KEPERAWATAN ANAK 1
‘’JUVONILLE DIABETES”
Dosen:
Disusun oleh:
Dende 2018.C.10a.0930
Feriy 2018.C.10a.0936
JulisaMahendra 2018.C.10a.0939
Kriswanto Ciko 2018.C.10a.0941
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya makalah keperawatan Anak I dengan judul “Juvonille
Diabetes” ini dapat kami selesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen kami.
Kami sadar dalam makalah yang kami buat ini masih banyak sekali
kekurangannya oleh sebab itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Dengan
adanya makalah ini kiranya dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan maslah.........................................................................................3
1.3 Tujuan penulisan.........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan
atausekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yang
itu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan. Diabetes
Melitus (DM) dapat menyebabkan hiperglikemia pada pasien DM. Kondisi
hiperglikemia pada DM yang tidak dikontrol dapat menyebabkan gangguan serius
pada sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah (World Health
Organization, 2018)
Jumlah pasien DM didunia pada tahun 2017 mencapai 425 juta orang dewasa
berusia antara 20–79 tahun, International Diabetes Federation (IDF).
Diabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai
penyebab kematian urutan ketujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian
diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian
diabetes melitustipe 2 adalah 95% dari populasidunia yang menderita diabetes
mellitus, International Diabetes Federation(IDF).
Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM
di Indonesia membesarsampai 57%. Tingginya prevalensi Diabetes Melitustipe 2
disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin,
umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah
misalnya kebiasaan merokok tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan
umur.
Data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) menunjukkan bahwa prevalensi
pasien diabetes provinsi Jawa Timur masuk 10 besar se-Indonesia dengan
prevalensi 6,8% (KominfoJatim, 2015). Dinas Kesehatan Surabaya mencatat
sebanyak 32.381 pasien DM sepanjang tahun 2016. Data pendahuluan yang
didapatkan oleh peneliti menunjukkan bahwa pasien DM sebanyak 2.195 orang
1
2
dari Januari sampai Maret 2018 yang tersebar di lima puskesmas dengan jumlah
penderita DM tertinggi di Surabaya. Jumlah ini tersebar di Surabaya Timur
(Puskesmas Klampis Ngasem = 353 orang), Surabaya Barat (Puskesmas
Asemrowo= 367 orang), Surabaya Pusat (Puskesmas Kedungdoro= 135 orang),
Surabaya Utara (Puskesmas Tanah Kalike dinding= 615 orang), dan Surabaya
Selatan (Puskesmas Jagir = 725 orang).
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus.
Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan. Untuk menurunkan kerja keparahan
dari Diabetes Melitus maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup
dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin.
Pengobatan diabetes yang paling utama yaitu mengubah gaya hidup
terutama mengatur pola makan yang sehat dan seimbang (Chatterjee, et al., 2018).
Penerapan diet merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan
penatalaksanaan diabetes, akan tetapisering kali menjadi kendala dalam pelayanan
diabetes karena dibutuhkan kepatuhan dan motivasi dari pasien itu sendiri
(Setyorini, 2017).
Dari besarnya insiden diabetes melitus di negara–negara berkembang seperti
di Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik diabetes melitus dalam
upaya ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat
sehingga dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.
3
1.2 RumusanMasalah
1.2.1 Pengertian diabetes tipe 1?
1.2.2 Apaituetiologi diabetes tipe 1?
1.2.3 patofisiologi (pathway) diabetes tipe 1?
1.2.4 Tanda dan gejala diabetes tipe 1?
1.2.5 Pemeriksaan diagnostic diabetes tipe 1?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan diabetes tipe 1?
1.2.7 Komplikasi diabetes tipe 1?
1.2.8 Dampak yang terjadi pada pemenuhan dasar manusia (dalam konteks
keluarga) ?
2.2 Etiologi
2.2.1 Diabetes Melitustergantung insulin (DMTI)
2.2.1.1 Faktorgenetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdis posisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imunlainnya.
