Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Vitalisme”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan

Dosen Pengampu:

DR.Nina Mardiana, S.Pd.,M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Anggie Yoya Dwi Lestari (P07220119108)

Dian Widyawati Haeri (P07220119116)

Fiqry Fadhila (P07220119121)

Reninda Rara Safira (P07220119137)

TINGKAT I/ SEMESTER II
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMATERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji
baginya. Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya dan juga pada pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
segala rahmat, hidayah, inayahnya. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan judul
“Vitalisme” sebagai tugas Etika Keperawatan[ CITATION And181 \l 1033 ].

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan teman-
teman sekalian. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna,
karena masih banyak kekurangan dan kesalahan. Maka penulis menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Dengan makalah ini, penulis
mengharapakan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis serta
pembaca pada umumnya.

Balikpapan, 24 Februari 2020

Kelompok 7

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR……………………………………………………….………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…………………..ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………...1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………1
C. Tujuan………………………………………………………………………..............1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….………………………………2

A. Pengertian Vitalisme……………………………………………………………….…2
B. Sejarah Perkembangan Vitalisme……………………………………………….…….2
C. Ajaran Inti Vitalisme…...…………………………………………………………..…4
D. Landasan Kimia dan Biologi Dalam Vitalisme…………………………………..…..5

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….………7

A. Kesimpulan………………………………………………………………………..…7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, filsafat terbagi menjadi beberapa aliran yang memiliki
ciri khas masing- masing. Perkembangan aliran filsafat berjalan seiring dengan
perkembangan filsafat itu sendiri. Dalam perkembangan awalnya, pemikir- pemikir
Yunani di abad ke- 6 SM mulai mencari jawaban- jawaban tentang rahasia- rahasia
alam semesta dengan cara berpikir sendiri dan tidak lagi mencari- cari dari cerita
maupun mitos. Salah atau aliran tersebut adalah vitalisme yaitu dimana doktrin yang
seringkali digunakan sebagai acuan pada zaman dahulu. Akan tetapi sekarang doktrin
ini ditolak oleh para ilmuan aliran utama karena mereka mengandung beberapa
elemen non-fisik atau dikendalikan oleh dasar yang berbeda yang mana bukan
merupakan benda tidak bernyawa.
 Vitalisme memiliki sejarah yang panjang dalam filosofi kedokteran. Kebanyakan
praktik penyembuhan tradisional mengemukakan bahwa penyakit merupakan hasil
dari ketidakseimbangan energi vital yang dapat menyebabkan masalah di antara hal-
hal hidup dan tidak hidup. Aliran Vitalisme ini juga sebuah perbuatan baik menurut
aliran ini adalah orang yang kuat, dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya
agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah. Manusia hendaknya
mempunyai daya hidup atau vitalitas untuk menguasai dunia dan keselamatan
manusia tergantung daya hidupnya. Vitalisme juga memandang bahwa kehidupan
tidak sepenuhnya dijelaskan secara fisika, kimiawi, karena hakikatnya berbeda
dengan yang tak hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan vitalisme ?
2. Sebutkan dan jelaskan 3 ajaran inti dalam aliran vitalisme !
3. Siapakah tokoh yang terlibat dalam ajaran inti aliran vitalisme ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari vitalisme
2. Mengetahui sejarah perkembangan aliran vitalisme

1
3. Mengetahui ajaran inti yang ada dalam aliran vitalisme
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Vitalisme
Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang baik atau buruknya sikap tindakan
manusia. Sesuatu dikatakan baik apabila sesuatu tersebut dapat berguna dan
memberikan rasa senang atau bahagia bagi diri dan orang lain. Sedangkan dikatakan
buruk apabila ia dianggap tercela dan perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan
norma-norma masyarakat yang berlaku. Adapun kriteria baik dan buruk banyak
dijabarkan dibeberapa paham atau aliran. Salah satunya adalah paham Vitalisme.

Vitalisme adalah suatu doktrin yang mengatakan bahwa suatu kehidupan terletak


di luar dunia materi dan karenanya kedua konsep ini, kehidupan dan materi, tidak bisa
saling mengintervensi. Dimana doktrin ini menghadirkan suatu konsep energi, elan
vital, yang menyokong suatu kehidupan dan energi ini bisa disamakan dengan
keberadaan suatu jiwa. Menurut paham vitalisme ini yang baik ialah yang
mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang
menaklukan orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik. Paham ini cenderung
pada sikap binatang dan berlaku hukum siapa yang kuat dan menang itulah yang baik.
Atau singkatnya dalam paham vitalisme ini yang menjadi ukuran baik dan buruk itu
bukan alam, tetapi “vitae” atau hidup (yang sangat diperlukan untuk hidup). Aliran ini
terdiri dari 2 kelompok yaitu :
1. Vitalisme pessimistis (negative vitalistis)
“homo homomini lupus” : manusia adalah serigala bagi manusia yang lain.
2. Vitalisme optimisme
“perang adalah halal” sebab orang yang berperang itulah yang menang yang akan
memegang kekuasaan (Adolf Hitler).

