Anda di halaman 1dari 109

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.

A
KHUSUSNYA TN. A DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA GANGGUAN
PENGLIHATAN : KATARAK DI WILAYAH DI RT 06 RW 02
KELURAHAN UTAN PANJANG KECAMATAN KEMAYORAN
JAKARTA PUSAT TANGGAL 02 – 08 MEI 2017

Disusun Oleh :
NADIYAH INTAN TIARA DEWI
2014750027

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdullilah kehadirat Allah S.W.T,


karena berkahNya dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada keluarga Tn.A
khususnya Tn.A dengan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan pada
gangguan sistem penglihatan katarak” dapat terselesaikan.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas wajib untuk
menyelesaikan program studi Diploma Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Allah S.W.T yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dengan rahmat dan
kasih sayangnya sehingga saya dapat mampu meyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
2. Bapak Dr.Muhammad Hadi , SKM.,M.Kep. selaku Dekan Falkutas ilmu
keperawatan UMJ.
3. Kepada Ns.Titin Sutini,M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka Prodi DIII keperawatan
FIK UMJ.
4. Kepada Bapak Drs. Dedi Muhdiana, Mkes selaku wali tingkat serta dosen
pembimbing yang selalu memberikan bantuan dan saran-saran yang berguna
dalam menyelesaikan Karya Tuis Ilmiah.
5. Dosen penguji Ns.Lily Herlinah,M.Kep.,Sp.Kep.Kom.
6. Kepada bapak/ibu Puskesmas serta kakak-kakak kelurahan Utan panjang dan
staff-staff yang telah memberikan doa-doa untuk menunjang karya tulis
ilmiah.
7. Kepada Bapak/Ibu Staf Program Studi DIII keperawatan FIK UMJ yang telah
memberikan bekal ilmunya selama penulis mengikuti proses perkuliahan.
8. Kepada kedua orang tua “M.jaelani saputra dan Dina sriandrijani “ yang amat
sangat saya cintai dan saya hormati yang telah memberikan moril, materil dan
selalu menjadi motivasi dan menjadi penyemangat kepada penulis.
9. Kepada adik saya Ilham syahir abdulaziz yang telah memberikan semangat
dan doa kepada penulis.
10. Tim karya tulis ilmiah keperawatan keluarga “Mariyatul qibtiyah, Nur
fatkhaturohmah, euis oktaviani putri, siti chalimah, Gina irfany mufidah,
Andini ulfiyah rahmat.
11. Terima kasih kepada “M.amir faysal” yang telah memberikan motivasi serta
do’a dan tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah dan selalu
mendampingi penulis dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
12. Sahabat-sahabatku tercinta Ranny dwi hardiyanti, Mariyatul qibtiyah, Nur
fatkhaturohmah, Asri nurul falah, aisyah rahmawati, isti dan Selly yang selalu
memberikan dukungan dari awal hingga tersusunnya karya tulis ini.
13. Kawan seperjuangan angkatan 32 program studi DIII keperawatan FIK UMJ
yang telah memberikan banyak kesan selama 3 tahun ini.SUKSES BUAT
KITA SEMUA !!!

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini terdapat beberapa kekurangan
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran
demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Jakarta, 7 Juni 2017

(Penulis)
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………………..i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………..ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….v

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………….…1
B. TUJUAN PENULISAN……………………………………………………..4
1. Tujuan umum……………………………………………………………4
2. Tujuan khusus…………………………………………………………...4
C. Ruang lingkup……………………………………………………………….4
D. Metode penulisan……………………………………………………………4
E. Sistematika penulisan………………………………………………………..5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Masalah katarak


1. Pengertian……………………………………………………………..7
2. Etiologi………………………………………………………………..11
3. Klasifikasi……………………………………………………………..7
4. Patofisiologi…………………………………………………………..14
5. Tanda dan gejala………………………………………………………15
6. Komplikasi…………………………………………………………….53
7. Penatalaksanaan……………………………………………………….16
B. Pemenuhan kebutuhan
1. Kebutuhan keselamatan dan keamanan………………………………..18
2. Definisi………………………………………………………………...18
C. Asuhan keperawatan keluarga
1. Konsep keluarga…………………………………………………………20
A. Pengertian keluarga………………………………………………….20
B. Tipe
keluarga………………………………………………………………21
C. Struktur keluarga…………………………………………………….22
D. Peran keluarga……………………………………………………….24
E. Fungsi keluarga………………………………………………………29
F. Tahap perkembangan keluarga………………………………………29
G. Tugas perkembangan keluarga………………………………………30
2. Konsep proses keperawatan keluarga
A. Pengkajian keperawatan……………………………………………..37
B. Diagnosa keperawatan……………………………………………….66
C. Perencanaan keperawatan……………………………………………
D. Pelaksanaan keperawatan……………………………………………
E. Evaluasi keperawatan………………………………………………..77

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian keperawatan…………………………………………….81
B. Diagnosa keperawatan………………………………………………85
C. Perencanaan keperawatan…………………………………………...86
D. Pelaksanaan keperawatan…………………………………………...87
E. Evaluasi keperawatan……………………………………………….88

BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………………...89
B. SARAN……………………………………………………………...91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya. Biasanya kekeruhan lensa mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. (sidrata
ilyas.,2009).

Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak biasanya terjadi pada usia
lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. (Amin Huda
Nurarif.,2015)

Menurut hasil Riskesdas (2013) prevalensi katarak nasional adalah 5,5 % dengan
pravelensi tertinggi juga ditemukan di bali (11,0%), diikuti oleh DI Yogyakarta
(10,2%) dan Sulawesi selatan (9,4%). Pravelensi kekeruhan kornea terendah
dilaporkan papua barat (2,0%) diikuti DKI Jakarta (3,1%).

Katarak disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan, seperti merokok atau


bahan beracun lainnya. katarak bisa disebabkan oleh: penyakit keturunan
penuaan cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu
(misalnya kortikosteroid).

kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan
berwarna putih abu-abu. pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam
bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan
pada berbagai lokalisasi di lensa seperti kortek dan nukleus.
Peran keluarga terhadap penyakit katarak adalah dengan cara mengatur pola
makan klien, memberikan tempat yang nyaman kepada klien karena klien dapat
terjatuh dari tempat yang licin maka keluarga memfasilitasi dengan memberikan
penyangga untuk klien berpegangan. Sementara dampak katarak bagi keluarga
dapat melalui faktor keturunan atau aspek genetik, cacat bawaan sejak lahir,
serta trauma (kecelakaan).

Adapun peran perawat adalah sebagai pendidik perawat memberikan


pengetahuan kepada klien dalam rangka meningkatkan kesehatan. tentang
tindakan keperawatan dan tindakan medik yang diterima. Sehingga klien atau
keluarga dapat bertanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Kedua
sebagai koordinator perawat mengkoordinir seluruh pelayanan keperawatan.
Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan. dan memberikan informasi dengan hal-hal yang terkait
dengan pelayanan keperawatan disarana kesehatan. ketiga sebagai pelaksana
dalam asuhan pelayanan keperawatan memberikan asuhan keperawatan secara
profesional yang meliputi treatment keperawatan, observasi penkes dan
menjalankan treatment medikal. Keempat sebagai pembaharu atau perubah,
perawat mengadakan inovasi agar klien atau keluarga mempunyai cara yang
benar dalam mengatasi masalah sehingga sikap dan tingkah laku menjadi
efektif. Serta meningkatkan keterampilan yang diperlukan untuk hidup yang
lebih sehat. Kelima sebagai advocat perawat berfungsi sebagai penghubung
antara klien dengan Tim kesehatan lainnya membela kepentingan klien dan
membantu klien agar memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang
diberikan oleh Tim perawat. Peran Advocat sekaligus mengharuskan perawat
membantu klien atau keluarga dalam mengambil keputusan berdasarkan
pemahaman informasi yang diberikan oleh perawat. Keenam sebagai konsultan
perawat sebagai mediator antara klien dengan profesi kesehatan lainnya. Peran
ini berkaitan dengan keberadaan perawat mendampingi klien selama 24 jam.
Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat untuk diberikan. Peran ini diberikan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Ketujuh
sebagai kolaborasi perawat berkerja sama dengan anggota tim kesehatan lain
dan keluarga dalam menentukan rencana atau pelaksana asuhan keperawatan.
Ke delapan sebagai pengelola perawat mengatur kegiatan, dalam upaya
mencapai tujuan yang di harapkan sehingga pasien dan perawat mendapatkan
kepuasan karena asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat mengelola
(merencanakan, mengorganisasi, menggerakan dan mengevaluasi ) pelayanan
keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dan menggunakan peran
serta aktif.

A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum.
Setelah perawat melakukan asuhan keperawatan kepada klien selama 5
hari diharapkan penulis dapat memberikan gambaran dan pengalaman
yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan
dasar keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar kepada
keluarga khusunya Tn.A dengan katarak melalui pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan/mendeskripsi hasil pengkajian kebutuhan dasar
klien dengan katarak.
b. Mampu menguraikan/mendeskripsikan masalah keperawatan
kebutuhan dasar klien dengan katarak.
c. Mampu menguraikan / mendeskripsikan rencana tindakan
keperawatan.
d. Mampu menguraikan / mendeskripsikan tindakan keperawatan
kebutuhan dasar klien dengan katarak.
B. Lingkup Masalah
Mengingat luasnya permasalahan gangguan penglihatan, khususnya
pada Tn.A dengan gangguan persepsi sensori : penglihatan di daerah
kelurahan utan panjang jalan Hjiung Rt.06 Rw.02.

C. Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi satu
kasus saja yaitu pada pasien katarak. Sedangkan cara mengumpulkan
data yang menulis data melalui:
a. Studi Litenatur
Dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan
penyakit untuk membandingkan teori dengan kasus yang ada.
b. Observasi
Yang melakukan pengamatan langsung kepada klien dengan
ganguan persepsi sensori : penglihatan.
c. Wawancara
Tanya jawab dengan pasien, keluarga pasien, tim kesehatan
lainya.
d. Dokumentasi
Dengan cara melihat dan mempelajari catatan medis dan Asuhan
keperawatan pasien sendiri.

D. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disuusun sistematika yang terdiri
dari 5 BAB yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN meliputi
Latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Menguraikan tentang konsep dasar katarak meliputi:
Pengertian, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
komplikasi, dan penatalaksanaan.
Konsep asuhan keperawatan keluarga meliputi:
Konsep keluarga meeliputi: pengertian, jenis/tipe keluarga,
struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga, tahap
perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga.
Konsep proses keperawatan keluarga meliputi:
(pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan).
BAB III : TINJAUAN KASUS
Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan keluarga dengan
katarak yang meliputi pengkajian, diagnoa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Menguraikan yang terjadi selama memberikan asuhan
keperawatan keluarga meliputi tahap, evaluasi, sekaligus
menganalisis masalah-masalah dan kesenjangan yang terjadi.
Kesenjangan kasus menguraikan tentang kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama melakukan asuhan keperawatan melalui
kegiatan observasi melakukan asuhan daan melakukan wawancara
guna keperuan pelaksana asuhan keperawatan.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan dan saran
pada hasil pembahasan dan penyampaian saran-sran yang
diperlukan untuk memperbaikan asuhan keperawatan keluarga
dengan katarak.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI KATARAK
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab
umum kehilangan pandangan secara bertahap (springhouse Co). derajad
disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan
densitas keburaman (Ns Indriana N. Istiqomah, S.Kep., 2012

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi
akibat kedua-duanya.dimana penglihataan seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh (Sidarta Ilyas., 2014).

B. KLASIFIKASI KATARAK
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1
tahun. bisanya kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan
lensa. katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita rubella, diabetes melitus, toksoplasmosis
hipoparatiroidisme, galaktosemia. tindakan pengobatan pada katarak
kongenital adalah operasi yang dilakukan bila refleks fundus tidak
tampak. Biasanya bila katarak bersifat total operasi dapat dilakukan pada
usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat melakukan pembiusan.
2. Katarak juvenile katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
Katarak juvenile biasanya merupakan penyullit penyakit sistemik, ataupun
metabolik dan penyakit lainnya yang meliputi : katarak diabetik dan
galaktosemik (gula) katarak hipokalsemik (tetanik) katarak defisiensi gizi
katarak aminoasiduria penyakit wilson dan katarak yang berhubungan
dengan penyakit metabolik lain.

3. Katarak senil, katarak setelah 50 tahun penyebabnya sampai sekarang


tidak diketahui secara pasti. Menurut konsep penuaan jaringan embrio
manusia dapat membelah diri 50 kali kemudian mati. Imunologis dengan
bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan pada sel. menurut teori “Across-link” ahli biokimia mengatakan
terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga
mengganggu perubahan lensa pada usia lanjut. Kekeruhan lensa dengan
nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya terjadi pada usia
60 tahun.

4. Katarak rubela, terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral


dengan perifer jernih seperti mutiara atau kekeruhan di luar nuclear yaitu
korteks anterior dan posterior total. Mekanisme terjadinya tidak jelas akan
tetapi diketahui bahwa rubel dapat dengan mudah melalui barier plasenta.
Visus ini dapat masuk atau terjepit di dalam vesikel lensa dan bertahan di
dalam lensa sampai 3 tahun.

5. katarak dapat dibedakan menjadi :


a. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam. Ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monocular). Penyebab kataarak ini antara lain karena sinar –
x.Radioaktifdan benda asing.
b. Katarak toksik
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu, selain itu katarak ini juga dapat terjadi karena
penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.

6. Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan.


