Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

KEKURANGAN KALORI PROTEIN

DI SUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK 5

1. Dina Yuliana

2.Ervia Yoninda

3.Erzafira Ardaini Putri

4.Feby Atika Pitri Amira

5.

KELAS : IV A

DOSEN MATA KULIAH : Indah Dewi Ridawati,S.Kep.Ns

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KEKURANGAN KALORI PROTEIN

A. PENGERTIAN

Kekurangan kalori protein (KKP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan

karena rendahnya konsumsi energi kalori dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga mengakibatkan tidak adekuatnya intake kalori dan protein yang dibutuhkan

oleh tubuh (Nelson,1995).

KKP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi

dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan

gizi (Mansjoer,2000 :512 )

KKP adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan protein dan tidak

adekuatnya suplai kalori baik dari segi kualitas atau kuantitas (Whaley & Wong,

1995)

KKP adalah penyakit yang disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak

memadai yang mengakibatkan kekurangan protein dan mikronutrisi (zat gizi yang

diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral.

(http://www.medicastore .com, 2009)

B. ETIOLOGI

1) Menurut Markum (1996 : 167)

Etiologi dari kwashiorkor oleh pengaruh negative faktor-faktor sosio-ekonomi-

budaya yang barperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan

nitrogen yang negative dapat pula disebabkan oleh diare kronik.

malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik),

infeksi menahun, luka bakar,dan penyakit hati.

2) Menurut jelliffe dalam Mira (1994 : 50)

Penyebab utama Kwurshiokor adalah makanan yang sangat sedikit mengandung

protein (terutama protein hewani), kebiasaan makan makanan yang berpati terus

menerus, kebiasaan makan sayuran yang mengandung karbohidrat.

3) Menurut FKUI (1985 : 362)


Penyebab dari kwarshiorkor adalah karena defisiensi protein dan juga disebabkan

oleh :

- Faktor ekonomi, protein yang bermutu baik terutama terdapat pada bahan

makanan yang berasal dari hewan seperti protein susu, keju, telur, daging, dan

ikan. Bahkan makanan tersebut mahal harganya, sehingga tidak terbayar oleh

mereka yang berpenghasilan rendah.

- Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan makanan, cara pemeliharaan

anak.

- Keadaan hygiene yang buruk, mereka mudah dihinggapi infeksi dan investasi

parasit dan timbulnya diare mempercepat dari penyakit ini.

C. TANDA & GEJALA KKP

1. Marasmus

 Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.

 Wajah seperti orang tua.

 Cengeng, rewel.

 Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangant sedikit sampai tidak ada.

 Sering disertai : penyakit infeksi, diare kronik.

2. Kwasiorkor

 Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki.

 Wajah membulat dan sembab.

 Pandangan mata sayu.

 Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut

tanpa rasa sakit, rontok.

 Perubahan status mental, apatis dan rewel.

 Pembesaran hati.
 Otot mengecil.

 Kelainan kulit seperti bercak merah muda yang meluas dan berubah

warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.

 Sering disertai infeksi, anemia, diare.

Menurut Jellife dalam Mira, manifestasi klinik kwashiorkor berbeda diantara

anak dan diantara berbagai Negara, tetapi dapat dibagi menjadi :

1) Selalu ada

Gejala-gejala berikut selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa pada

umur 1-3 tahun karena kemungkinan telah mendapat makanan mengandung

banyak karbohidrat.

a. Kegagalan pertumbuhan

Dapat ditandai dengan adanya perlambatan atau berhentinya pertumbuhan

linier, perlambatan/terhentinya kenaikan berat badan dan bahkan dapat pula

berkurang, berkurangnya ukuran lingkaran lengan atas, pematangan/ usia

tulang terlambat, rasio berat badan terhadap tinggi badan berkurang atau masih

normal, tebal kulit berkurang atau masih normal.

b. Oedema

Terjadi karena adanya gangguan metabolic dan perubahan sel. Karena

kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino

esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Makin

berkurangnya asam amino dalam serum akan menyebabkan kurangnya

produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya oedema.

c. Otot-otot menyusut tetapi lemak dibawah kulit disimpan. Anak-anak

menggunakan otot-ototnya untuk menyediakan protein, karena ia hanya

menerima kalori dalam bentuk makanan berpati.


d. Kesengsaraan

Sukar diukur, dengan gejala awal anak menjadi rewel diikuti dengan perhatian

yang berkurang.