B. Sejarah Perkembangan Vitalisme


Vitalisme merupakan doktrin kuno yang dapat ditemui pada banyak kebudayaan
kuno. Doktrin vitalistik murni dapat ditemukan pada Galen dari abad ke dua, seorang
psikiater yang menjadi tabib bagi gladiator pada Pergamum. Ketika mempelajari
tentang anatomi dari tubuh manusia, dia tidak percaya bahwa mahluk hidup dapat

2
dijelaskan secara mekanis. Seperti Erasitratus, yang mempercayai bahwa kekuatan
vital diserap dari udara melalui pernafasan. Hal ini terjadi karena fungsi tubuh
merupakan prinsip vitalistik yang telah ada di semua mahluk hidup yang bahkan
sudah ada sejak zaman mesir kuno. Pemikiran vitalis telah mendapat tempat dalam
pengobatan tradisional.

1. Pada abad 17, saat itu masih diperdebatkan menjadi dua bentuk radikal yang
berbeda, yang diteliti berdasarkan perilaku mereka berkaitan dengan panas. Kedua
bentuk ini disebut dengan organik dan anorganik. Bahan anorganik dapat
dilelehkan, dapat juga dikembalikan ke bentuk semula dengan dihilangkan
panasnya. Bahan organik “masak” ketika dipanaskan, berubah menjadi bentuk
baru yang tidak dapat diubah ke bentuk semula. Masih diperdebatkan tentag
keberadaan “vital force” (perbedaan yang mendasar antara kedua bahan) hanya
ada pada bahan organik. Menurut catatan perkembangan mikroskop di Belanda
pada awal abad ke-17, teori kuman dan penyakit menantang 4 ilmu dasar di
kedokteran barat, dimana komposisi sel organ dari anatomi manusia dan analisis
molekuler tentang pemeliharaan kesehatan hidup secara perlahan-lahan menjadi
semakin dimengerti. Pendapat itu mulai mengurangi kebutuhan akan penjelasan
tentang “vital force”. Meskipun demikian, konsep quasi-vitalist yang bermacam-
macam masih digunakan oleh para ilmuwan untuk menjelaskan berbagai kejadian
di kehidupan, perkembangan, dan pemikiran manusia.
2. Jons Jakob Berzelius, salah satu dari bapak kimia modern di awal abad ke-19.
Meskipun dia menolak penjelasan mistik tentang kehidupan, dia berpendapat
bahwa regulative force harus ada di dalam makhluk hidup untuk menjaga fungsi
tubuhnya. Carl Reichenbach mengembangkan teori Odic Force, sebuah bentuk
energi kehidupan yang dapat menyerap benda hidup yang lain. Konsep ini tidak
mendapatkan dukungan jika bukan karena wibawa yang dimiliki Reinchenbach.
Ketika fisiologi mulai dimengerti yang berkaitan dengan mekanisme fisik.
Penjelasan penting mengenai fungsi tubuh mulai ditemukan satu demi satu.
3. Penemuan terakhir yang ditemukan adalah tentang ginjal, tetapi penemuan ini
gagal diakui setelah percobaan mengesankan oleh Homer Smith pada tahun 1930
yang memperagakan dengan jelas mekanisme filtrasi dan sekresi pada ginjal.
Vitalisme sekarang ini menjadi istilah kuno dalam keilmuan dan sering digunakan
sebagai istilah yang buruk. Ernst Mayr, asisten penemu filosofi sintesis evolusi

3
dan kritikus vitalisme dan reduksisme, menulis pada tahun 2002 setelah
perkembangan matematis tentang teori perilaku dan menyatakan: Tokoh vitalis
seperti Driesch, orang tersebut akan dipaksa untuk setuju dengan pendapatnya
yang menyebutkan bahwa banyak permasalahan biologi tidak dapat diselesaikan
dengan mudah hanya dengan filosofi Descartes, yang menurutnya organisme itu
dikategorikan sebagai sebuah mesin. Jalan pemikiran seorang vitalis itu tanpa
cela. Tetapi usaha mereka untuk menemukan jawaban ilmiah tentang fenomena
vitalistik mengalami kegagalan. Menolak filosofi reduksisme tidak merugikan
suatu penelitian. Tidak ada sistem komplek yang dapat dimengerti kecuali dengan
melakukan penelitian. Bagaimanapun interaksi antar komponen harus
dipertimbangkan begitu juga dengan bagian komponen yang terisolasi.

