Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 4, No.

1, Maret 2018
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP


PENURUNAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI PANTI
WERDHA GUNA BUDI BHAKTI MEDAN

Hartika Samgryce Siagian


Staf Pengajar Prodi S1 Farmasi STIKes Imelda Medan, Jalan Bilal Nomor 52 Medan
E-mail: hartikasiagian@gmail.com

ABSTRAK
Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk tidur. Aromaterapi merupakan terapi dengan
memakai minyak esensial yang ekstrak dan unsur kimianya diambil dengan utuh. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh aroma terapi lavender terhadap penurunan insomnia pada lanjut usia.
Penelitian dilakukan pada April 2017. Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan cara pendekatan
one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini lanjut usia penghuni Panti werdha Guna Budi
Bhakti Medan yang berjumlah 62 orang dan sampel sebanyak 13 orang yang ditentukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Analisis statistik yang digunakan uji chi-square. Hasil analisis
univariat, didapat bahwa mayoritas responden sebelum diberi aromaterapi mayoritas menderita
insomnia sedang yaitu sebanyak 14 orang (93,33%) dan minoritas menderita insomnia berat sebanyak 1
orang (6,67%). Setelah diberi aromaterapi mayoritas responden mengalami insomnia ringan yaitu
sebanyak 13 orang (86,67%), sedangkan minoritas responden mengalami insomnia sedang yaitu
sebanyak 2 orang (13,33%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sebelum diberi aromaterapi ada
14 orang reponden mengalami insomnia sedang dan 1 orang mengalami insomnia berat, sedangkan pada
post test terjadi penurunan tingkat insomnia menjadi 13 orang insomnia ringan dan 2 orang insomnia
sedang. Uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai probabilitas p 0,000 < 0,005 yang
berarti terdapat pengaruh aromaterapi terhadap penurunan tingkat insomnia pada lanjut usia.
Disarankan bagi profesi keperawatan untuk mampu melanjutkan dan lebih meningkatkan terapi
komplementer yang berguna untuk meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya dalam keperawatan
lanjut usia dan aromaterapi.

Kata kunci: Aromaterapi Lavender, Insomnia, Lanjut Usia.

PENDAHULUAN tinggi dialami oleh orang yang lebih tua,


dimana 1 dari 4 pada usia 60 tahun atau
Lanjut usia adalah keadaan yang lebih mengalami sulit tidur yang serius
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk (Kurnia, 2009). Insomnia adalah gejala
mempertahankan keseimbangan terhadap kelainan dalam tidur berupa kesulitan
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berulang untuk tidur atau mempertahankan
berkaitan dengan penurunan daya tidur walaupun ada kesempatan untuk itu.
kemampuan untuk hidup serta peningkatan Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan
kepekaan secara individual. Efendi (2009), fungsional saat bangun. Insomnia sering
mengatakan seseorang dikatakan lanjut usia disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. akibat adanya permasalahan psikologis.
Lanjut usia bukan suatu penyakit, namun Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis
merupakan tahap lanjut dari suatu proses akan diperlukan (Hariana, 2004; Susilo dan
kehidupan yang ditandai dengan penurunan Wulandari, 2011).
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan Di Indonesia, prevalensi penderita
stres lingkungan. insomnia diperkirakan mencapai 10%, yang
Lanjut usia mengalami penurunan artinya dari total 238 juta penduduk
efektifitas tidur pada malam hari 70% Indonesia sekitar 23 juta jiwa diantaranya
sampai 80% dibandingkan dengan usia menderita insomnia (Medicastore 2010).
muda. Presentase penderita insomnia lebih Hasil penelitian Bandiyah (2009) pada

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 19
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 4, No. 1, Maret 2018
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