2. Biasanya ada

Satu atau lebih dari tanda-tanda berikut biasanya muncul.

a. Perubahan Rambut

Warna lebih muda coklat (coklat,kemerah-merahan mendekati putih, dan

sebagainya), lurus, panjang, halus, mudah lepas bila ditarik.

b. Warna kulit lebih muda

Seluruh tubuh atau lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna

lebih muda dari pada warna kulit anak sehat

c. Tinja yang encer

Ini mungkin disebabkan gangguan penyerapan makanan.terutama gula.

d. Animia yang tidak berat

Jenis makanan yang menyebabka kurang gizi umumnya kurang mengandung

zat besi, asam volat dan berbagai vitamin. Sehingga pada kebanyakan anak

dengan gizi kurang seringkali pula disertai oleh adanya.animia ringan sampai

sedang.Peran kekurangan protein dalam hubungannya dengan timbulnya

anemia sampai saat ini belum banyak diketahui secara jelas tetapi hal ini

tampaknya memang mempunyai andil turut berperan.

3. Kadang-kadang ada

Satu atau lebih dari gejala-gejala berikut kadang muncul pada penderita dengan

kekurangan kalori dan protein (KKP)

a. Ruam Bercak-bercak bersepih


Yakni noda warna gelap pada kulit, Yang bila terkelupas meninggalkan

warna kulit yang sangat muda atau bahkan ulkus dibawahnya.ini dapat

terjadi pada seluruh bagian tubuh. Tetapi seringkali terlihat di belakang

tungkai atau panggul.

b. Ulkus dan retakan

Tukak yang kecil sering kali muncul terutama di daerah-daerah yang

banyak mendapat tekanan.ini dapat menjadi retakan yang dalam pada kulit

terutama di belakang atau sekitar telinga.

c. Tanda-tanda kekurangan vitamin

Tanda karena kekurangan vitamin terutama riboflavin, terutama muncul

berupa luka di sudut-sudut mulut, lidah berwarna merah terang.

d. Pembesaran hati

Pembesaran hati disebabkan karena adanya pelemakan hati. Tepi dari hati

mungkin 1 inci di bawah batas lidah.

Menurut Jellife Dalam Mira (1994 : 54) Manifestasi klinik marasmus dapat

dibagi menjadi :

1. Selalu ada

a. Gangguan perkembangan, yang ditunjukan dengan berat badan yang

sangat rendah bila dibandingkan anak seusianya.

b. Hilangnya lemak di otot dan bawah kulit karena makanan kurang

mengandung kalori dan protein. Pada kasus yang berat muka akan menjadi

“seperti orang tua”.

2. Kadang-kadang ada

a. Mencret sering kali karena menderita diare yang infektif


b. Perubahan rambut seperti pada kwashiorkor juga dapat terjadi, hanya saja

biasanya kurang jelas, jarang sekali ditemui rambut yang sangat terang.

c. Tanda dari definisi vitamin yang ada.

d. Dehidrasi karena diare yang infektif.

Menurut Markum (1996 :169). Manifestasi klinik marasmik kwashiorkor

campuran antara maramus dan kwashiorkor.gejala klinis yang umum adalah gagal

tumbuh kembang. Disamping itu terdapat pula satu atau lebih gejala kwashiorkor

seperti edema, dermatosis, perubahan rambut, hematomegali, perubahan mental,

hipotrofi otot, jaringan lemak subkutan berkurang, kerdil, anemia dan defistensi

vitamin.

D. PATHOFISIOLOGI

Menurut FKUI (1985 :167) Pathofisiologi dari kwarshiorkor yaitu: pada

defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlrbih,

karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya adalah

.kelainan yang mencolok gangguan metabolic dan perubahan sel ynag menyebabkan

edema dan pelemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi

berbagai kekurangan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan sintesis dan

metabolisme.selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan

meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang

tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurang asam amino dalam serum

ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar, yang berakibat

timbulnya edema. Pelemakan hati yang terjadi karena gangguan pembentukan beta-

lipo protein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat

terjadinya penimbunan lemak dalam hati.


