Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tn.M DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS KAYON KECEMATAN JEKAN
RAYA KOTA PALANGKA RAYA

Disusun Oleh:

Nama : Hendy Trigusman


Nim : 2018.C.10a.0937

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Hendy Trigusman

NIM : 2018.C.10a.0937

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. M


Dengan Diagnosa Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Menteng Kecematan Jekan Raya Kota Palangka
Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra-klinik Keperawatan 4 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ika Paskaria, S.Kep., Ners Kristalili, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Diagnosa Diabetes mellitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kayon Palangka Raya
”Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK4). Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners. Selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
4. Ibu Kristalili, S.Kep., Ners Selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya,7 November 2021

Penyusun
BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemi kronik akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas
biologis dari insulin yang disertai berbagai kelainan metabolik lain akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah ( Rendy dan Margareth, 2012).
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel
beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel
tubuh terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi, 2016).
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa
organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (PERKENI,
2015 dan ADA, 2017).
Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar
karena jumlah penderita yang sangat tinggi dan selalu mengalami peningkatan
setiap tahun. Menurut International Diabetes Federation (IDF) (2014)
menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus di dunia berjumlah 366
juta penderita pada tahun 2011 dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 387 juta
penderita. Jenis diabetes melitus yang paling banyak diderita dan prevelensinya
terus meningkat adalah diabetes melitus tipe II dengan kasus terbanyak yaitu 90%
dari seluruh kasus diabetes melitus di dunia. Peningkatan penyakit ini sebagian
besar akan terjadi di negara berkembang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk,
penuaan, diet tidak sehat, obesitas dan gaya hidup yang menetap (WHO, 2016).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Terjadi suatu
peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama tiga puluh tahun ke depan yaitu
dari 255,6 juta pada tahun 2015 menjadi 318,9 juta pada tahun 2045 (Badan Pusat
Statistik [BPS], 2018. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan
bahwa kejadian diabetes melitus di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,3
persen di tahun 2013 menjadi 2,0 persen di tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018).
Menurut Konsensus PERKENI tahun 2015 terdapat sebanyak 10,9 persen
penduduk Indonesia berusia diatas 15 tahun hidup dengan diabetes melitus pada
tahun 2018. Berdasarkan hasil Riset Resehatan Dasar Provinsi Sumatera Barat
(2018) menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus sebesar 1,3%
penderita. Angka kejadian ini dapat diupayakan turun dengan dilakukan
pencegahan sejak dini berupa pengontrolan kadar gula darah.
Menurut Damayanti (2015) mengatakan bahwa secara umum diabetes
melitus dibagi menjadi DM tipe I, DM tipe II, DM tipe lain serta diabetes
kehamilan. Diabetes melitus dalam kehamilan dikategorikan menjadi dua yaitu
diabetes yang sudah terjadi sebelum kehamilan, yaitu diabetes pregestasional dan
diabetes yang terjadi saat kehamilan, yaitu diabetes gestasional (Maryunani,
2013). Diabetes pregestasional merujuk pada diabetes sebelum terjadinya
konsepsi dan berlanjut setelah melahirkan (Reeder. et.al., 2012). Diabetes
pregestasional ditemukan pada wanita hamil yang sebelumnya sudah menderita
DM tipe 1 ataupun tipe 2 (Maryunani, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan
masalah, yaitu Bagaimana Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan diagnosa medis Diabetes mellitus.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu memahami konsep Diabetes mellitus dan mempelajari
Keperawatan keluarga dengan Diabetes mellitus. serta memberi pemahaman pada
penulis agar dapat belajar dengan lebih baik lagi.

1.3.2 Tujuan khusus


Adapun Tujuan Khusus penulisan Laporan Pendahuluan ini yaitu penulis mampu :
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep Diabetes mellitus.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada
Klien dengan Diabetes mellitus.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Klien dengan diagnosa
medis Diabetes mellitus.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnose Keperawatan pada Klien dengan
diagnosa medis Diabetes mellitus.
1.3.2.5 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada Klien dengan diagnosa
medis Diabetes mellitus.
1.3.2.6 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada Klien dengan diagnosa
medis Diabetes mellitus.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada implementasi pada Klien
dengan diagnosa medis Diabetes mellitus.
1.3.2.8 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi implementasi pada Klien
dengan diagnosa medis Diabetes mellitus

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan agar dapat mengetahui dan
memahami konsep Penyakit Diabetes mellitus dan agar dapat melakukan
pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitar agar tidak mengalami
Diabetes mellitus
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Manfaat penulisan bagi klien dan keluarga yaitu agar klien dan keluarga
dapat mengetahui gambaran umum dari Diabetes mellitus beserta tanda
gejala serta perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat
perawatan yang tepat dalam lingkungan keluarganya.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Manfaat penulisan bagi Pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai referensi
bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang konsep
Diabetes mellitus dan ilmu tentang asuhan keperawatan dengan Diabetes
mellitus
Manfaat penulisan Bagi Rumah Sakit yaitu agar dapat digunakan sebagai
acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi pasien khusunya
pasien Diabetes mellitus..
1.4.4 Untuk IPTEK
Mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di bidang
kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diabetes mellitus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep penyakit


2.1.1 Definisi
Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin dan kerja insulin (Smeltzer et al, 2013; Kowalak, 2011).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar
glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi,
kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu
2 jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa
adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-
140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun mengandung karbohidrat (Irianto, 2015).
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel
beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel
tubuh terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi, 2016).
Jadi yang dapat diberi kesimpulan dari hasil diatas Diabetes mellitus
merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi
yang disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan
terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau
langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi
sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan.
Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan
jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti
amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan endokrin menghasilkan
hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan somatostatin (Dolensek, Rupnik &
Stozer, 2015).

(Gambar Anfis Pankreas 2.1.2)


Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik &
Stozer, 2015) :
1. Sel Alfa : sekresi glukagon
2. Sel Beta : sekresi insulin
3. Sel Delta : sekresi somatostatin

4. Sel Pankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon
yang lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara
konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan
tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula
darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran antagonis hormon
insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin menghambat sekresi
keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).

2.1.2.1 Insulin
Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-pulau
Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari 2 rantai
polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat (glukosa glikogen). Dua
rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida pada posisi 7 dan 20 di rantai A dan
posisi 7 dan 19 di rantai B (Guyton & Hall, 2012).

2.1.2.2 Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin


Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan menimbulkan respons
tubuh berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar insulin disekresikan
oleh pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa ke sebagian besar sel akan
meningkat sampai 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan kecepatan tanpa
adanya sekresi insulin. Sebaliknya jumlah glukosa yang dapat berdifusi ke
sebagian besar sel tubuh tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan
sejumlah glukosa yang dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan
normal, dengan pengecualian di sel hati dan sel otak (Guyton & Hall, 2012).
Pada kadar normal glukosa darah puasa sebesar 80-90 mg/100ml, kecepatan
sekresi insulin akan sangat minimum yakni 25mg/menit/kg berat badan. Namun
ketika glukosa darah tiba-tiba meningkat 2-3 kali dari kadar normal maka sekresi
insulin akan meningkat yang berlangsung melalui 2 tahap (Guyton & Hall, 2012) :
1. Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu 3-5 menit kadar
insulin plasama akan meningkat 10 kali lipat karena sekresi insulin yang
sudah terbentuk lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau langerhans. Namun,
pada menit ke 5-10 kecepatan sekresi insulin mulai menurun sampai
kirakira setengah dari nilai normalnya.

2. Kira-kira 15 menit kemudian sekresi insulin mulai meningkat kembali untuk


kedua kalinya yang disebabkan adanya tambahan pelepasan insulin yang
sudah lebih dulu terbentuk oleh adanya aktivasi beberapa sistem enzim yang
mensintesis dan melepaskan insulin baru dari sel beta.
2.1.3 Etiologi
Diabetes melitus menurut Kowalak, (2011); Wilkins, (2011); dan Andra,
(2013) mempunyai beberapa penyebab, yaitu:
1. Hereditas Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan perkembangan
antibodi autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.
2. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)
Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pancreas.
Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress
fisiologis dan emosional meningkatkan kadar hormon stress (kortisol,
epinefrin, glucagon, dan hormon pertumbuhan), sehingga meningkatkan
kadar glukosa darah.
3. Perubahan gaya hidup
Pada orang secara genetik rentan terkena DM karena perubahan gaya hidup,
menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan kegemukan dan
beresiko tinggi terkena diabetes melitus.
4. Kehamilan
Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang berkaitan dengan
kehamilan, yang mengantagoniskan insulin.
5. Usia
Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes melitus
6. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam tubuh. Insulin
yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efek metabolic.
7. Antagonisasi
efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara lain diuretic
thiazide, kortikosteroid adrenal, dan kontraseptif hormonal.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2013
(ADA 2013) :
No Klasifikasi Diabetes Etiologi
1. DM Tipe I 1. Adanya destruksi sel beta pankreas karena
auotoimun.
2. Menentukan sekresi insulin sedikit atau tidak sama
sekali dapat menggunakan level protein c-peptida
yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama
sekali.
3. Manifestasi klinik pertama dari DM Tipe I adalah
ketoasidosis.
2. DM Tipe II 1. Terjadi hiperinsulinemia yang merupakan
menurunya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
2. Sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap
adanya glukosa.
3. Onset DM Tipe II terjadi perlahan-lahan sehingga
gejalanya asimptomatik dan biasanya terdiagnosis
setelah terjadi komplikasi.
3. DM Tipe lain 1. Defek genetik fungsi sel beta
2. Defek genetik kerja insulin
3. Penyakit eksokrin pankreas
4. Penyakit metabolik endokrin lain
5. Latrogenik
6. Infeksi virus
7. Penyakit autoimun
8. Kelainan genetik lain
4. DM Gestasional 1. Terjadi selama masa kehamilan dimana intoleransi
glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan
(Trimester 2 & 3).
2. Meningkatnya komplikasi
3. Memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM
yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun
setelah melahirkan

2.1.5 Manifestasi Klinis


Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya sering kali tidak
dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes Melitus
dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Jika hiperglikemianya
berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria.
Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk ekskresi glukosa
yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa lapar yang semakin
besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan
Wilson, 2012).
Pasien dengan diabetes tipe I sering memperlihatkan awitan gejala yang
eksplosif dengan polidipsia, pliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah,
somnolen yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu. Pasien dapat
menjadi sakit berat dan timbul 46 ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak
mendapatkan pengobatan segera. Terapi insulin biasanya diperlukan untuk
mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin.
Sebaliknya pasien dengan diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan
pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada
hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut mungkin menderita polidipsia,
poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis
karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif.
Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk mnenghambat
ketoasidosis (Price dan Wilson, 2012).
2.1.6 Patofisiologi
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
prosprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glikosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di eksresikan ke dalam urin, eksresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Smeltzer dan
Bare, 2015).
(Genetik, polahidup,
usia)
WOC
(-) Jumlah tempat reseptor atau
ketidakabnormal reseptor insulin intrinsik

Sel beta bermasalah

DM Tipe

DIABETES MELLITUS

B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bledder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Asidosis Peningkatan Mikroaneurisma Glukosa diginjal Produksi glukosa Penimbunan


metabolik VLDL dari hati dari arteriola retina meningkat dari simpanan sorbitol dilensa
berat protein dan lemak
Ph plasma menurun Kadar kolesterol plasma Perdarahan, Reabsorbsi dalam Perubahan biokimia
darah meningkat neurovaskularisasi batas maksimal dalam jaringan saraf
pada jaringan. Kadar keton dan
Merangsang asidosis
CO2 Menurun Parut ratina Tekanan Menganggu
pusat pernafasan
osmotik kegiatan metabolik
Kebutaan meningkat Nafas berbau keton sel schwan dan
Respirasi cepat Hipotensi
dan dalam Dehidrasi hilangnya akson
Kesadaran Anoreksia
(kusmaul) Perubahan sirkulasi
menurun, gelisah Ketidakbugaran
Hambatan Penurunan Kurangnya asupan
upaya napas Gangguan Integritas status fisik
Kegagalan kapasitas kandung makanan
Kulit/Jaringan
mekanisme kemih
Risiko Intoleransi
Pola Napas pertahanan tubuh Defisit Nutrisi
Aktivitas
Tidak Efektif Gangguan
Risiko Cedera
Eliminasi Urin
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
2.1.7.1 Glukosa Darah
Darah arteri/kapiler 5-10 % lebih tinggi dari pada darah vena, serum/plasma
10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi
daripada metode tanpa deproteinisasi.
2.1.7.2 Glukosa Urin
95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin : + nilai
ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer, carik celup memakai
GOD.
2.1.7.3 Benda keton dalam urin
Bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi menjadi
aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi.
2.1.7.4 Pemeriksaan Lain
Fungsi ginjal (Ureum, creatinin), Lemak darah : (Kholesterol,HDL, LDL,
Trigleserid), Fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)
1) Tes Dianostik Tes-tes diagnostit pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP
(glukosa darah 2 jam post prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO.
2) Tes monitoring terapi Tes-tes utuk mendektesi komplikasi adalah :
a) GDP (Gula Darah Puasa) : plasma vena, darah kapiler
b) GD2 PP (Gula Darah 2 jam Postprandial) : Plasma vena
c) HbA1c (hemoglobin A1c) : darah vena, darah kapiler
3) Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes-tes untuk mendekteksi komplikasi
adalah:
a) Mikroalbuminuria : Urin
b) Ureum, kreatinin, asamurat
c) Kolesterol total : Plasma vena (puasa)
d) Kolesterol LDL : Plasma vena (puasa)
e) Kolesterol HDL : Plasma vena (puasa)
2.1.8 Penatalaksanaan
Menstimulasi nafsu makan :
1) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang
disesuaikan dengan kondisi klien
2) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang
anoreksik
3) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat sebelum
atau setelah makan
4) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan bau yang
tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set irigasi yang tidak
tertutup atau bahkan piring yang sudah dipakai dapat memberikan pengaruh
negative pada nafsu makan
5) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum waktu makan;
istirahat bila mengalami keletihan
6) Kurangi stress psikologi
7) Berikan oral hygiene sebelum makan
1. Membantu klien makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kondisi.
8) Berikan Diet Nutrisi
a. Protein
Jumlah Protein yang masuk perlu dijaga untuk kesehatan ginjal. Asupan
protein yang terlalu tinggi dapat memperparah CKD (Cronic Kidney
Disease) dan sindrom ureimia, sementara restriksi protein yang
berlebihan dapat memicu terjadinya malnutrisi.Bila terdapat malnutrisi,
diet perlu di evaluasi kembali
b. Natrium dan Cairan
Diet Natrium Diajukan untuk pengaturan restriksi cairan dan penurunan
resiko hipertensi yang berujung pada pengurangan risiko kardiovaskular.
c. Hindari produk dengan tambahan garam
Turunkan jumlah sodium yang anda makan setiap hari dengan
menghindari produk makanan yang ditambah dengan garam, ini juga
termasuk makan malam yang dibekukan, supkaleng,junk food, sayuran
kaleng, daging olahan dan keju.
d. Batasi jumlah Protein
Ahli diet memperkirakan jumlah yang tepat dalam mengonsumsi protein
yang anda butuhkan setiap hari, serta kemudian membuat rekomendasi
berdasarkan jumlah tersebut. Makanan tinggi protein termasuk daging
tanpa lemak, telur, susu, keju, kacang. Sedangkan makanan rendah
protein yaitu sayuran, buah-buah, roti dan sereal.
2.1.9 Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua
berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzer dan Bare, 2015 ; PERKENI, 2015).
1. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis Diabetik (KAD) KAD merupakan komplikasi akut DM yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600
mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300- 320 mOs/mL) dan terjadi
peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
2) Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) Pada keadaan ini terjadi peningkatan
glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala
asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma
keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
3) Hipoglikemia Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan
mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari
berdebar-debar, banyak keringat, 34 gementar, rasa lapar, pusing, gelisah,
dan kesadaran menurun sampai koma (PERKENI, 2015).
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Pengkajian keperawatan ditunjukan pada respon klien terhadap masalah
kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam 2010).
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan,
lokasi keluhan, intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang
memperberat atau memperingan serangan, serta keluhan- keluhan
lain yang menyertai dan upaya-upaya yang telah dilakukan perawat
disini harus menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya seperti:
gatal, panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan
neuropati.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami masalah kulit sebelumnya.
3) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Tanyakan pasien tentang tanda-tanda dan gejala-gejala yang
ditunjukkan; nyeri ulu hati, indigesti, mual, muntah; jika terdapat
gejala; apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi,
makan atau minum terlalu banyak atau terlalu cepat
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
1) Kepala Dan Rambut
Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan
warna rambut serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada
daerah tersebut, menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan
kerusakan kulit.
2) Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya
dan gangguan penglihatan.
3) Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul
pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.
4) Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
5) Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen. Pada penderita yang bet rest dengan
posisi miring maka, kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah
daun telinga.
6) Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya
pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.
d. Pemeriksaan Dada Dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama
pernafasan, vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung,
dan bunyi jantung tambahan, perkusi thorax untuk mencari ketidak
normalan pada daerah thorax.
e. Abdomen
Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas. Selidiki apakah orang lain di lingkungan pasien
mempunyai gejala-gejala serupa; apakah sudah dimuntahkan darah
atau telah menelan suatu elemen penyebab. Lakukan pengkajian fisik
lengkap. Perhatikan nyeri tekan abdomen, dehidrasi, dan bukti bukti
kelainan sistemik yang mungkin bertanggung jawab terhadap gejala-
gejala.
f. Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan ulkus
dan paraplegi terpasang kateter untuk buang air kecil.
g. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam
waktu lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
h. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun
bila terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam
tinggi, mual muntah, dan kaku kuduk.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi (D.0005
Hal.26)
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya supan makanan ( D.0019
Hal.56
3. Resiko cedera beruhubungan dengan kegagalan mekanisme ( D.0136
Hal.294)
4. Risiko intoleransi berhubungan dengan gangguan sirkulasi (D.0060
Hal.135)
5. Gangguan eliminasi urine berhungungan dengan penurunan kapasitas urine
(D.0040 Hal 96)
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi SDKI
(D.0054 Hal. 124)
2.2.4 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

1. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas (SIKI I.01011 Hal 186)
keperawatan 1x7 jam manajemen jalan Tindakan
efektif berhubungan dengan
napas membaik dengan kriteria hasil : Observasi
penurunan energi (D.0005 1) Frekuensi napas membaik (5) ₋ Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2) Dispnea menurun (5) ₋ Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,
Hal.26)
3) Penggunaan otot bantu wheezing, ronkhi kering)
menurun menurun (5) ₋ Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4) Napas cuping hidung menurun Terapeutik
(5) ₋ Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
5) Pola napas membaik (5) chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
₋ Posisikan semi-Fowler atau Fowler Berikan minum
hangat
₋ Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
₋ Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
₋ Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
₋ Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
₋ Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
₋ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
₋ Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi berhubungan Status Nutrisi (L.03030) Hal. 121 Manajemen Nutrisi (I.03119) Hal.200
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1) Identifikasi status nutrisi
dengan penurunan kesadaran
jam di harapkan masalah keperawatan 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dan mual muntah yang terus Defisit Nutrisi dapat teratasi dengan kriteria 3) Identifikasi makanan yang di sukai
hasil : 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
menerus
1. Porsi makan yang di habiskan 5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
meningkat 6) Monitor asupan maknan
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat 7) Monitor berat badan
3. Kekuatan otot menelan meningkat 8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Serum albumin meningkat 9) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
5. Verbalisasi keinginan untuk 10) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
meningkatkan nutrisi meningkat makanan)
6. Pengetahuan tentang pilihan 11) Sajikan makan secara menarik dan suhu yang sesuai
makanan yang sehat meningkat 12) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
7. Pilihan tentang pilihan minuman konstipasi
yang sehat meningkat 13) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
8. Pengetahuan tentang standar asupan 14) Berikan suplemen makan, jika perlu
nutrisi yang tepat meningkat 15) Hentikan pemberian makanan melalui selang
9. Penyiapan dan penyimpanan makan nasogastric jika asupan oral bisa di toleransi
yang aman meningkat 16) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
10. Penyiapan dan penyimpanan 17) Ajarkan diet yang di programkan
minuman yang aman meningkat 18) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
11. Sikap terhadap makanan/minuman (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
sesuai dengan tujuan kesehatan 19) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Penyiapan dan penyimpanan makan jumlah kalori dam jenis nutrient yang di butuhkan,
yang aman meningkat jika perlu
12. Perasaan cepat kenyang menurun
13. Nyeri abdomen menurun
14. Sariawan menurun
15. Rambut rontok menurun
16. Diare menurun
17. Berat badan membaik
18. Indeks Masa Tubuh (IMT) membaik
19. Frekuensi makan membaik
20. Nafsu makan membaik
21. Bising usus membaik
22. Tebal kulit lipatan trisep membaik

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


Resiko cedera beruhubungan SLKI (L.02011 hal 84) Pencegahan Cedera (SIKI I.14537 Hal.275)
Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. identifikasi area lingkungan yang berpotensi
dengan kegagalan mekanisme
keperawatan selama 1x7 jam diharapkan menyebabkan cedera
resiko cedera terminimalisir dengan kriteria 2. identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis
hasil : pada ekstremitas bawah
1. Toleransi aktifitas meningkat dengan 3. sediakan pencahayaan yang memadai
nilai 5 4. sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
2. Nafsu makan meningkatdengan nilai 5 lingkungan ruang rawat
3. Kejadian cedera menurun dengan nilai 5 5. gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cedera
4. Perdarahan menurun dengan nilai 5 serius
5. ketegangan otot menurun dengan nilai 5 6. pertahankan posisi tempat tidur terendah saat
6. tekanana darah membaik dengan nilai 5 digunakan
7. frekuensi nadi membaik dengan nilai 5 7. gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan
8. pola istirahat/ tidur membaik dengan kebijakan dan fasilitas pelayanan kesehatan
nilai 5 8. tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan
pasien
9. jelaskan a;asan intervensi pencegahan jatu ke pasien
dan keluarga
10.anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko intoleransi aktivitasToleransi aktivitas (L.05047) Hal. 149 Manajemen Energi SIKI I.05178 Hal. 176
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
berhubungan dengan gangguan
jam di harapkan masalah keperawatan mengakibatkan kelelahan
sirkulasi Risiko intoleransi dapat teratasi dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
1. frekuensi nadi meningkat (5) 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
2. saturasi oksigen meningkat (5) melakukan aktivitas
3. kemudahan dalam melakukan aktivitas 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
sehari hari meningkat (5) (mis. cahaya, suara, kunjungan)
4. Keluhan lelah menurun (5) 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
5. Dispnea saat aktivitas menurun (5) 7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
6. Dispnea setelah aktivitas menurun (5) 8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
7. Perasaan lemah menurun (5) berpindah atau berjalan
8. Aritmia menurun (5) 9. Anjurkan tirah baring Anjurkan melakukan
9. Sianosis menurun (5) aktivitas secara bertahap
10. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
11. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
5. Gangguan eliminasi urin Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Manajemen eliminasi urine (I. 04152) Hal.175
Selama 3 X 24 Jam Diharapkan Eliminasi 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
berhubungan dengan
urin membaik Dengan Kriteria Hasil SLKI inkontinensia urine
Disfungsi vesika urinaria (L.04034) Hal .24 2. Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau
1. Sensai berkemih sedang dengan nilai 3 inkontinensia urine
3. Monitor eliminasi urine
2. Frekuensi BAK membaik dengan nilai 5
4. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
3. Karakteristik urine cukup membaik
5. Batasi asupan cairan
dengan nilai 4
6. Ambil sampel urine tengah atau kultur
7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
8. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
9. Ajarkan mengambil specimen urine midstream
10.Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
11.Kolaborasi pemberian obat supositoria, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
6. Gangguan integritas kulit Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Perawatan Luka (I.14565) Hal. 329
Selama 1 X 7 Jam Diharapkan Mobilitas fisik 1. Monitor Karakteristik Luka
berhubungan dengan
bisa dilakukan secara mandiri SLKI 2. Monitor Tanda-Tanda Infeksi
perubahan sirkulasi (L.05042) Hal. 55 1. Lepaskan Balutan Dan Plaster Secara
1. Pergeran ekstremitas meningkat dengan Perlahan’cukur Rambut Di Sekitar Daerah Luka,
nilai 5 Jika Perlu
2. Rentang gerak (ROM) meningkat dengan 2. Bersihkan Jaringan Nekrotik
nilai 5 3. Berikan Salep Yang Sesuai Kekulit/Lesi,Jika Perlu
3. Nyeri menurun dengan nilai 5 4. Pasang Balutan Sesuai Jenis Luka
4. Kaku sendi cukup menurun dengan nilai 4 5. Pertahankan Teknik Steril Saat Melakukan
5. Gerakan terbatas menurun dengan nilai 5 Perawatan Luka
6. Kelemahan fisik menurun dengan nilai 5 6. Ganti Balutan Sesuai Jumlah Eksudat Dan Drainase
1. Jelaskan Tanda Dan Gejala Infeksi
2. Ajarkan Perawatan Luka Secara Mandiri
1. Kaloborasi Prosedur Debridement(Mis, Enzimatik,
Iologis, Mekanis, Autolitik), Jika Perlu
2. Kaloborasi Pemberian Antibiotic, Jika Perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Perawat melakukan tindakan implementasi
terapeutik terhadap klien yang bermasalah kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual maupaun
beresiko.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah
berhasi dicapai. Perawat melakuakn evaluasi pada pasien setelah dilakukan tindakan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian: 7 November 2021


6.1 Data Biografi
Nama : Tn. M
Tempat & Tanggal Lahir : 20-11-1953 (67 thn)
Gol.Darah : A
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : BB 75 kg; TB 160 cm
Penampilan : Rapi Ciri-ciri Tubuh : Sedikit Berisi
Alamat : Jl. Rajawali Indah No 6
Orang Yang Dekat Di hubungi :
Hubungan dengan Lansia : Baik
Alamat : Jl. Rajawali Indah No 6
No. Reg : 3136
Tgl Kunjungan : 06-11-2021

6.1.1 Riwayat Keluarga


Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan Pendidik
No Nama Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga an
1 Ny.A L Kepala Keluarga SMA Swasta Istri
2 An.C P Anak D3 Mahasiswa Anak
Genogram 3 generasi

Keterangan :

: Laki-Laki : Meninggal

: Perempuan : Hubungan keluarga

: pasien : Tinggal Serumah


3.1.2 Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini :Pensiunan PNS
Alamat pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :-
Alat transportasi : Motor
Pekerjaan sebelumnya : PNS
Sumber pendapatan & Kecukupan : Ekonomi pendapatan keluarga di peroleh dari
pensiunan PNS
terhadap Kebutuhan : Makan : Rp. 400.000
: Listrik : Rp. 130.000
: Lain : Rp. 500.000
4.1.3 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Tipe tempat tinggal : Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem yang baik, dan
memiliki sistem penerangan ruang yang baik, dan berjumlah 2 kamar. Kondisi tempat
tinggal klien cukup bersih, jumlah orang yang tinggal dirumah 3 orang yang terdiri Tn. M,
Istri dan anak. Hubungan antar tentangga sangat baik Dan Saling Membantu.
4.1.4 Riwayat Rekreasi
Klien Dan Keluarga Cukup Sering Pergi Rekreasi Di Waktu Liburan Akir Pekan
4.1.5 Sistem Pendukung
Jarak Puskesmas Kayon Ke Rumah Tn. M ± 2 Km.
4.1.6 Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan dirumah selalu berdoa setiap memulai kegiatan, dan rutin beribadah ke gereja
4.1.7 Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien mengatakan menderita DM tipe
II dan Hipertensi
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu lalu : Klien mengatakan menderita DM
Tipe II dan Hipertensi.
Keluhan Utama : ‘Klien Mengeluh Nyeri,
Pr ovokative / Pal Iat Ive : Proses Penyakit
Qual Ity / Quantity : Seperti Ditusuk-Tusuk
Region : Di Bagian jempol Kaki.
Sever Ity Scal E : Skala Nyeri Sedang (4)
Timming : Pada Saat melakukan aktivitas fisik ± 3 hari
Masalah keperawatan : Nyeri akut
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Untuk penatalaksanaan, menggunakan
kombinasi pendekatan farmakologi dan non farmakologi.
Obat-Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1 Beta-one 1x2
Untuk menghambat kerja sistem
5 mg saraf simpatis pada jantung.

2 Amlodipin 1x5 mg Untuk membantu mengatasi


tekanan darah tinggi dan penyakit
arteri koroner

3 Candesartan 1x8 mg Untuk membantu mengatasi


tekanan darah tinggi dan gagal
jantung koroner
4 Metformin 2 x 500mg Untuk menurunkan kadar gula darah
pada penderita DM
5 Glimepirid 1x2 mg Untuk menurunkan kadar gula darah
pada penderita DM
6 Furosemid 1 x 20mg Untuk menurunkan tekanan darah
tinggi
7 Cefradoxil 2 x 500mg Untuk mengatasi infeksi bakteri
kulit
8 Asam mefenamat 3x1 mg Untuk mengatasi nyeri
Status Imunisasi : (Catat tanggal terbaru)
Tetanus, Difteri :-
Influensa :-
Pneumothoraks :-
Alergi : (Catatan agen dan reaksi sspesifik)
Obat-obatan : Tidak ada alergi obat
Makanan : Tidak ada alergi makanan
Faktor Lingkungan :-
Pen yakit yan g dider ita :
Hipertensi
Rheumatoid
Asthma
Dimensia
4.1.8 Aktifitas Sehari-Hari
Indeks Katz Tn. M adalah A (Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi).
Mekanisme Pertahanan Diri : Adaftif
Keadaan Umum : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, pupil
isokor, TTV : TD : 130/70 ; N 84; RR 20; S 36,3 C;. Akral : hangat, merah, lembab. CRT :
<2 detik, konjungtiva: anemis, sklera normal. Kulit normal, turgor kulit elastis.

Tingkat Kesadaran :  Composmenthis Apatis Somnolens


Suporus Coma
Skala Koma Glasgow : Eye: 4 Verbal : 5 Psikomotor : 6
Tanda-Tanda Vital : Puls = 84 x/menit Temp = 36,30C
RR = 20 x/menit Tensi = 130/70 mmHg

Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 130/70 mmHg.

Sistem Pernafasan : RR : 20x/menit, bentuk thorax simetris, tidak ada


bunyi nafas tambahan.
Sistem Integumen : Kontrol luka pada jempol kaki kiri, muncul luka
baru pada jari jempol kaki kiri post kuku tercabut
pagi tadi, luka tampak merah, bengkak pada jempol
kaki sinistra.
Masalah keperawatan : gangguan Integritas kulit,
risiko infeksi.
Sistem Perkemihan : BAK ±3x sehari
Sistem Muskuluskeletal : Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri. Kontrol
luka pada jempol kaki kiri ditutupi supratul dan
verban, muncul luka baru pada jari jempol kaki kiri
post kuku tercabut pagi hari tadi.
Sistem Endokrin : Sulit dievaluasi, saat ditanyakan adakah riwayat
penyakit diabetes, klien mengatakan tidak ada, dan
klien tidak ada riwayat terkena gondok atau
hipotirioid.
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada rasa mual, bising usus normal nyeri
abdomen tidak ada, asites tidak ada
Sistem reproduksi : tidak ada masalah
Sistem Persyarafan : Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat kejang
tidak ada peradangan atau benjolan.
Sistem Penglihatan : bentuk mata normal, conjungtiva normal, screla
normal reflek pupil normal ,ketajaman penglihatan
normal
Sistem Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik, tidak ada keluaran
cairan.
Sistem Pengecapan : Dapat mengecap dengan baik
Sistem Penciuman : Tn. M masih mampu mencium dengan normal,
tidak ada serumen/secret ,bentuk hidung simetris,
4.1.9 Status Kognitif/Afektif/Sosial
Status Kognitif : Klien kurang terpapar informasi , klien sering bertanya mengenai penyakit
yang dialaminya sekarang,
Indeks katz : (B) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ):
Mini Mental State Exam (MMSE):
Inventaris Depresi Beck :
APGAR Keluarga : 10

5. DATA PENUNJANG
Laboratorium : Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : :
GDS : 160 mg/dl,
asam urat : 8,1 mg/dl,
cholesterol : 150
Radiologi :
Kesan :
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama Klien : Tn. M Tanggal :1 November 2021


Jenis Kelamin : L / Umur 67 Tahun TB/BB : BB 75 kg; TB 160 cm
Agama : Kristen Gol darah: A
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Rajawali Indah No 6
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
lain sebagai C, D, E Atau F
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama Klien : Tn. M Tanggal :1 November 2021
Jenis Kelamin : L / Umur 60 Tahun TB/BB : BB 75 kg; TB 160 cm
Agama : Kristen Gol darah: A
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Rajawali Indah No 6
SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
 1 Tanggal berapa hari ini? 8 november 2021
 2 Hari apa sekarang ini? Senin
 3 Apa nama tempat ini? Puskesmas Kayon
 4 Berapa nomor telepon anda?
 5 Berapa umur anda? 67
 6 Kapan anda lahir? 20 November 1953
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi
 8 Siapa presiden sebelumnya? SBY
 9 Siapa nama kecil ibu anda? Ny. E
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap penggurangan
3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun?
 Jumlah kesalahan total 0
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan
lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam, dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
 MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

 Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental


NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 4 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 30 Nilai total

 KETERANGAN:
 Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
  Composmenthis Apatis Somnolens Suporus Coma
 Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu
penyelidikan lanjut)
INVENTARIS DEPRESI BECK
(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

Nama Klien : Tn. M Tanggal :1 November 2021


Jenis Kelamin :L / Umur 67 Tahun TB/BB : BB 75 kg; TB 160 cm
Agama : Kristen Gol darah: A
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Rajawali Indah No 6
Nama Pewawancara : Hendy Trigusman
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (istri/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia

Nama Klien : Tn. M Tanggal :1 November 2021


Jenis Kelamin :L / Umur 67 Tahun TB/BB : BB 75 kg; TB 160 cm
Agama : Kristen Gol darah: A
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Rajawali Indah No 6

No Uraian Fungsi Skore


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 2
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya RESOLVE 2
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian: 10
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS:Klien mengatakan merasa gangguan fungsi metabolik Nyeri akut
nyeri pada jempol kaki
terutama pada pagi hari
P : proses penyakit
Q : Seperti ditusuk tusuk
kadar keton dan asidosis
R : Dibagian nyeri pada
jempol kaki meningkat
S : skala nyeri sedang (4)
T : Pada saat melakukan
aktifitas ± 3 hari
DO: kondisi muskoloskeletal kronis
 Klien tampak
meringis
 Klien tampak gelisah
 Jempol kaki klien
sudah ditutupi Nyeri berulang
supratul dan verban
 Klien tampak
memegang jempol
kaki yang mengalami Nyeri Akut
nyeri.
 Skala nyeri klien
sedang (4)
 TTV:
 TD 130/70
 N 84
 RR 20
 S 36,3 C
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Klien mengatakan Peningkatan VLDL dari hati Gangguan
mengontrol luka dengan
integritas kulit
ganti verban pada
jempol kaki kiri, muncul
luka baru pada jari Kadar Kolesterol meningkat
jempol kaki kiri post
kuku tercabut pagi hari
tadi.
Kelembabpan
DO :
 Kaki klien tampak
merah
 Tampak bengkak Perubahan pigmentasi
 Lebar luka ± 2 mm
dan panjang luka ± 1
mm
 Post tindakan Gangguan integritas kulit
ekstraksi kuku,
jempol kaki sinistra
ditutupi supratul dan
verban
 Mengontrol luka
dengan ganti verban
pada jempol kaki
kiri,
 Terdapat luka baru
pada jari jempol kaki
kiri post kuku
tercabut pagi hari
tadi.
 Tampak luka di
jempol kaki kiri
sudah mulai
mengering, jempol
kaki kanan tampak
pucat kehitaman.
 TTV:
 TD 130/70 ;
 N 84;
 RR 20;
 S 36,3 C;
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Klien mengatakan terputusnya kontinuitas Resiko infeksi
Kontrol luka dan ganti
verban pada jempol kaki jaringan
kiri, muncul luka baru
pada jari jempol kaki
kiri post kuku tercabut
pagi hari tadi. penyakit kronis
DO :
 Tampak kemerahan di
sekitar luka
 Tampak bengkak
 Lebar luka ± 2 mm peningkatan paparan
dan panjang luka ± 1 organisme patogen lingkungan
mm
 Mengontrol luka
dengan ganti verban
pada jempol kaki kiri,
 Terdapat luka baru resiko infeksi
pada jari jempol kaki
kiri post kuku tercabut
pagi hari tadi.
 Tampak luka di
jempol kaki kiri.
 TTV:
 TD 130/70 ;
 N 84;
 RR 20;
 S 36,3 C;
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri Akut berhubungan dengan peradangan sendi kronik ditandai dengan Klien tampak
meringis, Klien tampak gelisah, Klien tampak memegang jempol kaki yang mengalami
nyeri. TTV: TD 130/70 ; N 84; RR 20; S 36,3 C;
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban dibuktikan dengan Terdapat
luka baru pada jari jempol kaki kiri post kuku tercabut pagi hari tadi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang, jaringan
kulit, otot, dan laserasi pembuluh darah dibuktikan dengan Kontrol luka dan ganti verban
pada mata kaki kiri, Tampak luka di mata kaki kiri sudah mulai mongering, jempok kaki
kanan tampak pucat kehitaman. GDS 160 mg/dl , TTV : TD 130/70 ; N 84; RR 20; S 36,3
C;
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : Puskesmas Kayon
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

1. Nyeri Akut berhubungan Tingkat Nyeri Menurun(L08066) SLKI Manajemen Nyeri (I.08238) SIKI
1) Identifikasi Lokasi, Karakteristik, Durasi,
dengan peradangan sendi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Frekuensi, Kualitas, Intensitas Nyeri
kronik ditndai dengan Klien selama 1x3 jam dan kunjungan rumah 1 2) Identifikasi Skala Nyeri
3) Identifikasi Respon Non Verbal
tampak meringis, Klien kali diharapakan nyeri hilang dengan
4) Identifikasi Factor Yang Memperberat Dan
tampak memegang kaki dan kriteria hasil: Memperingan Nyeri
5) Berikan Teknin Nonfarmakologi Untuk
tangan yang nyeri dan kaku, 1) Nyeri menurun (5)
Mengurangi Rasa Nyeri
Klien tampak gelisah, Klien 2) Wajah klien tidak meringis (5) 6) Fasilitasi Istirahat Dan Tidur
7) Jelaskan Penyebab, Periode, Dan Pemicu
bersikap protektif untuk 3) Klien merasa nyaman (5)
Nyeri
menghindari nyeri, TTV: TD : 4) Kemerahan menurun (5) 8) Ajarkan Teknik Nonfarmakologi Untuk
Mengurangi Rasa Nyeri
130/70 mmHg, N : 84 5) Hematoma menurun (5)
x/menit, S :36,3 0C, RR : 20 6) Kerusakan lapisan kulit menurun (5)
x/menit

.
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

Gangguan integritas kulit Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit (I.11353) SIKI
Meningkat (I.14125) SLKI 1. Monitor karakteristik luka (mis. drainase,
berhubungan dengan kelembaban
Setelah Tindakan Keerawatan warna, ukuran, bau)
dibuktikan dengan Terdapat luka Dilakukan Selama 1x3 jam dan 2. Monitor tanda-tanda infeksi
kunjungan rumah 1 kali Diharapkan 3. Lepaskan balutan dan plester secara
baru pada jari jempol kaki kiri post
Aktifitas Fisik Kembali Efektif Dengan perlahan
kuku tercabut pagi hari tadi. Kriteria Hasil : 4. Cukur rambut didaerah sekitar luka, jika
1. Kerusakan jaringan menurun skor (5) perlu
2.Kerusakan lapisan kulit menurun skor 5. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
(5) pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
3.Nyeri menurun skor (5) 6. Bersihkan jaringan nekrotik
4.Perdarahan menurun skor (5) 7. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
5.Kemerahan menurun skor (5)
8. Pasang balutan sesuai jenis luka
6.Hematoma menurun skor (5)
9. Pertahankan teknik steril saat melakukan
7.Jaringan parut menurun skor (5)
8.Suhu kulit membaik skor (5) perawatan luka
10. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
11. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi pasien
12. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kg
BB/hari dan protein 1,25-1,5 g/kg BB/hari
13. Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis.
vitamin A, vitamin C, zinc, asam amino),
sesuai indikasi
14. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
15. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
16. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
17. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
18. Kolaborasi prosedur debridement (mis.
enzimatik, biologis, mekanis, autolitik
19. Kolaborasi pemberian antiniotik
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

Resiko infeksi berhubungan dengan Tingkat Infeksi Menurun(L.14137) SLKI Pencegahan Infeksi (I.14539) SIKI
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
terputusnya kontinuitas jaringan setelah dilakukan tindakan 1x3 jam dan dan sitemik
tulang, jaringan kulit, otot, dan kunjungan rumah 1 kali diharapkan Derajat 2. Batasi jumlah pengunjung
jatuh menurun dengan kriteria hasil: 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
laserasi pembuluh darah dibuktikan 1.Demam menurun skor 5 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan Kontrol luka dan ganti 2.Kemerahan menurun skor 5 dengan pasien dan lingkungan pasien
3.Nyeri menurun skor 5 5. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
verban pada mata kaki kiri, 4.Bengkak menurun skor 5 beresiko tinggi
Tampak luka di mata kaki kiri 5.Kadar sel darah putih membaik skor 5 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
sudah mulai mongering, jempok
benar
kaki kanan tampak pucat 8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
kehitaman. GDS 160 mg/dl , TTV :
atau luka operasi
TD 130/70 ; N 84; RR 20; S 36,3 10.Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11.Anjurkan meningkatkan asupan cairan
C;
12.Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Tn. M
Ruang Rawat : Puskesmas Kayon
Hari / Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin -8-11-2021 1. Mengidentifikasi Lokasi, Karakteristik, S : Klien mengatakan Nyeri berkurang
Durasi, Frekuensi, Kualitas, Intensitas
Nyeri O:
2. Mengidentifikasi Skala Nyeri
 Nyeri seperti ditusuk tusuk
3. Mengidentifikasi Respon Non Verbal
4. Mengidentifikasi Factor Yang  Lokasi nyeri pada jempol kaki klien
Memperberat Dan Memperingan Nyeri  Skala nyeri 2 (1-10)
Diagnosa 5. Memberikan Teknin Nonfarmakologi  Teknik nonfarmakologi berupa
Keperawatan 1 Untuk Mengurangi Rasa Nyeri teknik relaksasi nafas dalam sudah
6. Memfasilitasi Istirahat Dan Tidur diberikan
7. Menjelaskan Penyebab, Periode, Dan  Penyebab nyeri klien ketika
Pemicu Nyeri bergerak
8. Mengajarkan Teknik Nonfarmakologi  TTV: Hendy Trigusman
Untuk Mengurangi Rasa Nyeri  TD : 140/70 mmHg
 N : 80 x/menit
 RR : 20 x/menit
 S : 36 0C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4,6,dan 7
Tanda tangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat

Senin -8-11-2021 1. Memonitor karakteristik luka (mis. S : Klien mengatakan merasakan lebih
drainase, warna, ukuran, bau) nyaman setelah di balut lukanya
2. Mencukur rambut didaerah sekitar luka, O:
jika perlu  Tampak terbalut perban di jempol
3. Membersihkan dengan cairan NaCl atau kaki kiri
pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan  Luka tampak bersih
4. Membersihkan jaringan nekrotik  Bengkak berkurang
5. Memberikan salep yang sesuai ke  Gerakan terbatas
Diagnosa kulit/lesi  Aktifitas klien sedikit dibantu
6. Pasang balutan sesuai jenis luka  TTV:
keperawatan 2 Hendy Trigusman
7. Mempertahankan teknik steril saat  TD 120/80 ;
melakukan perawatan luka  N 80;
8. Menjadwalkan perubahan posisi setiap 2  RR 20;
jam atau sesuai kondisi pasien  S 36 C;
9. Memberikan diet dengan kalori 30-35 A : Masalah teratasi sebagian
kkal/kg BB/hari dan protein 1,25-1,5 P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7
g/kg BB/hari 8,9,10,11,12,13
10. Memberikan suplemen vitamin dan
mineral (mis. vitamin A, vitamin C, zinc,
asam amino), sesuai indikasi
11. Menganjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
12. Mengajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
13. Kolaborasi pemberian antiniotik
Tanda tangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat

Senin -8-11-2021 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi local S:-


dan sitemik O:
2. Membatasi jumlah pengunjung  Tampak kemerahan di sekitar
3. Memberikan perawatan kulit pada area luka berkurang
edema  Tampak bengkak berkurang
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah  Mengontrol luka dengan ganti
kontak dengan pasien dan lingkungan verban pada jempol kaki kiri
pasien  Luka tampak bersih.
Diagnosa 5. Mempertahankan teknik aseptic pada  Tampak luka di jempol kaki kiri
pasien beresiko tinggi sudah mulai mengering,
keperawatan 3 6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi  Tampak terbalut verban
7. Mengajarkan cara mencuci tangan Hendy Trigusman
 TTV:
dengan benar
 TD 120/80 ;
8. Mengajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi  N 80;
9. Menganjurkan meningkatkan asupan  RR 20;
nutrisi  S 36 C;
10.Menganjurkan meningkatkan asupan
A : Masalah teratasi sebagian
cairan
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,
11.Mengkolaborasi prosedur debridement
10,11,dan 12
(mis. enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik
12.Mengkolaborasi pemberian antiniotik
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat

Sylvia. 2015, patofisiologi Edisi 6 Vo 2 konsep klinis prose-proses penyaki. jakarta: EGC

Kusuma. H. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa. Jogjakarta

Iskandar. 2012. Paduan Penelitian Tindakan. Jakarta


SAP KEGIATAN
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
DIABETES MELITUS

OLEH

Hendy Trigusman (2018.C.10a.0937)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI
SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Diabetes Melitus


Sub Pokok Pembahasan : Penatalaksanaan keperawatan pasien dengan diabetes melitus
Hari/Tanggal : 10 November 2021
Waktu : 07:00 WIB - Selesai
Sasaran : Pasien dan keluarganya
Tempat : Puskesmas kayon

B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelajaran tentang penyakit diabetes melitus dan perawatannya dalam
waktu 35 menit, diharapkan sasaran mampu menjelaskan tentang penyakit diabetes
mellitus dan menerapkan perawatan yang tepat pada diri sendiri dan anggota keluarga
dengan penyakit diabetes melitus.
C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, diharapkan sasaran mampu :
1). Menjelaskan pengertian diabetes melitus
2). Menyebutkan penyebab diabetes melitus
3). Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus
4). Menyebutkan komplikasi diabetes melitus
5). Menyebutkan cara perawatan kaki dan mengontrol diabetes melitus
D. Materi Penyuluh (Terlampir)
1). Pengertian penyakit diabetes melitus.
2). Penyebab penyakit diabetes melitus.
3). Tanda dan gejala dari penyakit diabetes melitus.
4). Komplikasi penyakit diabetes melitus.
5). Penatalaksanaan keperawatan pasien diabetes melitus
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah : Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan
sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini digunakan pada kelompok yang
besar (lebih dari 2 orang). Pada hakikatnya ceramah adalah proses transfer informasi
dari pengajar ke sasaran belajar.
2. Tanya Jawab : Tanya jawab adalah proses dimana peserta bertanya tentang materi yang
belum dipahaminya dan pemateri yang menjawab pertanyaan peserta tersebut.
3. Demonstrasi : Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas
yakni mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya.

F. Media
1. Leaflet

G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dan
c. Menyebutkan menyimak
materi/pokok bahasan
yang akan
disampaikan
d. Kontrak waktu
2 Pelaksanaan 20 menit a. Menjelaskan a. Mendengarkan dan
pengertian diabetes menyimak
melitus b. Bertanya mengenai
b. Menyebutkan faktor- hal-hal yang belum
faktor penyebab jelas dan dimengerti
penyakit diabetes
mellitus
c. Menyebutkan tanda
dan gejala-gejala
diabetes melitus
d. Menyebutkan
komplikasi dari
diabettes mellitus
e. Menjelaskan cara
mengurangi faktor
diabetes mellitus
f. Cara perawatan
perawatan kaki dan
mengontrol diabetes
mellitus
3 Penutup 5 menit a. Melakukan evaluasi a. Sasaran dapat
b. Menyampaikan menjawab tentang
kesimpulan materi pertanyaan yang
c. Mengakhiri diajukan
pertemuan dan b. Mendengar
mengucap salam memperhatikan
c. Menjawab salam

H. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :

a. memahami pengertian diabetes melitus


b. memahami faktor-faktor penyebab penyakit diabetes mellitus
c. mampu menyebutkan tanda dan gejala-gejala diabetes melitus
d. mampu menyebutkan komplikasi dari diabettes mellitus
e. memahami cara mengurangi faktor diabetes mellitus
f. memahami cara perawatan perawatan kaki dan mengontrol diabetes mellitus
2).
MATERI PENYUUHAN

A. Pengertian penyakit diabetes melitus.


Diabetes Melitus adalah : sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristrik
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerena insulin atau keduanya American
Diabetes Association. (ADA, 2010)
Diabetes Melitus adalah : gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati. (Yuda Handaya,
2016 )
B. Tipe-tipe penyakit DM
1. Diabetes melitus yang tergantung insulin ( DM tipe 1 ): disebabkan kekurangan produksi
insulin. DM ini dapat terjadi karena kerusakan sel beta langerhans dikelenjar pankreas
akibat proses kekebalan tubuh (autoimun) terjadi pelisisan (pembunuhan) sel tubuh oleh
sistem imunitasnya sendiri.
a. Biasanya terdiagnosis di bawah umur 35 tahun
b. Tidak gemuk
2. Diabetes melitus yang tidak tergantung pada insulin ( DM tipe 2 ) : akibat kegagalan relatif
sel beta langerhans dikelenjar pankreas sehingga produksi insulin yang terjadi dengan
kualitas rendah tidak mampu merangsang sel tubuh agar menyerap gula darah. Misalnya
karena obesitas, pola makan yang tidak benar.
a. Biasanya terdiagnosis diatas umur 40 tahun
b. Biasanya gemuk
c. Gejala timbul perlahan-lahan (kronis)
3. Diabetes melitus disebabkan penyakit lain misalnya: sirosis hati, penyakit kelenjar
pankreas, infeksi, obat-obatan.
4. Diabetes melitus gastrointestinal, gejala-gejala yang muncul menyertai penyakit ini adalah
polifagia (makan banyak),poliuria (kencing banyak) dan polidipsi (minum banyak).
Kondisi lain yang muncul biasanya dapat berupa penurunan berat badan, gatal, kesemutan,
mata kabur, mudah lelah, luka yang tidak sembuh, dan sering timbul infeksi kulit.
C. Penyebab penyakit diabetes melitus.
Diabetes melitus tipe 1
1. Faktor genetik /keturunan
2. Imunologi
3. Lingkungan
Diabetes Melitus tipe 2
1. Usia
2. Obesitas
3. Riwayat Keluarga
D. Tanda dan gejala dari penyakit diabetes melitus.
1. Banyak minum dan mudah haus. Penderita DM banyak buang air kecil sehingga
penderita DM juga harus banyak minum, sebab terus menerus dalam keadaan haus.
2. Banyak kencing
3. Berat Badan menurun : tubuh orang penderita DM tidak terdapat cukup insulin untuk
mengubah gula menjadi tenaga, maka orang tersebut menjadi semakin kurus setiap
harinya, karena tubuh akan menggunakan simpananya lemak dan protein untuk
kehidupan sehari-hari. Srhingga walaupun orang tersebut banyak makan tetapi akan terus
merasa lapar.
E. Komplikasi penyakit diabetes melitus.
1. Komplikasi akut (komplikasi yang segera terjadi dalam waktu pendek) : hipoglikemi
(kekurangan glukosa/gula). Gejalanya: lapar, gemetar, keringat dingin, pusing.
Penanggulangan : makan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dan mudah
dicerna seperti : makan roti dan pisang.
2. Koma diabetik (glukosa terlalu tinggi). Gejalanya: nafsu makan menurun, haus, minum
dan BAK banyak, mual, muntah, nafas cepat. Penanggulangan: segera kerumah sakit.
3. Komplikasi kronis (komplikasi yang muncul dalam waktu yang lama, bila kadar gula
tidak terkontrol). Seperti :
a. Telinga : pendengaran menurun
b. Mata : pengelihatan berkurang
c. Ginjal : mudah terkena penyakit ginjal
d. Urat syaraf : tegang, kesemutan, rasa baal, keram
e. Pembuluh darah : mengecil dan mudah timbul luka
F. Cara perawatan dan mengontrol penyakit diabetes mellitus.
1. Perencanaan makan (diet)
a. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan
menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah.
b. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak kolesterol
LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad dan
makanan pencuci mulut berlemak lainnya, dan minuman yang beralkohol serta kaar
tinggi garam.
2. Kontrol glukosa darah sewaktu
a. Pemeriksaan gula darah secara rutin
b. Gula darah sewaktu
c. Gula darah puasa
d. Gula darah 2 jam setelah puasa
3. Perawatan kaki diabetic
a. Periksa kaki setiap hari, apakah ada kulit retak, melepuh, luka, perdarahan
b. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu makan dengan air bersih dan sabun mandi
c. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu dekat dengan
kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam
d. Pakai alas kaki sepatu atau sendal untuk melindungi kuku agar tidak terjadi luka, juga
didalam rumah yang tidak sempit
e. Gunakan sepatu atau sendal yang baik yang sesuai dengan ukuran dan nyaman untuk
dipakai, dengan ruang dalam sepatu yang cukup dengan jari-jari
f. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti jarum
dan duri
g. Lepas sepatu setiap 4-6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari- jari kaki agar
sirkulasi darah tetap baik
h. Bila ada luka kecil, obati dan tutup dengan pembalut bersih
i. Edukasi perawatan kaki pada pasien dan keluarga yang meliputi kebersihan kaki,
perawatan kuku, pemilihan alas kaki, pencegahan dan pengelolaan cedera awal pada
kaki
G. Cara pencegahan diabetes mellitus.
1. Tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus dalam jadwal yang teratur.
2. Rutin mengecek gula darah
3. Membatasi lemak jenuh
4. Melakukan olah raga rutin
5. Menjaga berat badan ideal.
HENDY TRIGUSMAN
2018.C.10a.0937

Anda mungkin juga menyukai