AYU CAHYANI
I4052221018
B. Etiologi
Secara umum faktor-faktor diabetes foot menurut Karsiut et all 2017, dibagi menjadi
beberapa faktor yaitu:
Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma seperti kelainan
makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan neuropati otonom.
2. Faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti neuropati motorik,
neuropati sensorik, limited joint mobility, dan komplikasi DM yang lain (seperti
mata kabur).
3. Neuropati sensorik pada kaki bisa menyebabkan terjadinya trauma yang tidak
disadari. Neuropati motorik juga menyebabkan otot intrinsik lemah ntuk
menampung berat badan seseorang dan seterusnya terjadilah trauma.
Faktor Presipitasi
1. Perlukaan di kulit (jamur).
2. Trauma.
3. Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.
Faktor Yang Memperlambat Penyembuhan Luka
1. Derajat luka.
2. Perawatan luka.
3. Pengendalian kadar gula darah.
C. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM
yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Diabetes
seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah.
Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan
penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang
buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen
dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian
distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang
menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan
amputasi.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan
untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat
berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat
adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi
komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes
lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih ‘memakan’
dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%.
Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama
bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik
mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat.
Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh
dan kuman anaerob berkembang biak (Chasanah, 2018).
Pathway
(Chasanah,2018)
D. Manifestasi klinik
a. Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
b. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
c. Nyeri saat istirahat
d. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
e. Adanya kalus di telapak kaki
f. Kulit kaki kering dan pecah-pecah (Kanwar et all, 2017).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan glukosa darah.
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi luka
segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan sentuhan ringan,
kepekaan terhadap suhu.
F. Penatalaksanaan Diagnostik
Menurut PEI, 2018 penatalaksanaan ulkus kaki diabetic memerlukan pengobatan yang
agresif dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup:
a. Debridement local radikal pada jaringan sehat.
b. Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas antibiotic,
Beberapa obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki diabetic adalah insulin,
neurotropik, kompres luka, obat anti trombosit, neuromin, dan oksoferin solution.
c. Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.
Adapun usaha pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari amputasi secara umum:
1. Memperbaiki kelainan vaskular yang ada.
2. Memperbaiki sirkulasi.
3. Pengamatan kaki teratur.
4. Pengelolaan pada masalah yang timbul(pengobatan vaskularisasi, infeksi, dan
pengendalian gula darah).
5. Sepatu khusus.
6. Kerjasama tim yang baik
7. Penyuluhan pasien.
G. Komplikasi
1. Abses
2. Deformitas
3. Ganggren
4. Infeksi kulit
5. Amputasi (Kanwar et all, 2017).
H. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
b. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum:
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda
– tanda vital.
- Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
- Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
- Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
- Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
- Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
- Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
- Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
- Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua
jam post prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman (Misnadiarly, 2017).
I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan integritas kulit / jaringan
2. Nyeri Kronis
3. Gangguan Mobilitas Fisik
4. Resiko perpusi perifer tidak efektif
5. Resiko infeksi
6. Ketidakstabilan Kadar Glukosa darah
7. Gangguan citra tubuh
8. Defisit pengetahuan tentang kurang terpapar informasi
J. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
. SDKI Hasil Keperawatan
SLKI SIKI
1. Gangguan Integritas Kulit Integritas kulit dan Perawatan Luka
berhubungan dengan jaringan L.14125 I.14564
Neuropati Perifer / Setelah dilakukan Observasi
Perubahan sirkulasi ditandai tindakan keperawatan - Monitor
dengan : 3x24 jam Integritas karakteristik
- kerusakan jaringan kulit dan jaringan klien luka
dan/atau lapisan kulit dapat membaik - Monitor
- Nyeri, perdarahan, dengan kriteria hasil : tabda-tanda
kemerahan, hematoma - Kerusakan infeksi
D.0129 jaringan Teraputik
menurun - Lepaskan
- Kerusakan balutan dan
lapisan kulit plester
menurun secara
- Perpusi perlahan
jaringan - Bersihkan
meningkat dengan
- Perdarahan cairan
menurun NACL
- Kemerahan - Bersihkan
menurun jaringan
- Nekrosis nekrotik
menurun - Pertahankan
teknik steril
Edukasi
- Jelaskan
tanda dan
gejala
infeksi
- Anjurkan
mengkonsu
msi makanan
tinggi kalori
dan protein
Kolaborasi
- Kolaborasi
prosedur
debridement
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik
2. Nyeri Akut berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
dengan Agen Pencedera L.08066 Observasi :
Fisiologis ditandai dengan Setelah dilakukan - Identifikasi
- Mengeluh nyeri tindakan keperawatan lokasi,
- Tampak meringis 3x24 jam nyeri pada karalteristik,
- Bersikap protektif klien dapat menurun durasi,
- Gekisah dengan kriteria hasil : frekuensi,
- Frekuensi nadi - Keluhan kualitas dan
meningkat nyeri intensitas nyeri
- Sulit tidur menurun - Identifiasi
D.0077 - Meringis skala nyeri
menurun - Identifikasi
- Sikap faktor yang
protektif memperberat
menurun nyeri dan
- Gelisah memperingat
menurun nyeri
- Kesulitan - Monitor
tidur efek samping
menurun pemberian obat
analgetik
Terapeutik
- Berikan
tehnik
nonfarmakolog
is untuk
meredakan
nyeri
- Jelaskan
penyebab
pemicu nyeri
- Ajarkan
teknik
nonfarmakol
ogis untuk
meredakan
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik
3. Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas Fisik Perawatan Integritas
berhubungan dengan L.05042 Setelah Kulit I.11353
Kerusakan integritas struktur dilakukan tindakan Observasi
tulang, ditandai dengan keperawatan 3x24 jam - Identifikasi
- Mengeluh sulit Mobilitas fisik klien penyebab
menggerakan membaik dengan gangguan
ekstremitas kriteria hasil : integritas
- Kekuatan otot - Pergerakan kulit (mis.
menurun ekstremitas Perubahan
- Rentang gerak meningkat sirkulasi,
(ROM) menurun - Kekuatan perubahan
- Nyeri saat bergerak otot status nutrisi,
- Gerakan terbatas meningkat penurunan
D.0054 - Rentang kelembaban,
Gerak suhu
(ROM) lingkungan
meningkat ekstrem,
- Gerakan penurunan
terbatas mobilitas)
menurun Terapeutik
- Kaku sendi - Ubah posisi
menurun tiap 2 jam
jika tirah
baring
- Gunakan
produk
berbahan
petroleum
atau minyak
pada kulit
kering
- Gunakan
produk
berbahan
ringan/alami
pada kulit
sensitive
- Hindari
produk
berbahan
dasar alcohol
pada kulit
kering
Edukasi
- Anjurkan
menggunaka
n pelembab
- Anjurkan
minum air
yang cukup
- Anjurkan
meningkatka
n asupan
nutrisi
- Anjurkan
meningkatka
n asupan
buah dan
sayur
- Anjurkan
menghindari
terpapar
suhu ekstrem
Kanwar Y. S., Sun, L., Xie, P., Liu, F. Y., & Chen, S. (2017). A Glimpse Of Various Pathogenetic
Mechanisms Of Diabetic Nephropathy. Annual Review of Pathology: Mechanisms of
Disease, 6: 395-423. doi: 10.1146/annurev.pathol.4.110807.092150.
Karsuita, T.R.L., Decroil, E. & Sulastri, D. (2017). Hubungan Jumlah Komplikasi Kronis dengan
Derajat Gejala Depresi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5 (3): 675-679.
Misnadiarly. (2018). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Perkumpulan Endrokinologi Indonesia/PEI. (2018). Konsensus: Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI: PERKENI
Tjokroprawiro, Askandar. (2017). Diabetes Mellitus. Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi, Edisi
Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama