Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEAKTIFAN

SENAM PROLANIS PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI

PUSKESMAS POLOMBANGKENG SELATAN

KABUPATEN TAKALAR

Oleh:

PUTRI FEBY FEBYESTI EDWARD


16CP1035

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat Rahmat-Nya, sehinggs penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Hubungan pengetahuan dan sikap dengan keaktifan senam prolanis

pada penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan Kabupaten

Takalar”. proposal ni dibuat untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan

program studi S1 Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Tanawali Persada Takalar.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposl ini dapat diselasaikan karena

adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak.Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tua tercinta. Dan keluarga tercinta saya atas segala cinta,

kasih saying, pengorbanan dan doa yang tiada henti. Penulis juga ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ir. Zainal Abidin selaku Ketua Yayasan STIKES Tanawali Persada

Takalar.

2. Dr. Hj. Patmawati, S.Kp, M.Kes selaku ketua STIKES Tanawali Persada

Takalar.

3. Suardi, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua program studi S1 Keperawatan

dan pembimbing 1, yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran,

dan telah berusaha dengan teliti dalam membimbing penyusunan proposal

ini.

4. Ernawati S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II, yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan telah berusaha dengan teliti dalam
membimbing penyusunan proposal ini.

5. Buat kedua orang tua saya dan keluarga terima kasih atas segala dukungan

dan doanya serta semangat dan cinta yang telah diberikan sehingga

proposal ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sagat mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca yang bersifat membangun.

Akhir kata penulis mengharapkan proposal ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

TAKALAR, April 2020

Putri Feby Febyesti Edward

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………i

Daftar Isi …………………………………………………………………….iii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………...5

1.2.1 Identifikasi Masalah ……………………………………..5

1.2.2 Pertanyaan Masalah ……………………………………..6

1.3 Tujuan penelitian ……………………………………………………6

1.3.1 Tujuan Umum ……………………………………………6

1.3.2 Tujuan Khusus …………………………………………...6

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………..6

1.4.1 Manfaat Teoritis ………………………………………….6

1.4.2 Manfaat Praktis …………………………………………..7

BAB 2 PENDAHULUAN ………………………………………………….8

2.1 Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus ………………………...8

2.2 Tinjuan Umum Tentang Senam Prolanis ………………………….14

2.3 Tinjauan Umum Tentang Sikap ……………………………………21

2.4 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan ……………………………27

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ………………………………….29

3.1 Kerangka Konsep ………………………………………………….29

3.2 Hipotesi Penelitian ………………………………………………...30

BAB 4 METODE PENELITIAN …………………………………….….31

4.1 Jenis Penelitian …………………………………………………….31

iii
4.2 Kerangka Kerja ……………………………………………………32

4.3 Defenisi Operasional ………………………………………………33

4.4 Tempat Waktu dan Tempat Penelitian …………………………....33

4.5 Populasi dan Sampel ………………………………………………33

4.6 Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian ……………………..35

4.7 Analisa Data ……………………………………………………….36

4.8 Etika penelitian ……………………………………………………37

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat

penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin.

DM merupakan penyebab terjadinya kerusakan gangguan fungsi, kegagalan

berbagai organ, terutama mata, ginjal, jantung, saraf dan pembuluh darah lainnya

(Mulfianda et al. 2018).

DM telah menjadi penyebab kematian terbesar ke-4 di dunia. Ditahun

2018 sudah ada 12,8 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes

mellitus. Tiap 10 detik ada satu orang atau 1 menit ada 6 orang yang meninggal

akibat penyakit yang berkaitan dengan DM (V. J. Caiozzo, F. Haddad, S. Lee, M.

Baker 2019)

WHO (World Health Organization) pada 2017 di dapatkan 317 juta orang

dewasa menderita diabetes yang merupakan kenaikan 4 kali lipat dari 415 juta

pada 2016 , Adapun jumlah penderita diabetes mellitus secara global yaitu 422

juta orangdewasa pada tahun 2018 dan pada tahun 2019 didapatkan 430 juta orang

penderita diabetes mellitus. Dengan presentase orang dewasa 8,5% (Omer and

Rothman-Kabir 2018).

Sesuai data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019,

Indonesia menjadi Negara ketujuh pasien diabetes tertinggi di dunia dengan 10

juta pasien diabetes, di Perkirakan diabetes mellitus tipe 2 menunjukkan

prevalensi yang meningkat berdasarkan usia. diprediksi untuk tahun 2030 dan
2045. Prevalensi terendah di antara orang dewasa berusia 20-24 tahun (1,4% pada

2019). Di antara orang dewasa yang berusia 75-79 tahun, prevalensi diabetes

diperkirakan 19,9% pada 2019 dan diprediksi akan meningkat masing-masing

menjadi 20,4% dan 20,5% pada 2030 dan 2045(Diabetes Federation International

2019).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia, diperkirakan penduduk

Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan mengacu

pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan pada tahun 2030 nanti

akanada 194 juta penduduk yang berusia dias 20 tahun yang menyandang DM.

Menurut Parkeni Pengendalian glukosa darah yang baik merupakan salah satu

factor yang penting dan telah terbukti menurunkan resiko komplikasi pada

penyandang DM Tipe 2 (DMT2)(PERKENI 2015) .

Penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes mellitus di negara

berkembang yaitu Indonesia sering terjadi peningkatan prevalensi. Pada tahun

2007 jumlah penderita DM di Indonesia sebanyak 5,7% dan sebanyak 6,9% pada

tahun 2013. Kemudian penderita DM terus meningkat pada tahun 2018 sebanyak

10,9%. Sedangkan data penderita hipertensi pada tahun 2007 yaitu sebanyak

31,7% dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebanyak 25,8%. Kemudian

pada tahun 2018 kembali mengalami peningkatan sebanyak 34,1% (Riskesdas

2018).

Di Provinsi Sulawesi Selatan jumlah penduduk yang menderita diabetes

mellitus sebanyak 91.823 menunjukkan bahwa 8,1% umur laki-laki dewasa lebih

rentan terkena DM Tipe 2 sedangkan orang dengan jumlah penduduk usia >14

tahun sebanyak 3,1%(Dinkes 2019) .

2
Berdasarkan data dari BLUD H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten

Takalar pada tahun 2018 jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan pasien

penderita DM sebanyak 117 orang dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan

kunjungan rawat inap dan rawat jalan pasien penderita DM sebanyak 154 orang

yang terdiri dari 53 (34,42%) pasien rawat jalan dan 101 (65,58%) pasien rawat

inap.

Berdasarkan pengambilan data awal di Puskesmas polombangkeng

selatan Kabupaten Takalar penderita DM Tipe 2 pada tahun 2018 sebanyak 75

0rang 2019sebanyak 95 orang dan sebanyak 55 0rang pada tahun 2020

berdasarkan data pada bulan januari sampai april dan diprediksi akan meningkat

sampai bulan 12, dan semua terdaftar sebagai peserta prolanisdengan rata-rata

umur usia produktif dan perempuan memiliki presentase yang pling tinggi.

(Puskesmas Polsel Kab.Takalar).

Menurut penelitian(Bhatt, Saklani, and Upadhayay 2016) kejadian DM

Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih beresiko

mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan

indeks massa tubuh yang lebih besar. Sehingga menunjukkan prevalensi DM Tipe

2 di Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2018 angka kejadia diabetes

mellitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian diabetes

mellitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita DM dan hanya 5%

dari jumlah tersebut yang menderita Diabetes Melitus Tipe 1

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan (Dm et

al. 2016)yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan

kepatuhan senam prolanis . Hal ini dikarenakan dengan mensosialisasikan

3
pentingnya menjalani pengobatan melalui senam yang teratur bagi penderita Dm

dan hipertensi, penyuluhan kesehtan mengenai penyakit hipertensi dan DM ,

pemberian brosur tentang penyakit hipertensi dan DM. Hal ini secara tidak

langsung mampu meningkatkan pengetahuan bagi peserta PROLANIS sehingga

dapat memotivasi peserta untuk patuh dalam melakukan semua kegiatan dalam

PROLANIS.

