Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PEMINATAN ICU

SEDASI

DESNITA OKTAVIANI TONDANG


1922066

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES MURNI TEGUH
MEDAN
2020/2021
SEDASI
1. PENGERTIAN
Untuk mengurangi iritabilitas atau agitasi dengan pemberian obat peneneng,
umumnya untuk memfasilitasi prosedur medis atau prosedur diagnostic.

2. Indikasi Dan Kontraindikasi


A. Indikasi
pemberiaan sedasi dilakukan pada pasien yang akan menjalani prosedur medis,
diagnostik, atau terapeutik, di mana prosedur ini akan memberikan rasa tidak nyaman
pada pasien, seperti rasa nyeri, takut, atau khawatir.Berikut ini adalah indikasi klinis:
a. Cedera Minor
 Reduksi fraktur dan pemasangan gips
 Reduksi dislokasi sendi, seperti dislokasi bahu, pinggul, siku, atau dislokasi
patella
 Penjahitan luka besar atau pencucian luka yang terkontaminasi
b.Tindakan Medis Anak atau Pasien yang Cemas
 Pemasangan IV line
 Pungsi lumbal
 Aspirasi sumsum tulang
 Manajemen luka
c.Tindakan Medis yang Invasif
endoskopi
Panendoskopi
Intercostal Catheter
B. Kontraindikasi
 Riwayat alergi obat-obatan atau komponennya
 Penyakit, fisik yang abnormal, atau gangguan neurologis, di mana secara potensial
dapat menimbulkan obstruksi jalan napas
 Riwayat komplikasi yang terjadi sebelumnya
 Pasien dewasa, atau keluarga pasien anak, yang menolak dilakukannya prosedur

3. Obat-obat sedasi
a) Midazolam
 Rute pemberian per oral: 0,25-0,5 mg/kgBB, diberikan 30-45 menit sebelum
prosedur
 Rute pemberian intranasal: 0,2-0,6 mg/kgBB/dosis inhalasi, diberikan 10 menit
sebelum prosedur
 Rute pemberian intramuskular: 0,1-0,2 mg/kgBB, diberikan 30-45 menit
sebelum prosedur
 Rute pemberian intravena: 0,05-0,1 mg/kgBB, diberikan 3 menit sebelum
prosedur. Tidak melebihi dosis kumulatif total, yaitu 0,4 mg/kgBB, atau 6 mg
 Rute pemberian per rektal: 0,3-0,5 mg/kgBB/dosis, diberikan 30-45 menit
sebelum prosedur
 Dosis diturunkan 30-50%, apabila dikombinasikan dengan analgesik opioid,
seperti fentanil
 Anak balita, dapat memerlukan dosis yang lebih tinggi, hingga 0,6
mg/kgBB/dosis
b) Ketamin per oral
 Dosis: 6-10 mg/kgBB/dosis
 Dikonsumsi bersama dengan cola, atau minuman lainnya, 30 menit sebelum
prosedur
c) Ketamin intra muscular
 Dosis: 2-5 mg/kgBB/dosis
d) Ketamin intra vena
Dosis loading: 1-2 mg/kgBB
Dosis lanjutan: 0,25-1 mg/kgBB, tiap 10-15 menit
Pemberiannya secara perlahan
Dosis tidak melebihi:0,5 mg/kgBB/menit
Obat ini memberikan efek sedasi dan analgesia yang sangat baik. Obat ini
menjadikan pasien berada dalam suatu keadaan yang disosiatif.
e) Propofol : Rute pemberian intra vena
Dosis loading: 1-1,5 mg/kgBB
Dosis lanjutan: 0,25-0,5 mg/kgBB, tiap 3-5 menit
Atau, dapat diberikan dengan dosis 50-150 mcg/kgBB/menit secara
kontinuMemberikan efek anestesi yang cepat. Namun, apnea dapat terjadi pada
saat induksi karenanya, dapat menyebabkan kehilangan reflek napas secara
tidak terduga, sekalipun diberikan dosis sedasi.  Efek samping lainnya adalah
iritasi, dan rasa terbakar pada tempat masuknya jarum IV.

4. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan Sebelum pemberian obat
sedatif,hipnotik, dan ankhiolitik menurut Sheila S. Ralph, et.al (2005) adalah:
1.Gangguan pola tidur b.d ketidak sinkronan “circadian”
2.Kelelahan b.d cemas, kurang tidur, kondisi penyakit.
3.Kurangnya pengetahuan tentang pengobatan b.d keterbatasan
kognitif,interpretasi yang salah tentang informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan setelah pemberian obat
sedatif, hipnotik, dan ankhiolitik adalah :
1.Resiko pola nafas tidak efektif b.d efek depresan pernafasan karena
barbituratpenurunan energi/kelelahan
2.Gangguan pola tidur b.d perubahan tahap tidur normal akibat efek barbiturate dan
benzodiazepin
3.Resiko cidera b.d efek depresan dari obat terhadap sistem saraf pusat,
perubahan sensori-persepsi sekunder terhadap perubahan kognitif akibat obat
Benzodiazepine dan amnesia anterograde.
5. Intervensi keperawatan
1. Gangguan pola tidur
a.Tetapkan pola tidur/aktivitas pasien dan perkirakan siklus bangun/tidur reguler
pasien dalam asuhan keperawatan.
b.Jelaskan pentingnya istirahat yang cukup.
c.Tetapkan efek pengobatan pada pola tidur pasien.
d.Monitor pola tidur , jumlah jam tidur, dan
e.Catat observasi fisik yang ditemukan misalnya “sleep apnea”, sumbatan
jalan nafas, dsb.
f.Awasi pola tidur pasien, pertahankan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan
tidur pasien, dan hindari memberikan obat pada jam tidur pasien
g.Bantu menghilangkan situasi stress sebelum tidur.
2. Kelelahan :

a. Tetapkan pembatasan fisik pasien.


b. Tetapkan persepsi pasien tentang penyebab kelelahan, dan dorong
pengungkapan verbal tentang pembatasan aktifitas.
c. Tetapkan penyebab kelelahan, awasi pasien terhadap kelelahan akibat emosional.
d. Monitor pola tidur pasien serta tingkatkan istirahat dan pembatasanaktifitas
e. Gunakan “ROM” aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangan otot, dan ajarkan pada
pasien teknik meminimalkan konsumsi oksigen missal pengawasan diri, dsb.
f. Monitor pemberian dan efek obat yang bersifat depressants dan stimultants

3. Kurangnya pengetahuan tentang pengobatan :

a. Informasikan pada pasien generik dan merek dagang dari masing-masing obat,
instruksikan pada pasien untuk memperhatikan maksud dan kerja masing-masing obat.

b. Jelaskan pada pasien tentang dosis, cara pemakaian, lamanya pemakaian,


dan kemungkinan efek samping tiap obat serta evaluasi kemampuan pasien mengobati
diri sendiri.

c. Jelaskan tentang tanda dan gejala kelebihan dan kekurangan dosis obat pada pasien.

d. Jelaskan pada pasien dan keluarga kemungkinan ketergantungan terhadap


obat barbiturate atau benzodiazepin dalam 1 sampai 10 hari yang ditandai dengan
kesulitan berpikir, pusing, nafsu makan menurun, gangguan sensori, mual,
muntah, insomnia, dan mungkin disertai kejang.

4. Resiko pola nafas tidak efektif

a.Awasi pola nafas dan bandingkan dengan keadaan normal.

b. Awasi kelemahan otot diafragma.

c. Awasi peningkatan istirahat dan kecemasan.

d. Awasi kemampuan pasien untuk batuk efektif.

e. Awasi adanya sekresi pada jalan nafas

5. Resiko cidera :

a. Jelaskan pada pasien dan keluarga efek samping obat kelompok barbiturat
atau benzodiazepine seperti : perasaan mengantuk, mata berkunang-kunang/pusing.

b. Anjurkan untuk menghindari aktifitas selama gejala tersebut muncul.

c. Tekankan untuk membatasi penggunaan obat barbiturate untuk efek hipnotik paling
lama 2 minggu.

d. Anjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan latihan yang berat selama
menggunkan obat kelompok barbiturat atau benzodiazepine

Anda mungkin juga menyukai