Anda di halaman 1dari 43

ANEMIA ZAT BESI

PERMATA INDONESIA
Arti Anemia
Anemia adalah suatu keadaan
kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal,
berdasarkan kelompok umur, jenis
kelamin dan kehamilan.
ANEMIA
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia
gizi besi adalah status gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan,
sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan.
Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktor faktor yang
melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi di negara
berkembang adalah keadaan sosial ekonomi rendah meliputi
pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendah serta
kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk. Meskipun anemia
disebabkan oleh berbagai faktor, namun lebih dari 50 % kasus
anemia yang terbanyak diseluruh dunia secara langsung
disebabkan oleh kurangnya masukan zat gizi besi.
KELOMPOK UMUR HEMOGLOBIN
Anak anak 6 sampai 59 bulan 11 gram%
5 th sampai 11 th 11,5 gram%
12 th sampai 14 th 12 gram%

kelompok umur hemoglobin


Dewasa Wanita > 15 th 12 gram%
Wanita hamil 11 gram%
Laki-laki > 15 th 13 gram%
Sebagian besar anemia disebabkan oleh
kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial
(zat besi, asam folat, B12) yang digunakan
dalam pembentukan sel-sel darah merah.
Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi
lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing
tambang.
Klasifikasi Anemia Secara morfologis, anemia dapat
diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin
yang dikandungnya.

1. Makrositik Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah


bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga
bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik yaitu :
a. Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12,
asam folat dan gangguan sintesis DNA.
b. Anemia Non Megaloblastik adalah eritropoesis yang
dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik Mengecilnya ukuran sel darah merah yang
disebabkan oleh defisiensi besi, gangguan sintesis globin,
porfirin dan heme serta gangguan metabolisme besi
lainnya.
3. Normositik Pada anemia normositik ukuran sel darah
merah tidak berubah, ini disebabkan kehilangan darah
yang parah, meningkatnya volume plasma secara
berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan
endokrin, ginjal, dan hati.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang
terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,
artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah
berkurang karena terganggunya pembentukan
sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat
besi dalam darah.
Menurut Evatt, anemia Defisiensi besi adalah anemia
yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi
tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya
saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau
hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan
ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom
disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin.
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia.
Wanita usia subur sering mengalami anemia, karena
kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi sewaktu hamil.
Penyebab Anemia Defisiensi Besi
adalah :
1. Asupan zat besi Rendahnya asupan zat besi sering
terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan
makananan yang kurang beragam dengan menu
makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan
sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber
zat besi. Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena
susunan makanan yang salah baik jumlah maupun
kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya
penyediaan pangan, distribusi makanan yang kurang
baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan
ketidaktahuan.
2. Penyerapan zat besi

Diet yang kaya zat besi tidaklah


menjamin ketersediaan zat besi dalam
tubuh karena banyaknya zat besi yang
diserap sangat tergantung dari jenis zat
besi dan bahan makanan yang dapat
menghambat dan meningkatkan
penyerapan besi.
3. Kebutuhan meningkat
Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa
pertumbuhan seperti pada bayi, anak anak, remaja,
kehamilan dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga
meningkat pada kasus-kasus pendarahan kronis yang
disebabkan oleh parasit.
4. Kehilangan zat besi
Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan,
kulit dan urin disebut kehilangan zat besi basal.
Pada wanita selain kehilangan zat besi basal
juga kehilangan zat besi melalui menstruasi. Di
samping itu kehilangan zat besi disebabkan
pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus.
Akibat Anemia Defisiensi Besi Akibat-kibat yang
merugikan kesehatan pada individu yang
menderita anemi gizi besi adalah ;
1. Bagi bayi dan anak (0-9 tahun)
a. Gangguan perkembangan motoric dan koordinasi
b. Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar
c. Gangguan pada psikologis dan perilaku
2. Remaja (10-19 tahun)
a. Gangguan kemampuan belajar
b. Penurunan kemampuan bekerja dan aktivitas fisik
c. Dampak negatif terhadap sistem pertahanan tubuh
dalam melawan penyakit infeksi
3. Orang dewasa pria dan wanita
a. Penurunan kerja fisik dan pendapatan.
b. Penurunan daya tahan terhadap keletihan
4. Wanita hamil
a. Peningkatan angka kesakitan dan
kematian ibu
b. Peningkatan angka kesakitan dan
kematian janin
c. Peningkatan resiko janin dengan berat
badan lahir rendah
Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit yang


berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida. Warna
merah pada darah disebabkan oleh kandungan
hemoglobin (Hb) yang merupakan susunan protein yang
komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu
senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme
tersusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama porfirin
yang bahagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe).
Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi
Besi Upaya yang dilakukan dalam
pencegahandan penanggulangan anemia adalah

a. Suplementasi tablet Fe
b. Fortifikasi makanan dengan besi
c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan
menambahkan konsumsi pangan yang memudahkan
absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
Bahaya anemia saat hamil

Kondisi anemia pada saat hamil akan memengaruhi


kesehatan ibu hamil saat hamil hingga persalinan
dan mengganggu tumbuh kembang janin saat di
dalam rahim, ketika baru dilahirkan hingga tumbuh
kembang pada fase tumbuh kembang selanjutnya.
Bahaya bagi ibu
Pada ibu hamil, kondisi anemia akan menyebabkan
ibu hamil mengalami gejala 5L yang akan memicu
gangguan selama beraktivitas berupa pusing, tubuh
merasa lemas berkepanjangan, mengurangi nafsu
makan hingga asupan gizi, yang berisiko
menyebabkan ibu hamil kurang gizi.
Bahaya bagi janin

Tiga kondisi yang akan dialami janin jika ibu hamil


mengalami anemia adalah:
1. BBLR, merupakan risiko yg paling sering terjadi
2. Peningkatan risiko kesakitan sampai kematian
3. Risiko terkena penyakit jantung, DM dan
penyakit tidak menular lainnya
Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah kelainan darah yang terjadi ketika
sumsum tulang berhenti memproduksi sel darah baru, baik sel
darah merah, darah putih, maupun trombosit. Di dalam tubuh
manusia, sel darah memiliki peran yang berbeda-beda. Sel
darah merah berperan sebagai pembawa oksigen ke seluruh
tubuh, sel darah putih bertugas melawan infeksi, sedangkan
trombosit berfungsi untuk mencegah perdarahan.
Berdasarkan penyebabnya, anemia
aplastik dibagi menjadi dua tipe, yaitu:

1. Anemia aplastik keturunan. Kondisi ini disebabkan oleh


kelainan genetika yang lebih banyak terjadi pada anak-
anak dan remaja. Penderita penyakit ini juga berisiko
terkena penyakit lain, seperti leukimia.
2. Anemia aplastik bukan keturunan. Kondisi ini sering terjadi
pada orang dewasa karena sistem imun yang terganggu.
Gangguan itu bisa disebabkan oleh radiasi atau
kemoterapi pada pengobatan kanker, racun kimiawi, virus
HIV, atau karena pengaruh pengobatan tertentu.
Gejala Anemia Aplastik
Gejala anemia aplastik tergantung pada jenis sel darah
yang kadarnya rendah.
1. Jika sel darah merahnya rendah, seseorang akan
mengalami kesulitan bernapas, kelelahan, pusing,
sakit kepala, nyeri dada, detak jantung tidak teratur,
serta wajah menjadi pucat.
2. Jika sel darah putihnya rendah, seseorang akan
mudah mengalami infeksi dan demam.
3. Jika trombosit berada di bawah batas normal,
seseorang akan mudah mengalami perdarahan,
muncul luka memar, ruam kulit, mimisan, dan gusi
berdarah.
Penyebab Anemia Aplastik

