PO76301211009
KKP
(KEKURANGAN
KALORI PROTEIN)
Poltekkes Kemenkes Mamuju
Tahun 2022
Introduction
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk
mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern
ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.
Protein berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan
protein yang cukup dari makanan tersebut, maka kita akan mengalami
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein maupun energi kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi
dua berdasarkan berat tidaknya yaitu KKP ringan atau sedang disebut juga
sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan
pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor, marasmus danw Kashiorkor
marasmus. Malnutrisi kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.
Faktor Penyebab
Faktor Sosial Kemiskinan
Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi
mempermudah masuknya beragam penyakit. diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak memperoleh
1) Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik.
kapiler
karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit
8) Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi,
beri-beri
Yodium
pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan 10) Noma sebagai komplikasi pada KEP berat
4) Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi, bibir dan
dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau
saraf
busuk yang khas merupakan tanda khas pada gejala ini.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, albumin, globulin, protein total,
elektrolit
serum)
2. Pemeriksaan urine
3. Uji faat hati
4. EKG
5. Photo thorax
6. Antropometri anak (TB/U, BB/U, LK/U)
Pencegahan
1. Tingkat Keluarga
a) Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang
b) Memberi ASI pada usia sampai enam bulan
c) Memberi maknan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori, vitamin, mineral)
d) Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit
e) Menhindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan ASI sepanjang
ibu masih mampu menghasilkan ASI
f) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan cara memelihara
kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat pembuat susu dan makanan bayi
serta penyediaan oralit
g) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur makanan
yang bergizi untuk buah hati mereka
Lanjutan Pencegahan
2. Tingkat Posyandu
a) Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu
b) Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)
c) Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT) contoh : KMS
d) Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC, polio dan ada
pula beberapa imunisasi dasar, antara lain :
1) BCG
2) DPT
3) Polio
4) Hepatitis B3
5) Campak
Lanjutan Pencegahan
3. Tingkat Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai
biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk
mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
T H A N K Y O U