Anda di halaman 1dari 17

KEBIJAKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI INDONESIA

ANALISA ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI

Disusun Oleh:

MUHAMMAD IQBAL M.Kh 18.0603.0026

DIMAS ADE SAPUTRA 18.0603.0027

EVI FAJARWATI 18.0603.0028

LAILA TASTAFTYANI 18.0603.0029

RIEDY BAYU PRATAMA 18.0603.0030

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka untuk melaksanakan tugas mata
kuliah maternitas 1 pada semester 3 yang diampu DR. Heni Setyowati ER, S.Kp.,
M.Kes.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Demikian,


semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 2
1.2. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 4
1.3. TUJUAN PENULISAN ...................................................................................... 5
1.4. MANFAAT PENULISAN .................................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
2.1. DEFINISI ............................................................................................................ 6
2.2. PENYEBAB KEMATIAN IBU DAN BAYI ..................................................... 7
2.3. KEBIJAKAN PEMERINTAH ........................................................................... 8
2.3. GRAFIK ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI .......................................... 11
2.4. HASIL RISKESDAS 2018 ............................................................................... 11
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................ 14
3.1. KESIMPULAN ................................................................................................. 14
3.2. SARAN ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung
perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial,
ekonomi, maupun budaya. Kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
penting dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
cukup tinggi. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup. AKB 34 per 1.000
kelahiran hidup.
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di dunia
masih terbilang tinggi, menurut data World Health Organization (WHO) pada
tahun 2013, ada sekitar 800 ibu di dunia meninggal setiap harinya akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Penyebab utama dari kematian ibu
antara lain sumber daya yang rendah, perdarahan, hipertensi, infeksi, dan
penyakit penyerta lainnya yang diderita ibu sebelum masa kehamilan. Wanita
yang tinggal di negara berkembang memiliki resiko kematian 23 kali lebih
besar dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju sehubungan
dengan faktor yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (WHO,
2013).
Di Indonesia sendiri AKI masih terbilang tinggi bila di bandingkan
dengan negara-negara tetangga, menurut survey demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH). Angka

2
tersebut belum sesuai dengan target MDGs yaitu 102/100.000 KH (Depkes RI,
2012).
WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari 585 ribu ibu
meninggal setiap tahun saat hamil dan bersalin, artinya setiap hari ada 1
perempuan yang meninggal (BKKBN, 2009). Sedangkan menurut Laporan
Rutin Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tahun 2010, AKI di Indonesia masih
berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup atau sedikitnya 11.534 ibu
meninggal setiap tahunnya. Hal ini berarti setiap jam terdapat 2 orang ibu
hamil atau bersalin meninggal karena berbagai sebab. Demikian pula dengan
AKB, khususnya angka kematian bayi baru lahir masih berada pada kisaran 20
per 1000 kelahiran hidup (Hernawati, 2011:10).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Indonesia (SKRT)
penyebab langsung kematian di Indonesia 90% terjadi pada saat
persalinan. Selain itu penyebab tidak langsung dari kematian ibu adalah faktor
keterlambatan yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk ke tempat
pelayanan kesehatan, sebagai contohnya adalah terlambat mengenali tanda
bahaya sehingga ibu sampai di tempat pelayanan kesehatan sudah dalam
kondisi darurat (Depkes RI, 2012).
Bersumber dari data tersebut dapat dilihat bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) cukup tinggi. Di sinilah peran negara
sangat penting untuk mengurangi angka kematian tersebut. Pemerintah
melakukan pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat agar terwujud peningkatan
kesehatan masyarakat. Upaya-upaya pembangunan kesehatan untuk dapat
memenuhi jaminan kesehatan untuk mencakup semua penduduk (universal
coverage) telah banyak diusahakan. Salah satu diantaranya yaitu dengan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tanggung jawab pemerintah untuk
dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum dan menjamin
masyarakatnya dapat hidup secara sehat. Titik tolaknya tergantung bagaimana
negara itu memberlakukan jaminan kesehatan.

3
Untuk mengurangi AKI dan AKB di Indonesia, pemerintah
mengeluarkan beberapa program dan upaya antara lain penerapan pendekatan
safe methode pada tahun 1990, program Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
yang mulai di ujicobakan sejak tahun 1994, gerakan sayang ibu pada tahun
1996, Making pragnancy safer pada tahun 2000, bantuan operasional
kesehatan (BOK) pada tahun 2010, jampersal yang di mulai pada tahun 2011,
dan juga program expanding mathernal and neonatal safer pada tahun 2012
(Kemenkes RI, 2013).
Buku kesehatan ibu dan anak (KIA) sebagai salah satu program dan
upaya pemerintah guna mengurangi AKI dan AKB merupakan hasil kerja
sama Departemen Kesehatan-RI dengan Japan International Cooperation
Agency (JICA). Buku KIA merupakan alat yang sederhana namun efektif
sebagai alat informasi, edukasi, dan komunikasi. Oleh karena itulah pada
tahun 1997 Departemen Kesehatan menggunakan model buku KIA tersebut
sebagai acuan dalam pengembangan buku KIA versi nasional, dan menjadikan
buku KIA sebagai program nasional (Destria, 2010).
Mengingat pentingnya isi dari buku KIA hendaknya tidak hanya
tenaga kesehatan saja yang paham mengenai penggunaan dan isi dari buku
KIA. Sebagai sasaran dari program buku KIA, ibu hendaknya juga paham
mengenai poin-poin dari isi buku KIA sehingga pemanfaatan buku KIA dapat
dilakukan secara maksimal. Bila dilihat dari aspek pemanfaatan buku KIA
yang berkaitan dengan kunjungan rutin ibu hamil atau K-4, dari 33 provinsi di
Indonesia baru 10 provinsi yang sudah mencapai target nasional 2013 yaitu
sebesar 93% dan jawa tengah menempati peringkat pertama dengan hasil
cakupan mencapai 99,83% (Pusdatin Kemenkes RI, 2013).