kelompok lanjut usia 40 tahun dijumpai 7% observasional, dengan cara pendekatan one
kasus yang mengeluh mengenai masalah group pretest-posttest. Rancangan ini
tidur. Hal yang sama dijumpai pada dimaksudkan untuk mengukapkan pengaruh
kelompok usia 70 tahun, sebanyak 22% sebap akibat dengan cara melibatkan satu
mengeluhkan masalah tidur. kelompok subjek. Kelompok subjek
Pada usia lebih dari 50 tahun, angka diobservasi sebelum intervensi, kemudian
kejadian insomnia sekitar 30% (Siregar, diobservasi lagi setelah intervensi.
2011). Sebagian besar lansia mempunyai Pengujian sebab akibat dilakukan
resiko tinggi mengalami gangguan tidur dengan cara membandingkan hasil pra-tes
akibat berbagai faktor. Orang lanjut usia dengan pasca tes. Dalam rancangan ini,
yang sehat sering mengalami perubahan kelompok sampel hanya terdiri dalam satu
pada pola tidurnya yaitu memerlukan waktu kelompok perlakuan yang kemudian
yang lama untuk dapat tidur. Proses diberikan pratest menggunakan kuesioner
patologis terkait usia dapat menyebabkan KSPBJ-IRS perlakuan (pemberian
perubahan pola tidur. Carskadon & Dement, aromaterapi lavender selama 14 hari
(1994) melaporkan kurang lebih 40-50% berturut-turut) dilakukan posttest dengan
dari populasi usia lanjut menderita gangguan kuesioner yang sama. Sebelum mengisi
tidur. Tidur adalah perilaku penarikan diri instrumen, responden diminta kesediannya
secara terus menerus dan tidak berespon dan diberi inform consent. Kuesioner yang
terhadap lingkungannya yang bersifat digunakan dalam penelitian ini adalah
reversible. Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta-
Aromaterapi merupakan terapi dengan Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS).
memakai minyak esensial yang ekstrak dan KSPBJ-IRS digunakan untuk mengukur
unsur kimianya diambil dengan utuh. tingkat insomnia lanjut usia.
Aromaterapi adalah bagian dari ilmu herbal Analisa data dalam penelitian ini
(herbalism) (Poerwadi, 2006). Sedangkan diawali dengan menggunakan uji frekuensi
menurut Sharma (2009) mengatakan untuk data univariat. Sedangkan untuk
aromaterapi berarti pengobatan menggunaka mengetahui pengaruh aroma terapi lavender
n wangi-wangian. terhadap insomnia pada lanjut usia di panti
Lestari (2015), dari hasil penelitiannya Werdha Guna Budi Bhakti Medan,
menunjukan bahwa dari 15 responden, digunakan uji statistik Wilcoxon Signed
sebelum pemberian lavender aromatherapy Rank Tes.Instrumen yang digunakan dalam
seluruhnya mengalami insomnia sedang penelitian ini yaitu lembar dokumentasi dan
(100%) dan setelah pemberian lavender lembar observasi yang berisikan data
aromatherapy hampir seluruh responden responden dan hasil pengamatan selama
mengalami penurunan menjadi insomnia penelitian. Sebelum mengisi instrumen,
ringan sejumlah 14 responden (93,3%). responden diminta kesediannya dan diberi
Artinya ada pengaruh pemberian lavender inform consent.
aromatherapy terhadap penurunan insomnia Kuesioner yang digunakan dalam
pada lanjut usia di UPT Panti Werdha penelitian ini adalah Kelompok Studi
Mojopahit Mojokerto. Psikiatri Biologik Jakarta-Insomnia Rating
Berdasarkan latar belakang di atas, Scale (KSPBJ-IRS). KSPBJ-IRS digunakan
penulis tertarik untuk meneliti tentang untuk mengukur tingkat insomnia lanjut
pengaruh aromaterapi lavender terhadap usia. Kuesioner KSPBJ-IRS berupa daftar
penurunan insomnia pada lanjut usia di Panti pertanyaan mengenai kesulitan untuk
Werdha Guna Budi Bhakti Medan. memulai tidur, terbangun pada malam hari,
terbangun lebih awal atau dini hari, merasa
METODE mengantuk pada siang hari, sakit kepala
Jenis penelitian ini adalah pada siang hari, merasa kurang puas

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 20
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 4, No. 1, Maret 2018
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

terhadap tidur, merasa kurang nyaman atau Tingkat Insomnia Pre Test
gelisah saat tidur, mendapati mimpi buruk, Berdasarkan penelitian, tingkat
badan terasa lemah, letih, kurang tenaga insomnia pre test responden dapat dilihat
setelah tidur, jadwal jam tidur sampai pada tabel dibawah ini.
bangun tidak beraturan, tidur selama enam
jam dalam semalam. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Peneliti memilih KSPBJ-IRS sebagai Berdasarkan Tingkat Pinsomnia Pre Test
instrumen penelitian dengan alasan bahwa Insomnia Frekuensi Persentasi
No
instrumen KSPBJ-IRS memiliki pertanyaan Pre Test (Jumlah) (%)
yang lebih aplikatif bila digunakan pada 1 Ringan 0 0,0
lanjut usia. KSPBJ-IRS memiliki 11 2 Sedang 14 93,33
pertanyaan yang dirasa tidak memberatkan 3 Berat 1 6,67
lansia dalam menjawab dibanding kuesioner Total 15 100
insomnia lainnya yang ditemukan peneliti Berdasarkan tabel di atas, diketahui
seperti Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) bahwa mayoritas responden sebelum diberi
yang terdapat banyak pertanyaan sehingga aromaterapi mayoritas menderita insomnia
dirasa akan menyulitkan lanjut usia dalam sedang yaitu sebanyak 14 orang (93,33%)
menjawab pertanyaan kuesioner. dan minoritas menderita insomnia berat
sebanyak 1 orang (6,67%).
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian, karakterist Tingkat Insomnia Post Test
ik responden yaitu jenis kelamin dan Berdasarkan penelitian, setelah diberi
kegiatan dipanti dapat dilihat dalam tabel di aromaterapi dapat dilihat pada tabel dibawah
bawah ini. ini.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kegitan Berdasarkan Tingkat Insomnia Post Test
Panti Insomnia Frekuensi Persentasi
No
No Jenis Kelamin Frekuensi (%) Post Test (Jumlah) (%)
1 Ringan 13 86,67
1 Laki-laki 12 80,00 2 Sedang 2 13,33
2 Perempuan 3 20,00 3 Berat 0 0
Total 15 100 Total 15 100
No Kegiatan Frekuensi (%) Berdasarkan tabel di atas, diketahui
1 Bekerja 3 20,00
2 Tidak bekerja 12 80,00
bahwa setelah diberi aromaterapi mayori
Total 15 100 tas responden mengalami insomnia ringa
Berdasarkan tabel di atas, diketahui n yaitu sebanyak 13 orang (86,67%),
bahwa mayoritas responden berjenis sedangkan minoritas responden mengala
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 orang mi insomnia sedang yaitu sebanyak 2
(80,00%), sedangkan minoritas berjenis orang (13,33%).
kelamin perempuan yaitu sebanyak 3 orang
(20,00%). Berdasarkan kegiatan di panti, Pengaruh aroma terapi lavender terhada
mayoritas responden tidak bekerja yaitu p penurunan insomnia pada lanjut usia
sebanyak 12 orang (80,00%), minoritas Berdasarkan penelitian, pengaruh
bekerja yaitu sebanyak 3 orang (20,00%). aroma terapi lavender terhadap penurunan
insomnia pada lanjut usia dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 21
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 4, No. 1, Maret 2018
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengaruh dan kecemasan saat tidur. Dari data yang
Aromaterapi terhadap Penurunan Insomnia diperoleh dari tabel 4.3 tentang insomnia
Tingkat Pre Post
X2
pada lanjut usia setelah pemberian lavender
Insomnia test test aromatherapy didapatkan sebagian kecil
Ringan 0 13 0,000 responden berjumlah 2 orang (13,33%)
Sedang 14 2 mengalami insomnia sedang dan hampir
Berat 1 0 seluruh dari respon den berjumlah 14 orang
Jumlah 15 15
(86,67%) mengalami insomnia ringan. Hal
Berdasarkan tabel di atas, diketahui ini menunjukkan bahwa ada penurunan dari
bahwa sebelum diberi aromaterapi ada 14 insomnia sedang menjadi insomnia ringan.
orang reponden mengalami insomnia sedang Lavender Aromatherapy sangat
dan 1 orang mengalami insomnia berat, bermanfaat untuk membantu serangan
sedangkan pada post test terjadi penurunan insomnia karena khasiat psikologi yang
tingkat insomnia menjadi 13 orang insomnia menenangkan yang diantaranya dapat
ringan dan 2 orang insomnia sedang. Uji mencairkan rasa marah yang tersimpan,
statistik Wilcoxon Signed Ranks Test dipero menenangkan emosi yang tidak stabil,
leh nilai probabilitas p 0,000 < 0,005 yang meringankan stress, mengatasi kepanikan,
berarti terdapat pengaruh aromaterapi ketidak sabaran, menenangkan jiwa,
terhadap penurunan tingkat insomnia pada mengurangi rasa ketagihan, memberikan
lanjut usia. rasa aman dan kenyamanan (Poerwadi,
2006). Aromatherapy merupakan terapi
PEMBAHASAN penyembuhan yang memanfaatkan sifat dan
Dilihat dari tabel 2 tentang insomnia aroma minyak esensial. Meskipun kata
pada lanjut usia sebelum pemberian “aroma” membuatnya seolah-olah minyak
lavender aromatherapy 14 responden yang dihirup, Aromatherapy juga bisa
(93,3%) mengalami insomnia sedang dan 1 meresap kedalam kulit (Ehrlich, 2009).
orang (6,67%) mengalami insomnia berat. Insomnia dapat diatasi dengan cara
Lansia beresiko mengalami gangguan tidur non-farmakologi diantaranya dengan
yang disebabkan oleh banyak faktor pemberian lavender aromatherapy yang
misalnya pensiunan dan perubahan pola mampu membantu lansia pada kondisi yang
sosial, kematian pasangan hidup atau teman lebih tenang sehingga dapat mengontrol dan
dekat, peningkatan penggunaan obat-obatan, mengelola stressor yang mempengaruhi
penyakit yang dialami, gangguan mood, tingkat insomnia pada lanjut usia. Selain
ansietas, kepercayaan terhadap tidur, dan pemberian lavender aromatherapy ada cara
perasaan negatif merupakan indikator lain untuk mengatasi masalah insomnia
terjadinya insomnia (Akoso dan Galuh, diantaranya latihan relaksasi pernapasan,
2009). senam ergonomis dan terapi air hangat.
Perubahan pola tidur lansia disebabkan Dari hasil analisa data dengan
perubahan system saraf pusat yang menggunakan wilcoxon sign testdengan taraf
mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono signifikan α = 0,05 diperoleh hasil
dan Widianti, 2011). Kualitas dan kuantitas perhitungan ρ= 0,000 <α =0,05 dengan
tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. demikian Ho ditolak dan H1 diterima.
Kualitas tersebut dapat menunjukan adanya Artinya ada pengaruh pemberian lavender
kemampuan individu untuk tidur dan aromatherapy terhadap penurunan insomnia
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan pada lanjut usia. Berdasarkan data yang
kebutuhannya. diperoleh diatas, maka terdapat kesesuaian
Insomnia dapat dialami oleh siapa saja, dengan teori yang menyatakan bahwa
tidak terkecuali pada lansia. Proses tidur Aromatherapy adalah bagian dari ilmu
pada lansia dapat dipengaruhi oleh gangguan herbal (herbalism). Manfaat minyak esensial
fisik, keteraturan waktu tidur, kenyamanan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 22
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 4, No. 1, Maret 2018
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

untuk keseimbangan fisik dan mental SARAN


sangatlah luar biasa. Aroma dan kelembutan 1. Bagi profesi Keperawatan
minyak esensial dapat mengatasi keluhan Mampu melanjutkan dan lebih
fisik dan psikis. Banyak cara yang dapat meningkatkan terapi komplementer
digunakan untuk menanggulangi masalah yang berguna untuk meningkatkan
tidur. Salah satunya adalah terapi relaksasi pelayanan keperawatan khususnya
yang termasuk terapi non-farmakologi. dalam keperawatan lanjut usia dan
Terapi relaksasi dapat dilakukan untuk aromaterapi
jangka waktu yang terbatas dan biasanya 2. Bagi institusi
tidak memiliki efek samping. Aromaterapi Mengembangkan kurikulum dan
merupakan salah satu bentuk terapi meningkatkan peran pendidik dalam
relaksasi. Aromaterapi merupakan proses menyampaikan pengetahuan tentang
penyembuhan kuno yang menggunakan sari keperawatan komplementer khususnya
tumbuhan aromaterapi murni yang bertujuan aromaterapi bagi mahasiswa secara
untuk meningkatkan kesehatan dan lebih menarik sehingga mampu mening
kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa katkan pengetahuan dan ketrampilan
(Poerwadi, 2006) dalam mengaplikasikannya.
3. Bagi masyarakat
KESIMPULAN Meningkatkan pengetahuan tentang
Dari hasil penelitian pengaruh terapi komplementer serta mampu
aromaterapi lavender terhadap penurunan mengaplikasikannya dalam kehidupan
insomnia pada lanjut usia di Panti Werdha sehari-hari.
Guna Budi Bhakti Medan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: DAFTAR PUSTAKA
1. Mayoritas responden sebelum diberi
aromaterapi mayoritas menderita Adiyati, S. Pengaruh Aromaterapi terhadap
insomnia sedang yaitu sebanyak 14 Insomnia pada Lansia di PSTW Unit.
orang (93,33%) dan minoritas Akso, Galuh. (2009). Bebas Insomnia.
menderita insomnia berat sebanyak 1 Yogyakarta: Kanisus.
orang (6,67%). Anggota IKAPI. (2004). Insomnia dan
2. Setelah diberi aromaterapi mayoritas Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: Alex
responden mengalami insomnia ringan Media Komputindo.
yaitu sebanyak 13 orang (86,67%), Anggraini, dkk. (2009). Aromaterapi Bunga
sedangkan minoritas responden Lavender Memperbaiki Kualitas.
mengalami insomnia sedang yaitu Ariani. (2012). Pengaruh Pemberian
sebanyak 2 orang (13,33%). Aromaterapi Cendana terhadap
3. Sebelum diberi aromaterapi ada 14 Kualitas Tidur Remaja di Panti Asuhan
orang reponden mengalami insomnia Dharma Jati II Denpasar Tahun 2012.
sedang dan 1 orang mengalami Azizah, Ulik. (2011). Keperawatan Lanjut
insomnia berat, sedangkan pada post Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
test terjadi penurunan tingkat insomnia Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan
menjadi 13 orang insomnia ringan dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
2 orang insomnia sedang. Uji statistik Nuha Medika.
Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh Dewi, P. (2013). Aromaterapi Lavender
nilai probabilitas p 0,000 < 0,005 yang sebagai Media Relaksasi. Jurnal Bagian
berarti terdapat pengaruh aromaterapi Farmasi Fakultas Kedokteran Universit
terhadap penurunan tingkat insomnia as Udayana.
pada lanjut usia.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 23
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 4, No. 1, Maret 2018
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

Fatimah. (2010). Merawat Lanjut Usia Murwani Arita, Priyantari Wiwin. (2011).
Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik Keperawatan Dasar Dan
Gerontik. Jakarta: Trans Info Media. Asuhan Keperawatan Home Care dan
Green, W. (2009). 50 Hal Yang Bisa Anda Komunitas. Jakarta: Fitramaya.
Lakukan Hari Ini untuk Mengatasi Nugroho wahjudi. (2006). Keperawatan
Insomnia. Jakarta: Elex Media Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Komputindo. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Hariana, A. (2004). 812 Resep untuk Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawat
Mengobati 236 Penyakit. Jakarta: an. Jakarta: Salemba Medika.
Pustaka Populer Obor. Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Hidayat, A. Aziz. (2006). Kebutuhan Dasar Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Manusia, Aplikasi konsep dan Proses Panti Tresna Werda Ilomata Gorontalo.
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medik. (2013). Daftar Nama-Nama Penghuni
Iwan. (2009). Skala Insomnia (KSPBJ PSTW “Ilomata” Kota Gorontalo.
Insomnia Rating Scale). Poerwadi. (2006). Aromaterapi Sahabat
Jaelani. (2009). Aromatherapi. Jakarta: Calon Ibu. Jakatra: Dian Rakyat.
Rineka Cipta. Price. (1997). Aromaterapi bagi Profesi
Kristanti, E. (2010). Pengaruh Aromaterapi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Lavender terhadap Penurunan Derajat Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi
Kecemasan pada Lansia di Panti Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wredha ST. Yoseph Kediri. Jurnal Saryono, Widianti. (2011). Kebutuhan
STIKES RS Baptis Kediri. Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha
Kurnia, A. (2009). Lavender Aromatherapy Medika.
Improve Quality of Sleep in Eldery Siregar, M. (2011). Mengenal Sebab-Sebab,
People. Akibat-Akibat, dan Cara Terapi
Kusnanto, dkk. (2007). Manfaat Aromaterap Insomnia. Jakarta: Flash Books.
i Lavender terhadap Penurunan Sugiono. (2013). Statistik Nonparametris
Insomnia. untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Maryam R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Susilo, Wulandari. (2011). Cara Jitu
Lanjut dan Perawatan Nya. Jakarta: Mengatasi Insomnia. Yogyakarta: Andi
Salemba Medika. Offset.
Maryani, Suharmiati. (2003). Tanaman Obat Utama, Hendra. (2004). Geriatri Ilmu
untuk Mengatasi Penyakit pada Usia Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: FKUI.
Lanjut. Jakarta: Agromedia Pustaka.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 24

Anda mungkin juga menyukai