Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LUKA GANGGREN
Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:

LIVIA TAMARA : 1722


MEGA KRISTIANI GULTOM : 1722
NINDY AGITA SIAGIAN : 1722
RIKA AZIZAH SIREGAR : 1722
TIUR MEILINA SIBARANI : 1722
YULYANTI PERANGIN ANGIN : 1722

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKes MURNI TEGUH
MEDAN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa karna kasihNya kami kelompok empat
dapat menyelesaikian makalah dari mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH yang
berjudul “LUKA GANGGREN)”dengan baik.
Tidak lupa kami berterima kasih kepada yang telah memberikan waktu untuk
mengerjakan makalah ini.Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Semoga
makalah ini dapat mermanfaat dan apabila masih ada kekurangan,kami dari kelompok
empat mengharapkan saran untuk perbaikan makalah kami,Terima Kasih.

2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Makalah.............................................................................2
1.3 Tujuan Makalah.................................................................................3

BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................2
2.1 Defenisi luka ganggren......................................................................... 1
2.2Tanda terjadinya gangguan pada kaki................................................ 2
2.3Pengertian kaki diabetik........................................................................ 3
2.4 Manifestasi klinis....................................................................................4
2.5Etiologi luka ganggren........................................................................... 5
2.6 Patofisiologi........................................................................... .................6
2.7 Klasifikasi luka ganggren.......................................................................7
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................8
BAB III
ASKEP..............................................................................................................3
PENUTUP........................................................................................................4
3.1 Saran......................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................5

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Luka gangren merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus (DM) yang paling
ditakuti oleh setiap penderita DM yang disebabkan karena adanya neuropati dan
gangguan vaskular pada kaki (Tjokroprawiro, 2007). Luka gangren adalah luka pada kaki
yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah
sedang atau besar di tungkai. Angka kejadian gangren masih tinggi, tidak hanya di negara
maju tetapi juga di negara berkembang (Perkumpulan Endokrin Indonesia [PERKENI,
2008]). Menurut Asni (2009) mengatakan bahwa ulkus atau gangren diabetik memberi
dampak luar biasa kepada penderitanya, selain amputasi, infeksi yang terjadi seringkali
mengharuskan penderita dirawat inap dalam waktu yang lebih lama dibandingkan
komplikasi DM lainnya, sehingga biaya perawatan yang dibutuhkan lebih besar dan
penderita gangren mempunyai resiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan pasien
DM tanpa gangren.

World Health Organization (WHO, 2012) mengatakan bahwa DM termasuk dalam golongan
penyakit kronik yang terjadi pada jutaan orang di dunia. Interlantional Diabetes
Federation (IDF, 2011) memperhitungkan angka kejadian DM di dunia pada tahun 2012
adalah 371 juta jiwa, tahun 2013 meningkat menjadi 382 juta jiwa dan diperkirakan pada
tahun 2035 DM akan meningkat menjadi 592 juta jiwa (Persi, 2011). Di Indonesia angka
kejadian DM termasuk urutan terbesar ke-7 dunia yaitu sebesar 7,6 juta jiwa, sedangkan
angka kejadian penderita uklus atau gangren diabetik sebesar 15% dari penderita DM.
Bahkan angka kematian dan amputasi masih tinggi yaitu sebesar 32,5% dan 23,5% (Persi,
2011). Menurut Pengurus Persatuan Diabetes Indonesia Subagijo Adi di Jawa Timur
jumlah penderita DM 6% atau 2.248.605 orang dari total jumlah penduduk Jawa Timur
sebanyak 37.476.757 orang (Persi, 2011). Prvalensi penderita luka gangren di Indonesia
sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 30%, dan luka gangren merupakan
sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk DM. Diperkirakan setiap
4
tahun jumlah satu juta pasien yang menderita luka ganggren menjalani amputasi
ekstremitas bawah (85%) dan angka kematian yaitu 15-40% setiap tahunnya serta 39-
89% setiap 5 tahunnya (Bilous & Donelly, 2015). Data penelitian Helena Fransiska
(2014) di rumah luka Surabaya terdapat 40 penderita diabetes mellitus dengan luka
ganggren. Dalam 3 bulan terakhir, jumlah penderita luka gangren yang di rawat semakin
meningkat sebanyak 45 penderita.

