Anda di halaman 1dari 16

SISTEM ENDOKRIN

TREND DAN ISSUE PENYAKIT ENDOKRIN

OLEH KELOMPOK IV KELAS B 10.B:

 I GEDE JAYENDRA KANA (173222798)


 NI LUH PUTU MULYAWATI (173222809)
 NI PUTU AYU INTAN RIANA DEWI (173222818)
 NI PUTU RIKA ERVIANA UTAMI (173222819)
 SRI WAHYUNI (173222827)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

NON REGULER

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkatNya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Trend an Issue
Penyakit Endokrin” tepat pada waktunya.

Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri,


melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah
membantu baik bantuan secara fisik maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangan


pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 2 April 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
SISTEM ENDOKRIN ................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 8
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 9
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 10
2.1 Analisa Jurnal dengan Teknik PICOT Framework ........................................... 10
2.2 Manfaat Penemuan dalam Jurnal ...................................................................... 14
2.3 Aplikasi Penemuan Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan .......................... 14
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 15
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang terjadi ketika

pankreas tidak bekerja untuk menghasilkan insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

terhadap kerja insulin (Smeltzer dan Bare, 2010). Konsentrasi gula dalam darah

dikatakan normal, jika pada keadaan puasa pagi hari hasilnya tidak melebihi dari

100mg/dL. Apabila pada pemeriksaan konsentrasi gula darah dalam keadaan puasa

pagi hari memiliki hasil lebih atau sama dengan 126mg/dL atau konsentrasi gula

darah 2 jam sesudah makan lebih atau sama dengan 200mg/dL maka orang tersebut

dapat dikatakan mengidap Diabetes Melitus (Soegondo, 2011).

WHO (2016) memperkirakan bahwa secara global 422 juta orang dewasa

yang berusia di atas 18 tahun mengidap diabetes pada tahun 2014. Angka tertinggi

pengidap diabetes terjadi di Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik Barat. Indonesia

sendiri menduduki peringkat ke-7 terbanyak dengan perkiraan jumlah sekitar 7,6 juta

kasus dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dengan jumlah sekitar

11,8 juta kasus. Sejalan dengan Riskesdas tahun 2013 menunjukkan terjadinya

peningkatan prevalensi pasien diabetes mellitus di Indonesia. Peningkatan terjadi

hampir dua kali lipat dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013

(Pranata et al, 2013).

Berdasarkan data International Diabetes Federation (2015) di Indonesia

terdapat 10 juta kasus diabetes. Data tersebut menunjukkan dari 415 juta orang yang

4
mengalami penyakit diabetes, sebanyak 161.572 orang telah meninggal. Tercatat

peningkatan prevalensi diabetes melitus di Indonesia yaitu menjadi sebesar 6,2%

pada tahun 2015. Sejalan dengan data nasional, di Bali prevalensi diabetes melitus

juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali

(2013), mencatat bahwa terdapat 2.280 kasus dan jumlah ini meningkat pada tahun

2013 yaitu sebanyak 3.004 kasus. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan pasien DM

cukup tinggi yaitu sebanyak 8.543 kunjungan. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan

Dasar Provinsi Bali tahun 2013, prevalensi DM di Bali yang terdiagnosa dokter

sebesar 1,3%. Prevalensi DM tertinggi terdapat di kabupaten Jembrana yaitu sebesar

1.9% dan prevalensi terendah berada di kabupaten Karangasem yaitu sebesar 0,8%.

Kota Denpasar memiliki prevalensi kasus DM sebesar 1,4% (Pranata et al., 2013)

Sejalan dengan data Riskesdas Provinsi Bali (2013), yang menunjukkan

bahwa kota Denpasar memiliki prevalensi kasus DM sebesar 1,4%. Menurut Dinas

Kesehatan Kota Denpasar (2014), jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 7688

jiwa, yaitu perempuan sebanyak 3823 dan laki-laki sebanyak 3865 jiwa. Seiring

dengan peningkatan angka penderita diabetes maka munculah penelitian penelitian

terbaru mengenai perawatan mengenai diabtes melitus. Diabetes Melitus tipe II

merupakan diabetes yang terjadi karena adanya resistensi insulin dan disfungsi

sekresi insulin sel beta (Bilous dan Donelly, 2014). Pada diabetes melitus tipe 2

terjadi resistensi insulin disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian

insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,

harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan agar kadar glukosa

5
darah tetap dalam batas normal. Namun jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan akan insulin, maka terjadi hiperglikemia (Smeltzer dan Bare,

2010).

Terjadinya hiperglikemia berkepanjangan menyebabkan peningkatan

aktivasi jalur poliol, sintesis advance glycosilation end products (AGEs),

pembentukan radikal bebas dan aktivasi protein kinase C (PKC). Hiperglikemia

persisten menyebabkan peningkatan pembentukan AGEs (advance glicocylation end

product) yang bersifat merusak sel tubuh dan sel saraf. Terbentuknya AGEs dan

sorbitol menyebabkan sintesis fungsi Nirit Oxid (NO) menurun maka vasodilatasi

berkurang, aliran darah ke saraf menurun, dan bersama rendahnya mionositol dalam

sel saraf, sehingga terjadilah Neuropati Diabetik (Subekti, 2010).

Menurut laporan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)

Komplikasi kronis paling utama dari Diabetes Melitus adalah penyakit

Kardiovaskuler dan Stroke, Diabetic foot ulcer, Retinopati, serta Nefropati Diabetic.

Dengan demikian sebetulnya kematian pada Diabetes terjadi tidak secara langsung

akibat hiperglikemia, melainkan berhubungan dengan komplikasi yang terjadi.

Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita DM 5 kali lebih besar

untuk timbul gangren, 17 kali lebih besar untuk menderita kelainan ginjal dan 25 kali

lebih besar untuk terjadinya kebutaan. Kadar gula darah yang tinggi dan terus

menerus dapat menyebabkan suatu keadaan gangguan pada berbagai organ tubuh.

Gambaran komplikasi menahun dari Diabetes Melitus yang tersering ditemukan

adalah neuropati perifer yang jumlahnya berkisar antara 10%-60% dari jumlah pasien

6
Diabetes Melitus. Akibat dari neuropati perifer ini adalah timbulnya ulkus (Suyono,

2013).

Kaki Diabetik adalah kelainan yang terjadi pada penderita diabetes melitus.

Faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya kaki diabetik merupakan kombinasi

neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi vaskuler serta infeksi. Penderita

kaki diabetik yang berada di rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil

yang tidak dirasakan oleh penderita. Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi

kronik Diabetes Melitus yang paling ditakuti oleh para penderita Diabetes Melitus

karena dapat mengakibatkan terjadinya cacat bahkan kematian. Hampir sepertiga dari

kasus Diabetes Melitus yang di rawat punya masalah dengan kakinya. Akibatnya hari

rawatan lama dan biaya pengobatan mahal. Belum lagi dihitung tenaga yang hilang

akibat kecacatan dan ketidak hadiran di tempat kerja serta biaya yang perlu

dikeluarkan akibat cacat tersebut (Erin, 2015).

Banyak faktor yang berperan terhadap lama proses penyembuhan ulkus

diabetik di antaranya dapat berasal dari perawatan luka, pengendalian infeksi,

vaskularisasi, usia, nutrisi, penyakit komplikasi, adanya riwayat merokok,

pengobatan, psikologis, dll (Yadi, 2000). WHO mengatakan individu yang berusia

setelah 30 tahun akan mengalami kenaikan kadar glukosa darah 1-2 mg/dl pada saat

puasa dan akan naik 5,6-13 mg/dl pada 2 jam setelah makan. Lisanawati (2015)

mengemukakan penyebab banyaknya angka kejadian DM pada perempuan karena

terjadinya penurunan hormone estrogen akibat menopause. Rahmat (2010)

mengatakan individu yang menderita penyakit DM dengan ulkus diabetikum dapat

mengakibatkan munculnya komplikasi lain selain komplikasi fisik yaitu komplikasi

7
psikologis yang berupa kecemasan. Kecemasan yang terjadi disebabkan karena

penyakitnya yang bersifat long life diseasses ataupun disebabkan oleh komplikasi

lain. Penyakit penyerta lain yang terjadi pada pasien ulkus diabetikum dapat

meningkatkan keparahan, dan menyebabkan semakin lama waktu yang diperlukan

untuk sembuh (Hastuti, 2008).