E. PATHWAY KEPERAWATAN (Carpenito, 2000 dan Dongoes, 1999)
Penyakit kronik/berulang
I. ekonomi yang
Sosial diare, pneumoni, jaringan
berkurang kongenital

Tidak mampu memenuhi


kebutuhan sehari- Kalori dan protein dalam Zat besi dan asam
hari(makanan yang bergizi) tubuh berkurang folat berkurang
Kurang pengetahuan mengenai
Cadangan karbohidrat dan kondisi, prognosis, diet, anemia
lemak dipecah untuk perawatan, pengobatan serta
memenuhi kebutuhan tubuh hospitalisasi

Resiko infeksi
Lemas dan cengeng
Asam amino esensial
menurun
Produksi albumin
Cadangan metabolisme berkurang
menurun
Sintesa dan metabolisme
dihati berkurang
edema
Resiko tinggi infeksi
saluran cerna
Pengecilan otot

Nutrisi semakin buruk

Perubahan pertumbuhan
dan perkembangan
BB menurun

Mual, muntah, diare Jaringan Turgor kulit


berkepanjangan dibawah kulit menurun
Perubahan nutrisi kurang menurun
dari kebutuhan tubuh
Gangguan integritas Iritasi kulit
Kekurangan volume kulit
cairan

Resiko tinggi infeksi

F. KLASIFIKASI

Ada 3 macam klasifikasi KKP :

1. Marasmus

Adalah penyakit kekurangan kalori protein.

2. Kwashiorkor
Adalah suatu penyakit kekurangan protein dari segi kualitas maupun

kuantitas.

3. Marasmus Kwasiorkor

Adalah suatu penyakit karena marasmus dan kwashiorkor.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Menurut FKUI (1985 :364)

pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan:

 Karena adanya kelainan kimia darah maka:

- Kadar albumin serum rendah

- Kadar globulin normal atau sedikit tinggi

- Peninggian fraksi globulin alfa 1 dan globulin gama

- Kadar globulin beta rendah

- Kadar globulin alfa 2 menetap

- Kadar kolesterol serum merendah

- Uji turbiditas timol meninggi

 Pada biopsy hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian

hebatnya sehingga hampir semua sela hati mengandung vakuola lemak besar

sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononucleus.

 Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukan hampir

semua organ mengalami perubahan,seperti degenerasi otot jantung,

osteoporosis tulang dan sebagainya.

2) Menurut Markum (1996 :167),Pada pemeriksaan :

 Laboratorium menunjukan:

- Penurunan kadar albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum.


- Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan

albumin dan globulin serum dapat terbalik yaitu kurang dari 1.

- Kadar asam amino esensial dalam plasma relative lebih rendah dari pada

asam amino non esensial

- Umumnya kadar imunoglobin serum normal atau meningkat

- Kadar Ig A serum normal, kadar Ig A sekretori rendah

- Uji toleransi glukosa menunjukan gambaran tipe diabetik.

- Pemeriksaan air kemih menunjukan peningkatan sekresi hidroksiprolin

dan adanya aminoqsi duria

 Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis,

dan infiltrasi sel mono nucleus. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati

mengandung vakuola lemak yang besar.

 Pemeriksaan outopsi menunjukan kelainan pada hampir semua organ tubuh,

seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi vilus usus, atrofi

system limfoid dan atrofi kelenjar timus.

H. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis

1. Menurut FK UI (1985: 364)

Prinsip pengobatan kwashiorkor adalah memberikan makanan yang

mengandung banyak protein bernilai hayati tinggi, banyak kalori, cukup

cairan, cukup vitamin dan mineral, masing-masing dalam bentuk yang mudah

dicernakan dan diserap. Oleh karena toleransi akan makanan dari penderita
dari hari pertama pengobatan masih rendah hendaknya makanan jangan

diberikan sekaligus terlalu banyak, tetapi dinaikan hari demi hari. Hasil yang

baik diperoleh dengan pemberian makanan yang mengandung 3-4 gram/kg

BB/hari dan 160-170 kalori/ kg BB/hari. Antibiotika diberikan bila terdapat

infeksi sebagai penyakit penyerta.

2. Menurut Jelliffe dalam Mira (1994: 59)

Pengobatan dalam Marasmus dengan makanan yang terbatas selama beberapa

jam permalam, bila dehidrase berikan cairan lewat sonde lambung, intra

peritoneal, subkutan atau intravena.

3. Menurut Markum (1996: 169)

Pelaksanaan Marasmus Kwashiorkor yaitu:

Dalam garis besarnya terdiri dari terapi nutrisi, pengobatan terhadap penyakit

penyerta, dan penyuluhan gizi terhadap keluarga. Terapi nutrisi dilakukan

dengan pemberian makanan tinggi energi tinggi protein, seperti pada

maraskmus dan kwashiorkor. Energi diberikan 150 kkal/kgBB/hari, protein

sebanyak 3-5 g/kgBB/hari, kedunya diberikan secara bertahap sebagai

tambahan diberikan pula KCl 75-100 mg/kg/BB/hari secara IM, dan

roboransia. Vitamin A perlu diberikan dengan dosis profilaksis, kecuali bila

ditemukan tanda defisiensi vitamin A, harus diberikan dosis sebanyak 50.000

SI/kg BB dengan maksimal 400.000 SI. Senyawa besi atau asam folat

ditambah bila dijumpai anemia defisiensi besi atau megaloblastik.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Penanganan KKP tidak hanya berfokus kepada masalahnya saja, tetapi perlu

juga tindakan untuk mengantisipasi hal yang mungkin menyertainya.

Prinsip-prinsip perawatan pada KKP:


1) Memulihkan protein dan berikan kalori dalam bentuk yang mudah

dicerna

2) Menggantikan bahan-bahan tambahan yang hilang selama perjalanan

penyakitnya yaitu cairan, elektrolit dan vitamin

3) Mendiagnosa dan mengobati penyakit-penyakit infeksi yang begitu

sering menyertai malnutrisi.

I. KOMPLIKASI

Menurut Markum (1996 :168)

Penyakit yang sering terdapat bersamaan dengan kwashiorkor adalah :

1. Defisiensi vitamin A

Devisiensi vitamia A terjadi karena masukan yang kurang atau absorpsi yang

terganggu. Nilai absorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnutrisi,

sering terjangkit infeksi (enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau

pada penyakit hati. Karena vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang

kurang dapat menimbulkan gangguan absorbsi.

2. Investasi cacing

Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi

khususnya gastroenteritis di daerah tropis kejadian investasi parasit seperti :

investasi cacing meningkat pada anak dengan gizi kurang. Masih terdapat

pertentangan pendapat tentang hubungan antara sinergisme infeksi –

malnutrisi dan perubahan imunitas. Penyebab lain seringnya terjadi dan


rentannya terhadap infeksi pada anak dengan gizi kurang adalah karena

kurangnya cadangan metabolisme.

3. Tuberkolosis

Ketika anak terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberculosis anak akan

membentuk “Tuberculisis primer”. Gambaran yang utama adalah pembesaran

kelenjar limfe pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus

utama dan pembuluh darah. Jika pembesaran ini menghebat, penekanan pada

bronkus mungkin dapat menyebabkan tersumbat. Sehingga tidak ada udara

yang dapat memasuki bagian paru, yang selanjutnya akan menguncup.

Pustuberkolusa yang tebal timbulo pada kelenjar yang terinfeksi. Pada

sebagian besar kasus, biasanya menyembuh dan meninggalkan sedikit

kekebalan terhadap penyakit ini pada anak. Kadang-kadang, khususnya pada

anak dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat memecah ke

dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan menyebabkan penyakit paru yang

luas.

4. Broncho pneumonia

Pada anak yang menderita kekurangan kalori protein dengan kelemahan otot

yang menyeluruh atau menderita polio meiliris dan kelemahan otot

pernafasan, akan meungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk

menghilangkan sumbatan pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan

pneumonia, yang mungkin mengenai banyak bagian kecil tersebar di paru

(Bronkopneumonia).

5. Noma

Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori

protein berat yang memerlukan penanganan segera, karena sifatnya sangat


destruktif dan akut. Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun

jaringan tulang sekitar rongga mulut.

Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka bermula dengan

bintik hitam berbau di selaput mulut pada tahap berikutnya bintik ini akan

mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam, sehingga dari

luar akan terlihat lubang kecil. Kemudian lubang kecil ini akan berbentuk luka

kecil berbau busuk, berwarna merah kebiruan. Beberapa hari kemudian luka

kecil mini akan melebar, warnanya berubah menjadi biru kehitaman. Selain itu

gigi geligi dapat terlepas dari jaringan tulang sekitarnya menjadi nekrotik.

Pada tahap ini dari luar akan nampak luka besar pada daerah mulut yang

berwarna biru kehitaman, terdiri dari jaringan nekrotik yang akan terlepas dari

jaringan sekitarnya dengan meninggalkan luka besar, sehingga terjadi

hubungan langsung antara rongga mulut dan dunia luar.

Noma dapat terjadi pada berbagai bagian mulut seperti kedua ujung bibir, bibir

bawah, bibir atas, pipi, dagu bagakan dapat mengenai sebagian luka penderita.

J. PENCEGAHAN

1. Menurut Markum (1996:169)

Penyuluhan gizi akan sangat bermanfaat untuk mencegah kekambuhan dan

mencegah kejadian kurang gizi pada anak lain dalam keluarga.

2. Menurut D.B. Jelliffe dalam mira (1994:59)

Pencegahan dari kekurangan kalori dan protein adalah :


a) Jangka panjang

Ini berhubungan dengan berbagai kegiatan luas seperti :

1) Perbaikan penyediaan makanan disuatu Negara (khususnya makanan

protein hewani ; susu, ikan, daging dan tumbuh-tumbuhan yang kaya

protein seperti kacang-kacangan)

2) Memperbaiki keadaan ekonomi negaara, sehingga masyarakat

memiliki uang untuk memberi makanan.

3) Perbaikan tingkat pendidikan, sehingga para orang tua khususnya ibu

dapat mengerti tentang pentingnya makanan yang baik untuk anaknya.

4) Perbaikan sarana pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan

kesejahtraan ibu dan akan untuk perbaikan gizi, pengawasan

kesehatan dan pengobatan serta pencegahan penyakit menular

(misal dengan imunisasi) kegiatan ini akan berhubungan juga

dengan kebutuhan mendidik staf kesehatan tentang bidang kesehatan

anak khususnya gizi.

b) Jangka menengah

Untuk pekerja lapangan, tindakan jangka menengah berarti pencegahan

kekurangan kalori protein pada anakanak yang dalam perawatan atau

pengawasan.

Cara penyampaian secara umum ada dua cara yang biasa dipakai adalah :

1) Pendidikan kesehatan

Dengan medidik seluruh lapisan masyarakan khususnya kaum bapak

dan ibu untuk menggunakan sebaik-baiknya segala makanan yang

tersedia untuk memanfaatkan fasilitas klinik kesejahteraan anak yang


ada, dan untuk menanam makanan yang mengandung protein

dikebunnya masing-masing.

2) Pemberian makanan tambahan untuk bayi

Pemberian makanan tambahan ini dapat menggunakan protein hewani

misalnya tepung ikan, tepung daging atau perbagai makan harus

dijelaskan. Lebih baik lagi kalau dapat diperkenalkan tentang berbagai

makanan tepung lainnya dicampur dengan makanan setempat,

khususnya dalam bentuk pasta lunak atau makanan campuran.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN KEKURANGAN KALORI PROTEIN

A. PENGKAJIAN

Fokus pengkajian KKP menurut Mi Ja Kim adalah :

a) Data subjektif
1) Rasio Berat Badan (BB)

- Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat

- Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi

badan dan bentuk tubuh yang normal.

2) Tingkat aktivitas

Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus KKP. Anak

tampak lesu dan tidak bergairah dan pada anak yang lebih tua

terjadi penurunan produktivitas kerja.

3) Masukan atau intake nutrisi

- Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari

jumlah harian yang dianjurkan.

- Melapor atau terlihat kurang makan.

4) Diet

- Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan

5) Pengetahuan tentang nutrisi

- Memperhatikan atau terobservasi kurangnya pengetahuan dalam

prilaku peningkatan kesehatan.

b) Data objektif

1) Data umum

- Perubahan rambut

Warnanya lebih muda (Coklat,Kemerah-merahan), lurus, panjang,

halus, mudah dilepas bila ditarik.