Luka gangren terjadi karena kurangnya kontrol DM tipe dua selama bertahun-tahun yang
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan syaraf atau masalah sirkulasi yang serius yang
dapat menimbulkan efek pembentukan luka gangren (Melisa, 2012). Selain itu menurut
Asni (2009) Luka gangren juga terjadi karena kurangnya dukungan dari keluarga untuk
mendukung penderita melakukan perawatan. Hasil penelitian dari Asni (2009)
menyatakan bahwa dari 97 pasien yang menderita DM dengan luka gangren terdapat hasil
43% pasien mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang penyakit luka gangren,
sedangkan 9,3% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit luka gangren dan
2,1% memiliki pengetahuan yang buruk mengenai luka gangren.

Penurunan kulitas hidup pada pasien Diabetes Melitus dengan luka ganggren dapat
dikarenakan sifat luka yang kronik, sehingga dapat berdampak pada pengobatan dan
terapi yang sedang dijalani (Rahmat, 2010). Mandagi (2010) mengatakan bahwa ada
beberapa faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Melitus
diantaranya adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, lama
menderita, dan komplikasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran mekanisme koping pasien luka diabetes melitus?
2. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping pasien luka
diabetes melitus?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping pasien luka
diabetes melitus dan mengidentifikasi faktor-faktor ( harapan self-efficacy, dukungan

5
sosial, optimisme, distress psikologis dan tingkat pengetahuan) yang berhubungan dengan
mekanisme koping pasien luka diabetes melitus.

1.4 Manfaat penelitian


Peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi untuk menambah
wawasan dan pengembangan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme
koping pasien luka diabetes melitus.

6
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan gangguan
keseimbangan antara karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kekurangan
insulin secara absolute maupun relative, sehingga menyebabkan terjadinya
hiperglikemia dan glukosuria. (Sjamsochidajat R, Wim DJ. Buku ajar ilmu bedah.
Jakarta: EGC; 2005)

Gangrene diabetik adalah gangrene yang dijumpai pada penderita diabetes


melitus, sedangkan gangrene adalah kematian jaringan karena obstruksi pembuluh
darah yang memberikan nutrisi ke jaringan tersebut dan merupakan salah satu bentuk
komplikasi dari penyakit diabetes melitus. Gangrene diabetik dapat terjadi pada setiap
bagian tubuh yang terendah terutama pada ekstremitas bawah. Diabetes mellitus
dalam waktu yang lanjut akan menyebabkan komplikasi angiopathy dan neuropathy
yang merupakan penyebab dasar terjadinya gangrene.( Azhari H. Makalah diabetes
melitus. Cirebon: RS Gunung Jati; 2002.)

Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan


herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
(Askandar, 2000).

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001).

7
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman
dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar
di tungkai. (Askandar, 2001).

2.2. Tanda-tanda Terjadi Gangguan pada Kaki


Kaki adalah bagian paling sensitif pada penderita diabetes melitus. Tanda-tanda terjadi
gangguan pada kaki:
1. Angiopati
Penderita penyakit diabetes mellitus pada umumnya mengalami angiopati perifer atau
gangguan sirkulasi darah pada bagian ujung/tepi tubuh yang lazim disebut dengan
angiopati diabetik. Peredaran darah kurang lancar karena darah terlalu kental, banyak
mengandung gula. Penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang
utama), sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki).

2. Neuropati
Gejala neuropati ini paling terasa pada tungkai bawah dan kaki sebelah kanan dan kiri.
Yang paling menyiksa dapat meyebabkan nyeri berdenyut terusmenerus. Pasien tidak
menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya.
Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma misalnya kemasukan pasir,
tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras.
Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka
akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren.

3. Paraestesi
Kurang rasa atau kesemutan pada ujung anggota tubuh tangan dan kaki yang berisiko
terjadi luka pada ujung kaki tanpa terasa dan berakhir dengan gangren.

4. Anastesi (tidak berasa)


Rasa tebal terjadi di telapak kaki, penderita merasa seperti berjalan di atas kasur.

5. Gangguan imunologi
Daya tahan tubuh pasien diabetes melitus menurun, mudah infeksi pada luka dan
terserang penyakit.
8
2.3. Kaki Diabetik