C. Ajaran Inti Vitalisme


Terdapat 3 ajaran inti dalam aliran vitalisme antara lain :
1. Vitalisme Galen
Vitalisme adalah dokrin yang dicetuskan oleh Galen yang menjadi tabib bagi
gladiator. Galen tidak memercayai dokrin yang menyebutkan bahwa makhluk
hidup dapat dijelaskan secara mekanis. Galen mempelajari anatomi tubuh manusia
dan mempercayai bahwa kekuatan vital diserap dari udara karena fungsi tubuh
merupakan prinsip vitalistik yang ada sejak jaman Mesir Kuno.
Vitalisme adalah aliran dalam filsafat manusia yang beranggapan bahwa
kenyataan sejati pada dasarnya adalah energi, daya, kekuatan, atau nafsu yang
bersifat irrasional atau tidak rasional. Dengam memberi tekanan pada kenyataan
yang tidak rasional, maka vitalisme berbeda dari idealisme dan materialism.
Menurut aliran vitalisme, kenyataan adalah naluri atau nafsu yang irrasional dan
instingtif (liar). Kehidupan bukan ditentukan oleh rasio tetapi ditentukan oleh
kekuatan untuk survive (bertahan hidup) tidak rasional dan liar.
2. Vitalisme Henry Bergson
Dalam bukunya Matiere et memoire, Bergson mempelajari hubungan antara
jiwa dan tubuh (roh dan materi). Ia mulai dengan mengatakan bahwa pendiriannya
dalam buku tersebut bersifat dualisme karena ia lebih mempertahankan materi dan
roh sebagai kenyataan. Berson menolak pandangan monoteisme dengan harapan
supaya tidak ada yang tereduksi dalam diri manusia. Menurut aliran vitalisme,

4
orang yang kuat dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya agar berlaku
dan ditaati oleh orang-orang yang lemah.
Henry Bergson (1958-1941) menyebutkan sebagai Elan Vital. Menurut Bergson
Elan Vital merupakan sumber dari sebab kerja dan perkembangan dalam alam.
Harapan ini memimpin dan mengatur gejala hidup dan menyesuaikan dengan
tujuan hidup. Oleh karena itu vitalisme sering juga dinamakan finalisme.
3. Vitalisme Arthur Schopenhauer
Dasar dunia ini transcendental dan bersifat irrasional, yaitu kehendak yang
buta. Kehendak ini buta karena sebab desakannya untuk terus-menerus dipuaskan
tidak bisa dikendalikan. Kehendak ini tidak akan pernah terpenuhi dan keinginan
yang tak sampai berarti penderitaan. Pembebasan dari penderitaan akan tercapai
melalui penolakan kehendak untuk hidup, yaitu lewat kematian raga dan bela rasa.
Anggapan Schopenhauer menekankan bahwa kesadaran manusia terbukti lebih
kuat dibandingkan nafsu dari keinginan.
D. Landasan Kimia dan Biologi Dalam Vitalisme
1. Landasan Kimia
Konsep vitalisme pada ilmu kimia dapat dilihat kembali pada Jons Jacob
Berzelius yang menyebutkan bahwa pada pembagian organik dan anorganik hanya
ada pada ikatan organik. Vitalisme memainkan peran penting pada sejarah ilmu kimia
karena ini memberikan perbedaan mendasar antara bahan organik dan anorganik,
mengikuti pendapat Aristoteles yang menyatakan perbedaan antara kingdom mineral
dan kingdom tumbuhan dan hewan. Pemikiran mendasar yaitu bahwa materi organik
berbeda secara mendasar dengan materi anorganik. Kemudian ahli kimia penganut
vitalisme memprediksikan materi organik tidak dapat disintesis atau dibuat dari materi
anorganik. Akan tetapi karena perkembangan teknik kimia, Friedrich Wohler dapat
membuat urea dari komponen anorganik pada tahun 1828.
Penemuan lebih lanjut terus menyingkirkan kebutuhan untuk “vital force” proses
kehidupan lebih banyak diajarkan dari istilah-istilah kimia dan fisika. Namun, akun
kontemporari tidak mendukung kepercayaan bahwa vitalisme mati, ketika Wohler
membuat urea. Sebagai sejarawan ilmu Peter J.Ramberg menyebutnya, berasal dari
sejarah populer kimia diterbitkan pada 1931 mengabaikan semua opini akurasi
sejarah, berubah menjadi perang Wohler yang terjadi setelah mensintesis produk
alami yang akan membantah vitalisme dan mengangkat selubung ketidaktahuan,
sampai" suatu sore keajaiban terjadi ". Namun pada tahun 1845, Adolph Kolbe sukses
5
dalam mebuat asam asetat dari komponen anorganik, dan pada tahun 1850an
Marcellin Berthelot mengulang percobaan untuk beberapa komponen anorganik lain
dalam retrospeksi.

2. Landasan Biologi
Dengan munculnya mekanisme dalam ilmu pengetahuan pada abad 16, hanya
sedikit ilmuwan vitalistik yang tersisa. Vitalisme dihidupkan kembali pada awal abad
18 oleh Bichat dokter Marie François Xavier dan dokter John Hunter yang mengakui
"prinsip hidup" di samping prinsip hidup mekanik. Pada tahun 1833 dan 1844,
Johannes Peter Müller menulis sebuah buku tentang fisiologi berjudul Handbuch der
Physiologie, yang menjadi buku terkenal sepanjang abad 19. Buku ini menunjukkan
komitmen Müller untuk vitalisme, ia mempertanyakan mengapa bahan organik
berbeda dari anorganik. Kemudian melanjutkan untuk analisis kimia dari darah dan
getah bening. Dia menjelaskan secara rinci peredaran darah, limfatik, pernafasan,
pencernaan, endokrin, saraf, dan sistem sensorik dalam berbagai macam hewan, tetapi
menjelaskan bahwa kehadiran jiwa membuat setiap organisme keseluruhan
terpisahkan. Dia juga mengklaim perilaku cahaya dan gelombang suara menunjukkan
bahwa organisme hidup yang memiliki energi dan hukum-hukum fisika yang tidak
pernah sepenuhnya bisa menjelaskan.
Vitalisme juga penting dalam pemikiran teleologis seperti Hans Driesch (1.867-
1.941). Pada tahun 1894, setelah penerbitan di eksperimennya pada telur landak laut.
Driesch menulis sebuah esai berjudul teoretis Analytische Theorie der organischen
Entwicklung, ia menyatakan bahwa studinya dalam biologi perkembangan menunjuk
"cetak biru" atau teleologi, yang Aristotelian entelechy, demonstrasi ilmiah Immanuel
Kant gagasan 's bahwa organisme berkembang seolah-olah memiliki kecerdasan
tujuan. Mereka memperoleh struktur yang kompleks dari yang sederhana diberikan
dalam telur. Argumen utamanya adalah bahwa ketika seseorang memotong sebuah
embrio landak laut setelah pembagian pertama atau dua, bagian-bagian yang tidak
menjadi bagian bulu babi, tetapi bulu babi lengkap. Namun, kemudian penelitian
tentang penentuan nasib sel telah menyebabkan penjelasan yang tidak melibatkan
vitalisme.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Vitalisme adalah suatu doktrin yang mengatakan bahwa suatu kehidupan terletak di
luar dunia materi dan karenanya kedua konsep ini, kehidupan dan materi, tidak bisa
saling mengintervensi. Dimana doktrin ini menghadirkan suatu konsep energi, elan
vital, yang menyokong suatu kehidupan dan energi ini bisa disamakan dengan
keberadaan suatu jiwa. Menurut paham vitalisme ini yang baik ialah yang
mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Aliran ini terdiri dari 2 kelompok
yaitu : Vitalisme pessimistis (negative vitalistis) dan Vitalisme optimisme. Terdapat 3
ajaran inti dalam aliran vitalisme antara lain : Vitalisme Galen, Vitalisme Henry
Bergson, dan Vitalisme Arthur Schopenhauer.
Sejarah perkembanga vitalisme dimulai pada abad 17, saat itu masih diperdebatkan
menjadi dua bentuk radikal yang berbeda, yang diteliti berdasarkan perilaku mereka
berkaitan dengan panas. Kedua bentuk ini disebut dengan organik dan anorganik. Jons
Jakob Berzelius, salah satu dari bapak kimia modern di awal abad ke-19. Beliau
berpendapat bahwa regulative force harus ada di dalam makhluk hidup untuk menjaga
fungsi tubuhnya. Penemuan terakhir yang ditemukan adalah tentang ginjal, tetapi
penemuan ini gagal diakui setelah percobaan mengesankan oleh Homer Smith pada
tahun 1930 yang memperagakan dengan jelas mekanisme filtrasi dan sekresi pada
ginjal.

7
DAFTAR PUSTAKA

Febriyanti, C. (2018, Mei 20). Vitalisme. Retrieved from id.scribd.com:


https://www.scribd.com/document/379681849/Christina-Febriyanti-Tugas-Vitalisme

Ghuwe, A. M. (2018, Februari 17). ETIKA KEPERAWATAN. Retrieved from


id.scribd.com: https://www.scribd.com/presentation/371724435/1-ETIKA-KEPERAWATAN

LaninBot. (2019). Vitalisme. Retrieved from id.m.wikipedia.org:


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Vitalisme

Anda mungkin juga menyukai