Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan

membutuhkan perhatian lebih. Masalah gizi di Indonesia meliputi masalah

kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Beban gizi ganda atau Double Burden of

Malnutrition (DBM) adalah suatu keadaan ko-eksistensi antara kekurangan

gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang

kehidupan. Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan

masalah gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi status

gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya (intergeneration impact). Masa

balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.

Untuk itu perlu dilakukan intervensi sejak dini untuk mencegah terjadinya

defisiensi gizi pada masa dewasa (Djauhari, 2017).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014,

anak usia sekolah adalah anak usia lebih dari 6 tahun sampai sebelum berusia

12 tahun. Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan

tercapainya tingkat kesehatan (status gizi). Apabila konsumsi gizi makanan

pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi

kesalahan akibat gizi (malnutrisi).

Pemenuhan gizi pada anak sekolah sangat penting dalam mendukung

pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada anak usia sekolah (6 – 12 tahun),

1
2

anak masih tumbuh sehingga kebutuhan zat gizi juga meningkat. Gizi yang

diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar

untuk kehidupan anak tersebut. Defisiensi maupun kelebihan konsumsi zat

gizi akan berpengaruh pada aspek fisik dan mental anak (Rahmawati, 2018)

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas), status gizi umur 5-

12 tahun (menurut IMT/U) di Indonesia, yaitu prevalensi kurus adalah 11,2%,

terdiri dari 4% persen sangat kurus dan 7,2% kurus. Sedangkan masalah

kegemukan pada anak di Indonesia masih tinggi dengan prevalensi 18,8%,

terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%, dimana

prevalensi pendek yaitu 30,7% diantaranya 12,3% sangat pendek dan 18,4%

pendek (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Siswa Sekolah Dasar (SD) berisiko mengalami masalah nutrisi

sehubungan dengan pola makan dan masa tumbuh kembang. Status gizi yang

baik akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak salah

satunya dapat meningkatkan kemampuan intelektual, sehingga fase anak usia

sekolah merupakan fase dimana anak sangat membutuhkan asupan makanan

yang bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangan (Lestari,

2016)

Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam

memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah.

Konsumsi makanan jajanan anak sekolah perlu diperhatikan karena aktivitas

anak yang tinggi. Konsumsi makanan jajana anak diharapkan dapat

memberikan kontribusi energi dan zat gizi lain yang berguna untuk
3

pertumbuhan anak. Anak sekolah belum mengerti cara memilih jajanan yang

sehat sehingga berakibat buruk pada kesehatannya sendiri (Suci, 2010).

Kebiasaan jajan ini dipengaruhi oleh faktor jenis makanan, karakteristik

personal (pengetahuan tentang jajanan, kecerdasan, persepsi, dan emosi), dan

aktor lingkungan (Ariandani, 2011).

Aspek negatif makanan jajanan yaitu apabila dikonsumsi berlebihan

dapat menyebabkan terjadinya kelebihan asupan energi. Sebuah studi di

Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak mengonsumsi lebih dari sepertiga

kebutuhan kalori sehari yang berasal dari makanan jajanan jenis fast food dan

soft drink sehingga berkontribusi meningkatkan asupan yang melebihi

kebutuhan dan menyebabkan obesitas. Masalah lain pada makanan jajanan

berkaitan dengan tingkat keamanannya. Penyalahgunaan bahan kimia

berbahaya atau penambahan bahan tambahan pangan yang tidak tepat oleh

produsen pangan jajanan adalah salah satu contoh rendahnya tingkat

pengetahuan produsen mengenai keamanan makanan jajanan. Ketidaktahuan

produsen mengenai penyalahgunaan tersebut dan praktik higiene yang masih

rendah merupakan faktor utama penyebab masalah keamanan makanan

jajanan (Bondika, 2011).

Konsumsi pangan dan gizi memberikan kontribusi yang sangat besar

terhadap status gizi dan kesehatan siswa. Makanan berpengaruh terhadap

perkembangan otak. Kekurangan makanan yang mengandung zat gizi yang

dibutuhkan dalam periode yang berkepanjangan dapat membawa pengaruh

yang tidak baik terhadap pertumbuhan anak dan mengakibatkan perubahan


4

metabolisme otak. Dengan demikian, kemampuan dan fungsi otak menjadi

tidak maksimal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi

menyebabkan pertumbuhan fisik terganggu, badan menjadi lebih kecil dan

diikuti pula dengan mengecilnya ukuran otak. Keadaan ini akan membawa

pegaruh buruk terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2011).

Masa anak-anak dan pra remaja tidak hanya mengalami pertumbuhan

tetapi juga bertambah menjadi padat (Parinduri, 2017). Usia sekolah (usia 5

sampai 14 tahun), merupakan salah satu masa yang mengalami tumbuh

kembang yang cepat. Pada usia ini aktifitas fisik terus meningkat seperti,

bermain, berolah raga atau membantu orang tua dalam bekerja. Asupan gizi

yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas diperlukan agar tumbuh

kembang anak dapat optimal. Pemberian gizi pada usia ini biasanya tidak

berjalan secara sempurna, Karena banyak faktor lingkungan sangat

mempengaruhi perilaku makanannya (Nuryanto, 2014).

Menyediakan makanan sehat dan makanan ringan di sekolah

meningkatkan kesejahteraan kesehatan dan gizi anak-anak, serta

memungkinkan anak untuk tumbuh dengan baik dan belajar dengan baik.

Dalam masyarakat tidak aman pangan, program pemberian makanan di

sekolah membantu mengatasi kekurangan gizi dan membantu menjaga anak-

anak di sekolah. Sekolah juga dapat meningkatkan keamanan makanan ketika

makanan yang diproduksi secara lokal yang dipasok ke sekolah. FAO (Food

and Agriculture Organization) mendukung sekolah untuk memastikan bahwa

semua makanan, minuman dan makanan ringan tersedia di sekolah yang


5

bergizi cukup dan sesuai untuk anak usia sekolah. FAO juga mendukung

terhadap pendidikan dan pelatihan bagi semua pihak yang terlibat dalam

menyediakan makanan sekolah. Ketika dikombinasikan dengan pendidikan

gizi, makanan sekolah dapat secara langsung meningkatkan kesehatan dan

gizi siswa sambil membantu mereka mengembangkan kebiasaan makan yang

baik (FAO, 2015).

Pendidikan gizi di sekolah mempunyai beberapa keuntungan antara

lain anak-anak mempunyai pemikiran yang terbuka dibanding orang dewasa

dan pengetahuan yang diterima dapat merupakan dasar bagi pembinaan

kebiasaan makan anak. Melalui pendidikan gizi di sekolah diharapkan anak

mempunyai pengetahuan, sikap dan cara praktek yang baik tentang konsumsi

pangan (Zulaekha, 2012).

Alat bantu atau media pendidikan adalah alat-alat yang digunakan

dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan. Untuk merancang

pembelajaran hendaknya dipilih media yang benar-benar efektif dan efisien.

Media yang efektif adalah yang mampu untuk mengkomunikasikan sesuatu

yang ingin disampaikan secara maksimal (Notoatmodjo, 2012).

Booklet merupakan media penyampai pesan kesehatan dalam bentuk

buku dengan kombinasi tulisan dan gambar. Kelebihan yang dimiliki media

booklet yaitu informasi yang dituangkan lebih lengkap, lebih terperinci dan

jelas serta bersifat edukatif. Selain itu, booklet yang digunakan sebagai media

edukasi ini bisa dibawa pulang, sehingga dapat dibaca berulang dan disimpan.

Penyusunan booklet ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi remaja


6

serta dikombinasikan dengan gambar sehingga menarik perhatian anak-anak

dan menghindari kejenuhan anak-anak dalam membaca (Safitri, 2016).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada beberapa

siswa menunjukan bahwa hampir semua siswa tidak memahami pengetahuan

gizi dengan baik. Siswa masih tidak memahami keseimbangan gizi untuk

tubuh yaitu apabila konsumsi gizi makanan makanan seseorang tidak

seimbang dengan kebutuhan tubuh maka, akan terjadi kesalahan akibat gizi.

Guru jarang mengontrol keadaan gizi siswa, serta mengukur status gizi dan

tingkat kebugaran jasmani siswa. Dan orang tua belum mengerti dan

memahami pentingnya status gizi dan tingkat jasmani anak sekolah dasar.

Berdasarkan hasil latar belakang peneliti ingin meneliti pengaruh

pendidikan gizi dengan media booklet terhadap pengetahuan gizi anak sekolah

dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Apakah ada pengaruh pendidikan gizi dengan media booklet

terhadap pengetahuan tentang gizi pada siswa kelas IV SDN 014 Bukit Bestari

?”
7

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi dengan media booklet

terhadap pengetahuan tentang gizi pada siswa kelas IV SDN 014 Bukit

Bestari.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan

usia.

b. Diketahui tingkat pengetahuan tentang gizi sebelum diberikan

pendidikan gizi dengan media booklet.

c. Diketahui tingkat pengetahuan tentang gizi sesudah diberikan

pendidikan gizi dengan media booklet.

d. Diketahui pengaruh pendidikan gizi dengan media booklet terhadap

pengetahuan gizi anak sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua, yaitu :

1. Manfaat Aplikasi

a. Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam mengembangkan pengetahua

n ilmu keperawatan terutama mengenai pengaruh pendidikan gizi

dengan media booklet terhadap pengetahuan gizi anak sekolah dasar.

b. Bagi pelayanan keperawatan


8

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai pendidikan gizi dan intervensi penggunaan booklet yang dapat

diberikan untuk pengetahuan gizi anak sekolah dasar.

2. Manfaatkan akademik/teoritis/keilmuan

a. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan, informasi dan umpan balik

bagi proses pembelajaran serta menjadi sumbangan penelitian atau untuk

peneliti yang akan datang.

b. Manfaat bagi peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penelitian pengaruh

pendidikan gizi dengan media booklet terhadap pengetahuan gizi anak

sekolah dasar.
9

Anda mungkin juga menyukai