Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI

DI RUANG MERPATI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Oleh :

1. Muthia Rachimah (011913243052)


2. Mirza Elvira (011913243029)
3. Dewi Sulistyawati (011913243054)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN KESEHATAN

Pokok Bahasan : Imunisasi untuk anak


Hari / Tanggal : November 2019
Alokasi waktu : 35 menit
Tempat : Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Sasaran : Pasien Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya

1. TUJUAN
1.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit, peserta penyuluhan dapat
mengetahui dan menjelaskan tentang Imunisasi untuk anak.
1.2 Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan peserta penyuluhan dapat :
1.2.1 Menjelaskan pengertian imunisasi.
1.2.2 Mengetahui mengetahui manfaat imunisasi.
1.2.3 Mengetahui macam-macam imunisasi.
1.2.4 Mengetahui jadwal imunisasi.
2. SASARAN
Pasien ruang merpati sebanyak 10 orang di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. MATERI
Pokok Bahasan : Imunisasi untuk anak
Sub pokok bahasan:
3.1.1 Pengertian imunisasi.
3.1.2 Manfaat imunisasi
3.1.3 Macam-macam imunisasi
3.1.4 Jadwal imunisasi
4. METODE
4.1 Ceramah
4.2 Tanya jawab
5. MEDIA
5.1 Leaflet
5.2 Flipchart/Lembar balik
6. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pendahuluan 07.00-07.05 1. Pembukaan acara Mendengarkan pembukaan
oleh moderator yang disampaikan oleh
dengan moderator.
menyampaikan salam
2. Perkenalan diri
3. Penyampaian kontrak
waktu.
Pelaksanaan 07.05-07.25 Penyampaian materi oleh Mendengarkan dan
penyaji : memberi umpan balik
1. Pengertian imunisasi. terhadap materi yang
2. Manfaat imunisasi disampaikan.
3. Macam-macam
imunisasi
4. Jadwal imunisasi

07.25-07.30 Sesi tanya jawab dan 1. Mengajukan pertanyaan


evaluasi hasil yang dipandu mengenai materi yang
oleh moderator. belum dipahami
2. Menjawab pertanyaan
yang telah diajukan.
Penutup 07.30-07.35 Penutup oleh moderator.
2. KRITERIA EVALUASI
I. Evaluasi Struktur
a. Materi, SAP, dan leaflet /media telah disiapkan dengan baik.
b. Tempat penyuluhan, Kesiapan peserta dan Peserta hadir telah siap.
c. Organisasi penyelenggaraan dan daftar hadir peserta penyuluhan telah
disiapkan dan data diisi oleh peserta.
II. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta antusias terhadap materi dan Suasana penyuluhan sangat baik
c. Peserta mengajukan pertanyaan
d. Jumlah peserta yang hadir 100 % = 10 orang.
III. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menjelaskan materi metode kontrasepsi
b. Peserta ikut serta dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
oleh penyaji.

3. PENGORGANISASIAN
a. Pembimbing Akademik : Ratna Dwijayanti, S. Keb, Bd., M. Keb
b. Pembimbing Klinik : Lilik Hidayati, S. Keb., Bd
c. Moderator : Dewi Sulistyawati
d. Penyaji : Mirza Elvira
e. Fasilitator : Muthia Rachimah
4. MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Istilah
imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan
atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi diartikan sebagai
pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi)
dari sistem imun didalam tubuh (IGN Ranuh, 2005).
Pendapat lain mengatakan imunisasi adalah proses menginduksi imunitas
secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian
antibody (imunisasi pasif). Imunisasi aktif menstimulasi system imun untuk
membentuk antibody dan respon imun seluler yang melawan agen penginfeksi,
sedangkan imunisasi pasif menyediakan proteksi sementara melalui pemberian
antibody yang diproduksi secara eksogen maupun transmisi transplasenta dari ibu ke
janin. Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu. (Permenkes no 42 tahun 2013).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi
adalah upaya menimbulkan kekebalan aktif kepada seseorang terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh sehingga terhindar dari penyakit tersebut.

2. MANFAAT IMUNISASI
Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari
beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan
teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan
anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut.
Anak yang telah diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan
menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman disekitarnya. Jadi, imunisasi selain
bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran ke adik,
kakak dan anak-anak lain disekitarnya. (IDAI,2013).

