NON REGULER
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkatNya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Trend an Issue
Penyakit Endokrin” tepat pada waktunya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
SISTEM ENDOKRIN ................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 8
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 9
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 10
2.1 Analisa Jurnal dengan Teknik PICOT Framework ........................................... 10
2.2 Manfaat Penemuan dalam Jurnal ...................................................................... 14
2.3 Aplikasi Penemuan Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan .......................... 14
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 15
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang terjadi ketika
pankreas tidak bekerja untuk menghasilkan insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten
terhadap kerja insulin (Smeltzer dan Bare, 2010). Konsentrasi gula dalam darah
dikatakan normal, jika pada keadaan puasa pagi hari hasilnya tidak melebihi dari
100mg/dL. Apabila pada pemeriksaan konsentrasi gula darah dalam keadaan puasa
pagi hari memiliki hasil lebih atau sama dengan 126mg/dL atau konsentrasi gula
darah 2 jam sesudah makan lebih atau sama dengan 200mg/dL maka orang tersebut
WHO (2016) memperkirakan bahwa secara global 422 juta orang dewasa
yang berusia di atas 18 tahun mengidap diabetes pada tahun 2014. Angka tertinggi
pengidap diabetes terjadi di Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik Barat. Indonesia
sendiri menduduki peringkat ke-7 terbanyak dengan perkiraan jumlah sekitar 7,6 juta
kasus dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dengan jumlah sekitar
11,8 juta kasus. Sejalan dengan Riskesdas tahun 2013 menunjukkan terjadinya
hampir dua kali lipat dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013
terdapat 10 juta kasus diabetes. Data tersebut menunjukkan dari 415 juta orang yang
4
mengalami penyakit diabetes, sebanyak 161.572 orang telah meninggal. Tercatat
pada tahun 2015. Sejalan dengan data nasional, di Bali prevalensi diabetes melitus
(2013), mencatat bahwa terdapat 2.280 kasus dan jumlah ini meningkat pada tahun
2013 yaitu sebanyak 3.004 kasus. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan pasien DM
cukup tinggi yaitu sebanyak 8.543 kunjungan. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan
Dasar Provinsi Bali tahun 2013, prevalensi DM di Bali yang terdiagnosa dokter
1.9% dan prevalensi terendah berada di kabupaten Karangasem yaitu sebesar 0,8%.
Kota Denpasar memiliki prevalensi kasus DM sebesar 1,4% (Pranata et al., 2013)
bahwa kota Denpasar memiliki prevalensi kasus DM sebesar 1,4%. Menurut Dinas
Kesehatan Kota Denpasar (2014), jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 7688
jiwa, yaitu perempuan sebanyak 3823 dan laki-laki sebanyak 3865 jiwa. Seiring
merupakan diabetes yang terjadi karena adanya resistensi insulin dan disfungsi
sekresi insulin sel beta (Bilous dan Donelly, 2014). Pada diabetes melitus tipe 2
terjadi resistensi insulin disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan agar kadar glukosa
5
darah tetap dalam batas normal. Namun jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka terjadi hiperglikemia (Smeltzer dan Bare,
2010).
product) yang bersifat merusak sel tubuh dan sel saraf. Terbentuknya AGEs dan
sorbitol menyebabkan sintesis fungsi Nirit Oxid (NO) menurun maka vasodilatasi
berkurang, aliran darah ke saraf menurun, dan bersama rendahnya mionositol dalam
Kardiovaskuler dan Stroke, Diabetic foot ulcer, Retinopati, serta Nefropati Diabetic.
Dengan demikian sebetulnya kematian pada Diabetes terjadi tidak secara langsung
Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita DM 5 kali lebih besar
untuk timbul gangren, 17 kali lebih besar untuk menderita kelainan ginjal dan 25 kali
lebih besar untuk terjadinya kebutaan. Kadar gula darah yang tinggi dan terus
menerus dapat menyebabkan suatu keadaan gangguan pada berbagai organ tubuh.
adalah neuropati perifer yang jumlahnya berkisar antara 10%-60% dari jumlah pasien
6
Diabetes Melitus. Akibat dari neuropati perifer ini adalah timbulnya ulkus (Suyono,
2013).
Kaki Diabetik adalah kelainan yang terjadi pada penderita diabetes melitus.
neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi vaskuler serta infeksi. Penderita
kaki diabetik yang berada di rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil
yang tidak dirasakan oleh penderita. Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi
kronik Diabetes Melitus yang paling ditakuti oleh para penderita Diabetes Melitus
karena dapat mengakibatkan terjadinya cacat bahkan kematian. Hampir sepertiga dari
kasus Diabetes Melitus yang di rawat punya masalah dengan kakinya. Akibatnya hari
rawatan lama dan biaya pengobatan mahal. Belum lagi dihitung tenaga yang hilang
akibat kecacatan dan ketidak hadiran di tempat kerja serta biaya yang perlu
pengobatan, psikologis, dll (Yadi, 2000). WHO mengatakan individu yang berusia
setelah 30 tahun akan mengalami kenaikan kadar glukosa darah 1-2 mg/dl pada saat
puasa dan akan naik 5,6-13 mg/dl pada 2 jam setelah makan. Lisanawati (2015)
7
psikologis yang berupa kecemasan. Kecemasan yang terjadi disebabkan karena
penyakitnya yang bersifat long life diseasses ataupun disebabkan oleh komplikasi
lain. Penyakit penyerta lain yang terjadi pada pasien ulkus diabetikum dapat
Oleh sebab itu dalam makalah kali ini penuis akan menganalisa jurnal yang
penelitian ini dilakukan di China dengan judul “Pengobatan Topikal Tiga Minggu
Dengan Sel Punca Mesenkimal Plasenta Hidrogel Pada Pasien Dengan Ulkus Kaki
PICOT Framework.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8
a. Menganalisa jurnal menggunakan metode picot framework.
b. Mengidentifikasi manfaat penemuan dalam jurnal bagi bidang
keperawatan.
c. Menganalisa aplikasi penemuan dalam jurnal untuk pemberian asuhan
keperawatan?
9
BAB II
PEMBAHASAN
Penulis : Xiangxia Zeng, Yunliang Tang, Kaixiang Hu, Wang Jiao, Liu Ying,
Lingyan Zhu, Jianying Liu, Jixiong Xu.
Penerbit : Medicine
10
US $ 17.500–27.987 [UK £ 9533-15,246]).
Karena itu, kaki diabetes telah menjadi beban
utama secara global untuk kesehatan sistem. Di
China sendiri pada tahun 2015 Tingkat amputasi
pada DM adalah 19,03%.
I (Intervention) Pasien menerima PDMSC (nomor sel: 1 x 10 /
sel / cm 2 ) untuk perawatan luka topikal dan
dressing diganti setiap hari berlangsung selama 3
minggu. Seluruh permukaan luka dipenuhi
dengan gel ini dan ditutupi dengan perban, dan
luka itu dirawat setiap hari. Cefoperazone dan
sulbactam (keduanya 4 g / d) diberikan intra-
nously selama 7 hari sampai edema dan
eritematosa.
Insulin diberikan untuk mempertahankan kadar
glukosa puasa <6.0 mmol / L, postprandial kadar
glukosa <7,5 mmol / L, dan tingkat HbA1c
<6,3%. Pasien ditindaklanjuti setelah perawatan
selama 6 bulan.
C (Comparison Intervention) Pengamatan saat ini menunjukkan bahwa
hidrogel PDMSCs diterapkan dalam luka kaki
diabetes, dan dipantau, terbukti secara nyata
mengurangi ukuran luka, memperpendek durasi
penyembuhan luka, dan menginduksi
pembentukan jaringan granulasi tebal untuk
mendorong penyembuhan luka. Beberapa
mekanisme menjelaskan terapi yang efisien
tentang aplikasi hidrogel PDMSCs pada pasien
ulkus kaki diabetes, yang paling jelas menjadi
11
parakrin dan imunomodulasi. Dalam penelitian
ini, PDMSCs merangsang jaringan luka untuk
menghasilkan jaringan granulasi. Konsisten
dengan penelitian kami, menunjukkan bahwa
PDMSCs dapat mengeluarkan berbagai sitokin,
termasuk stromal cell-derived factor 1, VEGF,
bFGF, dan faktor pertumbuhan hepatosit (HGF),
dan bertindak dengan cara parakrin untuk
merangsang pembentukan pembuluh darah baru
dan granulasi jaringan dan migrasi keratinosit
epitel dan fibroblast sel untuk memperbaiki
penyembuhan ulkus.
Pembanding dari penelitian ini adalah penelitian
Clayton (2009) menyatakan bahwa Prinsip
perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan
moist wound healing atau menjaga agar luka
senantiasa dalam keadaan lembab. Bila ulkus
memroduksi sekret banyak maka untuk pembalut
(dressing) digunakan yang bersifat absorben.
Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan
pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila
ulkus cukup lembab, maka dipilih pembalut
ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban
untuk menjaga kelembaban, penggunaan
pembalut juga selayaknya mempertimbangkan
ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk
pembalut ulkus dapat digunakan pembalut
konvensional yaitu kasa steril yang dilembabkan
dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern
12
yang tersedia saat ini. Beberapa jenis pembalut
modern yang sering dipakai dalam perawatan
luka, seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium
alginate, foam dan sebagainya. Pemilihan
pembalut yang akan digunakan hendaknya
senantiasa mempertimbangkan cost effective dan
kemampuan ekonomi pasien.
13
2.2 Manfaat Penemuan dalam Jurnal
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Bilous, Rudy. dan Richard Donelly. 2014. Buku Pegangan Diabetes. Jakarta: Bumi
Medika
Erin, Dwi. 2015. Gangrene Diabetik pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Agromed Unila Volume 2 No.4
Pranata, Setia., Yurika Fauziah, Made Asri Budisuari, and Ina Kusrini. 2013.
Kementerian Kesehatan RI: Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Bali Tahun
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Rahmat, W., 2010. Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan dan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus di Kecamatan Kebakkramat.
Smeltzer, S.. & Bare, B.., 2010. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical
surgical Nursing 12th ed., United States of America: Lippincott Williams dan
Wilkins.
16