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana kebijakan pemerintah di Indonesia yang berhubungan dengan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi ?
2. Apa saja hambatan atau kendala yang ada dalam implementasi Kebijakan
Jampersal ?

4
1.3. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah Indonesia yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak
2. Untuk menganalisa terkait angka kematian ibu dan anak di Indonesia
3. Untuk mengetahui penyebab angka kematian ibu dan anak meningkat
maupun menurun yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah

1.4. MANFAAT PENULISAN

Sebagai informasi bagi penulis untuk memperoleh pengetahuan


tentang kebijakan pemerintah Indonesia yang berhubungan dengan angka
kematian ibu dan anak serta mengetahui apakah dari kebijakan yang
pemerintah laksanakan sudah tercapai, mengetahui kendala yang dihadapi baik
dari pemerintah maupun pengguna dari program yang pemerintah berikan
serta apakah dari program pemerintah itu sudah mencapai sasaran yaitu ibu
dan anak disetiap wilayah Indonesia.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab
yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya,
tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (WHO, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status
gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa
nifas.
Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia
1 tahun pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan
salah satu indikator derajat kesehatan suatu bangsa.
Berat badan lahir rendah bisa disebabkan oleh 2 hal, yaitu prematur
murni (kehamilan kurang bulan) dan SGA (Small for Gestational Age) / KMK
(Kecil Masa Kehamilan). Prematuritas murni yaitu bayi dengan masa gestasi
kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-
SMK) dan KMK yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu serta mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine (Proverawati, 2010).
Kecil masa kehamilan adalah berat badan bayi dibawah persentil 10
atau ≤ 2 standar deviasi sesuai usia kehamilan. Definisi KMK dijelaskan
sebagai berat badan bayi lebih rendah dari populasi normal atau lebih rendah
dari berat badan yang telah ditentukan (Kiess N, et.al., 2009).

6
2.2. PENYEBAB KEMATIAN IBU DAN BAYI

Penyebab kematian dan kesakitan ibu dan bayi telah dikenal sejak dulu
dan tidak berubah banyak. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan post partum,
eklampsia, infeksi, aborsi tidak aman, partus macet, dan sebab-sebab lain seperti
kehamilan ektopik dan mola hidatidosa. Keadaan ini diperkuat dengan kurang
gizi, malaria, dan penyakit-penyakit lain seperti tuberkulosis, penyakit jantung,
hepatitis, asma, atau HIV.

Penyebab kematian ibu yang diakibatkan oleh kecelakaan atau kebetulan


tidak di klasifikasikan ke dalam kematian ibu yang ada hubungannya dengan
kehamilan, persalinan dan nifas. Kematian yang dihubungkan dengan kehamilan
International Classifation of Deases (ICD-10) memudahkan identifikasi penyebab
kematian ibu ke dalam kategori baru yang disebut pregnancy related death yaitu
kematian wanita selama hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan
dan tidak tergantung dari penyebab kematian lain. Batasan 42 hari ini dapat
berubah karena telah diketahui bahwa dengan adanya prosedur-prosedur dan
teknologi baru maka terjadinya kematian dapat diperlama dan ditunda sehingga
ICD-10 juga memasukkan suatu kategori baru yang disebut kematian maternal
terlambat (late maternal death) yaitu kematian wanita akibat penyebab obstetric
langsung atau tidak langsung yang terjadi lebih dari 42 hari tetapi kurang dari satu
tahun setelah berakhirnya kehamilan (WHO et al, 2010).

Faktor medis yang dipengaruhi oleh status reproduksi dan status kesehatan
ibu antara lain: umur, paritas, jarak kehamilan dan penyakit ibu, anemia dan
kurang gizi. Faktor non medis berkaitan dengan perilaku kesehatan ibu, status ibu
dalam keluarga, status sosial ekonomi dan budaya yang menghambat upaya
penurunan kesakitan dan kematian ibu adalah sebagai berikut: Kurangnya
kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan ANC/ante natal care, terbatasnya
pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan resiko tinggi, ketidak berdayaan
sebagian besar ibu hamil di daerah terpencil maupun di perkotaan dalam
pengambilan keputusan untuk dirujuk.