Menurutpenelitian (Tipe, Nastiti, and Hanif 2018), faktor yang

mempengaruhi sikap ketidakpatuhan antara lain kesibukan individu, belum

terbentuknya kebiasaan melakukan olah raga, kurang tersedianya sarana dan

prasarana, serta faktor usia lanjut. Mayoritas ketidakpatuhan dalam melaksanakan

pengobatan karena responden lupa, faktor yang dominan terhadap ketidakpatuhan

klien adalah kurangnya perhatian dari petugas kesehatan dengan distribusi

frekuensi tingkat keaktifan senam responden menunjukkan bahwa jumlah yang

aktif dan tidak aktif hampir sama yakni 48,3% dan 51,7%. .

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dan sikap dengan keaktifan

senam prolanis pada penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan

Kabupaten Takalar”

4
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan masalah

yaitu bagaimana Hubungan pengetahuan dan sikap dengan keaktifan senam

prolanis pada penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan

Kabupaten Takalar.

1.2.1 Pertanyaan Masalah

1) Bagaimanakah pengetahuan penderita DM Tipe 2 di puskesmas

polombangkeng selatan KabupatenTakalar ?.

2) Bagaimanakah sikap penderita DM Tipe 2 di puseksmas polombangkeng

selatan KabupatenTakalar ?

3) Apakah adaHubungan pengetahuan dengan keaktifan senam prolanis

pada penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan

Kabupaten Takalar?

4) Apakah ada Hubungan sikap dengan keaktifan senam prolanis pada

penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan Kabupaten

Takalar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap dengan

keaktifan senam prolanis pada penderita DM Tipe 2 di puskesmas

polombangkeng selatan Kabupaten Takalar.

5
1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan Penderita DM Tipe 2 terhadap senam

prolanis di Puskesmas Polobangkeng selatan KabupatenTakalar

2. Untuk mengetahuisikap penderita DM Tipe 2 di Puskesmas

Polombangkeng selatanKabupatenTakalar

3. Untuk mengetahui hubunganpengetahuan dengan keaktifan senam

prolanis pada penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan

Kabupaten Takalar.

5) Untuk mengetahui hubungan sikap dengan keaktifan senam prolanis pada

penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan Kabupaten

Takalar?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis.

Diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam

meningkatkan ilmu pengetahuan mahasiswa STIKES Tanawali Persada

Takalar mengenai Hubungan pengetahuan dan sikap dengan keaktifan

senam prolanis pada penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng

selatan Kabupaten Takalar.

1.4.2 Manfaat praktis.

1. Manfaat bagi peneliti.

Merupakan pengalaman yang sangat berkesan dalam hal

mempeluas dalam menilaiHubungan pengetahuan dan sikap dengan

keaktifan senam prolanis pada penderita DM Tipe 2 di puskesmas

polombangkeng selatan Kabupaten Takalar.

6
2. Manfaat bagi reponden.

Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman dalam

pengetahuan dan sikap dengan keaktifan senam prolanis di Puskesmas

Polombangkeng selatanKabupatenTakalar

3. Manfaat bagi pendidikan.

Penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

penelitian lebih lanjut dan sebagai sumber referensi dan bahan bacaan

bagi mahasiswa STIKES Tanawali Persada Takalar.

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus

2.1.1 Defenisi

Beberapa pengertian Diabetes Melitus antara lain:

1. Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik akibat dari

kurangnya insulin efektif baik oleh karena adanya disfungsi sel

beta pankreas atau ambilan glukosa perifer atau keduanya pada

DM tipe 2 atau kurangnya insulin absolut pada DM tipe 1

dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai gejala

klinis akut (poliuria, polidipsia, penurunan berat badan) dan

ataupun gejala kronik atau kadang-kadang tanpa gejala.(Patima,

Darwis, and Hasanuddin 2019)

2. Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang yang disebabkan peningkatan kadar

glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif

dilatarbelakangi oleh resistensi insulin.(Patima et al. 2019)

3. Diabetes adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah. Diabetes dapat menyebabkan

komplikasi seperti penyakit kardiovaskular, kerusakan pada

mata, ginjal dan saraf, dan kematian dini. Secara global, lebih

dari 400 juta orang dewasa hidup dengan diabetes, dan diabetes

8
secara langsung menyebabkan 1,6 juta kematian pada tahun

2015. Mengontrol glukosa darah memiliki peran penting dalam

mencegah perkembangan komplikasi pada diabetes tipe 1 dan

tipe 2.

4. Diabetes Mellitus merupakan kelompok penyakit metabolik

yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemia) yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin,

penurunan kerja insulin, atau akibat dari keduanya.(Mulfianda et

al. 2018)

2.1.2 Etiologi

1. Diabetes mellitus tipe 1 / IDDM (Insulin Dependent Diabetes

Melitus).

DM Tipe 1 ini disesbabkan akibat kekurangan atau tidak

ada sekali sekresi insulin dalam darah yang terjadi karena

kerusakan dari sel beta pancreas

2. Diabetes mellitus tipe II / NIDDM (Non Insulin Dependent

Diabetes Melitus).

Diabetes mellitus ini disebabkan oleh insulin yang ada tapi

tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal,

rendah bahkan meningkat tapi fungsi insulin untuk metabolisme

glukosa tidak ada / kurang akibat glukosa dan biasanya dapat

diketahui diabetes mellitus setelah usia 30 tahun keatas.

3. Penyebab lain dari diabetes mellitus adalah :

a. Usia

9
b. Gaya hidup dan stress

c. Pola makan yang salah

d. Jenis kelamin

2.1.3 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Kekurangan insulin dan memiliki kadar gula darah yang tinggi

dalam darah adalah beberapa gejala yang umum bagi penderita Diabetes

Mellitus. Apabila orangmengalami beberapa gejala tersebut, ada baiknya

melakukan pengecekan untuk mengetahui kadar gula darah. Secara

umum, beberapa gejala yang terjadi yaitu sering buang air kecil, sering

merasa sangat haus, sering lapar, sering kesemutan pada kaki dan

tangan, mengalami masalah pada kulit seperti gatal atau borok, jika

mengalami luka butuh waktu lama untuk sembuh dan mudah merasa

lelah. (Wabueraheng 2019)

2.1.4 Komplikasi Diabetes Melitus

1. Komplikasi Akut Diabetes mellitus

Komplikasi Akut yaitu Hipoglikemia dan Ketoasidosis

merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada

penyandang Diabetes Mellitus dalam perjalanan

penyakitnya.Komplikasi akut ini masih sering dijumpai mengingat

kualitas pelayanan kesehatan yang belum baik.Ketoasidosis

Diabetek (KAD) menempati peringkat pertama komplikasi akut

diikuti oleh Hipoglikemia.(Indah 2018)

2. Komplikasi Kronis Diabetes mellitus

10
Komplikasi Diabetes Mellitus akan terjadi jika kadar

gula darah tetap tinggi dalam jangka waktu tertentu. Komplikasi

kronik pada dasarnya terjadi diseluruh tubuh /sistemis ( angiopati

diabetic). Untuk memudahkan, angiopati diabetic dibagi dua

yaitu makroangiopati (makrovaskuler) atau mikroangiopati

(mikrovaskuler) walaupun tidak berarti satu sama lain saling

terpisah dan tidak terjadi sekaligus.(Ulfa et al. 2019)

2.1.5 Diagnosis Diabetes Melitus

Beberapa tes yang bisa dipakai untuk penegakan diagnosis diabetes

antara lain :

1. Fasting Plasma Glucose Test (FGT)

FGT atau biasa dikenal dengan istilah tes gula darah puasa

merupakan tes yang dilakukan dengan pengambilan darah pada

pasien yang telah melakukan puasa selama 8-14 jam sebelum

melakukan tes. Tes ini biasa dikenal dengan tes gula darah puasa

(GDP) Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya bias

pengukuran akibat peningkatan gula darah karena factor makanan.