Menurut Departemen Kesehatan (2004), manfaat imunisasi adalah:


a. Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua yakin bahwa
anaknya menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat, dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

3. MACAM-MACAM IMUNISASI DASAR


Imunitas atau kekebalan, berdasarkan asal-muasalnya dibagi dalam dua hal, yaitu
aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya
imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan,
tetapi hanya menerimanya saja. Maka berdasarkan hal tersebut diatas, maka imunisasi
dibagi menjadi dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. (Maryunani,
2010).
1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri.
Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung :
a. Kuman-kuman mati (misalnya : vaksin cholera-typhoid/typus abdominalis –
paratyphus ABC, vaksin pertusis batuk rejan)
b. Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya : vaksin BCG terhadap
tuberkulosis)
c. Virus-virus hidup diperlemah (misalnya : bibit cacar, vaksin poliomyelitis)
d. Toxoid (=toksin = racun daripada kuman yang dinetralisasi toxoid difteri,
toxoid tetanus
Vaksin ini diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral. Terhadap
pemberiam vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit
bersangkutan (oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat
diukur dengan pemeriksaan darah) dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal)
terhadap penyakit tersebut.
Pemberian vaksin dengan cara menyuntikkan kuman atau antigen murni
akan menyebabkan benar-benar sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan dalam bentuk
vaksin, yaitu kuman yang telah dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang
tubuh untuk membentuk antibodi. Untuk itu, dalam imunisasi aktif terdapat
empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, antara lain :
a. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat berupa
polisakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan.
b. Pelarut, dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan. Contoh
Pelarut vaksin adalah pelarut untuk BCG (BCG diluted sauton) dan pelarut
untuk campak (Measles vaccine diluent).
c. Preservatif, stabiliser, dan antibiotika yang berguna untuk mengjindari
tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen
d. Adjuvan, yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imunogenitas antigen.
Untuk keperluan imunisasi aktif tersedia, antara lain vaksin BCG (Bacillus
Calmette-Guerin) untuk tuberkolosis, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus),
poliomyelitis, campak, hepatitis B, Haemophilus Influenza type B, typa (typus
abdominalis), Tetanus Toxoid, dll.
2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalh zat anti yang didapat dari luar tubuh, misalnya dengan
suntikan bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zat anti dari ibunya
selama dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif
tidak bertahan lama. Selain itu, imunisasi juga merupakan pemberian zat
(imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi
yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang diduga sudha masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
(Maryunani, 2010).
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib
dan imunisasi pilihan. (Permenkes No. 42 tahun 2013)
1. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
Imunisasi wajib terdiri atas:
2. Imunisasi rutin, merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus
menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan.
a. Imunisasi dasar, merupakan diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu)
tahun.
o Bacillus Calmette Guerin (BCG);
 Imunisasi BCG adalah pemberian vaksin yang mengandung
kuman TBC yang masih hidup namun telah dilemahkan.
 Pemberian imunisasi adalah satu kali dan tidak perlu diulang
(booster). Sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga
antibodi yang dihasilkannya tinggi. berbeda dengan vaksin yang
berisi kuman mati sehingga memerlukan pengulangan.
 Imunisasi BCG diberikan sedini mungkin atau secepatnya, tetapi
pada umumnya dibawah usia dua bulan.
 Cara pemberian imunisasi BCG menurut WHO adalah melalui
intracutan dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas.
 Tanda keberhasilan dan reaksi imunisasi BCG adalah timbulnya
indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) didaerah bekas
suntikan setelah satu atau dua minggu kemudian, yang berubah
menjadi pustula, kemudian pecah menjadi ulkus (luka). Luka ini
akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut. Jika tidak
timbul indurasi (benjolan) tidak perlu dikhawatirkan, mungkin
hal tersebut dikarenakan cara penyuntikan yang salah. Tidak
menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas/demam.
 Efek samping umumnya tidak ada, namun bisa terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan
biasanya akan sembuh sendiri
 Tidak ada larangan atau kontraindikasi imunisasi, kecuali pada
anak yang berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya
penyakit kulit berat/menahun
o Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria
Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-
Hib);
 Imunisasi DPT adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
Difteri adalah radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena
meninmbulkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan pada
jantung yang menyebabkan kematian. infeksi bakteri pada
saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap
serta bunyi pernafasn yang melengking. Pertusis berlangsung
selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk
hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum.
Pertusis juga dapat menimbulkankomplikasi yang serius seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah penyakit
kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci sehingga mulut
tidak dapat terbuka ataupun dibuka.
 Imunisasi DPT dapat diberikan secara kombinasi bersama dengan
HB dan HiB salah satu keuntungan yang didapat adalah untuk
meminimalisir dampak trauma suntikan pada bayi.
 Efek samping imunisasi biasanya hanya gejala-gejala ringan,
seperti sedikit demam dan rewel 1-2 hari, kemerahan,
pembengkakan, nyeri pada tempat suntikan, akan hilang sendiri
dalam beberapa hari. Bila masih demam dapat diberikan obat
penurun panas bayi atau bisa juga dengan memberikan minum
cairan lebih banyak.
 Kontraindikasi imunisasi adalah pada anak-anak yang
mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan
atau bukan seperti epilepsi, sedang demam/sakit keras yang dapat
menimbulkan kejang, mempunyai sifat alergi seperti eksim atau
asma.
o Hepatitis B pada bayi baru lahir;
 Imunisasi yang diberikan utuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang
merusak hati.
 Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara
intramuskular dilengan deltoid atau paha anterolateral. Tidak
disarankan penyuntikan di gluteal karena akan mengurangi
efektivitas vaksin.
 Umumnya tidak menimbulkan efek samping. Jikapun terjadi
(sangat jarang) berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang
disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan
menghilang dalam waktu dua hari.
 Kontra indikasi pada anak yang menderita sakit berat
o Polio;
 Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu
penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan
lumpuh kaki. Kandungan dalam vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan.
 Waktu pemberian polio adalah pada bayi usia 0-11 bulan atau
saat lahir (0bulan), dan diberikan empat kali dengan interval 4-
6minggu
 Cara pemberian imunisasi polio melalui oral/mulut (Oral
Poliomyelitis Vaccine/OPV) dan juga melalui injeksi (Inac
tivated Poliomyelitis Vaccine/IPV)
 Hampir tidak terdapat efek samping. Sebagian kecil mengalami
pusing, diare ringan, dan sakit otot.
 Kontraindikasi imunisasi sebaiknya pada anak dengan diare berat
atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38 oC)
ditangguhkan. Pada anak dengan penyakit gangguan kekebalan,
HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani
pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, tidak diberikan
imunisasi polio.
o Campak.
 Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(morbili/measles). Kandungan vaksin campak ini adalah virus
yang dilemahkan. Campak hanya diderita sekali seumur hidup.
 Pemberian imunisasi campak sebanyak satu kali pada usia 9bulan
 Cara pemberiannya melalui subcuttan
 Efek samping yang ditimbulkan biasanya terjadi demam ringan
dan terdapat efek kemerahan/bercak merah pada pipi dibawah
telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga
terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.
 Kontraindikasi pada imunisasi campak adalah anak dengan
penyakit infeksi akut, penyakit gangguan kekebalan, penyakit
TBC tanpa pengobatan, kekurangan gizi berat, penyakit
keganasan, serta anak dengan kerentanan tinggi terhadap protein
telur, kanamisin, dan eritromisin (antibiotik)
Tabel 1. Jadwal pemberian imunisasi dasar

2
Cara membaca kolom usia : misal berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d 2 bulan 29 hari
(89 hari).
Keterangan tabel :
1. Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian subkutan
Vitamin K, minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB
monovalen adalah usia 0,1,dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif,
diberikan vaksin HB dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas
yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal
pemberian pada usia 2,3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan
DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2,4, dan 6 bulan.
2. Vaksin polio. Apabila lahir dirumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir
disarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya,
untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV/IPV. Paling
sedikit haru smendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan OPV-3.
3. Vaksin BCG, pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan,
optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pasa usia 3 bulan atau lebih perlu
dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.
4. Vaksin DPT. Vaksin DPT pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu.
Dapat diberikan vaksin DPTw atau DPTa / kombinasi dengan vaksin lain.
Apabila diberikan vaksin DPTa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin
tersebut yaitu usia 2,4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun
diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DPT 6 dpat diberikan Td/Tdap. Pada
usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun.
5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan usia 7-12 bulan, PCV
diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan dan usia lebih dari 1 tahun diberikan 1
kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2
bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia diatas 2 tahun PCV diberikan ckup
satu kali.
6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dpsis pertama
diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan ≥15 minggu), dosis
ke-2 diberikan dengan interval 4 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24
minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan
usia 6-14 minggu, dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
7. Vaksin influenza. Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan,
diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization)
pada anak usia kurang dari 9 tahundiberikan dua kali dengan interval minimal
4 minggu. Untuk anak 6-36 bulan. Dosis 0,25 mL. untuk anak usia 36 bulan
atau lebih dosis 0,5 mL.
8. Vaksin campak. Vaksin kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudah
mendapat MMR.
9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9
bulan, maka vaksin MMR.MR diberikan pasa usia 15 bulan (minimal interval
6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak,
maka dapat diberi vaksin MMR/MR.
10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pasa
usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada usia leih dari 13
tahu, perlu 2 dosis dengan interval 4 minggu.
11. Vaksin Human Papiloma Virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10
tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan 3 kali dengan jadwal 0,1,6 bulan; vaksin
HPV tetravalent dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respon
antibody secara 3 dosis,
12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan
pada daerah endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah endemis
tersebut. Untuk perlinfungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
berikutnya.
13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0,6, dan 12
bulan.
14. Imunisasi lanjutan, merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi
lanjutan diberikan pada :
o Anak usia bawah tiga tahun (Batita); Jenis imunisasi lanjutan yang
diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria
Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak
Umur Jenis Imunisasi
18 bulan Pentabio
24 bulan Campak

o Anak usia sekolah dasar; Diberikan saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah
dasar terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria
(Td).

Sasaran Imunisasi Waktu Pemberian


Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

o Wanita usia subur.


Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur berupa
Tetanus Toxoid (TT).
15. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode
waktu tertentu. Pemberian imunisasi tambahan tersebut tidak menghapuskan
kewajiban pemberian imunisasi rutin.
16. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu.
Situasi tertentu tersebut antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan
kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus antara lain terdiri atas
imunisasi Meningitis Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi
Anti Rabies (VAR).
17. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Jenis imunisasi pilihan dapat
berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b (Hib), Pneumokokus,
Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella, Demam Tifoid,
Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis.
Dosis, Waktu, dan Cara Pemakaian Vaksin
Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum bayi mendapat
infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, berilah imunisasi sedini
mungkin segera setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi sebelum bayi
berumur 1 tahun (Satgas IDAI, 2008). Berikut adalah tabel rincian dari imunisasi yang
diberikan:
Jenis Dosis Jumlah Cara Tempat
Vaksin Pemberian Pemberian
Hepatitis B 0,5 ml 1 kali Intra Muskuler Paha
BCG 0,05 ml 1kali Intra Kutan Lengan kanan atas
Polio 2 tetes 4 kali Oral Mulut
Pentabio 0,5 ml 3 kali Intra Muskuler Paha untuk bayi
Lengan kanan untuk batita
Campak 0,5 ml 1 kali Sub Kutan Lengan kiri atas
DT 0,5 ml 1 kali Intra Muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml 1 kali Intra Muskuler Lengan kiri atas
TT 0,5 ml 1 kali Intra Muskuler Lengan kiri atas
Sumber: Permenkes No.42 tahun 2013
Masa Penyimpanan Vaksin Sisa
Jenis Vaksin Masa Pemakaian Keterangan
Polio 2 Minggu Cantumkan tanggal
TT 4 Minggu pertama kali vaksin
DT 4 Minggu digunakan
Td 4 Minggu
Pentabio 4 Minggu
BCG 3 Jam Cantumkan waktu
Campak 6 Jam vaksin dilarutkan
DAFTAR PUSTAKA

Albertina, Mathilda., dkk. 2009. “Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor –
Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan
Sekitarnya pada Bulan Maret 2008.”. Sari Pediatri. Vol.11(1)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Bersama Tingkatkan Cakupan Imunisasi,
Menjaga Anak Tetap Sehat. Dipublikasikan pada: 27 April 2015.

Hadinegoro, Sri Rejeki S. 2007. “Isu Global Penanggulangan Penyakit Infeksi.”. Sari
Pediatri. Vol. 8 (4): 105 – 114

Hidayat, A. A. Alimul. 2008a. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

__________________. 2008b. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Tumbelaka, Alan R., dan Soedjatmiko. 2013. Tanya Jawab Polio. Dipublikasikan pada 28
Maret 2013.
LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Imunisasi pada Anak


Tanggal : 22 November 2019
Tempat : Ruang PKRS Merpati RSUD Dr. Soetomo
Jumlah Peserta : 11 peserta
Waktu Pelaksanaan : 09.00 WIB
Penyuluh : Mirza Elvira
Materi
1. Pengertian Imunisasi
2. Manfaat Imunisasi pada anak
3. Macam-macam imunisasi dasar dan lanjutan pada anak
4. Jadwal imunisasi pada anak
Proses dan Hasil Pertemuan
1. Peserta penyuluhan Imunisasi pada anak diikuti oleh 1 bidan dan 11 orang peserta
penyuluhan. Jumlah sasaran peserta penyuluhan tidak sesuai dengan jumlah yang
diharapkan yaitu sebanyak 10 orang.
2. Pada saat penyuluhan, respon yang diberikan peserta cukup baik dan ada sesi ice
breaking pada awal penyajian materi dengan nonton bersama berita terkini mengenai
pentingnya imunisasi dan dampak yang muncul jika tidak melakukan imunisasi.
3. Respon yang diberikan peserta sangat baik dan peserta memperhatikan materi
penyuluhan dengan antusias.
4. Suasana dalam penyuluhan tertib dan tenang.
5. Terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan terkait materi yang diberikan.
6. Pertanyaan yang diberikan oleh penyaji dapat dijawab dengan baik.
7. Penyelenggaraan penyuluhan berjalan sesuai SAP dimulai dari perkenalan,
pemaparan materi hingga pemberian kesempatan untuk bertanya.

Masalah / Kendala
1. Kurangnya minat peserta untuk mengikuti penyuluhan. Ada beberapa pasien yang
tidur dan tidak mau saat diajak ke ruang penyuluhan.
2. Waktu pelaksanaan penyuluhan mundur/tidak sesuai dengan SAP dikarenakan
menunggu pembimbing lahan mengerjakan beberapa tugasnya dahulu.
3. Terdapat 2 peserta yang keluar ruangan sebelum penyuluhan selesai karena akan
dirawat luka oleh PPDS.

Hasil Evaluasi
1. Peserta yang keluar ruangan sebelum penyuluhan selesai diberikan leaflet agar dapat
dibaca saat senggang.
2. Terdapat 2 pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan, yaitu :
 Kenapa bayi yang tidak diimunisasi tetap sehat seperti bayi yang di imunisasi
lainnya?
Jawaban : Imunisasi adalah memasukkan vaksin ke dalam tubuh yang gunanya
memberikan kekebalan lebih apabila virus penyakit masuk dan menyerang tubuh.
Bayi yang diberikan imunisasi harapannya jika terkena virus penyakit tidak sakit
separah bayi yang tidak diberikan imunisasi. Jadi, Imunisasi tidak menutup
kemungkinan untuk terkena penyakit, akan tetapi hanya mencegah kemungkinan
komplikasi yang muncul lebih parah.
 Imunisasi sebenarnya dilakukan sampai kapan?
Jawaban : Imunisasi dilakukan dari bayi sampai dewasa. Ada beberapa imunisasi
pilihan yang dilakukan dan biasanya dilakukan saat dewasa seperti HPV,
Influenza, Japanese Encephalitis, dll yang tidak termasuk dalam Program
Pemerintah, dan biasanya imunisasi ini dilakukan atas permintaan sendiri. Akan
tetapi, imunisasi dasar wajib dalam Program Pemerintah yaitu dari bayi baru lahir
sampai 2 tahun untuk mendapatkan imunisasi Campak Booster.
3. Terdapat 1 peserta yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan
penyaji, yaitu :
 Apa saja macam imunisasi dasar yang wajib didapatkan pada anak?
Jawaban : Hepatitis B, BCG, Pentabio, Polio, Campak.
4. Peserta penyuluhan sudah cukup baik dalam memberikan tanggapan terhadap
pertanyaan yang diberikan penyuluh.

Kesimpulan dan Saran


1. Penyuluhan tentang Imunisasi pada Anak di Ruang Merpati sudah sesuai dengan
SAP, meskipun ada beberapa kendala namun penyuluhan dapat berjalan dengan baik.
2. Harapannya setelah penyuluhan ini, terjadi peningkatan pengetahuan serta kesadaran
tentang Imunisasi pada anak.
3. Pelaksanaan waktu penyuluhan selanjutnya dapat dimulai tepat waktu dan dihadiri
oleh lebih banyak pasien yang di sedang di rawat di Ruang Merpati.

NB : Laporan ini dilampiri dengan dokumentasi kegiatan, daftar hadir peserta dan foto
pelaksanaan penyuluhan.
LEMBAR PENGESAHAN SAP

MENGETAHUI

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

Ratna Dwijayanti, S.Keb, Bd., M.Keb Lilik Hidayati, S. Keb., Bd.


NIP. 198510042016087201 NIP. 197408152007012010
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN

MENGETAHUI

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

Ratna Dwijayanti, S.Keb, Bd., M.Keb Lilik Hidayati, S. Keb., Bd.


NIP. 198510042016087201 NIP. 197408152007012010

21
DOKUMENTASI

22

Anda mungkin juga menyukai