Anemia aplastik terjadi karena kerusakan pada


sumsum tulang, sehingga menyebabkan produksi
sel darah melambat atau menurun. Kerusakan ini
sangat berbahaya karena sumsum tulang
berperan besar dalam menghasilkan sel punca
(stem cells) yang memproduksi sel darah merah,
sel darah putih, dan trombosit.
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan
kerusakan sumsum tulang, antara lain:

a. Radiasi dan kemoterapi. Dua jenis pengobatan ini bertujuan untuk


membunuh sel kanker. Namun terkadang pengobatan ini turut merusak
sel-sel yang sehat.
b. Penggunaan obat-obatan tertentu. Anemia aplastik bisa dipengaruhi
oleh beberapa jenis obat antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumatoid
arthritis.
c. Kehamilan. Pada ibu hamil, anemia aplastik bisa muncul karena
pengaruh gangguan autoimun, dimana sistem imun di dalam tubuh akan
menyerang sumsum tulang selama masa kehamilan.
d. Gangguan autoimun. Gangguan ini menyebabkan sistem imun
menyerang sel-sel yang sehat, termasuk sel punca yang berada di dalam
sumsum tulang.
Anemia pernisiosa adalah keadaan di mana
tubuh kekurangan vitamin B12 yang diperlukan
untuk menghasilkan sel darah merah yang
dapat berfungsi normal. Nama lain dari anemia
pernisiosa adalah anemia megaloblastik.
Gejala Anemia Pernisiosa

Gejala anemia pernisiosa, antara lain:


•Merasa lemas atau lemah.
•Pusing atau sakit kepala.
•Nyeri dada.
•Pingsan.
•Rasa kesemutan atau baal pada tangan dan kaki.
•Sulit konsentrasi.
•Mual.
•Muntah.
•Tidak nafsu makan.
•Mudah lupa atau bingung.
•Gangguan mood.
Pengobatan Anemia Pernisiosa

Pengobatan anemia pernisiosa diberikan berdasarkan


penyebabnya, antara lain:
a. Makanan Tinggi Vitamin B12, seperti daging, ikan
salmon, susu dan produknya, telur.
b. Tablet vit B12
c. Injeksi vit B12
Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah kondisi di mana
hancurnya sel darah merah (eritrosit) lebih cepat
dibandingkan pembentukannya. Terjadinya
anemia hemolitik dapat dipicu oleh faktor dari
dalam sel darah merah (intrinsik) maupun faktor
dari luar sel darah merah (ekstrinsik).
Talasemia
Talasemia adalah kelainan darah yang diturunkan
dari orang tua. Kelainan ini membuat penderitanya
mengalami anemia atau kurang darah.
Kurang darah yang dialami penderita talasemia
akan menimbulkan keluhan;
a. cepat lelah,
b. mudah mengantuk,
c. hingga sesak napas.
d. aktivitas penderita thalasemia akan sangat
terganggu.
Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang
diakibatkan oleh kegagalan pembentukan salah satu dari
empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin,
sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh
tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal,
sehingga sel darah merah mudah rusak atau berumur
pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia
Penyebab Thalasemia

Thalasemia disebabkan oleh kelainan genetik yang


mempengaruhi produksi sel darah merah. Kelainan
genetik ini diturunkan dari orang tua, dan tetap dapat
diturunkan walaupun orang tua tidak mengalami
gejala.
Pembagian talasemia

a. Talasemia mayor
b. Talasemia minor

Talasemia mayor terjadi bila kedua orang


tuanya menderita talasemia da talasemia minor
terjadi bila alah satu orang tuanya menderita
talasemia
Talasemia Mayor
Gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa
anemia yang berat. Penderita talasemia mayor tidak dapat
membentuk hemoglobin yang cukup sehingga hampir tidak
ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang
lama kelamaan akan menyebabkan kekurangan O2, gagal
jantung kongestif, maupun kematian. Penderita talasemia
mayor memerlukan transfusi darah yang rutin dan perawatan
medis demi kelangsungan hidupnya (Dewi.S 2009 dan Yuki
2008).
Konsequensi transfusi yg terus menerus;
Transfusi yang berulang-ulang setiap bulan akan mengakibatkan
penumpukan zat besi pada jaringan tubuh seperti hati, jantung, pankreas,
ginjal. Akumulasi zat besi pada jaringan hati mulai terjadi setelah dua
tahun mendapat transfusi. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1998,
melaporkan didapat gangguan faal hati yang terjadi pada transfusi ke 20
hingga 30, dengan jumlah total darah yang ditransfusikan 2.500-3.750 ml
pada usia penderita 2-9 tahun (Priyantininsih R.D. 2010). Penimbunan
zat besi pada jaringan sangat berbahaya dan apabila tidak dilakukan
penanganan yang serius dapat berakibat kematian.

Anda mungkin juga menyukai