Orang dengan usia diatas 65 tahun harus mendapat perhatian khusus

Karena puasa bagi lansia justru akan meningkatkan kadar glukosa

darah(Omer and Rothman-Kabir 2018).

Hasil pemereiksaan FGT dapat dilihat pada table berikut

(PERKENI 2019):

Table 2.1

Nlai Hasil Pemriksaan FGT

11
No Hasil Pemeriksaan Diagnosis
1 <70 mg/Dl hipoglikemia
2 70-90 mg/Dl Normal
3 100-126 mg/Dl prediabetess
4 >126 mg/Dl diabetes

2. Oral Glucose Tolerence Test (OGTT)

Tes ini dianggap lebih akurat dibandingkan FGT. Tes ini juga

dilakukan untuk melihat gula darah puasa. Prosedur pelaksanaan tes ini

sama dengan FGT. Hanya saja pasien tidak boleh berpuasa lebih dari 8

jam. Dalam satu kali tes, darah dianalisa sebanyal empat kali dan jika

kadarnya diluar batas normal dalam 2 kali analisis, maka hasil

dianggap akurat(PERKENI 2019).

Diagnosis hasil pemeriksaan OGTT dapat dilihat pada table

dibawah ini :

Table 2.2

Nilai Hasil Pemeriksaan OGTT

No Hasil Pemeriksaan Diagnosis


1 >140 mg/Dl Normal
2 140-199 mg/Dl Prediabetes
3 >200 mg/Dl Diabetes

Tes ini dapat juga digunaan untuk mengetahui kemungkinan

seorang mengidap diabetes gestasional yang berhubungan dengan

kehamilan.Hanya saja pada tes OGTT biasa, glukosa yang diberikan

adalah 75 gram dalam air sedangkan untuk penegakan diagnosis

diabetes gestasional, glukosa yang diberikan 100 gram.

3. Tes Urin

12
Tes ini dilakukan untuk mengecek adanya keterkaitan

penyakit ginjal dan diabetes. Pengukuran dilakukan pada kadar protein,

glukosa dan ketone dalam urin(V. J. Caiozzo, F. Haddad, S. Lee, M.

Baker 2019).

4. Tes Tambahan

a. Pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh)

b. Pemeriksaan kulit.

c. Pemeriksaan kardiovaskular. Pemeriksaan ini dilakukan untuk

menemukan kondisi hipertensi, hipotesis dehidrasi, hilangnya

denyut pada kaki (vascular peripheral), aeritic Sklerosis (kondisi

dimana kalsium menumpuk pada katup aorta sehingga katup

tersebut menebal tapi tidak sampai emengaruhi aliran darah yang

melewatinya, dan edema (penimbunn cairan tubuh sehingga teradi

pemengkakan pada bagian tubuh yng terkena seperti tangan, kaki,

mata dan otak).

d. Pemeriksaan system saraf. Diagnosis ini dilakukan untuk melihat

adanya kerusakan saraf dan kemungkinannya terserang peripheral

neurophaty. Bagian yang akan diperiksa antara lain mata,

pendengaran, cranial nerves (12 pasang saraf yang terdapat di

otak) dan tungkai.

e. Pemeriksaan Abdomen. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat

tanda-tanda pada organ seperti ginjal, pancreas, hati dan alat

kelamin.

f. Pemeriksaan system respirasi (pernapasan)

13
g. Pemeriksaan kaki meliputi pemeriksaan luka pada kaki yang sulit

sembuh

h. Sendi dan ligament

i. Diagnosis tambahan berupa pemantayan riwayat kesehatan

meliputi pola makan dan gizi sejk remaja, pengobatan diabetes

yang dilakukan frekuesdi aktivitas fisik, infeksi pada kulit

sebelumnya dan saat diagnpsa terjadi, gaya hidup, konsumsi obat

tertentu yang telah memengaruhi glukosa, konsumsi rokok dan

kehidupan sosial .

2.2 Tinjauan Umum Tentang Senam Prolanis

2.2.1 Defenisi

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,

Fasilitas Kesehatan, dan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan

yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal

dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.Program tersebut

memadukan sistem pelayanan kesehatan dan komunikasi kepada populasi yang

memiliki kondisi dimana kemandirian diri merupakan hal utama(BPJS 2014).

prolanismenurut peraturan BPJS Kesehatan nomor 2 tahun 2015 adalah

suatu sistem yang memadukan antara penatalaksanaan pelayanan kesehatan dan

komunikasi bagi sekelompok peserta dengan kondisi penyakit tertentu melalui

upaya penanganan penyakit secara mandiri.prolanis merupakan salah satu

program promotif preventif yang dijalankan oleh FKTP (Fasilitas Kesehatan

14
Tingkat Pertama) yang diusung kerjasama dengan BPJS Kesehatan di antara

program lainnya seperti penyuluhan kesehatan, imunisasi, Keluarga Berencana

(KB), dan skrining kesehatan.

2.2.2 Tujuan senam prolanis

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas

hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke

Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik

terhadap penyakit DM (Diabetes Mellitus) Tipe 2 dan Hipertensi sesuai

panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi

penyakit.Selain itu tujuan dibuatnyaprolanis adalah untuk mendorong

kemandirian peserta, meningkatkan kepuasan peserta, meningkatkan

kualitas kesehatan peserta, dan mengendalikan biaya pelayanan kesehatan

dalam jangka panjang(Rosyida et al. 2012).

2.2.3 Sasaran dan bentuk pelaksanaan Prolanis

Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis

terutama DM Tipe 2 dan Hipertensi. Aktifitas dalam prolanismeliputi

aktifitas konsultasi medis atau edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas

klub, pelayanan obat secara rutin, dan pemantauan status kesehatan.

2.2.4 Langkah langkah Pelaksanaan Senam Prolanis

Langkah-langkah senam prolanis menurut (Ulfa et al. 2019) :

1. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan:

a. Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau

15
b. Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama

maupun RS)

2. Menentukan target sasaran

3. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas

berdasarkan distribusi target sasaran peserta

4. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes Pengelola

5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek,

Laboratorium)

6. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani

peserta prolanis

7. Melakukan sosialisasi prolaniskepada peserta (instansi,

pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain)

8. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes

Melitus Tipe 2 dan Hipertensi untuk bergabung dalam prolanis

9. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan

form kesediaan yang diberikan oleh calon peserta Prolanis

10. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada

peserta terdaftar prolanis

2.2.4 Aktifitas Prolanis

Aktifitas yang dijalankan pada prolanisyaitu konsultasi medis, edukasi

kelompok peserta prolanis, reminder, homevisit, pelayanan obat secara rutin,

dan pemantauan kesehatan. Jadwal konsultasi medis peserta prolanisdisepakati

16
bersama antara peserta dengan faskes pengelola. Peserta dapat menyampaikan

keluhan yang dirasakan kepada pelayanan kesehatan sehinggakeadaan pasien

dapat terkontrol oleh faskes pengelola.Selain itu untuk menjaga kebugaran

peserta prolanisdiadakan program olahraga rutin oleh faskes pengelola seperti

senam prolanis(Utomo 2019)

Edukasi kelompok pesertaprolanisadalah kegiatan untuk meningkatkan

pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah

timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta

prolanisSasaran dari klub prolanisadalah terbentuknya kelompok peserta

prolanisyang minimal satu Faskes Pengelola mengelola satu Klub.

Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan

kebutuhan edukasi(Wabueraheng 2019).

Langkah pertama yang dilakukan untuk edukasi kelompok peserta

prolanisyaitu mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi peserta

terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi yang

disandang. Faskes pengelola melakukan skrining terhadap pasien tersebut

untuk diketahui tingkat atau derajat dari penyakit yang dialami. Kemudian

memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola dengan Organisasi Profesi

atau Dokter Spesialis diwilayahnya dan memfasilitasi penyusunan

kepengurusan dalam Klub. Selanjutnya memfasilitasi penyusunan kriteria

Duta prolanisyang berasal dari peserta. Duta prolanisbertindak sebagai

motivator dalam kelompok Prolanis (membantu Faskes Pengelola melakukan

proses edukasi bagi anggota Klub yang lainnya). Langkah selanjutnya yaitu

memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktifitas Klub minimal 3 bulan

17
pertama, kemudian melakukan Monitoring aktifitas edukasi pada masing-

masing Faskes Pengelola yaitu dengan menerima laporan aktifitas edukasi dari

Faskes Pengelola dan menganalisis data. Setelah itu dilakukan penyusunan

umpan balik kinerja Faskes prolanisda membuat laporan kepada Kantor Divisi

Regional/Kantor Pusat dengan tembusan kepada Organisasi Profesi terkait

diwilayahnya(Indah 2018).

Aktivitas prolanisselanjutnya yaitu reminder melalui SMS

Gateway.Reminderadalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk

melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan

jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut.

Sasaran SMS Gateway adalah tersampaikannya reminder jadwal

konsultasi peserta ke masing-masing Faskes Pengelola. Langkah – langkah

yang dilakukan untuk SMS Gateway adalah melakukan rekapitulasi nomor

handphone peserta prolanis atau keluarga peserta per masing-masing Faskes

Pengelola, kemudian memasukan data nomor handphone kedalam aplikasi

SMS Gateway, dan melakukan rekapitulasi data kunjungan dari peserta per

Faskes Pengelola. Selanjutnya dilakukan pemasukan data jadwal kunjungan

dari peserta per Faskes Pengelola, kemudian melakukan monitoring aktifitas

reminder (melakukan rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat

reminder), melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat

reminder dengan jumlah kunjungan, dan membuat laporan kepada kantor

divisi regional atau kantor pusat.

Sedangkan Menurut (Tipe et al. 2018) aktifitas prolanis terbagi menjadi

beberapa yaitu:

18
1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati

bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola

2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis

a. Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan

untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya

memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali

penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta

prolanis

b. Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub)

prolanisminimal 1 Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan

diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan Peserta dan

kebutuhan edukasi.

Langkah - langkah:

1) Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi

peserta terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit DM

Tipe 2 dan Hipertensi yang disandang

2) Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola

dengan Organisasi Profesi/Dokter Spesialis

diwilayahnya

3) Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub

4) Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta prolanisyang

berasal dari peserta. Duta prolanisbertindak sebagai

motivator dalam kelompok Prolanis (membantu

19
Faskes Pengelola melakukan proses edukasi bagi

anggota Klub)

5) Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana

aktifitas Klub minimal 3 bulan pertama f. Melakukan

Monitoring aktifitas edukasi pada masing-masing

Faskes Pengelola

6) Menyusun umpan balik kinerja Faskes prolanis

7) Membuat laporan kepada Kantor Divisi

Regional/Kantor Pusat dengan tembusan kepada

Organisasi Profesi terkait diwilayahnya

3. Reminder melalui SMS Gateway

a. Definisi : Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi

peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes

Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke

Faskes Pengelola tersebut

b. Sasaran : Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi

peserta ke masing-masing Faskes Pengelola

Langkah – langkah :

1) Melakukan rekapitulasi nomor Handphone peserta

prolanis/Keluarga peserta per masing-masing

Faskes Pengelola

2) Entri data nomor handphone kedalam aplikasi

SMS Gateway

20
3) Melakukan rekapitulasi data kunjungan per

peserta per Faskes Pengelola d. Entri data jadwal

kunjungan per peserta per Faskes Pengelola

4) Melakukan monitoring aktifitas reminder

(melakukan rekapitulasi jumlah peserta yang telah

mendapat reminder)

5) Melakukan analisa data berdasarkan jumlah

peserta yang mendapat reminder dengan jumlah

kunjungan

6) Membuat laporan kepada Kantor Divisi

Regional/Kantor Pusat

4. Home Visit

a. Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan

ke rumah Peserta prolanis untuk pemberian

informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi

peserta prolanisdan keluarga

b. Sasaran:Pesertaprolanis dengan kriteria :

1) Peserta baru terdaftar

2) Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek

Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan berturutturut

3) Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan

berturut-turut (PPDM)

4) Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3

bulan berturut-turut (PPHT)

21
5) Pesert

6) a pasca opname

Langkah – langkah :

a) Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu

dilakukan Home Visit

b) Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan

waktu kunjungan

c) Bila diperlukan, dilakukan pendampingan

pelaksanaan Home Visit

d) Melakukan administrasi Home Visit kepada

Faskes Pengelola dengan berkas

2.3 Tinjauan Umum TentangSikap

2.3.1 Defenisi

Sikap merupakan konsep paling penting dalam

psikologis sosial.Konsep tentang sikap diri telah melahirkan berbagai

macam pengertian diantara para ahli psikologi.Pembahasan berkaitan

dengan psikologis sosial hampir selalu menyertakan unsur sikap baik

setiap individu atau kelompok sebagai salah satu bagian

pembahasannya.Sikap pada awalnya diartikan sebagai unsur untuk

munculnya suatu tindakan dan cenderung merupakan tingkah laku.

Definisi-definisi sikap yang telah dijelaskan di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sikap merupakan

keadaan sikap, bertingkah laku, atau respon yang diberikan atas apa

yang terjadi, serta bereaksi dengan cara tertentu yang dipengaruhi

22
oleh keadaan emosional terhadap objek, baik berupa orang, lembaga

atau persoalan tertentu yang didalamnya terdapat tiga komponen,

yaitu komponen kognitif, komponen afektif, serta komponen tingkah

laku. Sikap juga dapat mempengaruhi keadaan seseorang untuk

memilih sesuatu yang dianggapnya benar, disaat ia dihadapkan di

pilihan yang benar dan salah, karena sikap merupakan keadaan

emosional seseorang.

2.3.2 Unsur-Unsur Sikap

Menurut(Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin 2017) sikap

mengandung unsur-unsur yaitu :

1. Adanya objek: tanpa adanya objek sikap tidak akan terbentuk

2. Bentuk sikap berupa pandangan, perasaan, kecenderungan

untuk bertindak (respon terhadap objek).

3. Tanpa adanya individu suatu sikap tidak akan terjadi walau

adanya objek, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, unsur yang terdapat dalam sikap

ini merupakan hal yang mempengaruhi sikap itu sendiri.Karna

unsur merupakan hal terpenting dalam pembentuk sikap, baik itu

sikap positif atau negatif.

2.3.3 Struktur Sikap

23
Menurut(Mahmudah 2016) struktur sikap terdiri dari tiga

komponen yang saling menunjang yaitu :

1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai

apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap

2. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif

seseorang terhadap suatu objek sikap.

3. Komponen Perilaku/konatif

Komponen prilaku atau konatif dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana prilaku atau kecenderungan

berprilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan

objek sikap yang dihadapinya.

Sikap yang dimiliki seseorang adalah suatu jalinan atau

suatu kesatuan dari berbagai komponen yang bersifat

evaluasi.Langkah pertama adalah keyakinan, pengetahuan, dan

pengamatan.Kedua, perasaan atau feeling.Ketiga,

kecenderungan individu untuk melakukan atau bertindak. Ketiga

komponen tersebut saling berkaitan yang sangat erat dan tidak

dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiganya merupakan suatu

sistem yang menetap pada diri individu yang dapat

menjelmakan suatu penilaian positif atau negatif.Penilaian

tersebut disertai dengan perasaan tertentu yang mengarah pada

kecenderungan yang setuju (pro) dan tidak setuju (kontra).

24
Ketiga komponen sikap ini saling terkait erat. Dengan

mengetahui kognisi atau perasaan seseorang terhadap suatu

objek sikap tertentu, maka akandapat diketahui pula

kecenderungan perilakunya. Namun, dalam kenyataannya tidak

selalu suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai

dengan sikap.Dan ketiga komponen dari sikap menyangkut

kecenderungan berperilaku.Pada mulanya secara sederhana

diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan

perilakunya.Tetapi, lambat laun disadari banyak kejadian

dimana perilaku tidak didasarkan pada sikap.

2.3.4 Bentuk Sikap

Selanjutnya sikap dapat dibedakan atas bentuknya dalam sikap

positif dan negative, yaitu:

1. Sikap Positif

Merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan

yang memperhatikan hal-hal yang positif.Suasana jiwa

yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif daripada

kegiatan yang menjemukan, kegembiraan daripada

kesedihan, harapan daripada keputusasaan.Sesuatu yang

indah dan membawa seseorang untuk selalu dikenang,

dihargai, dihormati oleh orang lain. Untuk menyatakan

sikap yang positif, seseorang tidak hanya

mengekspresikannya hanya melalui wajah, tetapi juga

25
dapat melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa

dengan orang lain, dan cara menghadapi masalah.

2. Sikap Negatif

Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini

mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan.

Sikap ini tercermin pada muka yang muram, sedih, suara

parau, penampilan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu

yang menunjjukan ketidakramahan, ketidakmentenangkan,

dan tidak memiliki kepercayaan diri.

2.3.5 Ciri – ciri Sikap

Seperti yang telah kita ketahui, sikap merupakan keadaan

sikap, bertingkah laku, atau respon yang diberikan atas apa yang

terjadi, serta bereaksi dengan cara tertentu yang dipengaruhi oleh

keadaan emosional terhadap objek, baik berupa orang, lembaga

atau persoalan tertentu.

Adapun cirri-ciri sikap yaitu :

1. Attitude ini bukan dibawa orang sejak ia lahir melainkan

dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang

itu dalam hubungan dengan objeknya.

2. Attitude itu dapat berubah-ubah.

3. Attitude itu tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa

mengandung relasi tertentu terhadap objek.

4. Objek attitude kumpulan dari hal-hal tertentu.

26
5. Attitude tidak mempunyai segi-segi motivasi dan segi

perasaan, sifat inilah yang membedakan attitude dari pada

kecakapan-kecakapan ataupengetahuan-pengetahuan yang

dimiliki orang.

2.3.6 Fungsi Sikap

Menurut (Mahmudah 2016)ada empat fungsi sikap yaitu:

1. Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat.

Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang

menunjukkan bahwa individu dengan sikapnya berusaha

untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkannya dan

menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Dengan

demikian, maka individu akan membentuk sikap positif

terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan

keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal

yang merugikannya.

2. Fungsi pertahanan ego

Fungsi pertahanan ego yang menunjukkan keinginan

individu untuk menghindarkan diri serta melindungi dari

hal-hal yang mengancam egonya atau apabila mengetahui

fakta yang tidak mengenakkan, maka sikap dapat berfungsi

sebagai mekanisme pertahanan ego yang

akanmelindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

27
3. Fungsi pernyataan nilai

Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan

individu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan

sesuatu nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian

pribadi dan konsep dirinya.

4. Fungsi pengetahuan

Fungsi pengetahuan, menunjukkan keinginan

individu untuk mengekspresikan rasa ingin tahunya,

mencari pebalaran dan untuk mengorganisasikan

pengalamannya.

2.4 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

2.4.1 Defenisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Ramadani,

Erastus Mosha, and Ramadani 2014)

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,

bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak

berpengetahuan rendah pula.Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua

28
aspek ini akanmenentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek

positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap positif

terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (word health organization),

salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan

yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Mahmudah 2016)

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung.

29
c. Umur

Bertambahnya umur seseorang, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya.Ini ditentukan dari

pengalaman dan kematangan jiwa.

2. Faktor eksternal

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

b. Social Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

informasi.

2.4.3 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda – beda. Secara garis besarnya dibagi 6 tingkat,

yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

30
2. Memahami (comprhensif)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap

objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi

orang tersebut harus dapat mengintreprestasikan secara

benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasiyang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari

hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui.Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat

analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek

tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang

untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan

yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang

31
dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada.

6. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek

tertentu.Penilaianini dengan sendirinya didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma

yang berlaku dimasyarakat.

32
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 KerangkaKonsep

DalampenelitianiniakandiuraikanmengenaiHubungan pengetahuan dan

sikap dengan keaktifan senam prolanis pada penderita DM Tipe 2 di

puskesmas polombangkeng selatan Kabupaten

Takalar,Makakerangkakonsepdalampenelitianinidigambarkanseperti di

bawahini.

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan Keaktifan Senam


Prolanis
Sikap

Keterangan :

: VariabelIndependen

: VariabelDependen

: Garis Variabel yang diteliti

Gambar 3.1Kerangka Konsep

Peran petugas kesehatan dan Keaktifan senam prolanis

33
3.2. HipotesisPenelitian

1. HipotesisAlternatif (Ha)

1) Ada Hubungan pengetahuan dengan keaktifan senam prolanis pada

penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan Kabupaten

Takalar.

2) Ada Hubungan sikap dengan keaktifan senam prolanis pada penderita

DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan Kabupaten Takalar?

2. Hipotesis Nol (Ho)

1) TidakadaHubungan pengetahuan dengan keaktifan senam prolanis pada

penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan Kabupaten

Takalar

2) Tidak ada Hubungan sikap dengan keaktifan senam prolanis pada

penderita DM Tipe 2 di puskesmas polombangkeng selatan Kabupaten

Takalar?

34
BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptifdan analitik

menggunakan rancangan cross sectional yaitu jenis penelitian yang

menentukan pada waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat(Nursalam 2017). Artinya setiap

subyek hanya diobservasi satu kali saja dengan pendekatan kuantitatif yang

ditujukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap dengan

keaktifan senam prolanis pada penderita DM Tipe 2 di puskesmas

polombangkeng selatan Kabupaten Takalar

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian yang

menunjukkan atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai

variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok (Nursalam

2017)Dalam penelitian ini variabel-variabel yang ada diantaranya :

1. Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependent (Nursalam 2017). Dalam

penelitian ini, variabel bebasnya yaitupengetahuan dan sikap.

2. Variabel Dependent (Terikat)


Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel independent (Nursalam 2017). Dalam

penelitian ini, variabel terikatnya adalahkeaktifan senam prolanis.

35
4.2 Kerangka kerja

Pengambilan data awal

Menentukan polulasi: Semua pasien yang terdaftar


sebagai peserta prolanis di puskesmas polombangkeng
selatan Kabupaten Takalar sebanyak 32 orang

Accidental Sampling

Menetapkan sampel sesuai


kriteria inklusi

Pengumpulan data

Kusioner

Variabel yang diteliti

Variabel Independent Variabel Dependent


Pengetahuan dan Sikap Keaktifan senam prolanis

Pengolahan dan analisa data

1. Editing
2. Koding
3. Tabulating
4. Analisa univariat
5. Analisa bivariat

Penyajian data

36
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
4.3 Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Kriteria Alat Skala


Operasional Objektif ukur
1. Pengetahuan Hal-hal yang diketahui Baik : jika Kuisioner Ordinal
pasien tentang penyakit skor nilai
Dm dan Senam benar ≥ 8
Prolanis
Kurang : jika
skor nilai
benar <10

2. Sikap Pendapat atau Positif : jika Kuisioner Ordinal


keyakinan untuk nilai responden
melakukan senam ≥ 30
prolanis secara aktif . Negative : jika
nilai responden
<30

3. Keaktifan Bagaimana melihat Aktif : jika data Ordinal


Senam keaktifan program senam prolanis sekunder
prolanis senam prolanis untuk dilakukan > 8
penderita penyakit kali
kronis yang dijalankan Tidak aktif :
setiap puskesamas jika senam
sebelum pandemic prolanis
Covid 19 dilakukan < 8
kali

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

37
Adapun lokasi penelitian yang akan dilakukan penelitian yaitu di

Puskesmas polsel kab. Takalar dan direncanakan pada bulan Juli-Agustus

2020.

4.5 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian dan apabila

sesorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,

maka penelitiannya merupakan penelitian populasi . Populasi penelitian

adalah semua peserta senam prolanis di puskesmas polsel

KabupatenTakalar .

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wilayah populasi yang diteliti.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Dalam penelitian ini metode penarikan sampel adalah

teknik Accidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara aksidental

dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia

disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian dan sesuai dengan criteria

sampel .

a. Kriteria sampel inklusi

1) Bisa baca tulis.

2) Pasien penderita DM Tipe 2.

3) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed

concent dan mau mengisi lembar kuesioner.

38
b. Kriteria sampel eksklusi.

1) Mengundurkan diri pada saat penelitian.

2) Penderita diabetes mellitus yang memiliki penyakit komplikasi.

3) Respondeng yang tidak terdaftar sebagai peserta prolanis.

3. BesarSampel.

Besarnya sampel yaitu semua peserta senam prolanis di puskesmas

polombangkeng selatan KabupatenTakalar yang hadir pada saat dilakukan

penelitian sebanyak 32 orang.

4.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian

1. Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diambil secara langsung dari responden. Pada saat pengumpulan data

peneliti langsung mengambil data, alat pengumpulan data tersebut sudah

diujikan terlebih dahulu kepada respoden yang memiliki karakteristik

yang sama dengan reponden yang digunakan sebagai penelitian.

Kemudian peneliti mengambil langsung data penelitian dan sebelum

kuesioner tersebut diisi maka responden harus memenuhi syarat dan

menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini kemudian

kuesioner yang telah diisi oleh responden yang kemudian dikumpulkan

lagi oleh peneliti dan peneliti mengoreksi lagi kelengkapannya.

2. Data Sekunder

Didapatkan data dariPuskesmas Polombangkeng

selatanKabupatenTakalar.

39
3. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada

penelitian ini adalah dengan cara observasi dan menyebarkan kuesioner

yang akan diujikan kepada responden. Untuk mengukur peran perugas

kesehatan menggunakan 10 pertanyaan dengan menggunakan skla likert

yang terdiri dari 4 alternatif jawaban (Nursalam 2017):

SS : Sangat setuju :5

S : Setuju :4

RR : Ragu-ragu :3

TS : Tidak setuju :2

STS : Sangat tidak setuju : 1

4.6 Analisa Data

Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel, selanjutnya data

dianalisa dengan menggunakan komputer.

1. Analisa Univariat

Membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase pada tiap

variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap variabel independen dan

dependen. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan uji

statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 yang dilakukan

dengan bantuan program komputer SPSS 22. Untuk mengetahui

40
Hubungan peran petugas kesehatan dengan keaktifan senam prolanis pada

penderita DM Tipe 2 di puskesmas polsel KabupatenTakalar.

4.7 Etika dalam penelitian.

Dalam melakukan penelitian peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Setelah

mendapat persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi yang disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian.Bila subjek menolak maka peneliti tidakmemaksa dan

tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut di beri kode.

3. Kerahasiaan (Confinientiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya

kelompok data yang akan dilaporkan sebagai hasil pe

nelitian.

41
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2020 di puskesmas

Polombangkeng Selatan Kab. Takalar. Jenis penelitian ini adalah pendekatan

Cross Sectional Study. Populasi pada penelitian ini adalah 32 peserta senam

prolanis di Puskesmas Polombangkeng Selatan Kab. Takalar.Sampel dalam

penelitian ini adalah 32 Orangdengan menggunakan teknik pengambilan sampel

secaraAccidental Sampling.

5.1.1 Analisa Univariat

1. Pengetahuan

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas
Polombangkeng Selatan
Kabupaten Takalar
Pengetahuan N (%)
Baik 25 78,1
Kurang 7 21,9
Jumlah 32 100,0
Sumber: Data Primer 2020

Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 32 jumlah responden

yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 25 orang (78.1%) dan

yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 7 orang (21,9%).

42
2. Sikap

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di
Puskesmas polombangkeng Selatan
Kabupaten Takalar
Sikap N (%)
Positif 26 81,2
Negative 6 18,8
Jumlah 32 100,0
Sumber: Data Primer 2020

Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa dari 32 jumlah

responden,yang memiliki sikap positif sebanyak 256 orang (81,2%) dan

yang memiliki dikap negative sebanyak 6 orang (18,8%).

3. Keaktivan Senam Prolanis

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Keaktivan Senam
Prolanis di Puskesmas Polombangkeng Selatan
Kabupaten Takalar
Keaktivan Senam N (%)
Prolanis
Aktif 25 78,1
Tidak Aktif 7 21,9
Jumlah 32 100,0

43
5.1.2 Analisa Data Biuvirat

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Keaktivan Senam Prolanis

Tabel 5.5
Hubungan Pengetahuan dengan Keaktivan Senam Prolanis Pada
Penderita DM Tipe 2 Di Puskesmas Polombangkeng Selatan
Kabupaten Takalar

Keaktivan Senam Prolanis


Tidak Aktif Jumlah p
Pengetahuan Aktif

Baik 78,1
0.000
Kurang
Jumlah 62,5 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 32 responden hubungan pengetahuan

dengan keaktivan senam prolanis di puskesmas polombangkeng selatan

kabupaten Takalar, dimana yang Aktif sebanyak 25 (78,1%) namun yang

tidak aktif sebanyak 7 (21,9%) .

Dari hasil analisis diatas didapatkan nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai

α = 0,05, hasil ini menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan ke

aktivan senam prolanis pada penderita Dm Tipe 2 di Puskesmas

Polombangkeng Selatan Kab. Takalar.

2. Hubungan Sikap dan Keaktivan Senam Prolanis

44
Tabel 5.6
Hubungan Sikap dengan Keaktivan Senam Prolanis Pada
Penderita DM Tipe 2 Di Puskesmas Polombangkeng Selatan
Kabupaten Takalar
Keaktivan Senam Prolanis
Tidak Aktif Jumlah P
Sikap Aktif

Positif 78,1
Negatif 0.000
Jumlah 81,2 100,0
Sumber: Data Primer 2020

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 32 responden hubungan Sikap

dengan keaktivan senam prolanis di puskesmas polombangkeng selatan

kabupaten Takalar, yang memiliki sikap positif dimana yang Aktif senam

prolanis sebanyak 25 (78,1%) dan yang tidak aktif sebanyak 1 (3,1%) dan

yang memiliki sikap negatif sebanyak 1 (3,1%) dimana yang tidak aktif

senam prolanis sebanyak 5 (15,6%) .

Dari hasil analisis diatas didapatkan nilai p = 0,000 lebih kecil dari nilai

α = 0,05, hasil ini menunjukkan ada hubungan Sikap dengan ke aktivan

senam prolanis pada penderita Dm Tipe 2 di Puskesmas Polombangkeng

Selatan Kab. Takalar.

5.2 Pembahasan

45
5.2.1 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keaktivan Senam Prolanis

Pada Penderita Dm Tipe 2 di Puskesmas Polombangkeng Selatana

Kabupaten Takalar.

Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa dari 32 responden

yang memiliki pengetahuan yang bak tentang keaktifan senam prolanis

pada penderita Dm Tipe 2, ada beberapa yang tidak memiliki

pengetahuan yang baik dan aktif senam prolanis sebanyak 25 responden

dan yang memiliki pengetahuan yang kurang dan tidak aktif dalam

senam prolanis sebanyak 7 responden.

Analisis data dengan menggunakan Chi-Square Test (Fisher’s

Exact T) diperoleh nilai ρ = 0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05). Berarti

ada hubungan pengetahuan dengan keaktivan senam prolanis pada

penderita Dm Tipe 2 di puskesmas polombangkeng Selatan Kabupaten

Takalar.

Penulis berasumsi bahawa pengetahuan tentang Keaktivan Senam

Prolanis di pengaruhi oleh Edukasi yang diberikan Oleh petugas

Kesehatan di puskesmas yang memberi pengaruh positif terhadap

kesehatan dan penyembuhan, hal ini sesuai dengan yang disampaikan

oleh (Depkes RI 2020) bahwa pemberian edukasi secara rutin akan

meningkatkan pengetahuan individu seseorang dari keterbatasan

informasi tentang penyakitnya .

Pengetahuan tentang suatu objek yang diperoleh dari pengalaman

guru, teman, buku, dan media massa. Penderita yang mempunyai

pengetahuan tinggi cendering lebih patuh berobat daripada penderita

46
yang mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah. Penderitan yang

mempunyai tingkat pengetahuan yang baik akan dapat menjadi guru

yang baik bagi dirinya, dengan pengetahuan yang dimiliki akan

mempengaruhi kepatuhan peserta tersebut untuk lebih patuh dalam

Prolanis dan dapat melakukan semua kegiatan yang ada dalam prolanis

karena dapat memberi manfaat bagi kesehatan dalam dirinya.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan

(Annisa & Ansar 2013) yang menunjukkan bahwa aada hubungan antara

pengetahuan dengan keaktifan senam prolanis. Hal ini dikarenkan

dengan mensosialisasikan pentingnya menjalani pengobatan yang teratur

bagi penderita Dm Tipe 2, hal ini secara tidak langsung mampu

meningkatkan pengetahuan bagi peserta Prolanis sehingga dapat aktif

dalam melakukan semua kegiatan prolanis.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan

mempunyai hubungan dengan keaktivan senam prolanis pada penderita

Dm Tipe 2 di Puskesmas Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar.

5.2.1 Hubungan Sikap dengan Keaktivan Senam Prolanis Pada Penderita

Dm Tipe 2 Di Puskesmas Polombangkeng Selatan Kabupaten

Takalar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 Responden, terdapat

25 responden yang positif dan aktif melakukan senam prolanis sedangkan

1 di antaranya tidak aktif mengikuti senam prolanis, dan yang memiliki

sikap negative sebanyak 6 responden dengan 5 yang tidak aktif mengikuti

senam dan 1 responden yang aktif mengikuti senam.

47
Analisis data dengan menggunakan Chi-Square Test (Fisher’s

Exact T) diperoleh nilai ρ = 0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05). Berarti

ada hubungan Sikap dengan keaktivan senam prolanis pada penderita

Dm Tipe 2 di puskesmas polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap

dengan keaktivan senam prolanis. Hal ini sejalan dengan teori yang

dikemukakan oleh (Azwar 2005) bahwa sikap menunjukkan bagaimana

prilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

yang berkaitan dengan objek sikap yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasarkan

oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi

perilaku.

Kecenderungan berprilaku secara konsisten selaras dengan

kepercayaan dan perasaan untuk membentuk sikap individual. Sikap

positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujun dalam suatu

tindakan nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat (notoatmodjo281).

Responden yang bersikap positif pada dasarnya memiliki

pendidikan dan pengetahuan yang baik, pengalaman tentang penyakit

yang relative lama serta usia yang relative lebih tua.

(London dan bitta 1942) mengatakan bahwa sumber pembentuk

sikap ada empat, yaitu pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain

atau kelompok, pengaruh media massa dan pengaruh dari figure yang

dianggap penting akan memberikan pengaruh yang positif pada

pembentukan sikap individu, meskipun tidak dipungkiri pula bahwa

48
kadangkala orang yang dianggap penting oleh seseorang bisa berasal

dari kebalikan faktor diataas, sehingga bisa saja mmberikan pengaruh

yang buruk.

Berdaasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap

mempunyai hubungan dengan keaktivan senam prolanis pada penderita

Dm Tipe 2 Di Puskesmas Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar.

BAB 6

PENUTUP

49
6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

simpulan sebagai berikut :

6.1.1 Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keaktivan s

enam prolanis pada penderita Dm Tipe 2 di Puskesmas

Polombangkeng selatan Kabupaten Takalar.

6.1.2 Terdapat hubungan antara sikap dengan keaktivan senam

prolanis pada penderita Dm Tipe 2 di Puskesmas

Polombangkeng selatan Kabupaten Takalar.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Puskesmas

a. Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat, pasien dan

keluarganya melalu pemberian penjelasan atau penyluhan

tentang pentingnya senam prolanis agar sekiranya

dilakukan lebih giat lagi.

b. Pemberian penyuluhan akan membentuk sikap dan

membangun keaktivan pasien dalam melakukan senam

prolanis, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya berupa

penyuluhan dan kunjungan rumah pada pasien Dm Tipe 2

6.2.2 Bagi Isntitusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan bagi

perencanassn upaya pembinaan masyarakat dalam mata kuliah

yang terkait khususnya tentang pengetahuan dan sikap yang

berhubungan dengan keaktivan senam prolanis. Hal ini akan

50
memotivasi mahasiswa untuk mahir dalam memberikan

pendidikan kesehatan sebagai upaya preventif.

6.2.3 Bagi peneliti

a. Penelitian ini menjadi pengalaman awal dalam

melakukan kegiatan penilitian

b. Penelitian ini menjadi bukti nyata bagi peneliti tentang

hubungan pengetahuan dan sikap dengan keaktivan

senam prolanis.

6.2.4 Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan mengenai permasalahan Dm Tipe 2

dengan keaktivan senam prolanis dan dapat dijadikan sebagai

acuan sumber data mengenai keaktivan senam prolanis pada

penderita Dm Tipe 2.

6.2.5 Bagi profesi perawat

Dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat, maka perawat

harus dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai Dm

Tipe 2 serta melaksanakan program pendidikan yang

berkelanjutan untuk memberikan pelayanan yang prima

serta memberikan arahan atau penyuluhan dalam

memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Bhatt, Hemlata, Sarla Saklani, and Kumud Upadhayay. 2016. “Anti-Oxidant and

51
Anti-Diabetic Activities of Ethanolic Extract of Primula Denticulata
Flowers.” Indonesian Journal of Pharmacy 27(2):74–79.

BPJS. 2014. “Panduan Praktis Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).”


BPJS Kesehatan.

Diabetes Federation International. 2019. IDF Diabetes Atlas 2019.

Dinkes. 2019. “27_Sulsel_2016.” Media Kesehatan 1:20.

Dm, Penderita, Tipe Di, Wilayah Kerja, and Puskesmas Kendal. 2016. “38 Jurnal
Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016.” 4(3):38–49.

Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, Dewi Sinta. 2017. “Konsep Sikap Perawat.”
Journal of Chemical Information and Modeling 8(9):1–58.

Indah, Nur. 2018. “Hubungan Perilaku Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Yang
Dirawat Jalan Dan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Diet Di
RSUD Rantau Prapat.

Mahmudah, Nurul. 2016. “Sikap Santri Remaja Putri Terhadap Kesehatan


Reproduksi.” (2009).

Mulfianda, Riyan, Teuku Tahlil, Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan,


Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Bagian Pulmonologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, and Banda Aceh. 2018. “Pengaruh
Senam Prolanis Terhadap Tekanan Darah Dan Gula Darah Sewaktu Pada
Lansia Latar Belakang Populasi Lansia Didunia Mengalami DM , Artritis ,
Stroke , Penyakit Paru Obstruksif , Gagal Jantung , Dan Gagal Ginjal .
Tekanan Darah Tinggi Merupakan Masala.” Jurnal Ilmu Keperawatan
6(2):65–72.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian. edisi 4. edited by peni puji lestari.


indonesia: salemba medika.

Omer, Haim, and Yael Rothman-Kabir. 2018. “1 Diabetes.” Parental Vigilant

52
Care 118–23.

Patima, Nurul, Darwis Darwis, and Hasanuddin Hasanuddin. 2019. “Pengaruh


Senam Prolanis Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 Pada Lansia Di Puskesmas Binuang, Polman.” Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis 14(4):343–46.

PERKENI. 2019. “Pedoman Pemantauan Glukosa Darah Mandiri.” Perkeni 28


halaman.

Riskesdas, Kemenkes. 2018. “Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS).”


Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical 44(8):1–200.

Rosyida, Safira Hasna, Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, and Universitas


Sebelas Maret. 2012. “PROLANIS : Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Dokter Keluarga Sebagai Upaya Edukasi Dan Penanganan Pasien Dengan
Hipertensi Dan Diabetes Di Desa Ngumpakdalem.”

Tipe, Pasien D. M., Prima Hari Nastiti, and Achmad Hanif. 2018. “Hubungan
Senam Prolanis Terhadap Kadar Gula Puasa Dan Kgd2Pp Pada Pasien DM
Tipe 2.” (April):12–13.

Ulfa, Khairatul, Riyan Mulfianda, Nanda Desreza, and Fakultas Kedokteran.


2019. “Efektivitas Senam Prolanis Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dan
Kadar Gula Darah Di Puskesmas.” 728–40.

Utomo, Ria Nurrohmah. 2019. “Input Program Pengelolaan Penyakit Kronis Di


Puskesmas.” Higeia Journal of Public Health Research and Development
3(1):63–73.

Wabueraheng, Miss Wanrusna. 2019. “Hubungan Keaktifan Senam Dengan


Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Peserta
Prolanis Di Puskesmas Kartasura.” (Dm).

KUESIONER PENELITIAN

53
NO :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEAKTIFAN


SENAM PROLANIS PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI PUSKESMAS
POLOMBANGKENG SELATAN KABUPATEN TAKALAR

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :
2. Alamat Responden :
3. Umur Responden :
4. Jenis kelamin Responden :
5. Pendidikan formal terakhir :
Tidak sekolah/ tidak tamat SD

Sekolah dasar/ sederajat

Sekolah menengah pertama/ sederajat

Sekolah menengah keatas/ sederajat

Perguruan tinggi/ akademi

6. Pekerjaan Responden :

7. Pendapatan :

LEMBAR OBSERVASI

8. Status gizi TB: BB:

9. Lama menderita DM :

10. Riwayat penyakit YA : TIDAK :

11. Hasil GDS :

12. Berapa kali dalam 1 bulan anda mengikuti senam prolanis :

13. Berapa kali dalam 1 tahun anda melakukan senam prolanis :

A. Pengetahuan

54
Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling

yakini benr dengan memberikan tanda centang (√) pada salah satu angka

dibawah ini :

1. Menurut anda apa itu penyakit Diabetes Melitus ?

a) Tingginya kadar gula dalam darah

b) Tingginya kadar kalori dalam tubuh

c) Tingginya tekanan darah

d) Tingginya kadar kolestrol dalam tubuh

2. Apa penyebab Diabtes Melitus ?

a) Infeksi jamur

b) Kerusakan dalam sekeresi insulin

c) Infeksi bakteri

d) Kekurangan gizi

3. Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit Diabetes Melitus ?

a) Kerusakan gangguan fungsi ginjal, jantung, saraf dan

pembuluh darah lainnya

b) Kerusakan system pernafasan

c) Kerusakan system pencernaan

d) Kerusakan fungsi hati

4. Apakah anda tahu Kegiatan pencegahan penyakit kronis Diabetes

mellitus yang dilakukan di puskesmas ?

a) Senam Prolanis

b) Gotong royong

c) Kerja bakti

55
d) Lari pagi

5. Apa tu senam prolanis ?

a) Senam yang dilakukan untuk mencegah penularan penyakit

b) pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang

menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup

yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif

dan efisien.

c) Proses penyembuhan penyakit yang dilakukan dengan

semua masyarakat

d) Pencegahan penyakit menular

6. Berapa kali senam prolanis dilakukan ?

a) 1 kali sebulan

b) 2 kali sebulan

c) 4 kali sebulan

d) 5 kali sebuan

7. Apa manfaat yang didapatkan dari senam prolanis ?

a) dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit

b) menghilangkan rasa sakit

c) menghilangkan beban masalah

d) menghilangkan stress

8. seberapa penting kesehatan untuk anda ?

a) tidak penting

b) sangat penting

56
c) biasa saja

d) tidak begitu penting

9. berapa kali anda memeriksakan diri ke puskesmas ?

a) setiap minggu

b) 2 kali sebulan

c) Tidak sama sekali

d) 1 kali sebulan

10. Apa faktor yang mempengaruhi penyakit diabetes mellitus ?

a) Usia, kebiasaan mengkonsumsi gula secara berlebihan

b) Merokok

c) Minuman beralkohol

d) Kurang istrahat

11. Cara pencegahan penyakit diabetes mellitus adalah ?

a) Banyak tidur

b) Mengonsumsi alcohol

c) Mengurangi konsumsi yang mengandung glukosa

d) Beristrahat

12. Faktor – faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes mellitus ?

a) Umur , keturunan, kelebihan berat badan

b) Merokok

c) Alcohol

d) Terlalu banyak garam

13. Salah satu gejala diabetes mellitus adalah ?

a) Sering BAB

57
b) Sering kencing

c) Mudah mengantuk

d) Tekanan darah meningkat

14. Penyakit diabetes biasa disebut penyakit ?

a) Kurang darahh

b) Infeksi paru-paru

c) Kencing manis

d) Kelebiham lemak

15. Hal yang harus dilakukan saat gula darah meningkat ?

a) Istrahat yang cukup, olahraga yang teratur

b) Menambah konsumsi gula

c) Membiarkan saja

d) Lari keliling rumah

B. Sikap

58
Petunjuk pengisian: Berilah jawaban pertanyaan berikut ini sesuai

dengan pendapat anda, dengan cara member tanda centang (√) pada kolom

yang tersedia.

Pilihan jawaban:

SS : setujuS : setuju RR : Ragu-raguTS : tidak setuju

STS :sangat tidak setuju

N PERTANYAAN SS S RR TS STS
O
1 Saya mengikuti senam prolanis

setiap seminggu sekali


2 Saya merasa tubuh saya menjadi

lebih baik setelah saya menikuti

senam prolanis
3 Saya mengikuti senam dari awal

sampai selesai
4 Saya sebelum senam selalu sarapan

terlebih dahulu
5 Kegiatan senam prolanis

memberikan manfaat yang baik

untuk saya
6 Saya selalu mengikuti arahan dari

petugas kesehatan
7 Saya sangat antusias untuk

mengikuti senam prolanis


8 Disamping melakukan senam saya

juga sering membaca informasi

seputar diabetes mellitus.

59
9 Saya akan mengurangi konsumsi

makanan manis dan berlemak

secara berlebihan
10 saya sangat suka melakukan

kegiatan yang berhubungan dengan

penyakit saya.

60

Anda mungkin juga menyukai