Kaki Diabetik adalah kelainan yang terjadi pada penderita diabetes melitus. Faktor
utama yang mempengaruhi terbentuknya kaki diabetik merupakan kombinasi neuropati
otonom dan neuropati somatik, insufisiensi vaskuler serta infeksi. Penderita kaki diabetik
yang berada di rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak dirasakan
oleh penderita. Gambaran klinik kaki diabetik dapat digolongkan sebagai kaki neuoropati
dan kaki iskemia. Kaki neuoropati terjadi kerusakan saraf somatik, baik sensoris maupun
motorik serta saraf otonom, tetapi sirkulasi masih utuh. Neuropati menghambat impul
rangsangan dan memutus jaringan komunikasi dalam tubuh. Neuropati sensoris
memberikan gejala berupa keluhan kaki kesemutan dan kurang rasa terutama di daerah
ujung kaki. Neuropati motorik ditandai dengan kelemahan otot, atropi otot, mudah lelah,
deformitas ibu jari dan sulit mengatur keseimbangan tubuh. Pada kaki neuropati kaki
masih teraba hangat, denyut nadi teraba, reflek fisiologi menurun dan kulit menjadi
kering, dan penyembuhan yang lama bila terjadi luka. Kaki iskemia ditandai dengan
berkurangnya suplai darah. Namun pada keadaan ini sudah ada kelainan neuropati pada
berbagai stadium. Pasien mengeluh nyeri tungkai bila berdiri, berjalan atau saat
melaksanakan aktivitas fisik lain. Kesakitan juga dapat terjadi pada arcus pedis saat
istirahat atau malam hari. Pada pemeriksaan terlihat perobahan warna kulit jadi pucat,
tipis dan berkilat atau warna kebiruan. Kaki teraba dingin dan nadi poplitea atau tibialis
posterior sulit di raba. Dapat ditemukan ulkus akibat tekanan lokal. Ulkusnya sukar
sembuh dan akhirnya menjadi gangrene.( Levin ME. Diabetic peripheral vascular
disease. Dalam: Rifkin H, Raskin P, Robert J, editor. Diabetes mellitus. Maryland: Brady
Company; 2010.)

Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam lima derajat
menurut Wagner. Pada derajat 0 kulit utuh, tetapi ada kelainan bentuk kaki akibat
neuropati. Pada derajat 1 terdapat ulkus superficial, derajat 2 ulkus lebih dalam, dan

9
derajat 3 ulkus dalam disertai abses dengan kemungkinan selulitis dan/atau osteomielitis.
Pada derajat 4 terjadi gangrene jari dan derajat 5 gangrene kaki.( Sjamsochidajat R, Wim
DJ. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC; 2005.)

Berdasarkan jenis gangrene gejalanya dibedakan:


1. Gangrene kering
Gangrene kering akan dijumpai adanya gejala permulaan berupa nyeri pada daerah yang
bersangkutan, daerah menjadi pucat, kebiruan dan bebercak ungu. lama– kelamaan
daerah tersebut berwarna hitam. Tidak teraba denyut nadi (tidak selalu). Bila diraba
terasa kering dan dingin. Ganggren berbatas tegas. Rasa nyeri/sakit lambat laun
berkurang dan akhirnya menghilang.15,16 Gangrene kering ini dapat lepas dari jaringan
yang utuh.

2. Gangrene basah
Gangrene basah akan dijumpai tanda seperti bengkak pada daerah lesi, terjadi dari
membrana basalis capiler. Mikroorganisme terbanyak yang ditemukan pada gangrene
diabetik adalah Klebsiella sp, Proteus mirabilis sp dan Staphylococcus aureus sp.

2.4. Manifestasi klinis


1. Umumnya pada derah kaki
2. Kelainan bentuk pada kaki : deformitas kaki
3. Berjalan yang kurang seimbang
4. Adanya fisura dan kering pada kulit
5. Pembentukan kalus pada area yang tertekan
6. Tekanan nadi pda area kaki kemungkinan normal
7. ABI (ankle brachial index )
8. Luka biasanya dalam dan berlubang
9. Sekeliling kulit dapat terjadi selulitis
10. Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri
11. Xerosis ( keringnya kulit kronik )
12. Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis
13. Eksudat yang tidak begitu banyak
14. Biasanya luka tampak merah. (Suriadi, 2007 dalam Purbianto, 2007)
10
2.5.Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinangenetik biasanya memegang peranan penting
pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM
yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan
sel beta melepas insulin.
2) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan
gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel
beta oleh virus.
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.

b. Gangren Kaki Diabetik


Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi
menjadi endogen dan faktor eksogen.
- Faktor endogen :
1) Genetik, metabolic
2) Angiopati diabetic
3) Neuropati diabetic
- Faktor eksogen :
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat

2.6. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
11
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut :
1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol
pada dinding pembuluh darah.
3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang
parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya
poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun
serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya proteintubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

a. Gangren Kaki Diabetik


Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia,
yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1) Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan
tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini
tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian
dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol
akan tertumpuk dalam sel/ jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan
perubahan fungsi.
2) Teori Glikosilasi
12
3) Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein,
terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein
membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro
vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan
dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan
infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer
akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorikakan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga
akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran
darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin,
nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat
asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (Levin,1993). Infeksi
sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan atau
pengobatan dari KD.

2.7. Klasifikasi
a. Diabetes Mellitus
1) DM Tipe I (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses autoimunyang
menyerang insulinnya. IDDM merupakan jenis DM yang diturunkan (inherited).

2) DM Tipe II (NIDDM)
Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor lingkungan. Seseorang
mempunyai risiko yang besar untuk menderita NIDDM jika orang tuanya adalah
penderita DM dan menganut gaya hidup yang salah.

3) DM Gestasional
13
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam keluarganya terdapat
anggota yang juga menderita DM. Faktor risikonya adalah kegemukan atau obesitas.

4) DM Sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain (pancreatitis,
kelainan hormonal, dan obat-obatan).

b. Gangren Kaki Diabetik


Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu :
- Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “claw,callus“.
- Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
- Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
- Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
- Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
- Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 (dua) golongan :
1) Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibatadanya makroangiopati
(arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat
- Pada perabaan terasa dingin
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat
- Didapatkan ulkus sampai gangrene

2) Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )


Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis
di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi
pembuluh darah kaki teraba baik.

2.8. Pemeriksaan Penunjang


14
a. Pemeriksaan Diagnostik
• Glukosa darah meningkat
• Asam lemak bebas meningkat
• Osmolalitas serum meningkat
• Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
• Ureum/kreatinin meningkat/normal
• Urine : gula + aseton positip
• Elektrolit : Na, K, fosfor

2.9. Pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua
jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau
( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++).

3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman.

2.10. Komplikasi
Komplikasi yang bias timbul oleh DM antara lain:
a. Gangren Kaki Diabetik
b. Neurophaty
c. Retinophaty
d. Nephrophaty
e. Chronic Heart Disease

Sedangkan komplikasi akibat gangren yakni :


a. Osteomyelitis
b. Sepsis
15
c. Kematian

2.11. Penatalaksanaan
a. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
1) Mencukupi semua unsure makanan essensial (misalnya vitamin dan mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan (BMI) yang sesuai.
Penghitungan BMI = BB(kg) / TB(m)2
BMI normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2
BMI normal pria = 20 – 24,9 kg/m2
3) Memenuhi kebutuhan energy
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar
glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

b. Olahraga
Olahraga atau latihan fisik dilakukan sebagai berikut:
- 5 – 10’ pemanasan
- 20 – 30’ latihan aerobic (75 – 80% denyut jantung maksimal)
- 15 – 20’ pendinginan

Namun sebaiknya dalam berolahraga juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


a. Jangan lakukan latihan fisik jika glukosa darah >250 mg/dL
b. Jika glukosa darah <100 mg/dLsebelum latihan, maka sebaiknya makan camilan
dahulu
c. Rekomendasi latihan bagi penderita dengan komplikasi disesuaikan dengan kondisinya
d. Latihan dilakukan 2 jam setelah makan
e. Pada klien dengan gangrene kaki diabetic, tidak dianjurkan untuk melakukan latihan
fisik yang terlalu berat

c. Pengobatan untuk gangren


1) Kering
16
a. Istirahat di tempat tidur
b. Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
c. Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi dengan indikasi yang
sangat jelas
d. Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat antiplatelet
agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)

2) Basah
a. Istirahat di tempat tidur
b. Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
c. Debridement
d. Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin
e. Beri “topical antibiotic”
f. Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum luas
g. Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik lain
h. Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat antiplatelet
agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)

3) Pembedahan
a. Amputasi segera
b. Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang dapat diambil
adalah amputasi atau skin/arterial graft

d. Obat
1) Obat Hipoglikemik Oral (OHD)
2) Insulin, dengan indikasi:
- Ketoasidosis, koma hiperosmolar, dan asidosis laktat
- DM dengan berat badan menurun secara cepat
- DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat, dll)
- DM gestasional
- DM tipe I
- Kegagalan pemakaian OHD

17
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Anamnnesa
a) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa,nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.

b) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

c) Riwayat kesehatan sekarang


Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

d) Riwayat kesehatan dahulu


Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lainnya yang ada kaitannya
dengan defesiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat
penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

18
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

f) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.

2) Pola kebutuhan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien ganggren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup
sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak ganggren sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan
untuk tidak mematuhi prosedure pengobatan dan perawatan yang lama,oleh
karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien

b) Pola nutrisi dan metabolisme


Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula
adarah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah
lelah. Keadaan tersebutdapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehtan penderita.

c) Pola eleminasi
Adanya hiperglekimia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan
pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine
(glukosuria). Pada eleminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

19
d) Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan
waktu tidur penderita mengalami perubahan.

e) Pola aktivitas dan latihan


Adanya luka ganggren dan kelemahan otot –otot pada tungkai bawah menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal,
penderita mudah mengalami kelelahan.

f) Pola hubungan dan peran


Luka ganggren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.

g) Pola sensori dan kognitif


Pasien dengan ganggren cenderung mengalami neuropati/mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

h) Pola persepsi dan konsep diri


Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang skar sembuh, lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga(sellf esteem).

i) Pola seksual dan reproduksi


Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh drah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks,gangguan kualitas maupunereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.

j) Pola mekanisme stress dan koping


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,perasaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa
20
marah, kecemasan,mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/
adaptif.

k) Pola tata nilai dan kepercayaan


Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki
tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.

3) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital.

b) Kepala dan leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,lensa mata keruh.

c) Sistem integument
Turgor kulitmenurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan ganggren, kemerahan pada kulit sekitar
luka.

d) System pernafasan
Ada sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.

e) System kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/ bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

21
f) System gastrointestinal
Terdapatpolifagia, polydipsia, mualmuntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

g) System urinaria
Polyuria, retensiourin, inkontenensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

h) System muskuloskletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat Lelah,
lemah dan nyeri adanya ganggren di ekstremitas.

2. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ganggren di ekstremitas
c. Gangguan mobiltas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka

3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan.
Noc : Kontrol nyeri.
Kriteria Hasil :
● Mengetahui faktor penyebab nyeri
● Mengetahui permulaan terjadinya nyeri
● Melaporkan control nyeri

Nic : Manajemen nyeri


● Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas,
keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri.
● Observasi ketidaknyamanan non verbal.
● Ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misalnya : relaksasi, terapi music, distraksi.
● Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai indikasi.

d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ganggren di ekstremitas

22
Noc : tissue integrity : skin and mucous membranes
Wound healing : primer dan sekunder.
Kriteria Hasil :
● Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature,
hidrasi, dan pigmentasi).
● Tidak ada luka / lesi pada kulit
● Perfusi jaringan yang baik
● Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami.
● Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

Nic : pressure management


● Observasi ekstremitas edema, ulserasi, kelembaban,
● Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan.
● Monitor warna kulit.
● Monitor temperature kulit.
● Monitor kulit pada daerah kerusakan dan kemerahan.
● Monitor infeksi dan edema.
● Jaga agar luka tetap lembab untuk membantu proses penyembuhan .

c. Gangguan mobiltas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka


Noc : Body mechanics performance
Kriteria Hasil :
● Menggunakan posisi duduk yang benar.
● Mempertahankan kekuatan otot.
● Mempertahankan fleksibilitas sendi.
Nic :
● Kaji keterbatasan gerak sendi
● Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama aktivitas.
● Lindungi pasien dari cedera selama melakukan aktivitas.
● Anjurkan klien untuk melakukan latihan range of motion secara aktif dan pasif jika
memungkinkan.
● Bantu klien ke posisi yang optimal untuk latihan rentang gerak.

23
4. Evaluasi.
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan.
S : Adanya nyeri dibagian ekstremitas .
O: Tampak meringis kesakitan terlihat rasa nyeri .
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ganggren di ekstremitas


S : Adanya luka ganggren di bagian ekstremitas.
O : Ada luka ulkus di ekstremitas.
A : Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.

c. Gangguan mobiltas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka


S : Tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
O : Tampak meringis kesakitan dan terlihat rasa nyeri pada area luka.
A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi .
P : Intervensi dilanjutkan .

DAFTAR PUSTAKA

24
Erin, D. (2015). Gangrene Diabetik pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Agromedicine, 2(4), 408-412.
Sjamsochidajat R, Wim DJ. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC; 2005
Azhari H. Makalah diabetes melitus. Cirebon: RS Gunung Jati; 2002.
Levin ME. Diabetic peripheral vascular disease. Dalam: Rifkin H, Raskin P, Robert J, editor.
Diabetes mellitus. Maryland: Brady Company; 2010.
Purbianto. Pengaruh madu dalam mempercepat proses penyembuhan ulkus diabetikum di
RSUD dr. H. Abdul moeloek Lampung. (Tesis). Lampung: Universitas Lampung. 2007.

25

Anda mungkin juga menyukai