- Warna kulit lebih muda

Seluruh tubuh atau lebih sering pada muka, mungkin menampakan

warna lebih muda dari pada warna kulit anak sehat.


- Tinja yang encer

Disebabkan gangguan penyerapan makanan, terutama gula.

- Adanya ruam “bercak bersepih”

Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna

kulit yang sangat muda atau bahkan ulkus dibawahnya.

- Gangguan perkembangan dan pertumbuhan

- Hilangnya lemak diotot dan bawah kulit karena makanan kurang

mengandung kalori dan protein.

- Adanya Oedema

- Adanya anemia yang tidak berat

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam

folay dan berbagai vitamin.

- Mulut dan gigi

Adanya tanda luka disudut-sudut mulut.

2) Data Penunjang

Hasil laboratorium menunjukan :

a. Penurunan albumin, kolesterol, glukosa, dalam serum.

b. Kadar globin dapat normal atau meningkat.

c. Kadar asam amino esensial dalam plasma relative lebih rendah dari

pada asam amino non esensial.

d. Umumnya kadar immunoglobulin seru normal atau meningkat.

e. Uji toleransi glukosa menunjukan gambaran tipe diabetic.

f. Pemeriksaan air kemih menunjukan peningkatan sekresi

hidroksiprolin dan adanya aminoasi dunia.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya masukan

makanan

2. Gangguan integritas kulit b.d pengurusan jaringan otot.

3. Resiko tinggi infeksi b.d daya tahan tubuh yang menurun.

4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya

asupan nutrisi.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, Prognosis, diet, perawatan,

pengobatan, serta hospitalisasi b.d kurangnya informasi.

C. NOC

Dx 1. a. Status nutrisi : intake nutrisi

Dx 2. a. Integritas jaringan : membrane kulit dan mucus.

Dx 3. a. Pengendalian resiko.

Dx 4. a. pertumbuhan.

Dx 5. a. Pengetahuan : Diet

b.Pengetahuan :.Pengobatan regimen.

NOC

Dx 1.

Indikator :

1. Intake Kalori

2. Intake Protein
3. Intake Lemak

4. Intake Karbohidrat

5. Intake Vitamin

6. Intake Mineral

7. Intake zat besi

8. Intake Kalsium

Dx 2

Indikator.

1. Sensasi dalam rata-rata

2. Elastisitas dalam rata-rata

3. Hidrasi dalam rata-rata

4. Tekstur dalam rata-rata

5. Ketebalan dalam rata-rata

Dx 3

Indikator.

1. Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko

2. Dapatkan imunisasi yang tepat.

3. Monitor faktor resiko prilaku personal.

Dx 4

Indikator

1. Persentase berat berdasar umur

2. Rata-rata pertumbuhan berat badan

3. Rata-rata pertumbuhan tinggi badan


4. Indeks masa tulang

5. Persentasi lingkar kepala berdasarkan umur

Dx 5

Indikator

NOC 1.Pengetahuan : Diet

1. Deskripsikan rekomendasi diet

2. Jelaskan rasional untuk diet

3. Atur tujuan Diet

4. Pilih makanan yang direkomendasikan dalam diet

NOC 2.Penetahuan : Pengobatan regimen

1. Deskripsikan rasional dari pengobatan regimen

2. Deskripsikan peritah diet

3. Deskripsikan perintah prosedur

4. Deskripsikan efek dari pengobatan

D. NIC

Dx 1 NOC 1

NIC :1. Terapi nutrisi

Aktifitas :

- Monitor intake makanan/cairan dan kalori setiap hari.

- Kaji pasien untuk memilih makanan Non asam, lembut, lunak.

- Sediakan makanan tinggi kalori, tinggi protein.

- Kaji pasien untuk mengatur posisi makan.

Dx 2 NOC 1
NIC :1 Pemantauan kulit

Aktifitas :

- Observasi tekstur dan odema.

- Monitor membran kulit dan mukus

- Monitor kulit yang terkena abrasi

- Inspeksi ketebalan kulit

Dx 3

NIC : 1. Pengendalian Infeksi

Aktifitas:

- Menginstrusikan pasien untuk cuci tangan dengan tepat

- Menggunakan sarung tangan steril

- Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala dari infeksi

- Membersihkan lingkungan sekitar pasien

- Membatasi jumlah pengunjung

Dx 4

NIC : - Kaji pertumbuhan berat badan

Aktivitas :

- Diskusikan dengan pasien dan keluarganya tentang factor sosial

ekonomi yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi.

- Diskusikan kemungkinan penurunan berat badan

- Instruksikan bagaimana meningkatkan intake kalori

- Memonitor mual dan muntah

- Menyediakan bermacam-macam makanan tinggi kalori.


Dx 5 NOC 1

NIC - Ajarkan perintah diet

Aktifitas :

- Menjelaskan tujuan dari diet

- Menginformasikan pada pasien tentang berapa lama diet harus

dijalankan

- Menginformasikan makanan yang diijinkan & tidak diijinkan

- Sediakan rencana makanan yang tertulis.

NOC 2

NIC - Ajarkan :Prosedur / Pengobatan

Aktifitas :

- Menjelaskan prosedur

- Menjelaskan tujuan perawatan

- Menginfornasikan pada pasien tentang berapa lama penobatan

dilakukan

- Mendiskusikan Aternatif perawatan

- Memberikan waktu kepada pasien untuk bertanya dan

mendiskusikannya.
E. EVALUASI

Dx 1 NOC 1

1. Intake kalori 5

2. Intake protein 4

3. Intake lemak 4

4. Intake Karbohidrat 5

5. Intake Vitamin 4

6. Intake mineral 5

7. Intake zat besi 4

8. Intake kalsium 5

Dx 2 NOC 1

1. Sensasi dalam rata-rata 1

2. Elastisitas dalam rata-rata 2

3. Hidrasi dalam rata-rata 1

4. Tekstur dalam rata-rata 1

5. Ketebalan dalam rata-rata 2

Dx 3 NOC 1

1. Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko 3

2. Dapatkan imunisasi yang tepat 4

3. Monitor factor resiko prilaku personal 5

Dx 4 NOC 1
1. Persentase berat berdasarkan umur 2

2. Rata-rata pertumbuhan berat badan 2

3. Rata-rata pertumbuhan tinggi badan 2

4. Indeks masa tulang 1

5. Persentasi lingkar kepala berdasarkan umur 1

Dx 5 NOC 1

1. Deskripsikan rekomendasi diet 3

2. Jelaskan rasional untuk diet 4

3. Atur tujuan diet 3

4. Pilih makanan yang direkomendasikan dalam diet 4

NOC 2

1. Deskripsikan rasional dari pengobatan regimen 3

2. Deskripsikan perintah diet 3

3. Deskripsikan perintah prosedur 4

4. Deskripsikan efek dari pengobatan 3


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, l. j. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8 . Jakarta: EGC

Deonges, M.,E, Moohouse, M.F., Geissler, A.C. 1999. Rencana Asuhan


Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta:EGC

Jelliffe, D. B. 1994. Kesehatan Anak di Daerah Tropis / Child Health in The


Tropics, Alih bahasa : Mira T. Windi. Jakarta: Bumi Aksara

Mansjoer, a., Suprahaita, Wardani, W.I., & Setio wulan W. 2000. Kapita Selekta
kedokteran, Edisi 3.Jilid 2. Jakarta: Media aescullapius

Mi Ja Kim, Gertrude K.Meforland, Audrey M. Mc Lane ; Alih Bahasa, Yasmin Asih.


1994. Diagnosa keperawatan (Pocket Quide To Nursing Diagnoses).
Jakarta: EGC

Nelson (Nelson :Texs Book of Pediatrics) / Richard E.b., Victor C. Vaughan : Alih
Bahasa, Moelia Radja Siregar. 1988. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 12, Bagian
1. Jakarta: EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1
.Jakarta:FKUI

UP3M. 2004 . Jurnal Politeknik Kesehatan Semarang - LINK, Semarang.

Whaley & Wong’s. 1995. Nursing Care of Infants and Children, Fifth Edition , by
Mosby-year book. Inc.

Anda mungkin juga menyukai