2.2.1.2 Faktorimunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu responauto imun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
4
5
2.2.1.3 Faktorlingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksisel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2.3 Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
6
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting
7
menurunkan glukosa darah dan menghambat absorbsi glukosa dari usus pada
keadaan sesudah makan. (FKUI, 2011)
2.6.1.3.2 Tiazolidindion
Tiazolidindion adalah golongan obat yang mempunyai efek farmakologis
meningkatkan sesitivitas insulin. Golongan obat ini bekerja meningkatkan glukosa
disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa dihati.( FKUI, 2011)
2.6.1.3.3 Penghambat glukosidase alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase alfa
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabakan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.
2.6.1.3.4 Incretin mimetic, penghambat DPP-4
Obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dan penekanan terhadap sekresi
glukagon dapat menjadi lama, dengan hasil kadar glukosa dapat diturunkan.
2.6.1.3.5 Insulin
Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh sel beta dari pulau
Langerhanss kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin yang bila
kemudian distimulasi, terutama oleh peningkatan kadar glukosa darah akan
terbelah untuk menghasilkan insulin dan peptide penghubung (C-peptide)yang
masuk kedalam aliran darah dalam jumlah ekuimolar.
untuk di gunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di
dalam sel otot dan hati.
2.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM , antara lain:
2.7.1 Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati
dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di sebabkan
oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat,
konsumsi alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala hipoglikemi pada lansia
dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak disadari sampai kondisinya
mengancam jiwa.
12
1
Diabetes dan tidak dihabiskan Porsi. Minum 11-12 gelas/hari dengan
2
minuman yang telah disiapkan keluarga dengan jenis minuman teh tawar
dan air putih
3. Pola Eliminasi
Klien saat dirawat dirumah klien BAB 1 kali perhari dengan kreakteristik
feces lunak berbentuk, bau Khas BAK 6-8 kali perhari dengan
kreakteristik urine kuning jernih, jumblah 1400 cc
14
4. Pola Aktivitas
Selama skit klien merasa lelah saat melakukan aktifitas dan melakukan
aktifitas pun perlu dibantu keluarga dan seperti makan, minum, pergi
keluar, mandi dan beraktifitas di tempat tidur
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur 4-5 jam atau pada saat dirawat dirumah klien tidur lebih/ hari
kerena merasa cemas dengan kondisinya saat ini dan merasakan pegal-
pegal pada daerah paha dan pinggang
6. Pola Koping dan Stress
Saat ada masalah pastikan didiskusikan dengan keluarga maupun saudara-
saudara terdekatnya dan menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah.
klien terlihat cemas dan stress akan penyakit yang dideritanya. Maka dari
itu perlu perhatian dan dukunga dari keluarganya sehingga klien mampu
bangkit dalam menjalani pengobatannya yang memang itu tidak mudah
tapi keluarga harus dapat memberi semangat agar klien bisa cepat sembuh
dan mampu beraktifitas kembali seperti biasanya.
Dalam penatalaksanaan dirumah dapat dilakukan keluarga dengan cara :
1. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes militus
- Penentuan gizi, hitung persentase, Relatief Body Weigth.
- Jika krja berat atau latihan berat maka jumlah kalori bertambah
- Untuk klien DM pkerja biasa :
1. Kurus; <90% : BB x 40-60 kal/hr
2. Normal; 90-110 : BB X 30 kal/hr
3. Gemuk; >110% : BB X 20 kl/hr
- Komposisi diet
1. Lemak 20%
2. Protein 20%
3. Karbohidrat 60%
15
Fox, Charles, Dr. dan Kilvert, Anne, Dr. Destarina, Yoan (Ed.). 2010. Bersahabat
dengan Diabetes Tipe 1. Jakarta : Penebar Plus+
Kusnanto, Putri Mei Sundari, Candra Panji Asmoro. 2019. Hidayat Arifin
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Diabetes Self-Management dengan
Tingkat Stres Pasien Diabetes Melitus yang Menjalani Diet. Surabaya :
Faculty of Nursing Universitas Airlangga.
Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus.