Anda di halaman 1dari 4

Tugas Isu Gizi Mutakhir

1. Masalah dan isu defisiensi gizi


Empat masalah gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu
 Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber
energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP
dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit
infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa,
KEP bisa menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga
rentan terhadap penyakit.
 Anemia Gizi Besi (AGB)
Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kekurangan
zat besi (AGB). AGB menyebabkan penurunan kemampuan fisik dan
produktivitas kerja, penurunan kemampuan berpikir dan penurunan antibodi
sehingga mudah terserang infeksi.
 Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Kekurangan iodium umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan
dimana tanah kurang mengandung iodium. GAKI menyebabkan pembesaran
kelenjar gondok (tiroid).
 Kurang Vitamin A (KVA)
KVA merupakan suatu ganguan yang disebabkan karena kurangnya asupan
vitamin A dalam tubuh. KVA dapat mengakibatkan kebutaan, mengurangi
daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang sering menyebabkan
kematian khususnya pada anak-anak. Selain itu KVA dapat menurunkan
epitelisme sel-sel kulit .

2. Jenis anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin
yang dikandung seperti :
 Makrositik
Pada anemia makrositik, ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah
hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik, yaitu
anemia megalobastik dan anemia non-megalobastik. Penyebab anemia
megalobastik adalah kekurangan vitamin B12, asam folat, atau gangguan
sintesis DNA. Anemia nonmegalobastik disebabkan oleh eritropoiesis yang
dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
 Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda anemia
mikrositik. Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan sintesis globin,
porfirin dan heme, serta gangguan metabolisme besi lainnya.
 Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah. Penyebabnya
adalah kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara
berlebihan, penyakitpenyakit hemolitik, gangguan endokrin ginjal dan hati

Menurut Citrakesumasari, 2012 Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini yaitu
anemia gizi dan non-gizi. Klasifikasi Anemia gizi yaitu:
 Anemia gizi besi
Kekurangan pasokan zat gizi besi (Fe) yang merupakan inti molekul
hemoglobin sebagai unsur utama sel darah merah. Akibat anemia gizi besi
terjadi pengecilan ukuran hemoglobin, kandungan hemoglobin rendah, serta
pengurangan jumlah sel darah merah. Anemia zat besi biasanya ditandai
dengan menurunnya kadar Hb total di bawah nilai normal (hipokromia) dan
ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda-tanda ini
biasanya akan menggangu metabolisme energi yang dapat menurunkan
produktivitas
 Anemia gizi vitamin E
Anemia defisiensi vitamin E dapat mengakibatkan integritas dinding sel darah
merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap
hemolisis(pecahnya sel darah merah). Karena vitamin E adalah faktor esensial
bagi integritas sel darah merah.
 Anemia gizi asam folat
Anemia gizi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau makrositik;
dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri
bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya
adalah kekurangan asam folat dan vitamin B12. Padahal kedua zat itu
diperlukan dalam pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel
darah merah dalam sumsum tulang.
 Anemia gizi vitamin B12
Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan
anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem
alat pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel
otak dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel
jaringan saraf berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami gangguan
kejiwaan.
 Anemia gizi vitamin B6
Anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia gizi besi,
namun bila darahnya diuji secara laboratoris, serum besinya normal.
Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan)
hemoglobin.

3. Perbedaan Osteoporosis, Osteomalasia, Riketsia


Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya kepadatan
tulang secara keseluruhan. Tulang pun menjadi keropos dan rentan mengalami patah
tulang. Terjadi akibat ketidakmampuan tubuh mengatur kandungan mineral dalam
tulang dan disertai rusaknya bagian dalam tulang. Penyebab utamanya adalah faktor
hormonal dan bertambahnya usia.

Osteomalasia adalah kelainan pada tulang yang menyebabkan tulang lunak, sehingga
mudah patah. kelainan tulang tersebut disebabkan oleh kekurangan vitamin D, fosfat,
dan kalsium. Ketiga komponen tersebut merupakan zat utama yang mendukung
kesehatan tulang, sehingga tulang akan terbentuk dengan kuat. Selain
itu, osteomalasia juga bisa disebabkan oleh kemampuan tubuh yang tidak memadai
dalam menyerap vitamin D dan mendapatkan sedikit paparan sinar matahari. Itulah
kenapa osteomalasia dapat terjadi pada anak-anak.

Riketsia atau tipus merupakan infeksi bakteri yang disebarkan melalui kutu dan
tungau. Penyakit ini sering disamakan dengan tipes (tifus atau demam tifoid).
Padahal, penyebab kedua gangguan kesehatan ini berbeda. Tifus disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi, sedangkan riketsia disebabkan oleh bakteri Rickettsia.
Bakteri penyebab riketsia tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lainnya
seperti sakit flu atau pilek.

4. Faktor yang mempengaruhi defisiensi zat gizi


 Ketidaktahuan orang tua tentang gizi
Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pola makan sehat dan gizi yang
seimbang merupakan penyebab paling umum kurang gizi pada anak. Bila
orang tua tidak mengetahui jenis dan jumlah nutrisi yang dibutuhkan anak,
asupan nutrisi yang diberikan bisa tidak mencukupi kebutuhan anak sehingga
ia menjadi kurang gizi.
 Tingkat sosial ekonomi rendah
Kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang baik juga bisa menjadi
penyebab anak mengalami kekurangan gizi. Hal ini karena jika porsi dan jenis
makanannya tidak memenuhi kebutuhan gizi dalam waktu yang lama, anak
akan mengalami gizi kurang.
Namun, hal ini bisa diakali dengan mengetahui sumber-sumber makanan yang
bergizi lengkap yang mudah ditemui. Sumber makanan ini tidak perlu mahal,
tetapi tetap terjaga kebersihannya.
 Kebersihan lingkungan yang buruk
Lingkungan yang tidak bersih juga dapat menyebabkan anak mengalami
kekurangan gizi, sebab lingkungan yang kotor bisa membuat anak terserang
beragam penyakit. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan gizi terhambat,
meskipun asupan makanannya sudah baik.
 Menderita penyakit tertentu
Selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga disebabkan oleh suatu
penyakit atau kondisi medis, terutama penyakit saluran pencernaan yang
membuat tubuh anak sulit mencerna atau menyerap makanan. Contohnya
adalah penyakit celiac, penyakit Crohn, dan radang usus.
Selain itu, penyakit jantung bawaan dan penyakit infeksi, seperti TB paru, juga
bisa menyebabkan anak mengalami kurang gizi.

5. Apakah konsumsi suplemen multivitamin saja dapat menjadi terapi defisiensi gizi
Tidak. Karena multivitamin, sesuai dengan namanya hanya bersifat menambahkan
atau melengkapi. Ketika tubuh memberikan sinyal tanda bahaya adanya suatu
ketidakberesan, maka pada saat itu kita mulai mempertimbangkan konsumsi
multivitamin untuk membantu mengatasinya. Namun, harus diimbangi juga dengan
makanan yang bergizi, aktifitas fisik, pola tidur yang baik dll. Jika konsumsi
multivitamin yang berlebihan pun juga tidak baik untuk kesehatan. Jadi menurut saya
hal tersebut kurang tepat jika multivitamin saja yang digunakan untuk terapi defisiensi
gizi.

Anda mungkin juga menyukai