Katarak pada dewasa di kelompokan menjadi :
a. Katarak imatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih.
b. Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruh, kekeruhan ini bisa terjadi
akibat deposisi ion Ca yang menyeuruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh
lensa yang akan mengakibatkan klasifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran kedalam normal kembali tidak terdapat iris negatif.
c. Katarak hipermatur : bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur
mata lainnya. banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan
penglihatan yang ringan dan tidak sadar bahwa mereka menderita katarak.
Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa
adang-kadang pengerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai
dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks
lensa karena lebih berat.
d. Katarak Brunesen : katarak yang berwarna coklat sampai hitam (kataraak
nigra) terutama pada nucleus lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien
diabetes mellitus dan myopia tinggi.biasanya terdapat pada orang berusia
lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal
posterior. Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan yang
dilakukan apabila penglihatan yang tajam sudah menurun sedemikian
rupa sehingga mengganggu perkerjaan sehari-hari.

e. Katarak komplikata.
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel
lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan
lensa. Katarak koplikata dapat terjadi akibat kelainan sistematik yang
akan mengenai kedua mata.
1) Katarak akibat kelainan sistematik
Penyakit sistematik akan mengenai kedua mata, seperti :

a) Diabetes melitus, akan menyebabkan katarak pada kedua mata dengan


bentuk yang khusus seperti terdapatnya tebaran kapas atau salju di dalam
bahan lensa. Kekeruhan lensa dapat berjalan progresif sehingga terjadi
gangguan penglihatan yang berat. Katarak diabetes merupakan katarak
yang dapat terjadi pada oramg muda akibat terjadinya gangguan
keseimbangan cairan di dalam badan kaca atau tubuh secara akut.

b) Hipoparatirodisme, akan menyebabkan kekeruhan pada lensa dengan


bentuk katarak kortikal posterior pada kedua mata, katarak ini terjadi
akibat gangguan fungsi paratiroid, berjalan progresif lambat dan
mengenai seluruh lensa. Kekeruhan akibat hipoparatiroid ini dapat di
cegah dengan hormone paratiroid dan kalsium.

2) Katarak akibat kelainan lokal.


a) Uneitis, akan menimbulkan katarak kortikal posterior dan katarak pada
tempat terjadinya senekia anterior.
b) Glukoma, dimana pada keadaan tekanan bola mata sangat tinggi, maka
akan terjadi gangguan permiabilitas kapsul lensa sehingga tetjadi
kekeruhan lensa berupa titik titik yang tersebar dibawah kapsul anterior
atau terjadi katarak pungtataa disiminata subkapsular anterior yan disebut
sebagai katarak Vogt.

c) Katarak Sekunder
Pada tindakan bedah lensa dimana terjadi radang yang terakhir dengan
terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal maka keadaan ini
disebut sebagai katarak sekunder. Tindakan bedah lensa yang dapat
menimbulkan katarak sekunder ada sisas disisio lentis, ekstraksi linier dan
ekstraksi lensa ekstra kapsulara, pada sekunder yang menghambat
masuknya sinar ke dalam, bola mata atau mengakibatkan turunnya tajam
pengelihatan, maka dilakukan disisio lentis sekunder (kapsulotomi) pada
katarak sekunder tersebut.

d) Katarak Traumatik
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam.
yang menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik
dilakukan setelah mata tentang akibat trauma tersebut. Bila pecahnya
kapsul mengakibatkan gejala radang berat.

C. ETIOLOGI KATARAK
Katarak biasanyaa terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan.
Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata
penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid).
Katarak kongenitas bisa disebabkan oleh Infeksi congenital, seperti
campak jerman yang berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti
galaktosemia. Adapun Faktor resiko terjadinya katarak kongenitas
meliputi :

1. Penyakit metabolik yang diturunkan.


2. Riwayat katarak dalam keluarga.
3. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
4. Merokok
5. Radang mata dan trauma mata
6. Terpajan banyak sinar ultraviolet (matahari)

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi katarak meliputi :


1. Umur
Umur adalah yang dihitung mulai dilahirkan sampai meninggal
sedangkan umur adalah lamanya waktu hidup sejak dilahirkan.

2. Pengaruh umur terhadap katarak.


Penyakit katarak tidak menimbulkan gejala rasa sakit tetapi
dapat mengganggu penglihatandan pengelihatan kabur sampai
menjadi buta.

Golongan usia menurut WHO


a. Lansia awal usia produktif 40-44 tahun.
b. Usia pertengahan (middle age ) adalah kelompok usia 45-
59 tahun.
c. Lanjut usia (old) adalah 90 tahun.
3. Jenis kelamin
Pengaruh jenis kelamin pada katarak
Kejadian pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria
karena padawanita terjadi monopouse. Saat itu biasanya ada
gangguan hormonal sehingga mengakibatkan jaringan tubuh
menjadi mudah rusak.

4. Merokok.
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atropi
ujung- ujung saraf pengecap mengurangi persepsi rasa selain
itu pasien yang memiliki kebiasaan merokok dapat
mengakibatkan katarak karena pengaruh dari asap rokok yang
dapat merusak mata.

5. Perkerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitanya dengan paparan sinar
matahari.sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, akan
diserap oleh protein lensa dan kemudian akan menimbulkan
reaksi fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas atau sposis
oksigen yang bersifat sangat reaktif. Reaksi tersebut akan
mempengaruhi struktur protein lensa ,selanjutnya
menyebabkan kekeruhan lensa yang disebut katarak.
D. PATOFISIOLOGI
Katarak

Usia : Penuaan Penyakit sistemik : DM

Daya akomodasi Lensa secara Konteks Kadar glukosa Ketidak


lensa terganggu bertahap kehilangan memproduksi darah seimbangan
air serat lensa meninggkat metabolisme
protein lensa
Pupil kontriksi Metabolisme larut Serbitol menetap
Serat lensa
air dengan DM dalam lensa Protein dalam
ditekan menuju
rendah masuk ke sel serabut-serabut
sentral
Sinar tidak tertampung pada nucleus lensa lensa dibawah
Mata buram
banyak pada siang hari kapsul
Distensi lensa seperti kaca susu
mengalami
Korteks lensa >
deturasi
Blurres vision terhidrasi Blocking sinar
daripada nucleus Hilangnya yang masuk
lensa transparansi kekornea Protein lensa
Pandangan< jelas lensa berkoagulasi
pada malam hari Bayangan semua
Lensa menjadi
cembung irir Kekeruhan lensa yang sampai
terdorong keretina
kedepan Sinar terpantul
kembali Otak Protein lensa
Aliran COA mempresentasik tertutup disertai
tidak lancar an sebagai dengan influx air
Bayangan idak
bayangan kelensa
sampai retina
Tio meningkat berkabut

Serabut lensa
Pandangan <
Komlikasi Pandangan kabur yang tegang
jelas pada
glaukoma menjadi patah
malam hari
Membantu
Transmisi sinar
Resiko cidera ketakutan daerah keruh
terganggu
resiko infeksi menggantikan
serabut-serabut
Gangguan protein Menghambat
persepsi
jalan cahaya
sensorik :
Mata berair keretina
penglihatan

Pandangan
berkabut

Resiko terjatuh
E. MANISFESTASI KLINIS KATARAK
Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang di akibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak tampak dengan
oftalmoskop. Sehingga memiliki beberapa tanda yang meliputi :
1. penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur,
buram. Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau
seperti asap.
2. Kesulitan melihat ketika malam hari.
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca
atau beraktifitas lainnya.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah
tidak nyaman
7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat
misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8. Jika melihat dengan hanya dengan satu mata, bayangan benda atau
cahaya terlihat ganda.(Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma., 2015).

F. KOMPLIKASI
Adapun umumnya komplikasi yang terjadi pada penderita katarak adalah
sebagai berikut :
1. Kehilangan penglihatan total
2. Penurunan cairan vitreus
3. Dehisens luka
4. Hivema
5. Glukoma yang menyumbat pupil
6. Ablasio retina
7. Infeksi

G. Pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan diagnostik.
Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan dan sentral
pengelihatan) kemungkinan terganggu dengan kerusakan kornea lensa
atau viterus atau penyakit sistem syaraf dan jalan optik.
a. Lapang pengelihatan : penurunan disebabkan oleh masa tumor pada
hipofisis otak atau gloukoma.
b. Pemeriksaan oftalmoskopi mengkaji struktur internal okuler mencatat
atrofi lempeng optik pendarahan retina dan pemeriksaan belahan
lampu dan memastikan diagnosa katarak.
c. GDS nilai normal70 – 120 mg/dl
d. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
e. A-scan ultrasound (echoography)
f. Hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat dignostik. Bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.
g. EKG kolesterol serum lipid.

H. Penatalaksanaan
1. Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih
tetap dengan pembedahan. (Vaughan DG & arif,mansjoer)
2. Penatalaksanaan non bedah meliputi :
a. Terapi penyebab katarak
pengontrolan diabetes militus, menghentikan konsumsi obat-obatan
yang bersifat kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotsin, dan
miotik kuat menghindari iradiasi (inframerah atau sinar -x) dapat
memperlambat atau mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
b. Memperlambat progresifitas
Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipient dan
imatur.
1) Refraksi dapat berubah sangat cepat, sehingga harus dikoreksi.
2) Pengaturan pencahayaan, pasien dengan kekeruhan di bagian
perifer lensa (area pupil masih jernih) dapat diintruksikan
menggunakan pencahayaan yang terang. Berbeda dengan
kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang yang
ditempatkan disamping dan sedikit di belakang kepala pasien
akan memberikan hasil terbaik.
3) Penggunaan kacamata gelap: pada pasien kekeruhan lensa di
bagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan
nyaman apabila beraktifitas diluar ruangan.
4) Midriatil dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada
lataral aksial dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti
fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat memberikan
penglihatan yang jelas.
5) Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipen
dan imatur , refraksi dapat berubah sangat cepat sehingga harus
dikoreksi. (Amin Huda Nurarif, 2015).
c. Konsep dasar kebutuhan keselamatan dan keamanan.
Teori konsep kebutuhan dasar manusia.
Menurut pendapat beberapa ahli.
1. Abraham maslow.
Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara
memuaskan melalui proses homosietas, baik fisiologis maupun
psikologis. Adapun kebutuhan adalah suatu hal yang sangat
penting, bermanfaat atau yang sangat diperlukan untuk menjaga
kehidupan itu sendiri yang meliputi :
Salah satunya kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety
security needs). Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang
dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis,
maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi
a. kebutuhan perlindungan dari udara dingin, panas, kecelakaan,
dan infeksi
b. bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru
atau asing.

Konsep keselamatan dan keamanan terkait dengan kemampuan


seseorang menghindari bahaya, yang ditentukan oleh
pengetahuan dan kesadaran serta motivasi orang tersebut untuk
melakukan tindakan pencegahan (Nancy Roper,2002).

Definisi.

Keselamatan (safety) adalah kondisi ketika individu,


kelompok, atau masyarakat terhindar dari segala bentuk
ancaman atau bahaya. Sedangkan keamanan (security) adalah
kondisi aman dan tentram, bebas dari ancaman atau penyakit.
Untuk mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja
area sensori motorik yang baik pada korteks serebri.

Faktor yang mempengaruhi keselamatan dan keamanan

1. faktor usia
Lansia pada umumnya akan mengalami penurunan sejimlah
fungsi organ yang dapat menghambat kemampuan mereka
untuk melindungi diri, salah satunya adalah kemampuan
persepsi sensorik.
2. Faktor perubahan persepsi sensorik.
Individu yang mengalami gangguan persepsi sensorik
(penglihatan) berisiko tinggi mengalami cedera.
Pada gangguan penglihatan dapat dicegah dengan memberikan
penerangan, menjauhkan klien dari paparan benda tajam yang
dapat menciderai klien, memasangkan pegangan pada sisi
rumah agar memudahkan klien untuk beraktifitas, menghindari
lantai yang licin. (Ns. Nurul chayatin, S Kep.,2008)

1. Pendidikan kesehatan

Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan katarak


adalah pendidikan kesehatan beberapa hal yang perlu
disampaikan pada pasien diabetes melitus adalah :

a. Penyakit katarak (pengertian tanda dan gejala penyebab


patofisiologi dan test diagnosis.)
b. Mengubah pola kebiasaan pasien yang dapat berdampak
bagi kesehatan matanya.
c. Pencegahan terhadap komplikasi yang disebabkan oleh
katarak.
d. Memanagement makanan yang baik untuk penderita
katarak dan apa saja yang harus penderita hindari.
e. Melakukan perawatan mata secara mandiri dengan apa
yang sudah diajarkan oleh perawat.

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Konsep keluarga
a. Pengertian
Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya
tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan, atau ikatan lain.
Mereka hidup bersama dalam satu rumah,dibawah asuhan seorang kepala
keluarga dan makan dari satu periuk. (sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI
1993).

Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak
memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut
kedalam satu keluarga. (Whall 1986).

Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam


perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu
rumah. (Friedman 1998).

Dari 3 definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa keluarga adalah suatu


kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu
kesatuan unit masyarakat yang hidup bersama. Yang dicirikan oleh istilah
khusus yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki hubungan darah
atau hukum yang mencirikan orang tersebut dalam satu keluarga.
b. Tipe keluarga
Menurut Allender & Spradley, membagi tipe keluarga berdasarkan:
Keluarga tradisonal
1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak kandung atau anak angkat.
2) Keuarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,misalnya kakek, nenek,
paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
5) Keluarga usia lanjut yaitu rumah taangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.