7
2.3.KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dari pengalaman era MDGs (2000–2015), Indonesia ternyata belum


berhasil menurunkan angka kematian ibu, akses kepada sanitasi dan air minum,
dan penurunan prevalansi AIDS dan HIV. Hal ini disebabkan karena pemerintah
daerah tidak aktif terlibat di dalam pelaksanaan MDGs. Juga karena pemerintah
daerah kurang didukung. Salah satu upaya untuk mendorong keberhasilan SDGs
di daerah adalah melalui penyediaan informasi yang cukup bagi pemerintah
daerah. Secara khusus, buku panduan ini bertujuan:

1. Menyediakan informasi kunci, meski serbasingkat, tentang SDGs dan


mengapa peranan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan di
daerah menjadi kunci keberhasilan pelaksaaan SDGs
2. Menyediakan pilihan dan contoh – contoh kebijakan dan program yang dapat
diadopsi dengan melihat keragaman dan tingkat kemajuan atau tantangan
pembangunan di tiap – tiap daerah
3. Menyediakan contoh – contoh praktis yang dapat menjadi inspirasi bagi
pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya di daerah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :


HK.02.02/Menkes/52/2015 ditetapkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, yang mengacu pada Visi, Misi, dan Nawacita Presiden tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
Pembangunan kesehatan Indonesia pada periode 2015-2019 adalah meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 antara lain :

1. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak


2. Meningkatkan pengendalian penyakit

8
3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan
5. Memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
6. Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada 2025 adalah


meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya
Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka
Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Tujuan Renstra
Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu :

1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat


2. Meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat
terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.

Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua siklus


kehidupan, mulai dari bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja,
maternal, dan kelompok lansia. Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat,
indikator yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP
2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012)
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran
hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

9
Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan,
maka ukuran yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan


setelah memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%
2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari 6,80
menjadi 8,00.
 Program Pokok KIA :
1) Program ANC
2) Deteksi risti ibu hamil
3) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
4) Rujukan kasus risti ibu hamil
5) Pemeriksaan BBL (Neonatus), bayi dan balita
6) Penanganan neonatal yang berisiko
7) Pelayanan kesehatan bayi umur 1 bulan sampai 1 tahun
8) Pelayanan kesehatan balita
9) Pelayanan kesehatan pra school

Kemenkes juga melakukan perluasan akses serta mutu pelayanan, sebagai berikut:

1. Tenaga kesehatan diperbanyak di daerah terpencil yang memang jangkauan


pelayanannya masih dirasa kurang.
2. Melengkapi sarana dan prasarana yang ada di fasilitas kesehatan. Baik fasilitas
kesehatan dasar atau rujukan.
3. Obat akan disediakan dalam satu kesatuan dengan sistem layanan kesehatan.
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kehamilan.
5. Mengembangkan riset-riset operasional atau litbang secara sederhanan.

10
2.3.GRAFIK ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

2.4.HASIL RISKESDAS 2018


A. KESEHATAN IBU

11
B. KESEHATAN ANAK

12
13
BAB 3
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pemerintah sudah menerapkan bebrapa program untuk menurunkan


angka kematian ibu dan anak diantaranya memperbanyak tenaga kesehatan
untuk ibu dan anak, mepogramkan melalui jamkesda, jampersal,
meningkatkan status gizi dan lainnya.

 Program Pokok KIA :


a. Program ANC
b. Deteksi risti ibu hamil
c. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
d. Rujukan kasus risti ibu hamil
e. Pemeriksaan BBL (Neonatus), bayi dan balita
f. Penanganan neonatal yang berisiko
g. Pelayanan kesehatan bayi umur 1 bulan sampai 1 tahun
h. Pelayanan kesehatan balita
i. Pelayanan kesehatan pra school

3.2. SARAN
1. Kepada para pembaca semoga bisa menambah pengetahuan khususnya

tentang ilmu kesehatan sehingga dapat menyebarluaskan ilmunya.

2. Hendaknya kita sebagai siswa keperawatan dapat memahami dengan baik

dan benar mengenai kebijakan pemrintah Indonesia untuk menurunkan

angka kematian ibu dan bayi

3. Hendaknya kita dapat mengetahui program pemintah untuk kesehatan ibu

dan bayi agar lebih memudahkan kita dalam membuat asuhan keperawatan

pada praktek lapangan nantinya.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.share.pdfonline.com/9f8341f8365b40c79f3ff670067a1c2a/BAB%201.ht
ml
http://scholar.unand.ac.id/19914/2/2.BAB%201.pdf
https://idtesis.com/pengertian-angka-kematian-ibu-maternal-mortality-rate-dan-
pengelompokan-nya/
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/0e9ddfa3070398c016d6658d73f6d07a.
pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5867/f.%20BAB%20II.pdfs
equence=6&isAllowed=y
http://kesmas.depkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021517-di-rakesnas-2019_-
dirjen-kesmas-paparkan-strategi-penurunan-aki-dan-neonatal
http://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/peran-pemerintah-dalam-penurunan-angka-

kematian-ibu-aki/

15

Anda mungkin juga menyukai