Oleh sebab itu dalam makalah kali ini penuis akan menganalisa jurnal yang

membahas mengenai penemuan terbaru dalam merawat ulkus kaki diabetes,

penelitian ini dilakukan di China dengan judul “Pengobatan Topikal Tiga Minggu

Dengan Sel Punca Mesenkimal Plasenta Hidrogel Pada Pasien Dengan Ulkus Kaki

Diabetik”. Penulis akan menganalisa jurnal penelitian ini menggunakan teknik

PICOT Framework.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah analisa jurnal menggunakan PICOT Framework?


2. Apa sajakah manfaat penemuan dalam jurnal dalam bidang keperawatan?
3. Bagaimanakah aplikasi penemuan dalam jurnal dalam pemberian asuhan
keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka tujuan


penelitian ini dapat dirumuskan:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui analisa jurnal penelitian serta manfaat penemuan


dalam penelitian dalam bidang keperawatan.

2. Tujuan Khusus

8
a. Menganalisa jurnal menggunakan metode picot framework.
b. Mengidentifikasi manfaat penemuan dalam jurnal bagi bidang
keperawatan.
c. Menganalisa aplikasi penemuan dalam jurnal untuk pemberian asuhan
keperawatan?

1.4 Manfaat Penulisan

1. Hasil analisa ini diharapkan dapat memberi pengetahuan baru dalam


penanganan ulkus kaki diabetes di Indonesia.
2. hasil penulisan ini diharapkan dapat membuka wawasan dan keingintahuan
mahasiswa sehingga dapat menjadi gambaran untuk kepentingan penelitian
mengenai perawatan ulkus kaki diabetes lebih lanjut.

9
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisa Jurnal dengan Teknik PICOT Framework

Judul Jurnal : Three-Week Topical Treatment With Placenta-Derived Mesenchymal


Stem Cells Hydrogel In A Patient With Diabetic Foot Ulcer
(Pengobatan Topikal Tiga Minggu Dengan Sel Punca Mesenkimal
Plasenta Hidrogel Pada Pasien Dengan Ulkus Kaki Diabetik)

Penulis : Xiangxia Zeng, Yunliang Tang, Kaixiang Hu, Wang Jiao, Liu Ying,
Lingyan Zhu, Jianying Liu, Jixiong Xu.

Tahun Terbit : 2017

Penerbit : Medicine

P (Patient, Problem, Population) Federasi Diabetes Internasional melaporkan


bahwa, saat ini, ada 415 juta orang di seluruh
dunia dengan diabetes mellitus (DM) berusia
antara 20 dan 79 tahun, dengan prevalensi global
8,8%, yang pada tahun 2030 akan meningkat
menjadi > 360 juta orang. Negara dengan jumlah
pasien DM terbanyak adalah China (109,6
juta). Prevalensi komplikasi pada DM adalah
sekitar 70%, di antaranya adalah kaki penderita
diabetes, dengan tingkat amputasi tinggi dan
biaya. Ulkus kaki diabetik (DFUs) diproyeksikan
terjadi pada 25% dari semua pasien diabetes
pada tahun 2030. Lebih lanjut, DFU memiliki
biaya pengobatan yang tinggi (kira-kira sebesar

10
US $ 17.500–27.987 [UK £ 9533-15,246]).
Karena itu, kaki diabetes telah menjadi beban
utama secara global untuk kesehatan sistem. Di
China sendiri pada tahun 2015 Tingkat amputasi
pada DM adalah 19,03%.
I (Intervention) Pasien menerima PDMSC (nomor sel: 1 x 10 /
sel / cm 2 ) untuk perawatan luka topikal dan
dressing diganti setiap hari berlangsung selama 3
minggu. Seluruh permukaan luka dipenuhi
dengan gel ini dan ditutupi dengan perban, dan
luka itu dirawat setiap hari. Cefoperazone dan
sulbactam (keduanya 4 g / d) diberikan intra-
nously selama 7 hari sampai edema dan
eritematosa.
Insulin diberikan untuk mempertahankan kadar
glukosa puasa <6.0 mmol / L, postprandial kadar
glukosa <7,5 mmol / L, dan tingkat HbA1c
<6,3%. Pasien ditindaklanjuti setelah perawatan
selama 6 bulan.
C (Comparison Intervention) Pengamatan saat ini menunjukkan bahwa
hidrogel PDMSCs diterapkan dalam luka kaki
diabetes, dan dipantau, terbukti secara nyata
mengurangi ukuran luka, memperpendek durasi
penyembuhan luka, dan menginduksi
pembentukan jaringan granulasi tebal untuk
mendorong penyembuhan luka. Beberapa
mekanisme menjelaskan terapi yang efisien
tentang aplikasi hidrogel PDMSCs pada pasien
ulkus kaki diabetes, yang paling jelas menjadi

11
parakrin dan imunomodulasi. Dalam penelitian
ini, PDMSCs merangsang jaringan luka untuk
menghasilkan jaringan granulasi. Konsisten
dengan penelitian kami, menunjukkan bahwa
PDMSCs dapat mengeluarkan berbagai sitokin,
termasuk stromal cell-derived factor 1, VEGF,
bFGF, dan faktor pertumbuhan hepatosit (HGF),
dan bertindak dengan cara parakrin untuk
merangsang pembentukan pembuluh darah baru
dan granulasi jaringan dan migrasi keratinosit
epitel dan fibroblast sel untuk memperbaiki
penyembuhan ulkus.
Pembanding dari penelitian ini adalah penelitian
Clayton (2009) menyatakan bahwa Prinsip
perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan
moist wound healing atau menjaga agar luka
senantiasa dalam keadaan lembab. Bila ulkus
memroduksi sekret banyak maka untuk pembalut
(dressing) digunakan yang bersifat absorben.
Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan
pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila
ulkus cukup lembab, maka dipilih pembalut
ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban
untuk menjaga kelembaban, penggunaan
pembalut juga selayaknya mempertimbangkan
ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk
pembalut ulkus dapat digunakan pembalut
konvensional yaitu kasa steril yang dilembabkan
dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern

12
yang tersedia saat ini. Beberapa jenis pembalut
modern yang sering dipakai dalam perawatan
luka, seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium
alginate, foam dan sebagainya. Pemilihan
pembalut yang akan digunakan hendaknya
senantiasa mempertimbangkan cost effective dan
kemampuan ekonomi pasien.

O (Outcome) Penyembuhan luka dipantau setiap hari. Pada 48


jam setelah luka debridemen, nyeri kaki terasa
lega dan suhu kulit meningkat secara
nyata. Tidak ada alergi kulit atau lokal lainnya
gejala atau tanda-tanda abnormal, dan tes darah,
urine, tinja, dan pemeriksaan biokimia (termasuk
tes fungsi hati dan ginjal) normal. Setelah 72
jam, sekresi purulen dari luka telah jelas
menurun, pembengkakan lokal berkurang, luka
tempat tidur diisi dengan jaringan granulasi, dan
luka telah menyusut Setelah 3 minggu, lukanya
benar-benar sembuh. Oleh karena itu, pada
aplikasi hidrogel PDMSCs topikal, lukanya
sembuh dengan cepat, dan pasien dipulangkan
dari rumah sakit.

T (Time) Penelitian tentang sel punca plasenta diterapkan


untuk perawatan ulkus kaki diabetes dilakukan
18 Oktober 2016.

13
2.2 Manfaat Penemuan dalam Jurnal

Penemuan dalam penelitian ini memberikan inovasi terbaru dalam


tatalaksana perawatan ulkus kaki diabetes. PDMSCs Hidrogel secara nyata
menurunkan ukuran luka, memendekkan durasi penyembuhan luka, peningkatan
formasi granulasi-jaringan, dan menghindari amputasi ekstremitas bawah padapasien
dengan ulkus kaki diabetes.
Bagi bidang keperawatan penemuan ini dapat membantu perawat untuk
dapat mengembangkan ulkus kaki diabetes pada pasien didalam pemberian asuhan
keperawatan, khususnya dalam praktik mandiri keperawatan. Seperti yang kita
ketahui bahwa praktik mandiri keperawatan banyak mengembangkan pelayanan
dalam perawatan kaki diabetes atau dikenal dengan foot diabetic wound care. Apabila
penggunaan sel punca plasenta hydrogel dapat dikembangkan di Indonesia maka
dapat mempercepat penyembuhan pada pasien yang diabetes melitus yang mengalami
komplikasi ulkus kaki diabetes maupun gangren.