Keluarga non tradisional


1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orang tua (ayah / ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homosseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.

c. Struktur keluarga
Struktur di dasari oleh organisasi meliputi keanggotaan dan pola
hubungan yang terus menerus. (Friedman, Bowden, & Jones, 2003
didalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga, 2012) membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu pola komunikasi, peran keluarga,
nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.
2) Pola komunikasi kelurga
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam
komponen komunikasi seperti sender, chanel-media, message,
environment, dan receiver.Komunikasi dalam keluarga dapat
berupa komunikasi secara emonisional, komunikasi verbal, dan non
verbal, komunikasi sirkular.Komunikasi emosional memungkinkan
setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan
seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota
keluarga.Pada komunikasi verbal individu dalam keluarga dapat
mengungkapkan sesuatu yang diinginkan melalui kata-kata yang
dapat diiringi dengan ada nya komunikasi non verbal yang dapat
berupa gerakan tubuh dalam penekanan sesuatu hal yang
diucapkannya dalam keluarga. Komunikasi sirkular mencakup
sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya apabila
istri marah pada suami, maka suami akan melakukan klarifikasi
kepada istri tentang sesuatu yang membuat istri marah kepada
suami.

3) Pola peran keluarga


Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan sehingga pada struktur peran bisa
bersifat formal atau informal.Posisi atau status dalam keluarga
adalah posisi individu dalam kelarga yang dapat dipandang oleh
masyarakat sebagai istri, suami atau anak. Peran formal disalam
keluarga merupakan kesepakatan bersama yang dibentuk dalam
suatu norma keluarga. Peran didalam keluarga menunjukan pola
tingkah laku dari semua anggota didalam keluarga.Peran dalam
keluarga merupakan pola tingkah laku yang konsisten terhadap
suatu situasi didalam keluarga yang terjadi akibat interaksi diantara
anggota keluarga, seperti menyapu, membersihkan rumah.Peran
didalam keluarga sekarang ini mengalami perubahan.Peran didalam
keluarga juga dapat terjadi peran ganda sehingga anggota keluarga
dapat menyesuaikan peran tersebut.Peran didalam keluarga dapat
fleksibel sehingga anggota keluarga dapat beradaptsi terhadap
perubahan yang terjadi.

4). Pola norma dan nilai keluarga


Nilai merupakan persepsi seseorang tentang sesuatu hal apakah
baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang
dilakukan manusia, berrasal dari nilai budaya terkait. Norma
berasal dari niai budaya terkait.Norma mengarah sesuai dengan
nilai yang dianut oleh masyarakat, dimana norma-norma dipelajari
sejak kecil. Persepsi seseorang tentang nilai dipengaruhi nilai. Nilai
mengarahkan respon seseorang terhadap nilai orang lain. Nilai
merefleksikan identitas seseorang sebagai bentuk dasar evaluasi
diri. Nilai memberikan dasar untuk posisi seseorang pada berbagai
issue personal, professional, sosial, politik. Nilai merupakan
perilaku motifasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan
pengetahuan.Nilai-nilai merupakan tujuan dari keperilakuan
individu.Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan
harga diri.Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan
yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga
dalam suatu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman
perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
a) Pola kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial atau aktual)
dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk
merubah perilaku orang lain kearah positif, tipe struktur kekuatan
dalam keluarga antara lain : legitimate power/authority (hak untuk
mengontrol) seperti orangtua terhadap anak, referent power
(seseorang yang ditiru), resource or expert power (pendapat, ahli
dan lain-lain), reward power (pengaruh kekuatan karena adanya
harapan yang diterima), coercive power (pengaruh yang dipaksakan
sesuai keinginannya), informational power (pengaruh yang dilalui
melalui keinginannya), informational power (pengaruh yang dilalui
melalui persuasi), affective power (pengaruh yang diberikan
melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan sexual).
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses
dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti konsesus,
tawar menawar atau akomodasi, kompromi atau de facto, dan
paksaan.

d. Peran keluarga
1) Peran-peran formal keluarga
Peran formal bersifat ekplisit. Peran formal keluarga adalah:
a) Peran parental dan perkawinan
(Nye dan Gecas 1976 didalam buku ajar keperawatan keluarga
2012) telah mengedintifikasikan enam peran dasar yang
membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu. Peran
tersebut adalah : peran provider/penyedia peran pengatur rumah
tangga peran perawatan anak peran sosialisasi anak peranrekreasi
peran persaudaraan peran terapeutik atau memenuhi kebutuhan
efektif dari pasangan.
b) Peran anak
Peran anak adalah melaksanakan tugas perkembangan dan
pertumbuhan fisik psikis sosial.
c) Peran kakek/nenek
Peran kakek nenek dalam keluarga adalah semata-mata hadir
dalam keluarga pengawal atau menjaga dan melindungi jika
diperlukan menjadi hakim negosiasi antara anak dan orang tua
menjadi partisipan aktif menciptakan keterkaitan antara masa lalu
dengan sekarang serta masa yang akan datang.
d) Peran informal keluarga
Peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak
kepermukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan emosional individu (Satir, 1967 didalam Buku Ajar
Kepetawatan Keluarga, 2012) dan untuk menjaga keseimbangan
dalam keluarga. Keberadaan peran informal penting bagi tuntutan-
tuntutan integrative dan adaktif kelompok keluarga:
1) Pendorong
Pendorong memuji setuju dan menerima kontribusi dari orang
lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka
penting dan bernilai untuk didengar.
2) Pengharmonis
Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat diantara
para anggota menghibur menyatukan kembali perbedaan
pendapat.

3) Inisiator-konstributor
Insiator-konstributor mengemukakan dan mengajukan ide-ide
baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan
dalam kelompok.
4) Pendamai
Pendamai merupakan salah satu bagian dari konflik dan
ketidak sepakatan pendamai menyatakan posisinya dan
mengakui kesalahannya atau menawarkanpenyelesaian
“setengah jalan”.

5) Penghalang
Penghalang cenderung negatif terhadap semua ide yang ditolak
tanpa alasan.

6) Dominator
Dominator cenderung memaksakan kekuasaan atau
superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok tertentu
dan membanggakan kekuasaannya dan bertindak seakan-akan
ia mengetahui segala-galanya dan tampil sempurna.

7) Penyalah
Peran ini sama seperti penghalang dan dominator. Penyalah
adalah seorang yang suka mencari tahu kesalahan, dan bersikap
diktator.

8) Pengikut
Seorang pengikut terus menggerakan dari kelompok, menerima
ide-ide dari orang lain kurang lebih secara pasif, tampil sebagai
pendengar dalam diskusi kelompok dan keputusan kelompok.

9) Pencari pengakuan
Pencari pengakuan berupaya mencari cara apa saja yang tepat
untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri, perbuatannya,
prestasi, dan masalah-masalahnya.
10) Martir
Martir tidak menginginkan apa saja untuk dirinya, ia hanya
berkorban anggota keluarga.

11) Keras hati


Orang yang menginginkan peran ini mengumbar terus menerus
dan aktif tentang semua hal yang benar, tidak bedanya dengan
sebuah computer.

12) Sahabat
Sahabat seorang teman bermain keluarga yang mengikuti
kehendak pribadi dan memaafkan perilaku keluarga tingkah
lakunya sendiri tanpa melihat konsekuensinya. Nampak ia
tidak selalu relevan.

13) Kambing hitam keluarga


Kambing hitam keluarga adalah masalah anggota keluaraga
yang yang telah didefinisikan dalam keluarga. sebagai orban
atau tempat pelampiasan ketegangan dan rasa bermusuhan,
baik secara jelas maupun tidak. Kambing hitam berfungsi
sebagai tempat penyaluran.

14) Penghibur
Penghibur senantiasa mengagumkan dan mencoba
menyenangkan tidak pernah tidak setuju, ia termasuk yang
selalu mengiyakan.
15) Perawat keluarga
Perawat keluarga adalah orang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkan.

16) Pioneer keluarga


Pioner keluarga membawa keluarga pindah kesuatau wilayah
asing, dan dalam pengalaman baru.

17) Distraktor dan orang yang tidak relevan


Distraktor bersifat tidak relevan, dengan menunjukan perilaku
yang menarik perhatian, ia membantu keluarga menghindari
atau melupakan persoalan-persoalan yang menyedihkan dan
sulit.

18) Koordinator keluarga


Koordinator keluarga mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, yang berfungsi mengangkat
keterkaitan/keakraban dan memerangi kepedihan.

19) Penghubung keluarga


Perantara keluarga adalah penghubung, ia (biasanya ibu)
mengirim dan memonitor komunikasi dalam keluarga.

20) Saksi
Peran dan saksi sama dengan pengikut kecuali dalam beberapa
hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati, tidak melibatkan
diri.
e. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurutt friedman, Bowden dan Jones 2003 (dalam Buku
Keperawatan Keluarga, 2012) dibagi menjadi lima yaitu :
1) Fungsi afektif dan koping: keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk
identitas dan mempertahankan saat terjadi stres.
2) Fungsi sosialisasi: keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping: memberikan
feedback dan memberikan petunjuk dalam pemecahan
masalah.
3) Fungsi reproduksi: keluarga melahirkan anaknya
4) Fungsi ekonomi: keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarganya dan kepentingan di masyarakat.
5) Fungsi fisik atau keperawatan kesehatan: keluarga memberikan
keamanan, kenyamanan lingkungan yang di butuhkan untuk
pertunbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk
penyembuhan dari sakit.

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengertian
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan keluarga merupakan suatu tahapan dimana
perawat mengambil informasi dengan pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapt diketahui
kebutuhan keluarga yang dibinanya. Metode yang dapat digunakan
perawat dalam pengkajian keluarga diantaranya wawancara, observasi
fasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga,
measurement dari data sekunder (kartu keluaga, hasil lab, papsmear,
dan sebagainya).
b. Model pengkajian
Friedman menguraikan beberapa hal yang dapat dikaji dalam keluarga
binaan .Pengkajian ditekankan pada pengkajian keluarga seutuhnya dan
pengkajian terhadap anggota keluarga. Beberapa hal yang dikaji dalam
keluarga antara lain data sosial budaya, data lingkungan, struktur dan
fungsi keluarga. Pengkajian terhadap anggota keluaga ditekankan pada
aspek fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual.

c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenal individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan
dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggung jawab melaksnakannya. Diagnosa keperawatan keluarga
dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap
perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga,
fungsi-fungsi keluarga, dan koping keluarga, baik yang bersifat actual,
resiko maupun sejahtera dimana perawat mmiliki kewenangan dan
tanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan keperawatan
bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan
sumberdaya keluarga.

Diagnosis keperawatan keluarga diangkat setekah stressor mengenai


garis pertahanan keluaga baik garis pertahanan fleksibel, garis
pertahanan normal, dan garis pertahanan resisten. Stressor-stresor
tersebut akan mempengaruhi tahap perkembangan keluarga, lingkungan
keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga
setiap garis pertahanan yang ada dalam keluarga. Diagnosa
keperawatan dapat bersifat actual, resiko maupun sejahtera tergantung
dari garis pertahanan dalam keluarga yang terdapat stressor baik sehat
maupun sakit.

Tipologi atau sifat dari diagnosa keperawatan kelurga adalah actual,


resiko, dan sejahtera.Tipologi diagnosa keperawatan keluarga bersifat
actual berarti terjadi defisit/gangguan kesehatan dalam keluarga dan
dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan.Diagnosa keperawatan keluaga bersifat resiko
(ancaman kesehatan) berarti sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah yang kurang
bersih atau pola makan tidak adekuat.Diagnosa keperawatan keluarga
bersifat keadaan sejahtera (wellness) merupakan suarau keadaan
dimana keluarga dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu
ditingkatkan. (Susanto. 2012)

d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan
yang ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga
untuk dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang telah diidentifikasi dapat diselesaikan.Kualitas
rencana keperawatan keluarga sebaiknya berdasarkan masalah yang
jelas, harus realitas, sesuai dengan tujuan, dibuat secara tertulis, dan
dibuat bersama keluarga. Dalam perencanaan keperawatan keluarga ada
beberapa hal yang harus dilakukan perawat keluarga yaitu : penyusun
tujuan, mengidentifikasi sumber-sumber, mengidentifikasikan
pendekatan alternatif, memilih intervensi perawatan, dan penyusunan
prioritas.
1) Menetapkan prioritas masalah keperawatan
Menetepkan prioritas masalah/diagnosa keperawatan kelurga adalah
dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari Bailon dan
Maglaya, 1978 dalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga 2012 :

Skala untuk menentukan prioritas asuhan keperawatan

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah
Skala :
3
Aktual
2 1
Resiko 1

Keadaan sejahtera/diagnosa sehat

2. Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala :
Mudah 2
Sebagaian 1 2
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah dirasakan dan harus segera 2
ditangani.
Ada masalah tetapi tudak harus 1 1
ditangani.
Masalah tidak dirasakan. 0

Skoring :
a. Tentukan skore untuk setiap kriteria
b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah
dengan bobot

Skore
____________ X bobot
Angka tertinggi
c. Jumlahkanlah tujuan keperawatan
1. Menetapkan tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang dapat
dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi keperawatan
(mandiri) (Carpenito, 1988 dalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga
2012).Sasaran merupakan tujuan umum yang merupakan akhir yang
dituju dengan semua usaha.Tujuan merupakan pernyataan yang
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang
terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir
yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah
keperawatan (penyeselsaian satu diagnosa atau masalah) dan biasanya
berorientasi pada perubahan perilaku seperti pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Tujuan jangka pendek adalah merupakan hasil yang
diharapkan dari setiap akhir kegiatan yang dilakukan pada waktu
tertentu disesuaikan dengan penjabaran jangka panjang.
2) Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga
Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah dalam
menyusun alternative-alternatif dan mengidentifikasi sumber-
sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan mandiri,
sumber pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga.Dalam
setiap rencaa keperawatan perawat keluarga menetapkan aktifitas
untuk setiap tujuan keperawatan. Perawat keluarga merencanakan
kegiatan apa yang akan dilakukan, kapan, bagaimana melakukan,
siapa yang melakukan, dan berapa banyak yang akan dilakukan.

