Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MIKROBIOLOGI, PATOLOGIK, SAMPLING


LABORATURIUM KESEHATAN DAN KALIBRASI
PALANGKA RAYA

Dosen:
Rimba Aprianti., S.Kep.,Ners

OLEH :

HENDY TRIGUSMAN

(2018.C.10a.0937)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yang berjudul “Laporan di Labotrium Kesehatan dan Kalibrasi Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 1).

Laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ns selaku pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukan dan bimbingan dalam menyelesaikan
asuhan keperawatan ini.
4. Bapak Agus ,Msi selaku pembimbing klinik yang telah memberikan izin,
informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di
Laboraturium kesehatan dan kalibrasi.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.

Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 21 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................
1.1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Mikrobiologi
2.1.1 Pemeriksaan BTA....................................................................................
2.2 Patologi Klinik
2.2.1 Pemeriksaan Glukosa Urine....................................................................
2.3 Pemeriksaan Pengambilan Sampel Darah
2.3.1 Pengertian Laboratorium Klinik..............................................................
2.3.2 Jenis Pemeriksaan Sampel Klinik............................................................
2.3.3 Alat-Alat Sampling..................................................................................
2.3.4 Prosedur Pengambilan Sampel Darah.................................................... .
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi adalah ilmu tentang mikroorganisme yang mencakup


bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang terdapat sebagai sel
tunggal maupun kelompok sel, termasuk kajian virus yang bersifat mikroskopik
meskipun tidak termasuk sel.

Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme


hidup yang berukuran mikroskopik sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan
terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada didalam tanah
akustik dan atmosfer (udara) serta makanan, dank arena beberapa hal mikroorganisme
tersebut dapat masuk secara alami kedalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam
tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat
menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu.

Bahkan pembagian mikrobiologi telah dibagi menjadi beberapa cabang seperti


mikrobiologi pertanian, mikrobiologi kesehatan, mikrobiologi lingkungan dan lain-
lain.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Mikrobiologi Klinik


2.1.1 Pemeriksaan BTA
2.1.1.1 Pengertian Mikroskop
Mikroskop (bahasa Yunani ; Micros : kecil dan Scopain : melihat) adalah
sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat secara kasat
mata. Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat ditemukan hampir
diseluruh laboraturium untuk dapat mengamati organisme. Ilmu yang
mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopidan
kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata.
Mikroskop adalah alat bantu utama yang diperlukan dalam melakukan
pengamatan dan penelitian karena dapat digunakan untuk mempelajari
struktur dan bentuk benda yang sangat kecil.

2.1.1.2 Bagian-bagian Mikroskop

1. Lensa okuler
Lensa yang dekat dengan mata pengamat dan untuk memperbesar
bayangan dari lensa objektif.
2. Lensa objektif
Lensa ini berada dekat pada objek yang diamati dan untuk memperbesar
bayangan objek.
3. Tabung mikroskop (tubus)
Untuk mengukur focus dan menghubungkan lensa objektif, revolver, dan
lensa okuler.
4. Makrometer (pemutar kasar)
Untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara cepat (memperjelas)
5. Mikrometer (pemutar halus)
Untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat dan
bentuknya lebih kecil daripada makrometer.
6. Kondensor
Untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh cermin kemudian
memusatkannya pada objek dengan cara diputar kekanan dan kekiridan
juga bisa ditentukan atau naik.
7. Pencepit preparat
Menjepit preparat agar tidak bergerak saat diamati.
8. Lengan mikroskop
Sebagai pegangan.
9. Meja preparat
Tempat meletakkan preparat agar tidak bergerak saat diamati.
10. Lampu mikroskop
Sebagai sumber cahaya.
11. Kaki mikroskop
Menyangga berdirinya mikroskop.

2.1.1.3 Persiapan Alat

1. Alat mikroskop
2. Sampel sputum

2.1.1.4 Langkah-langkah

1. Tekan tombol on/off untuk menghidupkan atau mematikan mikroskop


2. Putar pengatur cahaya, kemudian atur diafragma dan kondesor sesuai dengan
pemeriksaan yang digunakan
3. Letakkan preparat diatas meja objektif dan sesuaikan lensa objektif dan okuler
4. Kemudian putar lensa objektif kepembesaran 10x untuk mencari lapang
pandang
5. Mainkan dengan diputar pada mikrometer sampai lapang pandang terlihat
dengan jelas
6. Kemudian pindahkan pembesaran ke 40x dan hanya mikrometer yang diputar
untuk lebih memfokuskan lapang pandang padan pembesaran 40x diafragma
dibuka 40x dan kondensor dinaikkan setengah
7. Setelah itu pindahkan ke lensa objektif pembesaran 100x. kemudian pada
pembesaran 100x tetskan oil imersi sebanyak 1 tetes. Diafragma dibuka penuh
100x dan kondensor dinaikkan. Gunakan mikrometer untuk memperjelas
pandangan
8. Untuk mencari BTA digunakan penggeser lapang pandang berwarna merah
muda berbentuk basil atau batang dan catat hasilnya
9. Setelah selesai mengitung BTA, matikan mikroskop dengan menekan tombol
off ditempat yang sama pada saat ingin menghidupkan mikroskop

2.1.1.5 Pengertian BTA

Bakteri tahan asam (BTA) adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
karbol fuchis meskipun diisi dengan asam klorida dalam alcohol.

Pemeriksan BTA adalah prosedur untuk mendeteksi bakteri penyakit


tuberculosis (Tb). Bakteri Tb dapat hidup dilingkungan asam. Sehingga
pemeriksaan pada bakteri ini dikenal dengan nama pemeriksaan bakteri tahan
asam (BTA). Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukkan adanya
mikrobaktrium tuberculosis setelah dilkukan pewarnaan ini tidak mengalami
peprubahan warna oleh alcohol asam.

2.1.1.6 Menghitung BTA

Menghitung BTA menurut skala LUARLD

1. Jika tidak ditemukan BTA minimal dalam 100x lapang pandang, maka
BTA negative
2. 1-9 BTA/100 lapang pandang, ditulis jumlah dijumpa atau 100 lapang
pandang
3. 10-99 BTA/100 lapang pandang ditulis negative 1/+
4. 1-10 BTA/1 lapang pandang ditulis positif 2/+
5. >10 BTA/1 lapang pandang ditulis positif 3+

2.1.1.7 Hasil Pemeriksaan BTA

15 25 15 40 30 0 45 0 15 10

20 35 0 30 25 20 10 25 0 0

5 5 45 50 38 20 30 10 0 20

0 0 15 40 45 50 20 15 8 0

40 9 20 50 40 30 20 20 0 0

0 10 20 0 10 40 0 15 5 0

0 0 40 30 0 10 20 10 10 0

0 20 8 0 28 13 24 20 0 0

0 6 12 32 27 20 14 15 7 2

8 28 31 35 15 25 12 11 9 4

Hasil Pemeriksaan BTA dengan kode

Sputum jumlah BTA


= 1.573 : 100 = 15, 73 = BTA 3+

2.2 PATOLOGI KLINIK

2.2.1 PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE

2.2.1.1 Dasar teori

Adanya glukosa dalam urine disebut glukosuria, ada dua hal yag dapat
menyebabkan glukosuria :

1. Bila kadar glukosa dalam plasma melampaui batas kemampuan


reabsorbsi ginjal.
2. Bila kemampuan daya reabsorbsi ginjal menurun

Pemeriksaan glukosa urine dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Berdasarkan pada reaksi reduksi dan terdiri dari dua metode yaitu
benedict dan fehling
2. Berdasarkan reaksi entimatik yaitu dengan metode tarik celup

Metode benedict banyak digunakan dilaboraturium bila dibandingkan


dengan metode fehling, hal disebabkan :

1. Kadar urine acid dan kreatinin yang tinggi tidak dapat mereduksi benedict
tetapi dapat mereduksi fehling.
2. Pada benedict hanya menggunakan satu jenis larutan saja, sedang pada
fehling menggunakan dua jenis larutan.
3. Reagen benedict lebih sensitive daripada regen fehling.
4. Reagen benedict bisa dipakai untuk menentukan kadar gula secara kasar.
5. Pemakaian bahan urin sedikit.

2.2.1.2 Tujuan
Menentukan ada tidaknya glukosa dalam sampel urine dengan dasar reaksi
reduksi.

2.2.1.3 Prinsip

Glukosa dalam sampel akan mereduksi garam kompleks dari reagen benedict
(ion cupri direduksi menjadi cupro) dan mengendap dalam bentuk cuo dan
cu2o dengan warna kuning hingga merah bata.

2.2.1.4 Metode

Seni kuanitatif benedict.

2.2.1.5 Keselamatan kerja

Hati-hati dalam pemanasan sebab tabung bisa pecah atau cairan bisa
berhamburan.

2.2.1.6 Alat

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Karet penghisap/vakum pomp
5. Tissue
6. Penjepit tabung
7. Pipet ukuran 5 ml
8. Lampu spritus Bunsen
9. Botol reagen

2.2.1.7 Reagensia

Benedeict
2.2.1.8 Sampel

1. Urine pagi
2. Urine 2 jam pp
3. Urine sewaktu

2.2.1.9 Cara Kerja

1. Siapkan tabung reaksi yang bersih dan kering


2. Pipet 3 ml reagen bededict masukkan kedalam tabumg
3. Tambahkan pada tabung tersebut 4 tetes urine, kocok hingga bercampur rata
4. Dengan menggunakan penjepit tabung, panaskan diatas api hingga mendidih
selama 1-2 menit atau masukkan tabung kedalam air mendidih selama 5 menit
5. Angkat tabung, biarkan dingin selama 5 menit
6. Amati reaksi yang terjadi dan catat hasilnya

2.2.1.10 Pembacaan

1. (-) : bila tetap biru


2. (+) : bila larutan hijau kekuning-kuningan dengan sedikit endapan kuning,
kadar glukosa anatar 0,5% - 1%
3. (++) : bila larutan menjadi kuning dengan endapan banyak (kuning keruh)
ladar glukosa anatar 1% - 1,5%
4. (+++) : bila warna menjadi jingga atau warna lumpur, keruh, kadar glukosa
antara 2% - 3,5%
5. (++++): merah keruh atau larutan jernih endapan merah, kadar glukosa lebih
dari 3,5%

2.2.1.11 Nilai Normal

(-) Negatif

2.2.2 PEMERIKSAAN PROTEIN URINE

2.2.2.1 Dasar Teori


Pada keadaan normal, urine yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih
dengan berbau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat
jenis urine 20 jam adalah 1.003 ±1.003. PH bersifat (ph 6,0) dan sangat
bervariasi antara 4,9-8,0.

Selain itu juga ditemukan sulfat, posfat olesalfat, asam amino, vitamin,
hormone dan enzim. Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, asam
amino, protein dan berbagai senyawa lain seperti pikmen emoedu, darah dan
porifin yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
penyakit tertentu, adanya protein dalam urin disebut proteinuria. Proteinuria
biasanya merupakan petunjuk adanya kerusakan ginjal.

Proteinuria terjadi karena :

1. Glomerulo filtrasion Rate (GFR) meningkat


2. Kelainan basal membrane glomerulus
3. Kelainan tubulus
4. Perubahan protein sehingga mudah difiltrasi (misalnya pada multiple
mycloma)

Pemeriksaan terhadap protein termasuk kedalam pemeriksaan rutin.


Pemeriksaan ini berdasarkan pada timbulnya kekeruhan. Tingkat kekeruhan
yang terbentuk menunjukan banyak sedikitnya protein yang terdapat dalam
urine. Oleh karena itu syarat urine yang akan di periksa adalah urine harus
benar-benar jernih.

2.2.2.2 Tujuan

Menentukan ada tidaknya protein dalam urine.

2.2.2.3 Prinsip

Terjadi reaksi presipitasi ditandai dengan tampaknya kekeruhan dan endapan


putih.
2.2.2.4 Keselamatan Kerja

Hati-hati dalam pemanasan tabung reaksi.

2.2.2.5 Alat

1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung
3. Tissue
4. Pipet ukuran 5 ml
5. Rak tabung reaksi
6. Lampu spritus
7. Pipet tetes
8. Botol reagen

2.2.2.6 Reagensia

Asam asetat 6%.

2.2.2.7 Sampel

Urine sewaktu.

2.2.2.8 Cara Kerja

1. Siapkan tabung reaksi yang bersih dan kering


2. Masukkan urine kedalam tabung reaksi 2,5-5ml menggunakan spuit
3. Didihkan tabung tersebut diatas api dengan menggunakan penjepit tabung
selama 30 detik
4. Tambahkan secara perlahan 3-5 tetes asam asetat 6%
5. Amati perubahan yang terjadi

2.2.2.9 Pembacaan
1. (-) : tidak ada kekeruhan
2. (+1) : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05% protein)
3. (+2) : kekeruhan muda dapat dilihat dan tampak butir-butir dalam
kekeruhan (0,05-0,2%)
4. (+3) : urine jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%)
5. (+4) : urine sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping besar atau
bergumpal-gumpal ataupun memadat (lebih dari 0,5% protein)

2.2.2.10 Nilai Normal

(-) Negatif

2.2.3 PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN

2.2.3.1 Dasar Teori

Hemoglobin adalah senyawa protein dengan Fe yang memberi warna merah


pada darah. Struktur Hb yang terjadi :

1. Haem : senyawa Fe2+ yang dikelilingi 4 cincin piral


2. Globin : senyawa protein yang terjadi dari 2 rantai a dan 2 rantai b

2.2.3.2 Jenis-jenis Hemoglobin

1. Hb yang normal ada 2 yaitu :


1) Hb F yang terdapat pada pada janin, sampai 6 bulan, Hb F kadarnya
25˚< terhadap lebih baik dari pada Hb A, Hb F ( Hb Foetal )
2) Hb A hanya terdapat pada orang dewasa Hb (Hb Adelt)
2. Hb yang abnormal yaitu :
1) Hb S (Hb side/sabit)
2) Hb M (methemoglobincismen)

Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berperan sebagai alat transport


O2 dan Co2.
1. Fungsi hemoglobin :

1) Mengatur pertukaran O2 dan Co2 didalam jaringan tubuh


2) Mengambil O2 dari paru-paru kemudian dibawa seluruh jaringan
tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3) Membawa O2 dari jaringan tubuh sebagai sisa hasil metabolisme
dibawa keparu-paru untuk dibuang.

Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak, dapat


diketahui dengan mengukur kadar Hb. Bila kadar Hb seseorang tersebut
kekurangan darah. Kekuranan darah tersebut disebut anemia bila disertai
dengan jumlah eritrosit dibawah normal dan nilai hematocrit juga dibawah
normal. Dilaboraturium klinik, kadar Hb dapat ditentukan dengan bermacam-
macam cara yang banyak dipakai adalah :

1) Cara kolorimetrik (Hb sahli)


2) Cara fotoelektrik (sianmethemoglobin)

2.2.3.3 Metode

Auto hematologi analyzer.

2.2.3.4 Tujuan

Untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah.

2.2.3.5 Prinsip

Hemoglobin oleh asam klorida (Hcl 0,1 N) diubah menjadi hematin asam
yang berwarna coklat tua. Penambahan aquadest sampai warnanya sam
dengan warna standart. Kadar hemoglobin dibaca dalam satuan gram/deciliter
(g/dl).

2.2.3.6 Alat

1) Auto hematologi analyzer mindray BC 3600


2) Tabung hemoglobin
3) Rak tabung hemoglobin
4) Tissue

2.2.3.7 Reagensia

1) Rinse
2) Diluent
3) Lyse
4) Probe cleanser

2.2.3.8 Bahan Pemeriksaan

1. Sampel darah EDTA

2.2.3.9 Cara Kerja

1. Cara menghidupkan alat midray BC3600

1) Hidupkan alat dengan menekan tombol on dibelakang


2) Masukkan password
3) Sebelum memeriksa sampel, memeriksan bahan control terlebih
dahulu agar mengetahui apakah alat masih akurat
4) Tekan QC
5) Pilih file 6
6) Sebelum dimasukkan jarum penghisap, sampel dihomogenkan 8-10
kali
7) Masukkan kejarum penghisap sampai dasar
8) Setelah itu tekan tombol ok dan tunggu jarum penghisapnya naik
9) Tunggu hasil
10) Klik print untuk hasil sampel

2. Cara pemeriksaan sampel


1) Tekan analys
2) Setelah itu tekan next sampel
3) Masukkan kode sampel
4) Tekan ok
5) Sebelum masuk kejarum penghisap sampel darah dihomogenkan
terlebih dahulu 8-10 kali
6) Setelah dihomogenkan masukkan kejarum penghisap sampel darah
7) Tunggu hasil
8) Klik print

3. Cara mematikan midray BC3600

1) Tekan tombol menu lalu shutdown lalu ok


2) Tetapi sebelum alat dimatikan, bersihkan terlebih dahulu
menggunakan larutan probe cleanser
3) Alat dimatikan dengan menekan tombol off dibelakang

2.2.3.10 Nilai Normal

1) Laki-laki : 13-18 g/dl


2) Perempuan : 11,5-16,5 g/dl
3) Bayi (matur, darah tali pusat) : 13,5-19,5 g/dl
4) Bayi 3 bulan : 9,5-13,5 g/dl
5) Anak-anak 1 tahun : 10,5-13,5 g/dl
6) Anak-anak 3-6 tahun : 12,0-14,0 g/dl
7) Anak-anak 10-12 tahun : 11,5-14,5 g/dl

2.3 PEMERIKSAAN PENGAMBILAN SAMPEL DARAH


2.3.1 Pengertian Laboraturium Klinik
Laboraturium klinik adalah laboraturium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan specimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang
kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya didiagnosa penyakit.
Penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.

Laboraturium klinik berdasarkan jenis pelayanannya terbagi menjadi :

a. Laboraturium klinik ; dan


b. Laboraturium klinik khusus

Laboraturium klinik umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


a meupakan laboraturium yang melaksnakan pelayanan pemeriksaan
specimen klinik dibidang hematologic, kimia klinik, mikrobiologi
klinik, p[arasitologi klinik, dan imunologi klinik.

Laborarurium klinik khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b merupakan laboraturium yag melaksanakan pelayanan
pemeriksaan specimen klinik pada 1 (satu) bidang pemeriksaan khusus
dengan kemampuan tertentu.

Laboraturium klinik umum sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 2


diklarifikasikan menjadi :

a. Laboraturium klinik umum pertama


b. Laboraturium klinik umum madya
c. Laboraturium klinim umum utama

Laboraturium klinik umum pertama sebagaimana dimaksud pada ayat


1 huruf a merupakan laboraturium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan specimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan
terbatas dengan teknik sederhana.

Laboraturium klinik umum madya sebagaimana dimkasud pada ayat 1


huruf b yaitu laboratuirum yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
specimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan tingkat laboratuium
klinik umum pertama dan pemeriksaan imunologi dengan teknik
sederhana.

Laboraturium klinik umum utama sebagaimana dimaksud pada ayat 2


huruf c merupakan laboraturium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan specimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih
lengkap dari laboraturium klinik umum madya dengan klinik
automatic (permenkes, no 411 tentang laboraturium klinik).

2.3.2 Jenis Pemeriksaan Sampel Klinik

1. Hematologi (patologi klinik)

Hematologic merupakan ilmu yang mempelajari tentang darah.

Pemeriksaan hematolgi terbagi mejadi 2 :

a. Hematologi rutin

Haemoglobin L : 12,00 – 19,0 g/dl


P : 10,5 – 17,5 g/dl
Leukosit 4 – 11 ribu
LED L : 0 – 15 mm/jam
P : 0 – 20 mm/jam
Jenis-jenis leukosit Eosinofil : 1 – 3 %
Basofil : 0 – 1 %
Batung : 2 – 6 %
Segmen : 30 – 70 %
Limfosit : 20 – 40 %
Monosit : 2 – 8 %

b. Hematologi lengkap

Haemoglobin L : 12,00 – 19,0 g/dl


P : 10,5 – 17,5 g/dl
Leukosit 4 – 11 ribu
LED L : 0 – 15 mm/jam
P : 0 - 20 mm/jam
Hitung jenis leukosit Eosinofil : 1 – 3 %
Basofil : 0 – 1 %
Batung : 2 – 6 %
Segmen : 30 – 70 %
Limfosit : 20 – 40 %
Monosit : 2 – 8 %
Eritrosit L : 4,50 – 6,50 juta/dl
P : 3,80 – 4,80 juta
Trombosit 150 – 450 ribu
Hematokrit L : 42 – 50%
P : 36 – 46%

2. Kimia klinik
Kimia klinik merupakan pemeriksan kimia untuk mengetahui nilai secara
kuantitatif suatu fungsi tertentu didalam tubuh seperti gula darah, fungsi
ginjal, kolesterol dalam dan fungsi hati.

a. Pemeriksaan darah

Gula darah puasa/GDA 70 – 115 mg/dl


Gula 2 JJP <140 mg/dl
Gula darah sewaktu <200 mg/dl

b. Pemeriksaan fungsi ginjal

Burt 4,7 – 25,4 g/dl


Ureum 10 – 50 mg/dl
Kreatinin L : 0,6 – 1,1 mg/dl
P : 0,5 – 0,9 mg/dl
Asam urat L : 3,4 – 7,0 mg/dl
P : 2,4 – 5,1 mg/dl
Total protein Dewasa dan anak >3 tahun 6,6 – 8,1 g/dl
Albumin 3,8 – 5,1 g/dl
Globulin 1,3 – 3,2 g/dl

c. Pemeriksaan lemak/lipid

Kolesterol total <200 mg/dl


Triglisenda <200 mg/dl
HDL L : 35 – 55
P : 4 – 65 mg/dl
LDL L : 10 – 72 mg/dl
P : 63 – 167 mg/dl
LDH Dewasa 225 – 450 N/L
d. Pemeriksaan fungsi hati

SGOT L : ≤ 37 N/L
P : ≤ 31 N/L
SGPT L : ≤ 42 N/L
P : ≤ 32 N/L
Bilirubin total Dewasa : ≤ 1,1 mg/dl
I bulan : ≤ 1,5 mg/dl
5 hari : ≤ 1,2 mg/dl
Bayi baru lahir
Bilirubin direk Dewasa : ≤ 0,25 mg/dl
Alkalin Phospatase L : 80 – 306 N/L
P : 64 – 306 N/L

3. Mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jasad renik yang
hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Contoh pemeriksaannya seperti
pemeriksaan BTA, melihat bentuk virus/bakteri pada suatu cairan/jaringan.
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :

a. Imunologi/serolog :
1) HBsAG
2) Anti HBsAG
3) TPHA
4) VDRL
5) Anti HIV
6) Widal
7) Tes kehamilan (pp test)
8) ASTO
9) CRP
10) RF (rheumatoid factor)

b. Bakteriologi

1) BTA (sputum)
2) M.Hansen (lepra)
3) Faeces rutin
4) Secret uretra/vagina

c. Parasitologi

1) Malaria
2) Jamur

2.3.3 Alat-alat sampling

1. Spuit
Spuit digunakan untuk pengambilan darah, volume spuit bervasiasi dari 1 ml,
3 ml, 5 ml bahkan ada yang sampai 50 ml.
2. Tourniquet

Tourniquet digunakan untuk membendung atau karet pembendung pembuluh


darah pada organ yang akan dilakukan penusukan plektomi.
3. Wadah berupa botol atau tabung penampung

Tabung vakum digunakan untuk menampung darah.


4. Kapas alcohol
Kapas alcohol digunakan untuk mensterilkan kulit misalnya pada saat kita
akan disuntik atau diambil darahnya, untuk membersihkan luka.
5. Handscoon

Handscoon atau sarung tangan pelindung yang digunakan untuk menghindari


infeksi silang atau transmisi mikroorganisme penyakit, (pathogen) melalui.

6. Plester/hypapix
Plester/hypapix digunakan untuk menutup bekas tusukan pengambilan darah.
7. Etiket

Etiket digunakan untuk identitas pasien agar tidak terjadi kesalahan atau
tertukar saat pemeriksaan/pengambilan hasil pemeriksaan.

2.3.4 Prosedur pengambilan sampel darah

1. Pengambilan sampel darah vena


Dasar teori pengambilan darah vena (venipurcture), contoh darah
umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam
lipatan siku daerah fossa cubiti). Vena ini terletak dekat dengan permukaan
kulit, cukup besar dan tidak ada pasukan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya. Venepuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-
hati, karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf medican.
Jika vena chepalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka
pengambilan darah dapat dilakukan didaerah pergelangan tangan. Lakukan
pengambilan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang
ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
1) Lengan pada sisi mastectomy
2) Daerah edema
3) Hematoma
4) Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
5) Daerah bekas luka
6) Daerah dengan canula, fistula atau cangkokan vascular
7) Daerah intravena lines, pengambilan darah didaerah ini dapat
menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar zat tertentu.

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena yaitu cara manual dengan
menggunakan alat suntik (syring) sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vakutainer).

2. Prosedur pelaksanaan pengambilan sampel darah vena


Alat dan bahan
a) Spuit
b) Tourniquet
c) Wadah berupa botol atau tabung penampung
d) Kapas alcohol
e) Handscoon
f) Plester/hypafix
g) Etiket

Teknik pengambilan sampel darah vena


a) Lokasi pengambilan darah vena yaitu pada pembuluh darah pada
lipatan siku, pilih yang paling jelas dan paling besar.
b) Letakkan tangan pasien lurus diatas meja dengan telapak tangan
menghadap keatas
c) Kemudian pasang tourniquet ±10 cm pada bagian atas dari vena yang
akan diambil, jangan terlalu kencang sebab akan merusak pembuluh
darah
d) Pasien diminta untuk mengepalkan tangannya
e) Dalam keadaan tangan pasien lurus diatas meja dengan tangan
mengepal, ujung telunjuk kiri memeriksa/mencari lokasi pembuluh
darah yang akan ditusuk
f) Bersihkan lokasi dengan kapas alcohol 70% dan biarkansampai
mongering
g) Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan jarum dengan tangan
kiri. Tegangkan kulit dengan ibu jari kiri diatas pembuluh darah
supaya pembuluh darah tidak bergerak, kemudian tusukan jarumpada
vena dengan lubang jarum menghadap keatas dengan sudut
kemiringan antara jarum dan kulit ±15˚ - 30˚.
h) Jarum dimasukkan sejajar pembuluh darah ±1,0 - 1,5 cm
i) Setelah darah masuk disposable syringe, dengan tangan kiri penghisap
ditarik perlahan-lahan sehingga darah masuk kedalam spuit, setelah
mendapatkan sejumlah darah yang dibutuhkan, longgarkan tourniquet
atau dilepas dan pasien diminta membuka kepalan tangannya
j) Letakkan kapas alcohol 70% yang sudah diperas pada tempat
penusukkan, jarum ditarik kembali
k) Pasien diminta menekan bekas tempat tusukan dengan kapas tersebut
selama beberapa menit dan diberi plester (tangan masih dalam keadaan
lurus/siku tidak boleh ditekuk)
l) Lepaskan jarum dari spuitnya dialirkanlah (jangan disemprotkan)
darah didalam wadah yang telah tersedia melalui dinding wadah
penampung
m) Wadah ditutup dan diberi label yang bertuliskan nomor laboraturium
n) Catat waktu pengambilan dan paraf formulir waktu kembali.
3. Pengolahan specimen darah
a) Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan
anti koagunlan yang sesuai kemudian dihomegenisasikan dengan cara
membolak-balikkan tabung kira-kira 10-12 kali secara perlahan dan
merata.
b) Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena
1) Pemasangan tourniquet
 Pemasangan dalam waktu lama dengan terlalu keras dapat
menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai
hemotokrit/pfc dan elemen sel).
 Melepas tourniquet sesudah jarum dilepas dapat
menyebabkan hematoma.
2) Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga
mengakibatkan masuk nya udara kedalam tabung dan merusak sel
darah merah.
3) Penusukkan
 Penusukkan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya
cairan jaringan sehingga dapat menyebakan pembekuan.
Disamping itu penusukkan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkan hematoma.
 Tusukkan jarum yang tidak tepat benar masuk kedalam vena
menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.
4. Pengambilan sampel darah kapiler
Alat dan bahan
a) Lancet steril
b) Kapas alcohol 70%, kapas kering atau tisu
c) Sarung tangan (handscoon)

Prosedur pelaksnaan

a) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alcohol 70% dan biarkan
sampai kering lagi
b) Peganglah bagian tersebut agar tidak bergerak dan tekan sedikit supaya
rasa nyeri berkurang.
c) Tusuklah dengan cepat memakai lancet streil. Pada jari tusuklah dengan
arah tegak lurus pada garis-garis sidik jari, jangan sejajar dengan itu.
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pemeriksaan klinik untuk mendapatkan informasi tentang klinik kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang diagnostik penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan (pasal 1, Permenkes, No 411 tentang
laboratorium klinik).
Mikrobiologi klinik adalah suatu cabang ilmu kedokteran medic yang
memanfaatkan kompetensi dibidang kedokteran umum dan mikrobiologi
kedokteran untuk bersama-sama klinis melaksanakan tindakan survailans
(memantau distribusi penyakit), pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi,
serta secara aktif melaksanakan tindakan pengendalian infeksi dilingkungan.
Patologi klinik merupakan cabang dari ilmu patologi lainnya, yaitu patologi
anatomi, yang mempelajari mengenai anatomi jaringan yang terinfeksi. Ilmu
patologi klinik menekankan penelitiannya pada diagnosis, pemulihan, dan
pencegahan berbagai jenis penyakit. Secara umum, pemeriksaan suatu penyakit
dideteksi berdasarkan perubahan berbagai jenis proses biokimia yang
berlangsung di dalam tubuh pasien. Sampel yang umumnya digunakan untuk
pemeriksaan di laboratorium adalah cairan tubuh seperti urine dan darah.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu, Lud.2009. Mikrobiologi Lingkungan Malang Universitas Muhammadiyah


Malang press

Gandasoebrata, R. 2004. PENUNTUN LABORATURIUM KLINIK. Dian rakyat.


Panduan praktikum urinalisa

Gardasoebrata, R.2004. PENUNTUK LABORATURIUM KLINIK. Dian Rakyat

Anda mungkin juga menyukai