2.3 Aplikasi Penemuan Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Didalam jurnal tidak disebutkan bagaimana aplikasi untuk asuhan


keperawatan, namun menurut pendapat penulis, dengan adanya inovasi dalam
perawatan ulkus kaki diabetes dalam digunakan dalam asuhan keperawatan. Apabila
sudah ditemukan sel punca plasenta hydrogel yang tepat untuk diberikan pada pasien
maka akan membantu mempercepat penyembuhan dan masa perawatan luka pada
pasien. Didalam jurnal disebutkan bahwa pemberian sel punca plasenta secara topical
sudah terlihat hasil penyembuhan pada pasien dalam waktu tiga minggu, dengan
begitu akan mengurangi masa prawatan pada pasien.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Negara dengan jumlah pasien DM terbanyak adalah China (109,6


juta). Prevalensi komplikasi pada DM adalah sekitar 70%, di antaranya adalah kaki
penderita diabetes, dengan tingkat amputasi tinggi dan biaya. Ulkus kaki diabetik
(DFUs) diproyeksikan terjadi pada 25% dari semua pasien diabetes pada tahun
2030. Lebih lanjut, DFU memiliki biaya pengobatan yang tinggi. Di China sendiri
pada tahun 2015 Tingkat amputasi pada DM adalah 19,03%. Dengan ditemukan sel
punca plasenta hydrogel memberikan suatu perubahan dalam perawatan ulkus kaki
diabetes. hidrogel PDMSCs diterapkan dalam luka kaki diabetes, dan dipantau,
terbukti secara nyata mengurangi ukuran luka, memperpendek durasi penyembuhan
luka, dan menginduksi pembentukan jaringan granulasi tebal untuk mendorong
penyembuhan luka. Beberapa mekanisme menjelaskan terapi yang efisien tentang
aplikasi hidrogel PDMSCs pada pasien ulkus kaki diabetes, yang paling jelas menjadi
parakrin dan imunomodulasi. Penelitian dilakukan di China pada tahun 2016 di
Departmen Endokrin dan Metabolisme, The First Affiliated Hospital of Nanchang
University, Nanchang, Jiangxi, China.

3.2 Saran

Saran ditujukkan kepeda mahasiswa keperawatan diharapakan mahasiswa


semakin terbuka wawasannya untuk mengembangankan penemuan ataupun inovasi
yang dapat memberikan manfaat langsung kepada pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA
Bilous, Rudy. dan Richard Donelly. 2014. Buku Pegangan Diabetes. Jakarta: Bumi
Medika

Clayton W, Elasi TA. 2009. A Review Of Pathophysiology, Classification And


Treatment Of Foot Ulcers In Diabetic Patients. Clinical Diabetes.
2009;27(2):52-8.

Erin, Dwi. 2015. Gangrene Diabetik pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Agromed Unila Volume 2 No.4

Lisanawati, Resi; Hasneli, Yesi; Hasanah, Oswati. 2015. Perbedaan Sensitivitas


Tangan dan Kaki Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Pijat Refleksi Pada
Diabetes Melitus Tipe 2. JOM Vol. 2 No. 2

Pranata, Setia., Yurika Fauziah, Made Asri Budisuari, and Ina Kusrini. 2013.
Kementerian Kesehatan RI: Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Bali Tahun
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.

Rahmat, W., 2010. Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan dan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus di Kecamatan Kebakkramat.

Smeltzer, S.. & Bare, B.., 2010. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical
surgical Nursing 12th ed., United States of America: Lippincott Williams dan
Wilkins.

Soegondo, S., 2010. Farmakoterapi Pada Pengendalian Glikemi Diabetes Mellitus


Tipe 2. In A. Sudoy & B. Setiyohadi, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing, pp. 1884–1890.

Subekti, Imam. 2010. Neuropati Diabetik. In A. W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi,


Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., dan Siti Setiadi., Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Jakarta: Interna Publishing.

Suyono, 2013. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

WHO. 2011. Diabetes Melitus. Tersedia dalam:


http://www.who.int/topics/diabetes_melitus/en/ [Diakses 3 April 2018].

Yadi PA.2000. Aspek Bedah Penatalaksanaan Kaki Diabetik. Jakarta: Medika

16

Anda mungkin juga menyukai