Intervensi keperawatan keluarga ditekankan pada penguatan garis


pertahanan keluarga karena keluarga merupakan suatu sistem.
Penguatan garis pertahanan keluarga pada model Neuman dengan
menekankan pada 3 tingkat pencegahan yaitu : pencegahan primer
untuk garis perthanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk garis
pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk garis pertahanan
resisten.

e. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluraga merupakan pelaksanaan dari
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun perawat bersama
keluarga.
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah (Friedman,2004 dalam Buku Ajar Keperawatan
Keluarga 2012) :
1) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat
dengan cara :
a) Diakui tentang konsekuensi tidak melakukan tindakan.
b) Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta
sumber yang dibutuhkan.

2) Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan


kebutuhan kesehatan dengan cara :
a) Memperluas infomasi keluarga.
b) Membantu untuk melihat dampak akibat situasi yang ada.
c) Hubungan kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga.
d) Dorong sikap emosi yang sehat menghadapi masalah.

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit,


dengan cara :
a) Mendemonstrasikan cara perawatan.
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4) Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis :


a) Meningkatkan hubungan yang terbuka dan dekat, meningkatkan
pola komunikasi/interaksi, meningkatkan peran dan tanggung
jawab.
b) Memilih intervensi keperawatan yang tepat.
c) Memilih metode kontak yang tepat : kunjungan rumah,
konferansi di klinik/puskesmas, pendekatan kelompok.

5) Membantu keluarga untk menemukan cara membuat lingkungan


menjadi sehat, dengan cara :
a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
6) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara :
a) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga.
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

f. Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi keperawata merupakan salah satu langkah dalam menilai
hasil asuhan yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang
dicapai berupa respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan
dengan indikator yang diterapkan. Hasil asuhan keperawatan dapat
diukur melalui:
a) Keadaan fisik.
b) Sikap/psikologis.
c) Pengetahuan atau kelakuan belajar, dan
d) Perilaku kesehatan.

2. Hasil evaluasi leperawatan keluarga akan menentukan apakah


keluarga sudah dapat dilepas dari pembinaan/asuhan pada tingkat
kemandirian yang diinginkan, atau masih perlu tindak lanjut. Bila
kunjungan berkelanjutan maka perlu dibuat catatan
perkembangannya.Jika tujuan tidak tercapai maka perlu dilihat. :
a) Apakah tujuan realitas.
b) Apakah tindakan sudah tepat, dan
c) Bagaimana faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi. (Susanto,
2012).
BAB III

TINJAUAN KASUS

pada bab ini penulis menguraikan satu kasus keluarga dengan masalah katarak pada
keluarga Tn.A di wilayah Kelurahan Utan panjang kecamatan kemayoran jakarta
pusat. Dalam proses pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara,
observasi, dalam pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga

laporan kasus pemenuhan dasar keamanan dan keselamatan pada keluarga Tn.A
khususnya Tn.A yang berada pada wilayah RT.06 RW.02 kelurahan Utan Panjang.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 2 Mei sampai dengan tanggal 8
Mei 2017 dengan melakukan kunjungan sebanyak 6 kali pertemuan. Pemenuhan
kebutuhan dasar keselamatan dan keamanan pada keluarga Tn.A dilakukan dengan
pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan, prioritas diagnosa keperawatan dengan tehknik
skoring perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN KELUARGA
1. IDENTITAS KELUARGA
a. Kepala keluarga
Nama keluarga : Tn.A
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 78 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak berkerja
Agama : Islam
Alamat : JL. Hjiung Rt.06 / Rw.02 kelurahan utan
panjang.
a. Komposisi anggota keluarga

NO Nama inisial Jenis Hubungan kk TTL / pendidikan Perkerjaan Ket


kelamin umur
Ny. S P Istri pertama 74 SD IRT Diabetes
1
Ny. B P Istri kedua 76 SD IRT Tidak ada
2
Ny. I P Anak 58 SMA Pegawai Tidak ada
3 swasta
Tn.D L Anak 54 SMA Pegawai Hipertensi
4 swasta
Ny.S P Anak 50 SMA Pegawai Tidak ada
5 swasta
Tn.A L Anak 45 SMA Serabutan Tidak ada
6
Ny.S P Anak 40 SMA Pegawai Tidak ada
7 swasta
Ny.E P Anak 51 SMA IRT Tidak ada
8

Ny.S P Anak 50 SMA IRT Tidak ada


9

Tn.A L Anak 52 SMA IRT Tidak ada


10

Ny.Y P Anak 56 SMA Karyawan Hipertensi


11 swasta
Ny.I P Anak 48 SMA Karyawan Tidak ada
12 swasta
Nn.I P Anak 17 SMA Pelajar Tidak ada
13
b. Genogram

Ny.s Tn.A Ny.J Tn.M

Tn.H Ny.B Ny.S


Tn.A

KATARAK

Nn.i

KETERANGAN

PEREMPUAN

LAKI-LAKI

BERCERAI
KLIEN

TINGGAL SERUMAH

MENIKAH

c. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.A adalah keluarga besar (reconstituted nuclear)
Tn.A tinggal di dalam satu rumah dengan istri keduanya yang
memiliki 1 orang anak yaitu Nn.I Tn.A juga tinggal dengan anak dari
perkawinan pertamanya yang berisikan 3 orang anak dan ke 3 orang
anak tersebut telah menikah dan memiliki anak.

d. Suku
Tn.A berasal dari Betawi dan istri berasal dari Sunda. Keluarga Tn.A
lebih dominan menggunakan suku Betawi dikarenakan keluarga
mengikuti suku dari keluarga Tn.A yaitu Betawi.

e. Agama
Keluarga Tn.A menganut agama islam keluarga selalu menggerakan
sholat secara berjamaah Tn.A dan istri selalu menanamkan nilai moral
dan nilai agama kepada keluarganya.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Tn.A sebesar Rp.920.000 penghasilan didapatan
dari anak pertamanya yang berkerja untuk memenuhi kebutuhan
bulanan keluarga karena Tn.A sudah lama tidak berkerja sejak adanya
gangguan pada matanya sehingga Tn.A lebih sering menghabiskan
waktunya dirumah bersama cucu dan anak-anaknya.

g. aktifitas rekreasi keluarga.


Keluarga Tn.A tidak pernah berlibur dikarenakan anak-anak Tn. A
sudah menikah dan memiliki kesibukan masing-masing sehingga
jarang menyempatkan waktu untuk berlibur bersama sekeluarga.

h. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


tahap perkembangan saat ini.
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah dewasa akhir :
teori tugas perkembangan keluarga yaitu
1) menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik.
Ny.I sudah membatasi pekerjaannya dikarenakan Ny.I sudah
cepat lelah ketika berkerja dalam waktu yang terlalu lama.
2) menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan keluarga.
Ny.I adalah anak dari Tn.A yang selalu membantu perekonomian
keluarganya untuk memenuhi kebutuhan orang tua dan
keluarganya, diusia yang tidak muda lagi membuat Ny.I sudah
mempersiapkan sebuah warung kecil untuk memenuhi
kebutuhan saat terjadinya pemutusan ditempat kerjanya karena
faktor usia.
3) menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
Ketika suatu saat nanti pasangannya meninggal Ny.I sudah
mempersiapkan diri menjadi ibu sekaligus ayah untuk anak-
anaknya.
4) menjalin hubungan dengan orang – orang disekitarnya
komunikasi berjalan baik dan tidak menciptakan permusuhan.
5) membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

i. tahap perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga Tn.A sudah tepenuhi dan berjalan
sesuai dengan usia dan perannya masing-masing

j. riwayat keluarga inti


Tn. A menikah dengan Ny. S dan dikaruniai 10 anak Tn. A dan Ny. S
tinggal dan menetap di bogor hingga anak-anaknya mulai beranjak
dewasa pada umur 74 tahun Ny. S meninggal karena terjatuh dari
kamar mandi. Selang kepergian Ny. S Tn. A memutuskan untuk
merantau ke jakarta agar dapat menghilangkan kesedihan karena telah
kehilangan istri tercintanya. Setelah Tn. A tinggal di jakarta Tn.A
bertemu dengan seorang wanita bernama Ny. B dan mereka menikah
dikaruniai 1 anak. Tn.A menderita penyakit katarak dan Hipertensi
sedangkan istri Tn.A menderita penyakit gula.

k. Riwayat keluarga sebelumnya


Tn. A mengatakan bahwa dalam keluarganya penyakit yang diderita
oleh orang tua dan saudaranya kebanyakan katarak dan hipertensi.
Orang tua Tn. A menderita katarak dan ayah Tn.A juga menderita
Hipertensi. Kebiasaan makan dalam keluarga adalah sendiri-sendiri
sesuai keinginan. Dari cara penyajian makanan keluarga Tn.A
mengelola makanan di cuci dulu baru di potong. Makanan disajikan
dalam keadaan terbuka.

l. Lingkungan dan denah.

Karakteristik rumah (termasuk denah rumah).


Kamar Dapur

wc

Kamar 1

Ruang tamu
Kamar 2

Teras

Rumah yang ditempati saat ini adalah rumah pribadi rumah


sepeninggalan orang tua Tn. A. rumah ini terdiri dari 3 kamar tidur 1
kamar tidur diatas rumah dan 2 kamar dibawah rumah terdapat 1
kamar mandi ruang tamu dan teras. Keadaan rumah Tn.A bersih,
perabotan rumah tertata rapi kamar mandi agak licin, terdapat
ventilasi di rumah Tn.A. terdapat pembuangan sampah yang tertutup
sehingga tidak ada lalat yang berkerumun. Keluarga Tn.A mandi
dengan air sanyo dan menggunakan air matang atau air isi ulang
untuk memasak dan minum sekeluarga. Penerangan rumah Tn.A
cukup baik cahaya yang masuk kedalam rumah juga baik keluarga
tidak memiliki pembuangan air kotor sehingga keluarga Tn.A
membuang sisa air mencuci ke got yang berada disamping dapur.
Setiap hari Tn.A selalu membuka pintu dan jendela rumahnya agar
sirkulasi rumahnya selalu baik. Tetapi rumah Tn.A hanya
mengandalkan 1 jendela saja yang ada di ruang tamu.

m. karakteristik tetangga dan komunikasi


Keluarga Tn.A tinggal di jl. Hjiung RT.06 RW.02 tidak pernah ada
masalah dengan tetangga disekitar rumahnya. Komunikasi antara
keluarga Tn.A dan tetanggan selalu baik saling tolong menolong.
Mayoritas yang tinggal dilingkungan rumah Tn.A adalah betawi.

n. Mobilitas geografis keluarga


Sebelum istri pertama Tn.A meninggal sekeluarga tinggal di bogor
tetapi setelah istri Tn.A meninggal anak-anak dan Tn.A merantau
kejakarta dan menempati rumah peninggalan orang tuanya setelah
Tn.A menikah dengan Ny.B keluarga memutuskan tinggal dan
menetap di kelurahan utan panjang.

o. perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga Tn.A mengetahui tempat untuk memeriksakan kesehatannya
yaitu dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan salah satunya
poswindu yang ada di kelurahan utan panjang setiap sebulan sekali
dan Tn.A juga menggunakan puskesmas untuk memeriksakan
kesehatannya.
p. sistem pendukung keluarga
Tn.A selalu memberikan dukungan kepada anggota keluarganya yang
berhasil dan begitupun anak-anak dan istrinya selalu memberikan
dukungan kepada Tn.A dalam memeriksakan kesehatannya salah
satunya dengan mengantarkan Tn.A ke puskesmas terdekat. keluarga
Tn.A saling memberikan dukungan baik dukungan moral dan materi.
2. STRUKTUR KELUARGA.
a. pola komunikasi keluarga.
Pola komunikasi keluarga Tn. A tidak menentu karena seluruh
anggota keluarga memiliki aktivitas yang berbeda dengan
kegiatannya masing-masing. Biasanya mereka berinteraksi saat
malam hari seperti sedang menonton tv atau hanya duduk
diruang tamu sehingga dapat berinteraksi satu sama lain.
Interaksi antar keluarga adalah secara terbuka. Sehingga ketika
ada masalah pada salah satu anggota keluarga dapat
terselesaikan secara musyawarah. Biasanya keluarga berdiskusi
tentang perkerjaan dan kondisi Tn. A. Tidak ada konflik antar
keluarga saling menghargai satu sama lain.

b. struktur kekuatan keluarga


Keluarga Tn A saat berbicara selalu bertatap mata karena bagi
Tn. A ketika berbicara dengan lawan bicara akan lebih sopan
jika bertatap mata lansung. Sifat komunikasi keluarga Tn.A
adalah terbuka tidak ada yang di tutupi satu sama lain. Bahasa
yang sering keluarga Tn.A gunakan adalah bahasa indonesia.

c. struktur peran.
Ny.B berperan sebagai ibu bagi anak-anaknya. Tn.A berperan
sebagai kepala keluarga Ketika ada masalah keluarga Tn. A
menyelesaikannya secara musyawarah dan yang menggambil
keputusan tetaplah Tn. A karena Tn. A adalah kepala keluarga.
Tetapi Tn. A kadang membutuhkan bantuan orang lain dalam
memecahkan masalah kesehatannya seperti meminta bantuan
dengan anak perempuan pertamanya untuk mengantarkannya
ke puskesmas untuk berkonsultasi masalah kesehatannya. Dan
Tn. A mempercayakan anak perempuan pertamanya untuk
merawat kesehatannya dirumah.

3. STRUKTUR NILAI DAN NORMA BUDAYA


Tn. A menganut suku betawi (jakarta) sedangkan istri Ny. B
menganut suku sunda budaya yang dominan pada keluarga Tn.A
Adalah betawi keluarga Tn. A tidak menganut kepercayaan yang
bertentangan bagi kesehatan dan nilai norma serta tidak menganut
nilai-nilai kepercayaan yang dilarang oleh agama yang menurut
keluarga bertentangan. Karna persepsi keluarga terhadap kesehatan
adalah hal yang paling penting sehingga ketika ada anggota
keluarga terutama Tn. A mengeluh sakit maka keluarga langsung
bergeggas membawanya ke rumah sakit terdekat.

4. FUNGSI KELUARGA.
a. fungsi afektif.
Keluarga Tn.A selalu bersyukur dan bangga jika salah satu dari
anggota keluarganya berhasil Tn. A akan sangat sedih jika
anggota keluarganya gagal sakit meninggal. Tn.A saling
menyayangi antara satu sama lain dan selalu menjaga anak-
anaknya agar tidak terpengaruh dalam hal yang kurang baik.
b. fungsi sosialisasi
Keluarga Tn.A memperbolehkan anak-anaknya bergaul tetapi
Tn.A tetap membatasi agar anaknya tidak berpengaruh dalam
pergaulan yang kurang baik. Hubungan Tn.A dengan anaknya
selalu baik-baik saja. Komunikasi baik dan tidak ada masalah.
c. fungsi keperawatan kesehatan.
1) kemampuan keluarga mengenal masalah.
Tn.A belum mengetahui apa itu katarak yang Tn.A Ketahui
katarak adalah mata yang menjadi buram saat melihat tidak
fokus dalam melihat suatu objek. Tn. A tidak mengetahui
penyebab katarak yang Tn.A tau katarak terjadi karena
faktor usia. Tn.A pernah memeriksaan matanya ke
puskesmas dan dari hasil pemeriksaannya Tn.A positif
terkena Katarak di kedua matanya dan dokter menyarankan
untuk operasi katarak tetapi Tn.A tidak mau dioperasi
karena Tn.A merasa takut. Tn.A tidak tau apa yang akan
terjadi selanjutnya jika Tn.A tidak ditangani.

2) kemampuan keluarga mengambil keputusan.


Jika Tn.A merasa pandangannya mulai seperti ada yang
menghalangi maka anak Tn.A membawanya ke
puskesmas untuk memeriksakan matanya. Jika anaknya
tidak dirumah Tn. A pergi ke puskemas bersama istirnya.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga.


Jika Tn.A merasa pandangannya kurang jelas maka
keluarga membawa Tn.A ke puskesmas untuk
memeriksakan matanya.

4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan.


Keluarga Tn.A rajin membersihkan kamar mandi agar tidak
licin dan membahayakan keselamatan Tn.A keluarga juga
menjauhkan Tn.A dari benda tajam. istri Tn.A.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
kesehatan.
Jika keluarga Tn.A ada yang sakit maka keluarga langsung
membawanya ke puskesmas begitupun jika Tn.A sakit
maka keluarga akan membawanya ke puskesmas atau
fasilitas kesehatan lainnya.
.
5. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA.
a. stressor jangka pendek.
Tn.A mengatakan saat ini ingin cepat sembuh tetapi Tn.A tidak
mau dioperasi karena merasa takut. Keluarga khususnya Tn.A
selalu memikirkan tentang penyakitnya dan dampak apabila
Tn.A tetap tidak mau dioperasi.

b. kemampuan keluarga berespon terhadap masalah.


Jika keluarga ada masalah keluarga menyelesaikan secara
musyawarah dan berdiskusi serta menyelesaikan masalah
secara terbuka.

c. strategi koping yang digunakan.


Tn.A rutin memeriksakan matanya ke puskesmas terdekat
Tn.A rajin makan sayur dan buah yang mengandung vitamin E
dan C untuk kesehatan matanya.

d. strategi adaptasi disfungsional.


Setiap ada masalah keluarga menerima dengan lapang dada
keluarga selalu menyelesaikan masalahnya secara
bermusyawarah dan terbuka satu sama lain.
e. pemeriksaan fisik : HEAD TO TOE secara inspeksi palpasi
auskultasi dan perkusi dan tanda-tanda vital termasuk TB dan
BB.

NO PEMERIKS Tn.A Ny.B An.I An. An.I


AAN

1 Kepala Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak
ada kotoran ada kotoran ada kotoran ada kotoran ada kotoran
dan tidak ada dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak ada
benjolan ada ada ada benjolan
benjolan benjolan benjolan

2 TTV TD:200/100 TD:120/80 TD:110/80 TD:120/90 TD:110/70


mmhg mmhg mmhg mmhg mmhg

Nadi Nadi Nadi Nadi Nadi


:110x/menit :80x/menit :80x/menit :80x/menit :80x/menit

Rr :19x/menit Rr: Rr: Rr: Rr: 18x/menit


18x/menit 20x/menit 20x/menit
Suhu : 36 Suhu : 36.5
Suhu: 36 Suhu: 36 Suhu: 37

3 Mata konjuntiva an- Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva


anemis, lensa an-anemis an-anemis an-anemis an-anemis
mata terlihat sklera sklera sklera sklera
seperti ada
yang an-ikterik an-ikterik an-ikterik an-ikterik

menghalangi
warnanya
putih susu.

4 Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan
hidung tampak hidung hidung hidung hidung tampak
bersih dan tampak tampak tampak bersih dan
tidak ada bersih dan bersih dan bersih dan tidak ada
cairan tidak ada tidak ada tidak ada cairan
cairan cairan cairan

5 Mulut Mukosa bibir Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa bibir


lembab tidak bibir bibir bibir lembab tidak
ada sariawan lembab lembab lembab ada sariawan
di dalam tidak ada tidak ada tidak ada di dalam
mulut. sariawan di sariawan di sariawan di mulut.
dalam dalam
mulut. mulut. dalam
mulut.

6 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid. kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar tiroid.
tiroid. tiroid. tiroid.
7 Telinga Simetris tidak Simetris Simetris Simetris Simetris tidak
ada serumen tidak ada tidak ada tidak ada ada serumen
dan tidak ada serumen serumen serumen dan tidak ada
gangguan dan tidak dan tidak dan tidak gangguan
pendengara ada ada ada pendengaran
gangguan gangguan gangguan
pendengar pendengara pendengara
n n.

8 Dada Simetris tidak Simetris Simetris Simetris Simetris tidak


ada benjolan tidak ada tidak ada tidak ada ada benjolan
didada benjolan benjolan benjolan didada
didada didada
didada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
9 Abdomen benjolan di benjolan di benjolan di benjolan di benjolan di
perut dan perut dan perut dan perut dan perut dan
tiadak ada tiadak ada tiadak ada tiadak ada tiadak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan

Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
10 atas dan gangguan gangguan gangguan gangguan gangguan.
ekstremitas
bawah
Kesimpulan :

Tn.A memiliki penyakit katarak dan mempunyai riwayat hipertensi


dari hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah Tn.A tinggi
sedangkan untuk kelurga Tn.A tidak ada masalah semua masih dalam
batas normal

Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga

Keluarga berharap Tn.A mau di operasi seperti yang sudah dokter


anjurkan. Karena keluarga ingin Tn.A sembuh agar tidak ada yang
menghalangi aktifitasnya.

f. .PEDOMAN PENJAJAKAN II
1) Masalah kesehatan : katarak
Tn.A mengatakan mempunyai penyakit katarak selama
kurang lebih 1 tahun.
2) Kemampuan keluarga mengenal masalah
a) Tn.A mengatakan “penyakit katarak adalah penyakit
mata yang terjadi pada usia tua “
b) Tn.A mengatakan “penyebab dari katarak adalah faktor
umur”
c) Tn.A mengatakan tidak tahu akibat dari katarak.
3) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Tn.A mengatakan apabila penglihatannya mulai tidak jelas
seperti ada yang menghalangi Tn.A langsung berobat ke
puskesmas di temani oleh anak perempuan Tn.A.
4) Kemampuan anggota keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
Ny.A mengatakan cara merawat anggota keluarga dengan
masalah katarak adalah dengan membatasi Tn.A untuk
merokok secara berlebihan dan mulai mengajarkan kepada
anggota keluarganya untuk hidup sehat dan makan-
makanan yang bergizi dan bervitamin khususnya vitamin E
dan C.
5) Tanda dan gejala katarak
Tn.A mengatakan bahwa Tn.A tidak dapat memfokuskan
suatu benda yang dilihat dan seperti ada yang menghalangi
matanya.
6) Komplikasi pada katarak.
Tn.A mengatakan kedua mata klien sudah 1 tahun tidak
dioperasi sehingga menyebabkan kesulitan melihat dengan
jelas. Keluarga Tn.A mengatakan “mengetahui dampak jika
Tn.A tidak dilakukan operasi atau akibat jika di tangani
segera dapat menyebabkan kebutaan dan infeksi pada
matanya”.
7) Pencegahan katarak :
a) Tn.A mengatakan “seperti melihat kabut yang
menutupi matanya”
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan.
Keluarga Tn.A mengatakan “ ketika mengalami katarak
keluraga, langsung membawa Tn.A untuk
memeriksakan matanya ke rumah sakit atau puskesmas
terdekat. Namun Tn.A tidak mau dioperasi katarak
karena takut”.
c) Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan.
Keluarga Tn.A memodifikasi lingkungan rumahnya
dengan menghindarkan benda tajam di sekeliling
rumah, membersihkan kamar mandi agar tidak licin
karena dapat menyebabkan resiko jatuh disebabkan
oleh kesulitan memfokuskan mata pada suatu benda.
d) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
Tn.A mengatakan “jika mata mulai merasa matanya
tidak nyaman seperti kurang jelas maka Tn.A mengajak
anak perempuannya Ny.I untuk mengantarkannya ke
puskesmas yang dekat dengan rumahnya.

6. FORMAT ANALISA DATA KESEHATAN KELUARGA


Berdasarkan data dari hasil pengkajian yang tertulis dalam table
analisa data.
Nama keluarga : Tn.A

a. SKORING MASALAH KEPERAWATAN


Penulis membuat skoring masalah/prioritas masalah dan dengan
hasil skoring dengan skor.

1) Gangguan persepsi sensori : pada keluarga Tn.A khususnya


Tn.A berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit katarak khususnya Tn.A.
2) Resiko injury berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
memodifikasi lingkungan.
3) Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan mengambil
keputusan.

FORMAT ANALISA DATA KESEHATAN KELUARGA


Berdasarkan data dari hasil pengkajiaan yg tertulis dalam tabel
analisa data
Nama Keluarga : Tn.A
Berdasarkan data fokus maka data yang akan dirumuskan dalam analisa
data untuk mengetahui masalh kesehatan yang terjadi adapun analisa data
yang disusun pada tabel 3.1 dibawah ini.

3.1 TABEL ANALISA DATA Tn.A.

n DATA FOKUS MASALAH DIAGNOSA


KESEHATAN

DS: 1 Katarak Gangguan persepsi


. sensori pada keluarga
“Tn.A mengatakan katarak
Tn. A khususnya Tn.
adalah penyakit mata tua yang
A Ketidak mampuan
disebabkan oleh faktor umur”.
keluarga merawat
“Tn.A mengatakan tanda dan anggota keluarga yang
gejala katarak adalah sakit Katarak.
penglihatan menjadi tidak
fokus pada suatu benda yang
ada di hadapannya.”

“Tn.A mengatakan jika sakit


masih dapat ditangani Tn.A
tidak pergi ke puskesmas
tetapi jika sakitnya tidak dapat
ditangani dirumah maka Tn.A
meminta diantarkan ke
puskesmas untuk
memeriksakan matanya”.
DO:

-Tn.A nampak harus mendekat


dan berhadapan jika diajak
berbicara dengan lawan
bicaranya”.

-kesadaran : composmentis.

a) TD :200/100 mmhg

b) Pernapasan : 20x/menit.

c) Nadi : 83x/menit

d) Suhu : 36 .0 C

DS :
Katarak
1. “Keluarga Tn.A Resiko injury
mengatakan jarang berhubungan dengan
merapikan perabotan
Ketidak mampuan
rumah”.
keluarga
2. “keluarga Tn.A
memodifikasi
mengatakan jarang
lingkungan
mencuci kamar mandi
dikarenakan setiap
anggota keluarga sibuk
berkerja”.
3. “keluarga Tn.A tidak
menyiapkan fasilitas
seperti pegangan tralis
besi di tembok
rumahnya untuk
memudahkan Tn.A
berpegangan”
4. “Tn.A mengatakan
penglihatanya sudah
menurun”.

DO:

1. Perabotan rumah tampak


berserakan dimana-mana.

2. kamar mandi tampak kotor,


licin karena banyaknya lumut
di bagian lantai kamar mandi.

3. tidak tersedianya fasilitas


yang memudahkan aktifitas
Tn.A seperti teralis yang dapat
di pasang di tembok rumah,
dan di kamar mandi.

DS:
Katarak Cemas berhubungan
1. “Tn.A cemas
dengan ketidak
memikirkan biaya
mampuan keluarga
untuk operasinya”.
mengambil keputusan.
2. “Tn.A mengatakan
takut melakukan
operasi seperti apa
yang telah disarankan”

3. “Tn.A mengatakan
takut matanya akan
hehilangan penglihatan
secara total”.
4. “Tn.A takut gagal
menjalani operasi
kataraknya”.

DO :

1. Tn.A tampak cemas.


2. Tn.A tampak tegang.
3. Tn.A tampak takut
ketika disarannya
untuk dilakukan
operasi.
SKORING MASALAH KEPERAWATAN

Diagnosa 1 : gangguan persepsi sensori : pengelihatan (katarak) pada


keluarga Tn.A dengan ketidak mampuan keluarga merawat keluarga
yang sakit katarak.

NO KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN

1 Sifat masalah 1 3/3X1= 1 Masalah sudah


terjadi karena
Skala:
sudah ada tanda
Potensial : 1 dan gejala yang
terlihat dari
Resiko : 2
Tn.A “Tn.A
Aktual : 3 mengatakan
penglihatannya
kurang, seperti
berbayang pada
matanya, mata
seperti ada yang
menghalangi,
seperti ada
benda di depan
mata”.

2 Kemungkinan 2 1/2X2=1 “Tn.A


masalah untuk mengatakan
diubah sudah
mengurangi
Mudah : 2
rokok”
Sebagian : 1
“Tn.A mulai
Tidak dapat: 0 mengkonsumsi
makanan yang
bervitamin C
dan E.

3 Potensial 1 2/3X1=2/3 “Tn.A


masalah untuk mengatakan
dicegah sakit katarak
kurang lebih 1
Tinggi: 3
tahun “
Cukup : 2
Tn.A
Rendah : 1 mengatakan
sekarang sudah
mampu
mengatur
kebiasaan
sehari-hari.
Dengan
mengurangi
rokok dan
banyak makan
yang bergizi dan
mengandung
vitamin C.

4 Potensial 1 1/2X1=1/2 “Tn.A


masalah untuk mengatakan
dicegah katarak itu suatu
masalah yang
Skala :
dapat
Tinggi: 3 mengganggu
saat beraktifitas”
Cukup: 2
“Tn.A
Rendah :1
mengatakan
katarak
membuat
penglihatannya
terganggu

TOTAL 2 3/5
SKORING MASALAH KEPERAWATAN.

Diagnosa II resiko injury berhubungan dengan ketidak mampuan


keluarga dalam memodifikasi lingkungan

N0 KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN

1 Sifat masalah 1 2/3X1 = 2/3 Keluarga Tn.A kurang


memerhatikan fasilitas
Aktual : 3
dirumah, dimana
Resiko : 2 keluarga jarang
membersihkan kamar
Potensial : 1
mandi sehingga
membuat lantai
menjadi licin dan
perabotan rumah
berserakan tidak
tertata rapi
membahayakan Tn.A.

2 Kemungkinan 2 1/2X2 = 1 Keluarga Tn.A belum


masalah untuk mengetahui bahaya
diubah : yang dapat terjadi jika
keluarga tidak mau
Mudah: 2
memodifikasi
Sebagian: 1 lingkungan

Tidal didapat:0
3 Potensial 1 2/3X1 = 2/3 Tn.A mengatakan bila
masalah untuk ingin melakukan
dicegah aktivitas
membutuhkan bantuan
Tinggi : 3
seperti berpegangan
Cukup: 2 saat mau menuju ke
kamar mandi atau
Rendah : 1
tempat lainnya.

4 Mengenal 1 1/3X1= 1/3 Keluarga Tn.A


masalah segera mengatakan belum
di cegah bisa menyiapkan
fasilitas yang layak
Skala
untuk Tn.A
Tinggi : 3 dikarenakan keluarga
sibuk berkerja.
Cukup : 2

Rendah :1

TOTAL 1 5/9
SKORING MASALAH KEPERAWATAN.

Diagnosa III cemas berhubungan dengan ketidak mampuan


mengambil keputusan pada keluarga khususnya Tn.A.

NO KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN


1. Sifat masalah 1 1/3X1= 1/3 Klien mengtakan
Skala : takut dilakukan
Potensial : 1 operasi karena
Resiko : 2 klien takut
Aktual : 3 operasinya gagal,
tetapi klien tetap
tidak mau
melakukan operasi
karena takut.
2 Kemungkinan 2 2/2X1= 1 Keluarga Tn.A
masalah untuk mengetahui
dirubah dampak buruk jika
Mudah : 2 katarak di biarkan
Sebagian : 1 terus menerus dan
Tidak dapat : 0 tidak dilakukan
operasi akan
mengakibatkan
kebutaan.
3 Potensial masalah 1 2/3X1 = 2/3 Keluarga Tn.A
untuk dicegah mengatakan Tn.A
Tinggi : 3 sudah mengalami
Cukup : 2 katarak sejak 1
Rendah : 1 tahun yang lalu.
4 Potensial 1 2/3X1 = 2/3 Keluarga Tn.A
Masalah untuk mengatakan ketika
dicegah sakit keluarga
skala : membawanya
tinggi : 3 kerumah sakit
cukup : 2 tetapi jika hanya
rendah :1 Tn.A tidak
mengeluh maka
keluarga
menganjurkan
Tn.A untuk istirhat
dirumah
TOTAL 1 5/9
Berdasarkan hasil analisa data sebagaimana tertera dalam tabel 3.2
maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus kelurga dengan
katarak dari ketiga diagnosa yang ada, penulis melakukan penentuan
prioritas masalah dengan menggunakan teknik skoring. Sebagaimana
diuraikan pada tabel dibawah ini.

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Skor

1 Gangguan persepsi sensori penglihatan 2 3/5


(katarak) pada keluarga Tn.A khususnya
Tn.A dengan ketidak mampuan keluarga
merawat keluarga yang sakit katarak.

2 Resiko injury berhubungan dengan ketidak 1 5/9


mampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan.

3 Cemas berhubungan dengan ketidak 1 5/9


mampuan keluarga mengambil keputusan.

Menurut hasil perhitungan skoring dari tiga diagnosa keperawatan


diatas tela ditemukan diagnosa yang sesuai dengan kondisi pasien
dengan skor yaitu gangguan persepsi sensori penglihatan (katarak)
pada keluarga Tn.A dengan ketidak mampuan keluarga
Diagnosa Tujuan Evaluasi Evaluasi
Keperawata TUM TUK Kriteria Standar
n
1 2 3 4 5 6
Gangguan Selama 3x Selama 1x60 menit Respon Katarak adalah 1. Diskusikan bersama keluarga pengertian katarak dengan
persepsi 60 menit kunjungan, keluarga verbal adanya suatu menggunakan lembar balik.
sensori: kunjungan mampu mengenal kabut putih yang 2. Tanyakan kembali pada keluarga tentang pengertian
penglihatan rumah, masalah katarak, pada menghalangi katarak.
pada keluarga gangguan keluarga. Dengan pengelihatan dan 3. Berikan pujian atas jawaban yang tepat.
Tn.A (78 persepsi cara: tampak seperti
tahun) bd sensori: a. Menyebutkan bercak susu pada
ketidak penglihata pengertian lensa mata.
mampuan n pada katarak -
keluarga keluarga
dalam Tn.A (78
merawat tahun)
anggota khususuny
keluarga a Tn.A Sb.
yang sakit Menyebutk
katarak an
penyebab
karena
katarak
b. Menyebutkan Respon Menyebutkan 2 1. Diskusikan bersama keluarga tentang penyebab katarak
penyebab verbal dari 3 penyebab 2. Motifasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab
katarak. katarak: katarak
- Terpapar 3. Beri reinforcemend positif atas usaha yang dilakukan
langsung keluarga.
dengan
matahari
tanpa
pelindung
mata.
- Faktor
genetik
- Faktor
usia
c. Mengidentivik Respon Menyebutkan 1. Dorong keluarga untuk mengidentivikasi penyebab
asi penyebab verball penyebab katarak katarak.
katarak 2. Beri reinforcemend positif atas kemampuan keluarga.

d. Menyebutkan Respon Menyebutkan 4 1. Diskusikan dengan keluara tentang tanda-tanda katarak


tanda-tanda verbal dari 6 tanda-tanda 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tanda tanda
katarak katarak: katarak.
- Pengelihat 3. Beri reinfocemend positif atas usaha yang dilakukan
an kabur keluarga.
- Pengelihat
an seperti
berasap
- Terdapat
bercak
putih ada
lensa mata
- Semakin
lama
semakin
menutupi
lensa mata
dan
melebar.
e. Menyebutkan Respon Cara perawatan 1. Diskusikan dengan keluarga tentang perawatan katarak
cara verbal keluarga dengan 2. Beri reinforcemend positif atas usaha yang dilakukan
perawatan katarak: keluarga
keluarga - Hindari
dengan benda-
katarak: benda
tajam
- Tempat
tidur
harus ada
penghalan
g
- Hindari
lantai
yang licin
- Hindari
pengguna
an lampu
yang
redup
f. Melakukan Respon Keluarga dapat 1. Mendemonstrasikan cara perawatan mata
perawatan psikom- mendemonstrasik 2. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk melakukan
pada mata otor an cara perawatan perawatan mata
mata: 3. Pastikan anggota keluarga melakukan tindakan yang
- Sediakan diajarkan jika Tn.A matanya kotor.
air hangat 4. Berikan reinforcement positif atas jawaban keluarga.
didalam
kom
- Celupkan/
basahi
kapas
lembut
kedalam
air hangat
dan peras
- Pejamkan
mata yang
- akan
dibersihka
n
- Usapkan
kapas
kemata
dari arah
dalam
keluar
sebanyak
3x
- Bersihkan
kelopak
mata atas
- dan
sekitarnya
- Lalu
teteskan
obat mata
sesuai
anjuran
dokter
8. CATATAN KEPERAWATAN

Berdasarkan tahap Asuhan keperawatan yang tertera maka


dilakukan pelaksanaan keperawatan.

Hari/tanggal Diagnosa Tindakan keperawatan paraf


keperawatan

Selasa/ 02 Gangguan 1. mendiskusikan dengan Nadiyah


mei 2017 persepsi keluarga pengertian katarak.
jam 11.00 sensori mengajarkan keluarga untuk
wib pengelihatan mengungkapkan kembali
berhubungan pengertian katarak.
dengan ketidak
S: keluarga Tn.A mengatakan
mampuan
katarak adalah adanya lapisan
keluarga
yang menutupi mata yang
merawat
berwarna putih.
keluarga yang
sakit katarak. O: keluarga Tn.A sulit sulit
menyebutkan pengertian
TUK1
katarak.

2. Mendiskusikan dengan
keluarga Tn.A penyebab
katarak

S: keluarga Tn .A mengatakan
“katarak dapat disebabkan
karena faktor usia yang dapat
menyebabkan tidak fokusnya
pandangan pada suatu benda.

O: keluarga Tn.A tampak


memperhatikan dan memahami
apa yang di diskusikan bersama

3. memberi kesempatan
keluarga bertanya

S : keluarga Tn.A mengatakan


“lalu apa lagi?”

O : keluarga Tn.A tampak fokus


memperhatikan.

4. memotivasi keluarga untuk


mengungkapkan kembali
penyebab katarak

S : keluarga Tn.A mengatakan


penyebab katarak bisa karena
faktor umur keturunan dan
faktor genetik.

O : keluarga Tn.A mampu


mengulang penyebab katarak.
5. menggali pendapat keluarga
dan Tn.A tentang tanda dan
gejala katarak yang terjadi pada
keluarga.

S : Keluarga Tn.A khususnya


Tn.A “mengatakan
penglihatannya seperti
berbayang dan agak kabur tidak
dapat fokus”.

O : Tn.A tampak bingung.

6. memotivasi keluarga untuk


mengungkapkan kembali tanda
dan gejala katarak.

S : keluarga Tn.A mengatakan


pandangan berbayang dan agak
kabur dan merasa silau jika ada
ada cahaya berlebih.

O : keluarga Tn.A tampak lebih


paham.
Gangguan 7. mengidentifikasi sebab dan Nadiyah
persepsi sensori akibat katarak
pengelihatan
S:-
berhubungan
dengan ketidak O : tampak keluarga Tn.A
mampuan memahami dampak jika Tn.A
keluarga tidak dilakukan operasi pada
merawat matanya yang terkena katarak.
keluarga yang
sakit katarak

TUK 2

8. memotivasi keluarga untuk


mengungkapkan kembali yang
telah didiskusikan bersama
sebelumnya.

S : keluarga Tn.A khususnya


Tn.A mengatakan tidak dapat
melihat dengan jelas

O : Tn.A kesulitan untuk


menjawab
Rabu, 03 Gangguan 9.mendemonstrasikan cara Nadiyah
mei 2017 persepsi sensori melakukan perawatan mata
jam 11.25 pengelihatan
S : latihan perawatan mata
berhubungan
dengan ketidak O : Tn.A mau melakukan.
mampuan
keluarga
merawat
keluarga yang
sakit katarak

TUK 3

10.memotivasi keluarga untuk


redemonstrasi perawatan mata

S : Keluarga T n.A khususnya


Tn.A mengatakan akan
melakukan perawatan mata 2x
sehari

O : Keluarga Tn.A khususnya


Tn.A terlihat semangat saat
diberi motivasi

11. Memberi pujian positif atas


upaya yang sudah dilakukan
keluarga

S:-

O : Keluarga TnA khususnya


Tn.A terlihat senang
12. Mendiskusikan dengan
keluarga pencegahan dari
katarak

S : Keluarga Tn.A mengatakan


sering merawat mata dan dan
sering makan yg berserat dan
mengandung vit.c dan vit.e yang
baik untuk mata.”

O : Keluarga Tn.A tidak sulit


menyebutkan pencegahan
katarak

13. Memotivasi keluarga untuk


pencegahan dari katarak

S : Keluarga Tn.A mengatakan


“akan berupaya mengatasi
masalah katarak khususnya
pada Tn.A

O : Keluarga Tn.A terlihat lebih


memahami cara mencegah
katarak
Kamis, 4 Gangguan 14.Diskusikan dengan keluarga Nadiyah
mei 2017 persepsi sensori cara menciptakan lingkungan
pengelihatan rumah yang bersih
berhubungan
S : Keluarga Tn.A mengatakan
dengan ketiak
“rumah Sering dibersihkan
mampuan
namun lantai kamar mandi
keluarga
masih licin.
merawat
keluarga yang O : Keadaan rumah terutama
sakit katarak kamar mandi Tn.A sedikit licin

TUK 4

15. Motivasi keluarga untuk


Memodifikasi lingkungan dalam
perawatan katarak

S : Keluarga Tn.A mengatakan


“akan membersihkan kamar
mandi agar tidak licin

O : Keluarga Tn.A tampak sulit


mengatur jadwal untuk
merapikan rumah karna sibuk
dengan perkerjaannya masing-
masing.
Kamis, 4 Gangguan 16. Mengklarifikasi pengetahuan Nadiyah
mei 2017 persepsi sensori keluarga
jam 12.00 pengelihatan
tentang manfaat fasilitas kesehatan
berhubungan
dengan ketidak S:-
mampuan
O : Keluarga Tn.A terlihat
keluarga
sangat paham
merawat
keluarga yang
sakit katarak

TUK 5

17. Memotivasi keluarga untuk


memanfaat fasilitas kesehatan
pada katarak

S : Tn.A mengatakan ketika ia


mengeluh sakit maka Tn.A akan
langsung di temani bahkan
diantarkan anaknya ke
puskesmas untuk memeriksakan
kesehatannya.

O : Keluarga Tn.A cepat


merespon Tn.A karena anak Tn.A
yaitu Nn.I sangat peka terhadap
kesehatan Tn.A.
9. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria hasil dan standar yang telah di
tetapkan untuk melihat keberhasilan.
Evaluasi disusun dengan menggunakan pedoman SOAP dengan
uraian tabel dibawah ini:

Diagnosa EVALUASI (SOAP) Paraf


Keperawatan

Gangguan S : Keluarga Tn.A mengatakan Nadiyah


persepsi sensori pengertian Katarak . Penyebab
pada keluarga katarak karena usia dan
Tn. A khususnya kebiasaan sehari-hari seperti
Tn. A merokok. Tanda gejalanya
berhubungan seperti matanya rabun jauh ,
dengan sulit melihat cahaya /benda-
ketidakmampuan benda sekitar jarak dekat dan
keluarga berair mata.
merawat anggota
O : Keluarga kurang kooperatif
keluarga yang
dan aktif saat dijelaskan dan
sakit katarak
terlihat bingung
TUK 1
A : Keluarga menyebutkan
pengertian, penyebab dan tanda
gejala katarak

P : Lanjutkan TUK selanjutnya


Gangguan S : keluarga Tn.A mengatakan Nadiyah
persepsi sensori
O : keluarga Tn.A
pada keluarga
mendengarkan penjelasan yang
Tn. A khususnya
diberikan
Tn. A
berhubungan A : Keluarga dapat
dengan menyebutkan akibat lanjut dari
ketidakmampuan katarak dan akan merawat
keluarga anggota keluarganya yang
merawat anggota terkena katarak.
keluarga yang
P : Lanjutkan TUK selanjutnya
sakit katarak

TUK 2
Gangguan S : keluarga Tn.A khusunya Nadiyah
persepsi sensori Tn.A mengatakan merasa lebih
pada keluarga baik setelah dilakukan cara
Tn. A khususnya perawataan mata dan cara
Tn. A mencegah katarak dengan
berhubungan berolah raga/beristrahat yg
dengan cukup
ketidakmampuan
O : keluarga Tn.A khusunya
keluarga
Tn.A melakukan redemonstrasi
merawat anggota
perawatan mata dengan
keluarga yang
semangat.
sakit katarak
A : keluarga Tn.A hanya dapat
TUK 3
menyebutkan 1 pencegahan
katarak dan akan merawat
anggota keluarga yang terkena
katarak

P : Lanjutkan TUK selanjutnya


dan melakukan latihan
perawatan mata

Gangguan S : Keluarga Tn.A mengatakan Nadiyah


persepsi sensori lingkungan yang sehat yaitu
pada keluarga bersih dan tidak licin.
Tn. A khususnya
O : Keluarga Tn.A
Tn. A
mendengarkan penjelasan yang
berhubungan
diberikan
dengan
ketidakmampuan A : Keluarga Tn.A mengetahui
keluarga cara memodifikasi lingkungan
merawat anggota yang baik dan sehat
keluarga yang
P : Lanjutkan ke TUK
sakit katarak
selanjutnya
TUK 4

Gangguan S : Tn.A mengatakan ketika ia Nadiyah


persepsi sensori mengeluh sakit maka Tn.A
pada keluarga akan langsung di temani
Tn. A khususnya bahkan diantarkan anaknya ke
Tn. A puskesmas untuk
berhubungan memeriksakan kesehatannya.
dengan
O: Keluarga Tn.A cepat merespon
ketidakmampuan
Tn.A karena anak Tn.A yaitu
keluarga
merawat anggota Nn.I sangat peka
keluarga yang
terhadap kesehatan Tn.A
sakit katarak
A : Keluarga Ny.u mengetahui
manfaat pelayanan kesehatan

P : Ingatkan kembali manfaat


TUK 5 pelayanan kesehatan
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menguraikan laporan khusus pemenuhan dasar

gangguan persepsi sensori : penglihatan dengan masalah katarak pada

keluarga Tn.A khususnya Tn.A yang berada pada wilayah RT.06 RW.02

kelurahan utan panjang. asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal

2 Mei sampai dengan 8 mei 2017 dengan melakukan kunjungan sebanyak 6

kali pertemuan. Pemenuhan gangguan persepsi sensori : penglihatan pada

keluarga dilakukan pendekatan proses keperawatan-keperawatan dengan

langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian, analisa data, diagnosa

keperawatan, prioritas diagnosa keperawatan dengan tehknik skoring

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis pada


tanggal 02-08 Mei 2017 dalam pengkajian penulis melakukan
pengumpulan data. Data diperoleh dengan menggunakan format pengkajian
dan teknik pengumpulan data dengan wawancara dengan klien maupun
keluarga, observasi dan pemeriksaan fisik. Setelah penulis melakukan
pendekatan untuk menjalin hubungan saling percaya, keluarga Tn.A dapat
menerima kedatangan penulis. dalam pengkajian tidak ditemukan kesulitan
dikarenakan keluarga Tn.A yang kooperatif keluarga Tn.A menjawab
semua pertanyaan yang diajukan oleh penulis sehingga mempermudah
mendapatkan informasi. Selain itu penulis terbantu dengan adanya format
pengkajian.

pada tipe keluarga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus
dikarenakan didalam teori dijelaskan bahwa keluarga besar.

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah dewasa akhir dimana


Tn.A memiliki anak berusia 58 tahun berdasarkan teori tugas
perkembangan keluarga yaitu:
1. menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik.
Pada saat muda anak Tn.A dapat berkerja lama karena pengelihatnnya
jelas sehingga tidak mengganggu aktifitas bekerjanya tetapi setelah
umur 58 tahun anak Tn.A mulai merasa tidak dapat bekerja dalam
waktu yang lama dikarenakan penglihatannya mulai berkurang sehinga
anak Tn.A mencari perkerjaan yang memiliki waktu yang singkat yang
dapat digunakan untuk beristirahat.
2. menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
keluarga.
Setelah umur 58 tahun pendapatan anak Tn.A kurang mencukupi
kebutuhan untuk orang tuanya karena anak Tn.A sudah memiliki
keluarga yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
3. menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
Jika harus kehilangan pasangannya anak Tn.A bisa menerima dengan
ikhlas dan lapang dada untuk menggantikan peran ayah bagi anak-
anaknya dan menjadi tulang punggung keluarga karena kebutuhannya
tidak dapat terpenuhi secara cukup.
4. menjalin hubungan dengan orang – orang disekitarnya
Anak Tn.A dapat berinteraksi dengan baik dengan yang ada
disekitarnya dan tidak menyebabkan konflik.
5. membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
Perubahan fisik pada usia 58 tahun membuat anak Tn.A memiliki
keterbatasan dalam beraktifitas.

ada kesenjangan peran pada keluarga Tn.A dimana Tn.A sudah tidak
bekerja dikarnakan keterbatasan pengelihatannya sehingga membuat
Tn.a lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Sedangkan istri dan
anak-ananya sesuai dengan perannya masing-masing seperti ibu
mengurus anak menyiapkan makanan merapikan rumah memasak dan
merawat anggota keluarganya dan anak-anaknya bekerja dan sekolah.

Fungsi keperawatan Tn.A terdapat kesenjangan antara teori dan kasus


karena ketidak mampuan keluarga merawat keluarga yang sakit dimana
keluarga Tn.A memasak sendiri dirumah tetapi makanan yang
dikonsumsi tidak dipisahkan terlebih dahulu antara yang terkena
masalah dengan yang tidak memiliki masalah. Seharusnya keluarga
mengerti apa yang harus diprioritaskan karena pada pasien katarak
tidak dianjurkan mengkonsumsi garam yang berlebih.

Fungsi ekonomi dalam keluarga Tn.A tidak memiliki kesenjangan


antara teori dan kasus kebutuhan sandang pangan dan papan terpenuhi.
tidak terdapat kesenjangan pada penggunaan fasilitas kesehatan dimana
ketika salah satu anggota keluarga ada yang sakit keluarga langsung
membawanya ke rumah sakit atau puskesmas yang mudah di jangkau
oleh keluarga Tn.A begitupun dengan Tn.A ketika sakit keluarga
langsung memeriksakannya ke fasiitas kesehatan yang mudah keluarga
Tn.A jangkau. Anak Tn.A yaitu Nn.I selalu menemani dan
mengantarkan Tn.A ke puskesmas untuk memeriksakan kesehatan
Tn.A karena yang paling dekat dengan Tn.A adalah Nn.I.

Dari tanda dan gejala yang dikeluhkan Tn.A tidak terdapat


kesenjangan antara teori dan pembahasan katarak pada kedua matanya
dimana Tn.A sulit melihat, seperti ada yang menghalangi
pandangannya. kemudian mata selalu berair terasa silau jika keluar
rumah disiang hari. Tanda ini sudah lama Tn.A rasakan sekitar 1 tahun
sehingga menyulitkan aktifitas sehari-harinya. Keluarga Tn.A pernah
membawa Tn.A untuk memeriksakan kesehatan matanya dan menurut
diagnosis dari dokter Tn.A terkena katarak harus segera di lakukan
operasi jika dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan kebutaan.
Tetapi Tn.A tetap tidak mau dilakukan tindakan operasi karena Tn.A
merasa takut.

Kebiasaan makan dalam keluarga adalah sendiri-sendiri sesuai


keinginan. Dari cara penyajian makanan keluarga Tn.A mengelola
makanan di cuci dulu baru di potong. Makanan disajikan dalam
keadaan terbuka.

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dalam membuat diagnosa penulis sudah mengacu sesuai teori yaitu


actual, resiko dan potensial. Dalam membuat diagnosa, ada sedikit
kesenjangan teori dan kasus yaitu jika didalam teori sasarannya
individu dan keluarga, sedangkan dalam kasus penulis sasarannya
lebih sering pada individu.
Diagnosa menurut teori ada yang Diagnosa sehat / wellness, Diagnosis
ancaman (resiko), Diagnosis nyata/ gangguan, sedangkan pada kasus
penulis hanya mendapatkan diagnose resiko. Untuk membuat scoring
penulis mengalami kesulitan, karena keluarga tidak mengerti scoring.
Pada kasus penulis mendapatkan 3 masalah keperawatan keluarga
yang kemudian dilakukan scoring untuk menentukan prioritas masalah
yaitu :
1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan (katarak) pada keluarga Tn.A
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat keluarga yang
sakit katarak.

Tn.A tidak mau dioperasi katarak hanya beristirahat lebih banyak dan
lebih mengkonsumsi makanan yang diharuskan yang telah disiapkan
keluarga Tn.A. Suasana rumah nyaman dan tenang. menurut data objektif
yaitu TD: 200/100 mmHg, N : 84x/mnt, RR: 20x/mnt, Sh: 36⁰C, Tampak
lemas dan berbaring saat merasakan pusing, dan matanya tampak
berembun warna putih pada kedua matanya sehinga Tn.A sulit melakukan
aktifitas.

2. Resiko injury b.d ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan.


menurut data objektif yaitu
keluarga Tn.A kurang memperhatikan lingkungan rumahnya, kamar
mandi dalam rumah Tn.A tidak terawat kotor dan agak licin keluarga
Tn.A tidak mau membersihkan dengan alasan anggota keluarga sibuk
bekerja.

3. Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengambil


keputusan.
Tn.A mengetahui bahwa katarak harus segera dioperasi agar tidak
timbulnya kebutaan atau hilangnya penglihatan secara total, tetapi Tn.A
tidak mau melakukan operasi katarak dikarenakan Tn.A takut dengan
operasi. Tn.A sering memikirkan bagaimana kelanjutan kesehatannya
sehingga Tn.A suka merasa takut dan cemas.
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan pada laporan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
tinjauan teoritis yang diawali yaitu dengan menyusun urutan prioritas,
menentukan tujuan, kriteria hasil, serta membuat rencana tindakan yang akan
dilakukan pada diagnosa yang akan muncul. Setelah diagnosa keperawatan
ditetapkan, perencanaan harus ditentukan bersama keluarga, tetapi berhubungan
keluarga tidak bisa menentukan rencana tindakan apa yang harus dilakukan pada
keluarga Tn.A yang membuat rencana tindakan atas persetujuan keluarga.
Rencana dapat diterima oleh keluarga dan rencana yang dibuat harus berkualitas.
Perencanaan harus dibuat bersama keluarga dengan tujuan untuk mempermudah
dalam penyampaian sehingga rencana tindakan yang telah dibuat dapat
bermanfaat bagi keluarga terutama anggota keluarga yang mempunyai masalah.
Pada diagnosa keperawatan yang pertama yaitu Gangguan persepsi sensori :
penglihatan (katarak) pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga merawat keluarga yang sakit katarak.
merencanakan untuk mengadakan penyuluhan tentang masalah penyakit
katarak mulai mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Keluarga menyatakan setuju dan rencana tindakan yang bersifat anjuran dan
motivasi, faktor pendukung untuk mengadakan rencana tindakan diatas yaitu
tingginya motivasi keluarga untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang penyakit
katarak dan agar dapat segera mengatasiya sedangkan faktor penghambat untuk
merealisasikan rencana yang telah dibuat adalah kurangnya pengetahuan tentang
penyakit katarak. Adapun hambatan dalam membuat rencana keperawatan adalah
ketidak hadiran seluruh anggota keluarga yang lain seperti anak-anak Tn.A yang
lain dikarenakan sibuk bekerja sehingga hanya diwakilkan oleh anak terakhir
Tn.A yaitu Nn.I dan istri Tn.A yaitu Ny.B yang selalu ada dirumah.
C. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya bersama keluarga, pada tahap ini penulis melakukan tindakan sesuai
dengan perencanaan keperawatan yang telah dibuat dan tetap memperhatikan
prioritas diagnosa keperawatan.
Pada diagnosa keperawatan pertama, rencana tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu melakukan cara perawataan mata ,hal
ini disebabkan karena Tn.A merasakan sulit beraktifitas mata mudah berair
kemudian seperti ada yang menghalangi matanya dan silau pada kedua matanya,
pada diagnosa keperawatan kedua adalah mengajarkan Tn.A teknik relaksasi
progresif untuk membuat Tn.A lebih rileks sehingga tekanan darah Tn.A dapat
turun secara perlahan dan mengurangi pusing lemas dan emosi. Kendala yang
dihadapi pada saat tindakan yaitu ketidak hadiran anggota keluarga Tn.A seperti
anak-anak Tn.A yang lain dikarenakan sibuk bekerja sehingga hanya diwakilkan
oleh anak terakhir Tn.A yaitu Nn.I dan istri Tn.A yaitu Ny.B yang selalu ada
dirumah. hal ini disebabkan Sebagai tindak lanjut penulis berpesan kepada
keluarga Tn. M khususnya Ny.B dan Nn.I untuk menyampaikan kembali kepada
anggota keluarga yang tidak hadir dan penulis meninggalkan leaflet kepada
anggota keluarga dengan harapan seluruh anggota keluarga dapat membacanya.

D. EVALUASI KEPERAWATAN
Penulis mendokumentasikan evaluasi pada hari ke tiga sampai hari keenam
pada hari senin dikarenakan hari pertama melakukan pengkajian hari kedua
perumusan diagnosa dan intervensi di hari ketiga sampai keenam implementasi
dan evaluasi. penulis hanya melakukan kunjungan rumah sebanyak enam kali
evaluasi yang telah di implementasikan dalam perencanaan .
Pada diagnosa keperawatan yang pertama penulis melakukan evaluasi
sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 3 Mei 2017, berdasarkan analisa data yang
diperoleh, maka evaluasi yang diperoleh yaitu masalah katarak pada Tn.A hanya
sebagian yang dapat diatasi, hal ini terjadi karena keterbatasan waktu, keluarga
kurang tahu tentang katarak dan Tn.A tidak mau melakukan operasi yang pada
dasarnya akan menguntungkan Tn.A dengan memudahkan Tn.A beraktifitas
seperti biasa.
Sebagai tindak lanjutnya penulis menganjurkan kepada keluarga untuk selalu
menjaga kesehatan pada seluruh anggota keluarga serta menganjurkan untuk
selalu menerapkan apa yang telah penulis ajarkan kepada keluarga.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah membahas mengenai laporan kasus pemenuhan kebutuhan


dasar rasa nyaman dengan masalah katarak , dimana penulis melakukan
perbandingan antara teori dengan kasus dilapangan, kemudian penulis dapat
mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. KESIMPULAN
1. Pada saat pengkajian tidak semua anggota keluarga kumpul sehingga tidak
didapatkan data seluruh keluarga dengan lengkap hanya sebagaian.
Tugas perkembangan pada keluarga Tn.A dan Ny. B dapat terpenuhi
semuanya dikarenakan peran orang tua yang sangat baik yang dapat
mengerti akan pertumbuhan kembang anak.
Pada tahap pengkajian tidak banyak kendala yang ditemui karena Tn.A
selalu ada dirumah. Pada tahapan diagnosa tidak ada kendala yang di
rasakan penulis. Ditemukaan tiga diagnosa. Pada saat menyusun rencana
tindakan penulis tidak melibatkan seluruh anggota keluarga Tn.A di
karenakan keluarga Tn.A sibuk dengan pekerjaannya masing-masing
sehingga jarang berkumpul. Maka dari itu penulis menyusun rencana
tindakan sendiri sesuai dengan kemampuan keluarga.
Diagnosa yang muncul dalam perumusan diagnosa keperawatan
penulis mengacu pada dari hasil pengkajian yang menggunakan teknik
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan analisa data dengan
menunjukkan status kesehatan dari mulai aktual, potensial, resiko/resiko
tinggi. Dari hasil pengkajian dan analisa data maka penulis merumuskan
diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Gangguan persepsi sensori: penglihatan(katarak) berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
katarak
b. Resiko injury berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan.
c. Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengambil
keputusan.

Diagnosa yang ada dalam teori adalah :


1) Gangguan persepsi sensosri:penglihatan
2) Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
3) Resiko tinggi cidera b/d keterbatasan penglihatan
kurang pengetahuan (tentang kondisi ,pengobatan b/d keterbatasan
koqnitif/informasi

Diagnosa yang muncul pada kasus sama dengan diagnosa yang


ada pada teori. Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis tidak
menemukan hambatan karena dalam menentukan diagnosa penulis
mengacu pada hasil pengkajian dan analisa data.
a) Perencanaan Keperawatan : perencanaan tindakan keperawatan
tidak bersama keluarga, perencanaan menggunakan skoring dan
sesuai dengan teori.
b) Pelaksanaan Keperawatan : pada tahap ini penulis melakukan
pelaksanaan pada 3 diagnosa yang muncul, yaitu memodifikasi
lingkungan, tetapi penulis mendapatkan habatan karena
keterbatasan tempat.
c) Evaluasi Keperawatan : pada tahap evaluasi harus sesuai
dengan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yaitu : 3
diagnosa, evaluasi yang diperoleh masalah yang sudah teratasi,
sebagaian belum teratasi adapun hambatan yang dialami oleh
penulis adalah pada saat melakukan evaluasi tidak dihadiri oleh
semua anggota keluarga.
B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan


keluarga yang tertara diatas, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran
untuk memperbaiki serta meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatanpada keluarga dengan katarak :

1. Bagi penulis : dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga secara


teori maupun mandiri dan menyusun strategi dan agar meningkatkan derajat
kesehatan terhadap keluarga binaan karena pada bab sebelumnya masih
terdapat masalah yang belum teratasi.

2. Kepada petugas puskesmas : saat melakukan intervensi penulis melakukan


secara mandiri dan belum dilakukan tindak lanjut. Maka bagi petugas
puskesmas hendaknya melakukan kunjungan disetiap rumah-rumah
khususnya di wilayah Utan panjang.

3. Bagi keluarga.
Diharapkan kepada keluarga Tn.A agar dapat menjaga pola makan Tn.A
untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih.
DAFTAR PUSTAKA

Susanto. Tantut.2012. Buku ajar Keperawatan keluarga : Aplikasi pada praktik


asuhan keperawatan keluarga.Edisi 1. Jakarta : Trans info media.

Istiqomah. Indriana N.2012. Asuhan keperawatan klien gangguan mata. Jakarta :


ECG.

Setiadi . 2008. Konsep dan keperawatan keluarga Edisi 1. Yogyakarta : Graham


ilmu.

Ilyas. Sidrata. 2015. Ilmu penyakit mata edisi 5.Jakarta : ECG

Huda. dkk.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC NOC.Jakarta : Medication.

Laporan Nasional Riskesdas.2013. prevalensi katarak.

http://www.depkes.go.id.Html. Diakses tanggal 9 maret 2017 jam 13.00 WIB

Nurul Chayatin.S.kep 2013. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : keamanan dan
keselamatan.jakarta
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KATARAK

Pokok bahasan : KATARAK

Sub pokok bahasan : pengertian resiko tinggi terkena katarak tanda dan gejala cara
penanganan cara penularan cara pencegahan.

Sasaran : keluarga Tn.A

Tempat : rumah Tn.A

Penyuluh : nadiyah intan tiara dewi

A. tujuan umum
setelah dilakukan pendidikan kesehatan keluarga Tn.A khususnya Tn.A dan
keluarga mengerti tentang katarak.

B. Tujuan khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x20 menit diharapan
keluarga Tn.A dapat mengikuti tentang
a. Pengertian katarak
b. Penyebab katarak
c. Tanda-tanda katarak
d. Resiko tinggi terkena katarak
e. Cara penanganan
f. Cara pencegahan

C. Strategi pelaksanaan.
Metode : ceramah dan diskusi
Media : leaflet dan lembar balik
Proses pelaksanaan.

NO ACARA WAKTU KEGIATAN PESERTA


PENYULUHAN
1. Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab salam
terapeutik membuat menyetujui kontrak
kontrak menjelaskan menyimak dari
materi tentang mendengarkan isi
1. Pengertian materi
katarak.
2. Penyebab
katarak
3. Tanda-tanda
dan gejala
katarak
4. Resiko tinggi
katarak
5. Cara
penanganan Mengajukan
6. Cara pertanyaan
pencegahan - Menyimak
Menjawab kesimpulan
pertanyaan materi.
yang
dianjurkan
peserta
menyimpulkan
isi materi
3 Penutup Mengajukan kontrak
yang akan datang
mengucapkan salam
penutup.

Media penyuluh

penyaji

Perserta
penyuluhan
F. KRITERIA EVALUASI

1. keluarga mampu memahami pengertian katarak.

2. keluarga mampu memahami tanda dan gejala katarak

3. keluarga mampu memahami penyebab katarak

4. keluarga mampu mengetahui resiko fungsi katarak.

5. keluarga mampu mengetahui cara penanganan

6. keluarga mampu mengetahui cara pencegahan.

G.MATERI

Pengertian katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap yang ditimbulkan
oleh katarak.

- Penyebab katarak
a. Katarak senil
Perubahan kimia di protein lensa pada pasien lansia
b. Katarak kongenital kesalahan metabolisme bawaan infeksi rubella ibu
trismester I
c. Katarak traumatik
Benda asing menyebabkan tumor akseus atau viterus masuk ke kapsul
lensa.
d. Katarak komplikasi
-uvetis
-glaukoma
-pigmentosa retinitis
-ablasio retino
-diabetes
-hipoparatiroidisme
-dermatitis optic
e. tanda dan gejala

-penglihatan tidak jelas seperti terdapan kabut yang menghalangi mata.

-peka terhadap sinar atau cahaya

-dapat melihat dobel pada satu mata.

-memerlukan pencahayaan yang baik

f. resiko tinggi katara

katarak dapat menyebabkan kehilangan penglihatan jika tidak di tangani


segera.

- Untuk perawatan katarak dirumah


a. Menyiapkan alat (kapas kom dan air hangat).
b. Mencuci tangan.
c. Membasahkan kapas lalu mengusapkan kapas dari dalam dan keluar.

- Cara pencegahan katarak


1. Hindari paparan asap rokok
2. Konsumsi makan sehat
3. Lindungi mata dari sinar UV
4. Pemeriksaan mata secara teratur
5. Jangan minum alkohol
6. Konsumsi makanan yang tinggi vit.c dan vit.e
7. Turunkan berat badan jika obesitas
8. Konsumsi makanan sehat
9. Batasi konsumsi garam.
10. Biasakan cukup tidur.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.

Nama :Nadiyah Intan Tiara Dewi

Tempat tanggal lahir : Jakarta 24 0ktober 1996

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Jln. Walang dalam NO.69 Rt.001/012 kel.Tugu utara kec. Koja.

Data pendidikan

TK pelita jaya : Tahun 2001-2000

SDN 03 pagi : Tahun 2002-2008

SMP N 140 : Tahun 2008- 2011

SMA N 15 jakarta : Tahun 2011-2014

Anda mungkin juga menyukai