strip yang berbeda (Halim, Diana,

2014).

Tabel 2.1 Nilai normal hemoglogin (Hb)

Kelompok Nilai Normal


Remaja laki-laki 14-18 g/dl
Remaja wanita 12-16 g/dl
Wanita hamil trimester 1 11-13 g/dl
Wanita hamil trimester 2 10-15 g/dl
Wanita hamil trimester 3 10-15 g/dl
Bayi baru lahir 12-24 g/dl
Anak 10-16 g/dl
Sumber : WHO 2014

Tabel 2.2 SOP Pengukuran Hb

Sop Pengukuran Hb Menggunakan Alat Ukur Hb Digital


Pengertian Melakukan pengukuran Hb menggunalkan alat ukur Hb
digital
Tujuan Untuk mengetahui kadar Hb
Alat bahan 1) Alat ukur Hb digital
2) Jarum lancet
3) Kapas alkohol 70%
4) Sarung tangan
5) Masker
6) Lembar dokumentasi
Tahap kerja 1) Siapkan alat dan bahan
2) Minta persetujuan klien dan menjelaskan prosedur
dan tujuan
3) Gunakan sarung tangan dan masker
4) Bersihkan ujung jari responden menggunakan kapas
alcohol 70%
5) Kemudian tusuk area jari responden yang sudah
dibersihkan menggunakan lancing device yang sudah
diisi dengan jarum lancet.
6) Darah yang keluar diteteskan pada strip yang sudah
tersedia pada alat ukur Hb digital
7) Hasil pengukuran bisa diketahui dalam 5 detik.
8) Setiap responden mendapatkan jarum lancet dan strip
yang berbeda
9) Dokumentasi

B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Menurut NANDA,2015 :
a. Lakukan pengkajian fisik
b. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet

c. Observasi adanya manifestasi anemia

a. Manifestasi umum
b. Kelemahan otot
c. Mudah lelah
d. Kulit pucat
d. Manifestasi system saraf pusat
a. Sakit kepala
b. Pusing
c. Kunang-kunang
d. Peka rangsang
e. Proses berpikir lamba
f. Penurunan lapang pandang
g. Apatis
h. Depresi

e. Syok (anemia kehilangan darah)


a. Perfusi perifer buruh
b. Kulit lembab dan dingin
c. Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
d. Peningkatan frekwensi jatung
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH
KOLABORASI YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan
ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi
Hb dalam darah.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d adekuat intake makanan.
c. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
d. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan
Hb)
e. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
f. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
g. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
h. Keletihan b.d anemia

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIANGOSA
KEPERAWATAN TUJUAN DAN INTERVENSI
NO DAN KRITERIA HASIL
KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien sensasi perifer)
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria : a) Monitor adanya daerah
berkurang a) Membran mukosa tertentu yang hanya peka
merah terhadap
b) Konjungtiva tidak panas/dingin/tajam/tumpu
anemis b) Monitor adanya paretese
c) Akral hangat c) Instruksikan keluarga
d) Tanda-tanda vital dalam untuk mengobservasi
rentang normal kulit jika ada lesi atau
laserasi
d) Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
e) Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
f) Monitor kemampuan
BAB
g) Kolaborasi pemberian
analgetik
h) Monitor adanya
tromboplebitis
i) Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :
nutrisi kurang dari keperawatan selama Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d ………. status nutrisi klien a. Kaji adanya alergi
intake yang kurang, adekuat dengan kriteria makanan
anoreksia a. Adanya peningkatan b. Kolaborasi dengan ahli
berat badan sesuai gizi untuk menentukan
dengan tujuan jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : Intake b. Berat badan ideal sesuai yang dibutuhkan pasien.
nutrisi tidak cukup dengan tinggi badan c. Anjurkan pasien untuk
untuk keperluan c. Mampumengidentifikasi meningkatkan intake Fe
metabolisme tubuh. kebutuhan nutrisi d. Anjurkan pasien untuk
d. Tidak ada tanda tanda meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik : malnutrisi vitamin C
a) Berat badan 20 % e. Menunjukkan
e. Berikan substansi gula
atau lebih di peningkatan fungsi f. Yakinkan diet yang
bawah ideal pengecapan dari dimakan mengandung
b) Dilaporkan menelan tinggi serat untuk
adanya intake f. Tidak terjadi penurunan mencegah konstipasi
makanan yang berat badan yang berart g. Berikan makanan yang
kurang dari RDA g. Pemasukan yang
terpilih ( sudah
(Recomended adekuat dikonsultasikan dengan
Daily Allowance) h. Tanda-tanda malnutrisi
ahli gizi)
c) Membran i. Membran konjungtiva h. Ajarkan pasien
mukosa dan dan mukos tidk pucat bagaimana membuat
konjungtiva pucat Nilai Lab.: catatan makanan harian.
d) Kelemahan otot Protein total: 6-8 gr%\ i. Monitor jumlah nutrisi
yang digunakan Albumin: 3.5-5,3 gr % dan kandungan kalori
untuk menelan/ Globulin 1,8-3,6 gr % j. Berikan informasi tentang
mengunyah HB tidak kurang dari kebutuhan nutrisi
e) Luka, inflamasi 10 gr % k. Kaji kemampuan pasien
pada rongga
untuk mendapatkan
mulut
nutrisi yang dibutuhkan
f) Mudah merasa
kenyang, sesaat
setelah
mengunyah
makanan
g) Dilaporkan atau
fakta adanya Nutrition Monitoring
kekurangan a. BB pasien dalam batas
makanan normal
h) Dilaporkan b. Monitor adanya
adanya penurunan berat
perubahan badan
sensasi rasa c. Monitor tipe dan jumlah
i) Perasaan aktivitas yang biasa
Ketidakmampuan dilakukan
untuk mengunyah d. Monitor interaksi
makanan anak atau orangtua
j) Miskonsepsi selama makan
k) Kehilangan BB e. Monitor lingkungan
dengan makanan selama makan
cukup f. Jadwalkan
l) Keengganan pengobatan dan tindakan
untuk makan tidak selama jam makan
m) Kram pada g. Monitor kulit kering
abdomen dan perubahan
n) Tonus otot jelek pigmentasi
o) Nyeri abdominal h. Monitor turgor kulit
dengan atau tanpa i. Monitor kekeringan,
patologi rambut kusam, dan
p) Kurang berminat mudah patah
terhadap j. Monitor mual dan
makanan muntah
k. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
l. Monitor
makanan
kesukaan
q) Pembuluh darah m. Monitor pertumbuhan
kapiler mulai dan perkembangan
rapuh n. Monitor pucat,
r) Diare dan atau kemerahan, dan
steatorrhea kekeringan jaringan
s) Kehilangan konjungtiva
rambut yang o. Monitor kalori dan intake
cukup banyak nuntrisi
(rontok) p. Catat adanya edema,
t) Suara usus hiperemik, hipertonik
hiperaktif papila lidah dan cavitas
u) Kurangnya oral.
informasi, q. Catat jika lidah berwarna
misinformasi magenta, scarlet

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan NIC :
b/d kelemahan fisik keperawatan selama Self Care assistane : ADLs
………. jam kebutuhan a) Monitor kemempuan
Definisi : mandiri klien terpenuhi klien untuk perawatan
Gangguan dengan kriteria diri yang mandiri.
kemampuan untuk a. Klien terbebas dari b) Monitor kebutuhan klien
melakukan ADL pada bau badan untuk alat-alat bantu
diri b. Menyatakan untuk kebersihan diri,
kenyamanan berpakaian, berhias,
Batasan karakteristik terhadap kemampuan toileting dan makan.
a. ketidakmampuan untuk melakukan c) Sediakan bantuan sampai
untuk mandi, ADLs klien mampu secara utuh
b. ketidakmampuan c. Dapat melakukan untuk melakukan self-
untuk berpakaian, ADLS dengan bantuan care.
c. ketidakmampuan d) Dorong klien untuk
untuk makan, melakukan aktivitas
d. ketidakmampuan sehari-hari yang normal
untuk toileting sesuai kemampuan yang
dimiliki.
Faktor yang e) Dorong untuk melakukan
berhubungan : secara mandiri, tapi beri
kelemahan, kerusakan bantuan ketika klien tidak
kognitif atau mampu melakukannya.
perceptual, kerusakan f) Ajarkan klien/ keluarga
neuromuskular/ otot- untuk mendorong
otot saraf kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
g) Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
h) Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan selama Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan ………. jam status imun infeksi)
resiko masuknya klien meningkat dengan a. Bersihkan lingkungan
organisme patogen kriteria setelah dipakai pasien
a. Klien bebas dari tanda lain
Faktor-faktor resiko : dan gejala infeksi b. Pertahankan teknik isolasi
a) Prosedur Infasif b. Menunjukkan c. Batasi pengunjung bila
b) Ketidakcukupan kemampuan untuk perlu
pengetahuan mencegah timbulnya d. Instruksikan pada
untuk infeksi pengunjung untuk
menghindari c. Jumlah leukosit dalam mencuci tangan saat
paparan patogen batas norma berkunjung dan setelah
c) Trauma berkunjung meninggalkan
d. Menunjukkan perilaku
d) Kerusakan hidup sehat pasien
jaringan dan e. Gunakan sabun
peningkatan antimikrobia untuk cuci
paparan tangan
lingkungan f. Cuci tangan setiap
e) Ruptur membran sebelum dan sesudah
amnion tindakan kperawtan
f) Agen farmasi g. Gunakan baju, sarung
(imunosupresan) tangan sebagai alat
g) Malnutrisi pelindung
h) Peningkatan h. Pertahankan lingkungan
paparan aseptik selama
lingkungan pemasangan alat
patogen i. Ganti letak IV perifer dan
i) Imonusupresi line central dan dressing
j) Ketidakadekuatan sesuai dengan petunjuk
imum buatan umum
k) Tidak adekuat j. Gunakan kateter
pertahanan intermiten untuk
sekunder menurunkan infeksi
(penurunan Hb, kandung kencing
Leukopenia, k. Tingktkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
penekanan respon
inflamasi) Infection Protection
l) Tidak adekuat (proteksi terhadap infeksi)
pertahanan tubuh a. Monitor tanda dan gejala
primer (kulit infeksi sistemik dan
tidak utuh, lokal\
trauma jaringan, b. monitor hitung
penurunan kerja granulosit, WBC
silia, cairan tubuh c. Monitor kerentanan
statis, perubahan terhadap infeksi
sekresi pH, d. Batasi pengunjung
perubahan e. Saring pengunjung
peristaltik) terhadap penyakit
m) Penyakit kronik menular
f. Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
g. Pertahankan teknik
isolasi k/p
h. Berikan perawatan kuliat
pada area epidek
i. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
k. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
p. Ajarkan cara menghindari
infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


b.d keperawatan selama …….. a. Menentukan penyebab
ketidakseimbangan klien dapat beraktivitas intoleransi
suplai dan kebutuhan dengan criteria aktivitas&menentukan
oksigen a. Berpartisipasi dalam apakah penyebab dari
aktivitas fisik dgn TD, fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai b. Observasi adanya
b. Menyatakan gejala pembatasan klien dalam
memburuknya efek dari beraktifitas.
OR&menyatakan c. Kaji kesesuaian
onsetnya seger aktivitas&istirahat klien
c. Warna kulit sehari-hari
normal,hangat&keri d. ↑ aktivitas secara
d. Memverbalisa-sikan bertahap, biarkan klien
pentingnya berpartisipasi dapat
aktivitasseca-ra perubahan posisi,
bertahap berpindah & perawatan
e. Mengekspresikan diri
pengertian pentingnya e. Pastikan klien mengubah
keseimbangan posisi secara bertahap.
latihan&istirahat Monitor gejala intoleransi
f. Peningkatan toleransi aktivitas
aktivitas f. Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual,
pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
g. Lakukan latihan ROM
jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
h. Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan
6 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
gas b.d ventilasi- keperawatan selama …….. Bersihkan mulut, hidung dan
perfusi status respirasi : pertukaran secret trakea
gas membaik dengan Pertahankan jalan nafas yang
kriteria : paten
Mendemonstrasikan Atur peralatan oksigenasi
peningkatan ventilasi dan Monitor aliran oksigen
oksigenasi yang adekuat Pertahankan posisi pasien
Memelihara kebersihan paru Onservasi adanya tanda tanda
paru dan bebas dari tanda hipoventilasi
tanda distress pernafasan Monitor adanya kecemasan
Mendemonstrasikan batuk pasien terhadap oksigenasi
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis Vital sign Monitoring
dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, a) Monitor TD, nadi,
mampu bernafas dengan suhu, dan RR
mudah, tidak ada pursed b) Catat adanya fluktuasi
lips) tekanan darah
Tanda tanda vital dalam c) Monitor VS saat
rentang normal pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
d) Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
e) Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
f) Monitor kualitas dari
nadi
g) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
h) Monitor suara paru
i) Monitor pola
pernapasan abnormal
j) Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
k) Monitor sianosis
perifer
l) Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
m) Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen


nafas b.d keperawatan selama
…….… status respirasi a. Buka jalan nafas, guanakan
klien membaik dengan teknik chin lift atau jaw
kriteria thrust bila perlu\
a. Mendemonstrasikan b. Posisikan pasien untuk
batuk efektif dan suara memaksimalkan ventilasi
nafas yang bersih, c. Identifikasi pasien
tidak ada sianosis dan perlunya pemasangan alat
dyspneu (mampu jalan nafas buatan
mengeluarkan sputum, d. Pasang mayo bila perlu
mampu bernafas e. Lakukan fisioterapi dada
dengan mudah, tidak jika perluan
ada pursed lips) f. Keluarkan sekret dengan
b. Menunjukkan jalan batuk atau suction
nafas yang paten g. Auskultasi suara nafas,
(klien tidak merasa catat adanya suara
tercekik, irama nafas, tambahan
frekuensi pernafasan h. Lakukan suction pada
dalam rentang normal, mayo
tidak ada suara nafas i. Berikan bronkodilator bila
abnormal perlu
c. Tanda Tanda vital j. Berikan pelembab udara
dalam rentang normal Kassa basah NaCl Lembab
(tekanan darah, nadi, k. Atur intake untuk cairan
pernafasan) mengoptimalkan
keseimbangan.

8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


keperawatan selama …….. a. Monitor respon klien
.keletihan klien teratasi terhadap aktivitas
dengan kriteria : takikardi, disritmia,
a. Kemampuan aktivitas dispneu, pucat, dan
adekuat jumlah respirasi
b. Mempertahankan b. Monitor dan catat jumlah
nutrisi adekuat tidur klien
c. Keseimbangan c. Monitor
aktivitas dan istirahat ketidaknyamanan atauu
d. Menggunakan teknik nyeri selama bergerak dan
energi konservasi aktivitas
e. Mempertahankan d. Monitor intake nutrisi
interaksi sosial e. Instruksikan klien untuk
f. Mengidentifikasi mencatat tanda-tanda dan
faktor-faktor fisik dan gejala kelelahan
psikologis yang f. Jelakan kepada klien
menyebabkan hubungan kelelahan
kelelahan dengan proses penyakit
g. Mempertahankan g. Catat aktivitas yang dapat
kemampuan untuk meningkatkan kelelahan
konsentrasi h. Anjurkan klien
melakukan yang
meningkatkan relaksas
i. Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

1.) WHO. The Global Prevalance Of Anemia in 2013. Geneva : World Health
Organization. 2014.
2.) Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Ministry of Health
Indonesia.(2019).
3.) Maryanti, dkk. 2015. Buku ajar neonates bayi dan balita. Jakarta :
Penerbit Trans Info Media
4.) Almatsier et al, 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Umum
5.) Riskesdas, 2018. Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan
kementerian RI tahun 2018.
6.) Josepshine D, 2020. Asuhan Keperawatan Strategies to prevent Anemia :
Recommendations from an exfert group consultation.
7.) Kemenkes,2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : kemenkes RI
8.) Amalia, S.,Afriyani, R. 2017. Faktor resiko kejadian anemia pada ibu
hamil dirumah sakit BARI Palembang. In ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id.
9.) Halim,Diana. 2014. Hubungan asupan zat besi heme dan non
heme,protein,vitamin c dengan kadar HB remaja putri di SMA Negeri 1
Sijujung kabupaten sijunjung tahun 2014. Karya tulis Poltekkes kemenkes
Padang.
10.) NANDA. 2015. Buku diagnose keperawatan definisi dan klasifikasi.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai