Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MEILITUS

A. Pengkajian
Menurut Sujono Riyadi (2010), hal yang berhubungan dengan kasus
diabetes melitus antara lain: Biodata, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
psikososial, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan.
Umur memberikan petunjuk tipe Diabetes Mellitus, Tipe 1 menyerang
usia kurang dari 30 tahun dan diabetes mellitus tipe 2 menyerang usia
lebih dari 40 tahun. Aktivitas yang kurang dapat mendasari terjadinya
diabetes mellitus tipe 2.
2. Keluhan utama
Adalah alasan yang menyebabkan klien mencari pertolongan.
Biasanya pasien mengeluh sering lapar (polifagi) disertai banyak
kencing (poliuri) dan banyak minum (polidipsi), sudah makan tapi
mengeluh lemas, nafsu makan menurun (mungkin disertai mual atau
muntah), berat badan yang terus menurun secara signifikan dibawah
BB ideal, keluhan pusing, tremor (jika GDA turun dibawah batas
normal) ataupun komplikasi diabetes mellitus tipe 2 yang lalu seperti
Hipertensi, KP, Nefropati, dan Neuropati. Kerusakan sistem saraf
perifer pada umumnya dapat menyebabkan kesemutan, nyeri pada
tangan dan kaki, serta berkurangnya sensitifitas atau mati rasa. Ada
tiga alasan mengapa orang dengan diabetes lebih tinggi resikonya
mengalami masalah kaki yaitu, sirkulasi darah dari kaki ke tungkai
yang menurun (gangguan pembuluh darah), berkurangnya perasan
pada kedua kaki (gangguan saraf), berkurangnya daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Kaki yang mati rasa akan berbahaya karena penderita
tidak merasakan apa-apa sekalipun kakinya terluka, sehingga pada
umumnya penderita diabetes mellitus terlambat untuk menyadari
bahwa telah terjadi luka pada kakinya. Hal ini semakin diperparah
karena kaki yang disebabkan karena komplikasi makrovaskular,
mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan akan menjadi
ulkus atau borok. Hal ini dikarenakan tingginya kadar gula dalam
tubuh penderita yang menyebabkan proses penyembuhan luka yang
lamban atau sulit apabila terjadi perlukaan terlebih juka megalami
ulkus.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Adalah riwayat yang menyebabkan klien MRS saat ini. Biasanya
penderita diabetes mellitus datang berobat karena ada keluhan mual
dan tiga gejala khas diabetes mellitus tipe 2 (polifagi, poliuri,
polidipsi), kelemahan, mati rasa, kesemutan, sakit kepala, pandangan
mata kabur, perubahan mood/suasana hati, luka atau bisul yang tidak
sembuh-sembuh.
4. Riwayat Kesehatan yang lalu
Merupakan gambaran keadaan kesehatan klien di masa lalu yang
mendasari diabetes mellitus tipe 2. Pada klien didapatkan riwayat
terjadinya infeksi, virus, keganasan pada penkreas, obesitas (terutama
DM tipe 2), dan obatobatan yang dapat mengurangi produksi insulin,
diabetes mellitus tipe 2 akibat heredias, polifagi, poliuri, nokturia,
polidipsi, luka yang tidak sembuh-sembuh
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Diabetes mellitus merupakan penyakit herediter sehingga perlu
ditanyakan apakah ada anggota yang menderita diabetes mellitus tipe
II
6. Riwayat Psikososial
Klien yang dirinya terkena diabetes mellitus tipe 2 biasanya
mengalami denial dan akan takut mengkonsumsi makanan dan
minuman sembarangan atau malah enggan mengatur makanannya
karena sudah merasa bosan dengan penyakitnya yang bersifat kronis.
Klien juga bisa mengalami putus asa, serta cemas karena kurangnya
pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus yang dideritanya.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Adalah keadaan umum klien secara sekilas. Biasanya klien nampak
lemas karena sel-sel tubuh tidak optimal menyerap glukosa, pasien
dengan diabetes mellitus tipe 2 pada masa tua (> 30 tahun),
obesitas disertai komplikasi mikro/makro vaskuler. Namun status
obesitas tersebut bisa jadi berubah karena klien sering mengalami
polifagi atau merasa lapar dalam frekuensi yang sering sehingga
terjadi masalah pada perubahan nutrisi klien yang beresiko
mengalami penurunan.
b. Pemeriksaan Kepala dan Rambut
Meliputi bentuk kepala,keadaan kulit kepala, keadaan dari
penyebaran rambut, bau rambut, ekspresi muka, bentuk muka, kulit
muka, dan keadaan muka. Penderita diabetes mellitus yang sudah
menahun dan tidak terawat secara baik biasanya rambutnya lebih
tipis, rambutnya mudah rontok.
c. Pemeriksaan mata/penglihatan
Diabetes mellitus tipe 2 menyebabkan kebutaan pada orang berusia
antara 20-65 tahun, penderita diabetes mellitus juga dapat
mengalami pembentukan katarak. Katarak mungkin disebabkan
oleh adanya hiperglikemi yang berkepanjangan yang menyebabkan
pembengkakan lensa.
d. Pemeriksaan Integrumen dan Ekstermitas
Perubahan-perubahan makrovaskuler, perubahan mikrovaskuler
dan neuropati semuanya menyebabkan perubahan pada ekstermitas
bahwa perubahan yang penting yakni adanya anesthesia. Keadaan
ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya
infeksi yang menyebabkan gangren.
e. Pemeriksaan Saraf
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, jenis
diabetes mellitus neuropati yang paling lazim adalah polineuropati
perifersimetris. Hal ini terlihat pertama kali dengan hilangnya
sensasi pada ujung-ujung ekstermitas bawah. Kemudian hilangnya
kemampuan motoric dan ekstermitas dan mati rasa.
f. Pemeriksaan Pendengaran
Karena urat syaraf bagian pendengaran penderita diabetes mellitus
mudah rusak, telinga sering mendenging. Bila keadaan ini tidak
segera diobati dan diabetes mellitus tidak terawat dengan baik,
pendengaran akan merosot bahkan dapat menjadi tuli sebelah
ataupun tuli keduanya
g. Sistem Pernapasan
Klien diabetes mellitus rentan terhadap penyakit infeksi termasuk
infeksi saluran pernapasan disebabkan penurunan kekebalan tubuh
sampai terserang TBC paru.
h. Sistem Kardiovaskuler
Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menimbulkan
aterosklerosis, yang akan menyebabkan deprivasi O2 di jaringan
yang akan berlanjut menjadi Hipertensi, infark miokard, dan stroke
juga klien bisa terserang penyakit jantung koroner karena adanya
daya pompa jantung menurun dan rendahnya kadar HDL.
i. Sistem Pencernaan
Adanya rasa lapar yang sering (polifagi) disebabkan karena
glukosa yang diperleh dari karbohidrat tidak dapat dimetabolisme
seluruhnya menjadi energi, sehingga menimbulkan kelemahan.
Penurunan kemampuan mengosongkan isi yang dikarenakan
adanya neuropati syaraf-syaraf otonom system gastrointestinal.
j. Sistem Perkemihan dan Reproduksi
Kencing yang sering (poliuri) dan dalam jumlah yang banyak
terutama malam hari sangat mengganggu penderita sehingga
mendorong periksa. Kerusakan syaraf-syaraf pada ginjal tidak
mampu melakukan absorbsi zat-zat yang terlarut dalam air seni
sehingga terjadi proteinuria. Kondisi seperti ini akan mudah terjadi
infeksi salurah kemih. Didapatkan keluhan kesulitan ereksi,
impoten yang disebabkan neuropati.
k. Sistem Muskuloskeletal
Awalnya mungkin hanya nampak kondisi leah pada penderita
sampai terjadinya kejang pada otot kaki disebabkan dehidrasi dan
kehilangan elektrolit, pada tulang terjadi osteomielitis. Jika terjadi
gangren, biasanya sering progresif dan memerlukan amputasi.

8. Pengkajian pola fungsional gordon


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Sebelum sakit Klien mengatakan tidak bisa menjaga pola makan
dan sering sekali minum minuman yang manis secara berlebihan.
Klien belum tahu mengenai penyakit diabetes millitus. jika sakit
klien selalu memeriksakan kesehatanya ke rumah sakit atau klinik
terdekat. Selama sakit, klien mengatakan cemas akan penyakitnya,
klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul dengan
keluarga seperti biasanya, klien menuruti pola makan atau diit yang
diberikan dirumah sakit.
b. Pola Pemenuhan Nutrisi dan metabolisme
Klien mengatakan sebelum sakit klien biasa makan 3x sehari
dengan menu nasi, lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan,
klien menyukai semua jenis makanan, klien tidak mempunyai
alergi terhadap makanan tertentu. Klien minum 8-9 gelas per hari
dengan minuman yang bervariasi seperti air putih, teh manis dan
susu dan paling suka minum minuman manis, berat badannya 54
kg. Klien mengatakan selama sakit klien makan 3x sehari dari
rumah sakit dengan makanan Diit Diabetes Tipe II dan tidak
dihabisakan ½ porsi. Minum 11-12 gelas/hari dengan minuman
yang disediakan keluarga dan Rumah Sakit dengan jenis minuman
teh tawar dan air putih, berat badannya 51 kg.
c. Pola Eliminasi
Klien m engatakan sebelum dirawat di rumah sakit klien biasa
BAB 1 kali perhari setiap pagi hari dengan karakteristik feces
lunak berbentuk, ingin cepat pulang dan berkumpul dengan
keluarga seperti biasanya, klien menuruti pola makan atau diit yang
diberikan dirumah sakit. warna kuning, bau khas, klien biasa BAK
6-7 x/hari dengan karakteristik urine jernih agak kekuningan,
jumlah 1100 cc . Klien mengatakan saat dirawat di rumah sakit
klien BAB 1 kali perhari dengan karakteristik feces lunak
berbentuk, bau khas BAK 8-9 kali perhari dengan karakteristik
urine kuning jernih, bau khas, jumlah 1400cc.
d. Pola Aktivitas
Klien mengatakan sebelum sakit klien beraktivitas secara mandiri
dan tidak dibantu orang lain, dan selama sakit klien mengatakan
merasa lelah saat setelah melakukan aktifitas dan melakukan
aktifitas dibantu keluarga dan perawat seperti makan, minum, pergi
kekamar mandi dan beraktifitas di tempat tidur.
e. Pola Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit klien biasa tidur
8 jam/ hari, klien tidak mempunyai kebiasaan pengantar tidur
klien tidak pernah mengkonsumsi obat sedatif (obat tidur). Klien
mengatakan saat dirawat di rumah sakit klien tidur 4-5 jam atau
lebih /hari karena klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini
dan merasakan pegal-pegal pada daerah paha dan pingang. Klien
masih bisa tidur karena lebih hanya menghabiskan waktu siang dan
malam di tempat tidur.
f. Pola Perseptual dan Kognitif
Penglihatan klien kurang berfungsi dengan baik karena mengalami
gangguan. Pendengaran , pengecapan dan penciuman, klien
berfungsi dengan baik. Sensori, klien masih mampu membedakan
sensori tajam dan tumpul sekalipun harus dengan tekanan yang
kuat.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan klien bisa menerima dengan keadaan fisik
tubuhnya saat ini.
2) Harga Diri
Klien mengatakan harga dirinya semakin bertambah karena
keluarganya mendukung dirinya dalam kehamilan sekarang ini
3) Peran
Klien mengatakan perannya saat ini adalah sebagai seorang ibu
dan seorang istri.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul dengan
keluarganya.
5) Identitas
Klien mengatakan menyadari identitasnya sebagai seorang ibu
dan seorang istri bagi suaminya.
h. Pola Peran dan Hubungan
Klien mengatakan perannya saat ini adalah seorang ibu dan istri
dari suaminya. Hubungan klien dengan orang terdekat tidak
mengalami masalah. Setelah dirawat di rumah sakit klien akan
menjaga kondisinya saat ini dan akan selalu periksa ke dokter. Saat
di rumah sakit klien juga berinteraksi baik dengan keluarga pasien
lain, perawat dan juga tenaga medis lainnya.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Klien sudah menikah satu kali, memiliki 2 orang anak. Klien
mengatakan tidak pernah memiliki riwayat gangguan reproduksi.
j. Pola koping dan stress
Klien mengatakan apabilah ada masalah pasti didiskusikan dengan
keluarganya dan maupun saudara saudara terdekatnya. Klien
menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah.klien terlihat
cemas dan stress akan penyakit yang di deritaya.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan klien beragama Islam dan selalu taat dalam
menjalankan kewjiban sholatnya walaupun ditempat tidur.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
c. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 300
mOsm/l
d. Elektrolit:
1) Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
2) Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
3) Fosfor: lebih sering menurun
4) Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pad HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik
5) Trombosit darah: hematokrit mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap
stress atau infeksi. 32
6) Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormone tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
7) Urin: gula positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
e. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernapasan, dan infeksi pada luka.

B. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukkan yang melebihi aktivitas, kurang pengetahuan, atau
koping inefektif.
3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan iskemik jaringan
C. Intervensi

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


o (NOC) (NIC)
1 Kekurangan volume cairan NOC NIC
Definisi : Keseimbangan cairan Manajemen cairan
Penurunan cairan intravaskular, Definisi Definisi
interstial, intraseluler ini mengacu a. Tekanan darah tidak terganggu a. Timbang berat badan setiap hari dan monitor status
pada dehidrasi. b. Denyut nadi radial tidak terganggu pasien
Batasan karakteristik : c. Tekanan arteri rata-rata b. Jaga intake atau asupan yang akurat dan catat output
a. Haus d. Tekanan vena sentral tidak terganggu c. Monitor status hidrasi (misalnya, membran mukosa
b. Kelemahan e. Denyut perifer tidak terganggu lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah
c. Kulit kering f. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak ortostatik)
d. Membran mukosa kering terganggu d. Monitor hasil laboratorium yang relavan dengan
e. Peningkatan frekuensi nadi g. Turgor kulit membaik retensi cairan (misalnya, peningkatan berat jenis,
f. Peningkatan hematokrit h. Kelembapan membran mukosa peningkatan BUN, penurunan hematokrit)
g. Peningkatan konsentrasi urine i. Hematocrit dalam batas normal e. Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
h. Peningkatan suhu tubuh PAP dan PCWP jika ada
i. Penurunan berat badan tiba-tiba f. Monitor tanda-tanda vital pasien
j. Penurunan haluaran urine g. Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi (misalnya,
k. Penurunan haluaran urine crackles, elevasi CVP atau tekanan kapiler paru-
l. Penurunan tekanan darah paru yang terganjal, edema, distensi dan asites).
m. Penurunan tekanan nadi h. Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan
n. Penurunan turgor kulit setelah dialisis
o. Penurunan turgor lidah i. Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada
p. Penurunan volume nadi j. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
q. Perubahan status mental k. Monitor status gizi
Faktor yang berhubungan : l. Berikan cairan dengan tepat
a. Kegagalan mekanisme regulasi m. Berikan diuretik yang diresepkan
b. Kehilangan cairan aktif Manajemen hipovolemi
Definisi
Ekspansi dari volume cairan pada pasien yang cairannya
berkurang
a. Timbang berat badan di waktu yang sama
(misalnya, setelah BAK/BAB sebelum sarapan) dan
monitor kecendrungan)
b. Monitor status hemodinamik meliputi nadi, tekanan
darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO dan CI jika
tersedia
c. Monitor adanya hipotensi ortotastik dan pusing saat
berdiri
d. Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan
(misalnya, perdarahan, muntah, diare, keringat yang
berlebihan dan takipnea)
e. Monitor asupan dan pengeluaran
f. Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan
kehilangan darah
g. Dukung asupan cairan oral (misalnya, berikan cairan
lebih dari 24 jam dan berikan cairan dengan
makanan), jika tidak ada kontraindikasi
h. Berikan cairan IV isotonik yang diresepkan
(misalnya, cairan normal saline atau lactated ringer)
untuk rehidrasi ekstraseluler dengan tetesan aliran
yang tepat.
i. Berikan cairan hipotonik IV diresepkan (misalnya %
dextrose dalam cairan atau 0,45% sodium chloride)
untuk rehidrasi intraseluler pada tetesan aliran yang
tepat dengan tepat
Manajemen syok: volume
Definisi
Meningkatkan perfusi jaringan adekuat pada pasien yang
mengalami volume intravascular yang berat.
a. Monitor hilangnya darah secara tiba-tiba, dehidrasi
berat atau perdarahan yang terus-menerus
b. Cegah hilangnya volume darah (misalnya, berikan
tekanan pada tempat perdarahan)
c. Monitor tanda/gejala syok hipovolemi (misalnya,
peningkatan haus, peningkatan denyut nadi,
peningkatan SVR, penurunan urine
2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang NOC NIC
dari kebutuhan tubuh Status nutrisi Manajemen nutrisi
Definisi Definisi Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk Sejauh mana nutrisi dicerna dan diserap untu memenuhi a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
memenuhi kebutuhan metabolik kebutuhan metabolik (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi
Batasan karakteristik : a. Asupan gizi normal b. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan
a. Berat badan 20% atau lebih b. Asupan makanan normal yang dimiliki pasien
dibawah rentang berat badan c. Asupan cairan c. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
ideal d. Energi kembali normal mengkonsumsi makan (misalnya, bersih,
b. Bising usus hiperaktif e. Rasio berat badan/tinggi badan normal berventilasi, santai dan bebas dari bau yang
c. Cepat kenyang setelah makan f. Hidrasi tidak terjadi menyengat)
d. Diare Status nutrisi: Asupan nutrisi d. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan
e. Gangguan sensasi rasa Definisi mulut sebelum makan
f. Kehilangan rambut berlebihan Asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan e. Beri obat-obatan sebelum makan (misalnya
g. Kelemahan otot mengunyah metabolik penghilang rasa sakit, antimietik)
h. Kelemahan otot untuk menelan a. Asupan kalori adekuat f. Monitor asupan kalori dan asupan makanan
i. Kerapuhan kapiler b. Asupan protein adekuat Manajemen mual
j. Kesalahan informasi c. Asupan lemak adekuat Definisi
k. Kesalahan persepsi d. Asupan karbohidrat adekuat Pencegahan dan penanggulangan mual
l. Ketidakmampuan memakan e. Asupan vitamin adekuat a. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan
makanan f. Asupan mineral adekuat atau berkontribusi terhadap mual (misalnya obat-
m. Kram abdomen g. Aupan kalsium adekuat obatan dan prosedur)
n. Kurang informasi b. Kendalikan faktor lingkungan yang mungkin
o. Kurang minat pada makanan menimbulkan mual (misalnya, bau yang tidak
p. Membrane mukosa pucat menyenangkan, suara dan stimulasi visual yang
q. Nyeri abdomen tidak menyenangkan)
r. Penurunan berat badan dengan c. Ajari penggunakan teknik nonfarmakologi
asupan makan adekuat (misalnya, biofeedback, hipnotis, relaksasi,
s. Sariawan rongga mulut imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi) untuk
t. Tonus otot menurun mengatasi mual
Faktor yang berhubungan d. Tingkatkan istirahat dan tidur yang cukup untuk
a. Faktor biologis memfasilitasi pengurangan mual
b. Faktor ekonomi e. Dorong pola makan dengan porsi sedikit makanan
c. Gangguan psikososial yang menarik pasien
d. Ketidakmampuan makan f. Monitor asupan makanan terhadap kandungan gizi
e. Ketidakmampuan mencerna dan kalori
makan g. Timbang berat badan secara teratur
f. Ketidakmampuan mengabsorpsi Manajemen muntah
nutrient Definisi
g. Kurang asupan makanan Pencegahan dan penanggulangan muntah
a. Pertimbangkan frekuensi dan durasi muntah dengan
menggunakan skala Duke Desscriptive Scales dan
Rhodes Index of Nausea and Vomiting (INV).
b. Pastikan obat antimietik yang efektif diberikan
untuk mencegah muntah bila memungkinkan.
c. Posisikan untuk mencegah aspirasi
d. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
e. Dorong istirahat
f. Timbang secara teratur
g. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk
mengelola muntah (misalnya, biofeedback, hipnotis,
relaksasi, imajinasi, terapi music, distraksi)
3 Perfusi jaringan perifer berhubungan NOC Manajemen sensasi perifer
dengan iskemik jaringan Perfusi jaringan perifer Definisi
Definisi Mencegah atau meminimalisir cedera dan
Kecukupan aliran darah memalui pembulih darah kecil di ketidaknyamanan pada pasien yang mengalami
ujung kaki dan tangan untuk mempertahankan fungsi gangguan ketidaknyamanan.
jaaringan a. Monitor sensasi tumpul dan tajam panas dan dingin
a. Pengisian kapiler jari terpenuhi b. Dorong pasien menggunakan bagian tubuh yang
b. Suhu kulit uung kaki dan tangan normal tidak terganggu
c. Kekuatan dneyut nadi karotis normal c. Dorong pasien menggunakan sepatu dengan ukuran
yang pas.
d. Instruksikan pasien dan keluarga untuk menajag
posisi tubuh ketika sedang duduk, berdiri, dan
berjalan.
D. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia
(komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan
pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan,
implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman
dan keselamatan klien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai