Disusun Oleh :
I4051201004
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
Nama : Ridho Fadila Alfajri
NIM : I4051201004
Ruangan :-
1) Konsep Penyakit
1. Definisi Chronic Kidney Disease (CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit gangguan fungsi
ginjal yang progresif dan irreversible dimana ginjal gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
CKD ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible pada
suatu derajat atau tingkatan yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang
tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Smeltzer, 2013).
2. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illnes). Penyebab
yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada penyebab
lainnya dari gagal ginjal kronis diantaranya: (Prabowo,Eko.2014)
1) Hemodialisis
b. Terapi farmakologi
2) Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian
Menurut Muttaqin (2011), pengkajian pada klien dengan CKD adalah
sebagai berikut:
1) Identitas
Gagal ginjal kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th),
usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 %
pada pria.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine
output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut
terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.
3) Riwayat kejadian
Kaji onset penurunan output, penurunan kesadaran, perubahan pola
nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan pada kulit, adanya napas
berbau amonia dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah ke
mana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya
dan mendapatkan pengobatan apa saja.
4) Riwayat penyakit
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
Prostatic Hyperplasia dan prostatektomi. Kaji adanya riwayat
penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berulang, penyakit DM, dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk
dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
5) Keadaan Umum
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat. Tingkat
kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremis dimana dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat. Pada TTV sering didapatkan
adanya perubahan seperti RR meningkat. Tekanan darah terjadi
perubahan dari hiperensi ringan sampai berat.
6) Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan
dialisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan
dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan,
gangguan konsep diri dan gangguan peran pada keluarga (self
esteem).
7) Airway
Kaji jalan nafas, apakah paten atau terjadi obstruksi. Kaji adanya
retraksi clavikula dan adanya pernafasan cuping hidung, observasi
adanya sputum, apakah kental dan banyak.
8) Breathing
Kaji pergerakan dada apakah simetris atau asimetris, adanya
penggunaan otot bantu napas, auskultasi suara napas, nafas cepat
dan dalam (Kussmaul), dispnoe nokturnal paroksismal (DNP),
takhipnoe (peningkatan frekuensi), adanya suara napas tambahan,
batuk dengan/tanpa sputum, keluhan sesak napas, irama
pernapasan, dan pemakaian alat bantu napas.
9) Circulation
Pada kondisi uremi berat, tindakan auskultasi perawat akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi
perikardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif,
TD meningkat, akral dingin, CRT > 3, palpitasi, nyeri dada atau
angina, dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema,
penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung
akibat hiperkalemi dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel
10) Pemeriksaan fisik
a) B1 (Breathing)
Klien bernapas dengan bau urine (fetor amonia) sering
didapatkan pada fase ini. Respon uremia didapatkan adanya
adanya pernapasan Kusmaul. Pola nafas cepat dan dalam
merupakan upaya untuk melakukan pembuangan
karbondioksida yang menumpuk di sirkulasi.
b) B2 (Blood)
Pada kondisi uremia berat, tindakan auskultasi perawat akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas
efusi perikardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung
kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT >3detik,
palpitasi, nyeri dada atau angina dan sesak nafas , gangguan
irama jantung, edema penurunan perfusi perifer sekunder
dari penurunan curah jantung akibat hiperkalemia dan
gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel. Pada sistem
hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
sebagai akibat dari penurunan produksi eroteopoetin,
kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari
trombositopenia.
c) B3 (Brain)
Didapatkan penuruunan tingkat kesadaran, disfungsi
serebral, seperti proses pikir dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, aadanya neuropati perifer,
burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot dan
nyeri otot.
d) B4 (Bladder)
Penurunan urine output< 400ml/hr sampai anuria, terjadi
penurunan libido berat.
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adnya mual dan muntah, anoreksia dan diare
sekunder dari bau mulut amonia, peradangan mukoa mulut,
dan ulkus saluran cerna sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adnaya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot,
nyeri kaki (memburuk saat maalm hari), kulit gatal,
ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam(sepsis, dehidrasi),
petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, defosit
fosfat kalsium pada kulit , jaringan lunak dan keterbatasan
gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan fisik secara
umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer
dari hipertensi.
2. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Pola Napas Tidak Efektif b.d hambatan upaya napas
2.
3. Rencana Intervensi
Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan
jalan napas
b. Posisikan semi-fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterafi dada
e. Lakukan penghisapan
lendir
f. Lakukan hiperoksigenasi
g. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep
h. Berikan oksigen jika
perlu
2 D.0022 Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
Hipervolemia tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 1x24 jam - Periksa tanda dan
dengan diharapkan Keseimbangan gejala hipervolemia
gangguan Cairan meningkat (mis. Ortopnea,
dengan
mekanisme dispnea, edema,
Kriteria hasil:
regulasi, JVP/CVP
- Asupan cairan
kelebihan meningkat, refleks
Meningkat
asupan cairan, hepatojugular
- Haluaran urin
kelebihan positif, suara napas
meningkat
asupan tambahan)
- Kelembaban
natrium. - Identifikasi
membran mukosa
penyebab
meningkat
hipervolemia
- Asupan makanan
- Monitor status
meningkat
hemodinamik (mis.
- Edema menurun
Frekuensi jantung,
- Dehidrasi
tekanan darah,
menurun
MAP, CVP, PAP,
- Asites menurun
PCWP, CO, CI),
- Konfusi menurun
jika tersedia
- Tekanan darah
- Monitor intake dan
Membaik
output cairan
- Denyut nadi radial
- Monitor tanda
Membaik
hemokonsentrasi
- Tekanan arteri
(mis. Kadar
rata-rata membaik
natrium, BUN,
- Membran mukosa
hematokrit, berat
- Membaik
jenis urine)
- Mata cekung
- Monitor tanda
- Membaik peningkatan
- Turgor kulit tekanan onkotik
Membaik plasma (mis. kadar
- Berat badan protein dan albumin
membaik meningkat)
- Monitor keceptan
infus secara ketat
- Monitor efek
samping diuretik
(mis. Hipotensi
ortostatik,
hipovolemia,
hipokalemia,
hiponatremia)
Terapeutik
- Timbang berat
badan setiap hari
pada waktu yang
sama
- Batasi asupan
cairan dan garam
- Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40°
Edukasi
- Anjurkan melapor
jika haluaran urin <
0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
- Anjurkan melapor
jika BB bertambah
> 1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan
dan haluaran cairan
- Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian diuretik
Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretik
Kolaborasi pemberian
continous renal
replacement therapy
(CRRT), jika perlu
Pemantauan Cairan
Observasi
- Monitor frekuensi
dan kekuatas nadi
- Monitor frekuensi
napas
- Monitor tekanan
darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu
pengisian kapiler
- Monitor elastisitas
atau turgor kulit
- Monitor jumlah,
warna dan berat
jenis urine
- Monitor kadar
albumin dan protein
total
- Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis.osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium,
BUN)
- Monitor intake dan
output cairan
- Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
(mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi
teraba lemah,
tekanan darah
menurun, tekanan
nadi menyempit,
turgor kulit
menurun, membran
mukosa kering,
volume urin
menurun,
hematokrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat,
berat badan
menurun dalam
waktu singkat)
- Identifikasi tanda-
tanda hipervolemia
(mis. dispnea,
edema perifer,
edema anasarka,
JVP meningkat,
CVP meningkat,
refleks
hepatojugular
positif, berat badan
menurun dalam
waktu singkat)
- Identifikasi faktor
risiko
ketidakseimbangan
cairan (mis.
Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, obstruksi
intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
3 D.0019 Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 1x24 jam - Identifikasi status
dengan diharapkan Status Nutrisi nutrisi
kurangnya membaik - Identifikasi alergi
asupan Kriteria hasil: dan intoleransi
makanan. - Porsi makanan makana
yang dihabiskan - Identifikasi
meningkat makanan yang
- Kekuatan otot disukai
pengunyah - Identifikasi
meningkat kebutuhan kalori
- Kekuatan otot dan jenis nutrien
menelan
- Monitor asupan
meningkat
makanan
- Serum albumin
- Monitor berat badan
meningkat
- Monitor hasil
- Verbalisasi
pemeriksaan
keinginan untuk
laboratorium
meningkatkan
Teraupetik
nutrisi meningkat
- Lakukaoral hygiene
- Pengetahuan sebelum makan,
tentang pilihan jika perlu
makanan yang - Fasilitasi
sehat meningkat menentuka
pedooman diet
- Pengetahuan
(mis.
tentang pilihan
Piramida makanan)
minuman yang
- Sajikan makanan
sehat meningkat
secara menarik dan
suhu yang sesua
- Pengetahuan
- Berikan makanan
tentang
tinggi serat untuk
standar asupan
mencegah
nutrisi yang tepat
konstipasi
meningkat
- Berikan makanan
- Penyiapan dan
tinggi kalori dan
penyimpanan
makanan yang tinggi protein
aman meningkat - Berikan makanan
- Penyiapan dan rendah protein
penyimpanan Edukasi
minuman yang - Anjurkan posisi
aman meningkat dusuk, jika mampu
- Sikap terhadap - Anjurkan diet yang
makanan/minuman diprogramkan
sesuai dengan Kolaborasi
tujuan kesehatan - Kolaboras
meningkat pemberiaan
- Perasaan cepat medikasi sebelum
kenyang menurun makan (mis. Pereda
- Nyeri abdomen nyeri, antiemetic),
menurun jika perlu
- Sariawan menurun - Kolaborasi dengan
- Diare menurun ahli gizi
- Berat badan menentukan jumlah
Membaik kalori dan jenis
- Indeks Massa nutrient yang
Tubuh (IMT) dibutuhkan, jika
membaik perlu
- Frekuensi makan Promosi Berat Badan
Membaik Observasi
- Nafsu makan - Identifikasi
membaik kemungkinan
- Bising usus penyebab BB
membaik kurang
- Tebal lipatan kulit - Monitor adanya
trisep membaik mual muntah
Membran mukosa - Monitor jumlah
membaik kalori yang
dikonsumsi sehari-
hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin,
limfosit, dan
elektrolit Serum
Teraupetik
- Berikan perawatan
mulut sebelum
pemberian makan,
jika perlu
- Sediakan makanan
yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis.
Makanan dengan
tekstur halus,
makanan yang
diblender, makanan
cair yang diberikan
melalui NGT atau
gastrostomy, total
parenteral nutrition
sesuai indikasi)
- Hidangkan
makanan secara
menarik
- Berikan suplemen,
jika perlu
- Berikan pujian pada
pasien/keluarga
untuk peningkatan
yang dicapai
Edukasi
- Jelaskan jenis
makanan yang
bergizi tinggi,
namun tetap
terjangkau
- Jelaskan
peningkatan asupan
kalori yang
dibutuhkan
Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Naha Medika
NIDDK (National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease), 2016.
Prediabetes and Insulin Resistance. https://www.niddk.nih.gov/healthin
formation/diabetes/types/prediabetesinsulin-resistance 18 September 2016
Suwitra, K., 2009. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo, A.W., Setiyobudi, B., Alwi,
I., Simadibarata, M., Setiati, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II.
5th ed, Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, pp.
1035-1040
Isselbacher dkk. (2012). Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa
Asdie Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC
Longo, D. et al., (2011). Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. New
York, NY: McGraw-Hill
Muttaqin & Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
Kidney Failure. (2013). Edema in Chronic Kidney Disease. Diakses dari
http://www.kidneyfailureweb.com/ckd/889.html
Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.