Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


HIPERTERMIA
Dosen Pengampu:
Ns. Siti Nuryanti , S.Kep.,M.Pd

DISUSUN OLEH :
Reninda Rara Safira P07220119137

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
TAHUN AJARAN
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur senantiasa saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun dan dikemas dari berbagai sumber sehingga memungkinkan untuk
dijadikan referensi maupun acuan. Besar harapan saya agar makalah ini dapat memberikan
konstribusi besar terhadap kemajuan di bidang keilmuan khususnya tentang Keperawatan
Anak. Makalah ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang nantinya
diharapkan dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Hipertermia .
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kami khususnya dan bagi pembaca semuanya, semoga Tuhan senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Balikpapan, 09 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................................1
Bab II Pembahasan
A. Anamnesa/pengkajian data dasar keperawatan sistem pernapasan.........................2
B. Pemeriksaan fisik gangguan pernafasan .................................................................3
C. Menjelaskan dan menyiapkan pasien untuk pemeriksaan
penunjang system pernafasan .................................................................................6
D. Pengambilan specimen darah: vena dan arteri ........................................................6
Bab III Penutup
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
Daftar Pustaka......................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Keperawatan dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan


professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu
keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain. Mengingat ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian
juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepannya diharapkan harus mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat secra professional sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang.
Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit di Indonesia umumnya
telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Pasien atau klien adalah individu yang tidak terlepas dari adanya masalah kesehatan.
Bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan, maka di mungkinkan kebutuhan
dasarnya menjadi terganggu salah satunya adalah masalah dalam hal gangguan
pernafasan, Kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan keperawatan,
dalam hal ini perawat harus mempunyai pengetahuan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien melalui proses keperawatan.
B. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan Asuhan Keperawatan ini adalah sebagai berikut :


a. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran umum dan mampu membuat asuhan keperawatan pada


pasien dengan peningkatan suhu tubuh ( hipertermi ) yang membutuhkan
pengukuran tandan-tanda vital. , sehingga dapat menerapkan intervensi yang baik
apabila mendapatkan pasien peningkatan suhu tubuh ( hipertermi )
b. Tujuan Khusus
a. Memahami pengkajian pada pasien dengan hipertermi
b. Memahami diagnosa keperawatan pada pasien dengan hipertermi
c. Memahami intervensi pada pada pasien dengan hipertermi
d. Memahami implementasi pada pasien dengan hipertermi
e. Memahami evaluasi pada pasien dengan hipertermi

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar Hipertensi
1. Definisi Hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal yang tidak teratur,

disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan panas (Sodikin,

2012).Hipertermia adalah kondisi kegagalan pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

akibat ketidakmampuan tubuh melepaskan atau mengeluarkan panas atau produksi

panas yang berlebihan oleh tubuh dengan pelepasan panas dalam laju yang

normal (El Radhi, 2009).

2. Kriteria hipertermi berdasarkan suhu tubuh

Menurut Kozier (1995), Sesorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas

jika :

1. Demam jika bersuhu 37,5o C - 38o C

2. Febris : jika bersuhu 38o C – 39o C

3. Hipertermi jika bersuhu >40o C

3. Etiologi Hipertermia
Hipertermia dapat disebabkan oleh virus dan mikroba. Mikroba serta

produknya berasal dari luar tubuh adalah bersifat pirogen eksogen yang merangsang

sel makrofag, lekosit dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen. Pirogen

seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh (Widagdo, 2012).

Menurut El-Radhi, (2009), Penyebab hipertermia dapat dibagi menjadi 2:

1) Hipertermia yang disebabkan karena produksi panas

a) Hipertermia maligna

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.

Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang

diturunkan secara autosomal dominan (Nybo, 2008). Pada

2
episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot

rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia (Curran,

2005).

b) Exercise-Induced hyperthermia (Exertional heat stroke)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang

melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang

panas (Dalal, 2006).

c) Endocrine Hyperthermia (EH)

Kondisi metabolic atau endokrin yang menyebabkan hipertermia

lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan

2) Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas

a) Hipertermia neonatal.

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga

kehidupan bisa disebabkan oleh:

I. Dehidrasi

Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh

kehilangan cairan atau paparan oleh suhu kamar yang

tinggi.Hipertermia jenis ini merupakan penyebab

kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma

lahir.Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena

hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi

biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti

leukositosis atau leucopenia, CRP yang tinggi, tidak

berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat

persalinan premature atau resiko infeksi.

3
II. Overheating

Overheating adalah pemakaian alat-alat penghangat yang

terlalu panas, atau bayi atau anak terpapar sinar matahari

langsung dalam waktu yang lama (Curran, 2005).

4. Manifestasi Klinis Hipertermia

Beberapa tanda dan gejala pada hipertermi menurut Huda (2013)

3) Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal

4) Konvulsi (kejang)

5) Kulit kemerahan

6) Pertambahan RR

7) Takikardi

8) Saat disentuh tangan terasa hangat

9) Fase – fase terjadinya hipertermia

a) Fase I : awal

(1) Peningkatan denyut jantung.

(2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.

(3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat.

(4) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi.

(5) Merasakan sensasi dingin.

(6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.


(7) Rambut kulit berdiri.

(8) Pengeluaran keringat berlebih.

(9) Peningkatan suhu tubuh.

b) Fase II : proses demam

(1) Proses menggigil lenyap.

4
(2) Kulit terasa hangat / panas.

(3) Merasa tidak panas / dingin.

(4) Peningkatan nadi & laju pernapasan.

(5) Peningkatan rasa haus.

(6) Dehidrasi ringan sampai berat.

(7) Mengantuk , delirium / kejang akibat iritasi sel saraf

(8) Lesi mulut herpetik.

(9) Kehilangan nafsu makan.

(10) Kelemahan, keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat

katabolisme protein.

c) Fase III : pemulihan

(1) Kulit tampak merah dan hangat.

(2) Berkeringat.

(3) Menggigil ringan.

(4) Kemungkinan mengalami dehidrasi.

5. Patofisiologi Hipertermia

Perubahan pengaturan homeostatis suhu normal oleh hipotalamus dapat

diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, dan sindrom

malignan dan lain-lain bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel

makrofag, lekosit dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen. Pirogen

seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat

bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja sebagai

antigen akan mempengaruhi sistem imun (Widagdo, 2012).

Saat substansi ini masuk ke sirkulasi dan mengadakan interaksi dengan

5
reseptor dari neuron preoptik di hipotalamus anterior, dan menyebabkan

terbentuknya prostaglandin E2. IL-2 yang bertindak sebagai mediator dari

respon demam, dan berefek pada neuron di hipotalamus dalam pengaturan

kembali (penyesuaian) dari thermostatic set point. Akibat demam oleh

sebab apapun maka tubuh membentuk respon berupa pirogen endogen

termasuk IL- 1, IL-6, tumor necrotizing factor (TNF) (Widagdo, 2012).

Oleh karena itu, sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk

meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi.Selain itu, substansi

sejenis hormon dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan melawan

infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set

point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi tubuh

memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk

mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini, orang

tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun suhu

tubuh meningkat (Potter & Perry, 2010).

Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih

tinggi tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan

pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah “melampaui

batas”, atau pirogen telah dihilangkan, terjadi fase ketiga episode febris.

Set point hipotalamus turun, menimbulkan respons pengeluaran panas.

Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi.Diaforesis

membantu evaporasi pengeluaran panas (Potter&Perry, 2010).

6. Komplikasi Hipertermia

Kerugian yang bisa terjadi pada bayi yang mengalami demam dan

hipertermia adalah dehidrasi, karena pada keadaan demam terjadi pula

6
peningkatan pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh

kekurangan cairan. Pada kejang demam, juga bisa terjadi tetapi

kemungkinannya sangat kecil (Hartini, 2012)

dalam patofisiologinya menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh demam

adlah peningkatan frekuensi denyut jantung dan metabolisme energy, hal

ini menimbulkan rasa lemah nyeri sendi dan sakit kepala, gelombang tidur

yang lambat (berperan dalam perbaikan fungsi otak) dan pada keadaan

tertentu dapat menimbulkan gangguan kesadaran dan persepsi (delirium

karena demam) serta kejang. keadaaan yang lebih berbahaya lagi ketika

suhu inti tubuh mencapai 40 o C karena pada suhu tersebut otak sudah tidak

dapat bekerja lagi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : sincan
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan :-
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Suku : bugis
Alamat : Balikpapan
Dx medis : HIPERTERMIa
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : yoona
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempu
Agama : islam

7
Alamat :Balikpapan
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : orang tua pasien
3. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Orang tua pasien mengajak anaknya ke IGD RSUD Mangusada pada tanggal
29 juni 2017 dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu disertai pusing,
batuk.
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pada saat 30 juni 2017 ibu pasien mengeluh anaknya Panas pusing dan batuk.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu pasien mengeluh anaknya panas disertai pusing sejak 5 hari yang lalu
sempat melakukan pemeriksaan ke poli anak pada tanggal 24 juni 2017.
Pasien kontrol setiap 3 hari sekali. Kemudian pada tanggal 29 juni 2017 orang
tua pasien mengajak pasien datang ke IGD RSUD Mangusada dengan keluhan
panas anaknya tak kunjung turun disertai pusing, sesak dan batuk. Di IGD
pasien dipasang IVFD glukosa 5% 20 tpm dan diberi O2. Pasien didiagnosa
oleh dokter Bp. Kemudian disarankan untuk rawat inap di ruang cilinaya. Pada
saat pengkajian tanggal 30 juni 2017 pasien dikeluhkan panas disertai pusing,
dan batuk. Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, S: 38,7ºc, N: 88 x/menit,
RR: 28x/menit. Terapy yang diberikan diruangan :
- IVFD Dex 5% 20 tpm
- PCT 4x cth II/ tab 3x250 mg
- Ampicilin injeksi 3x750 mg
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya tidak pernah dirawat inap sebelumya
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan

4. Pola Kebiasaan

1. Pola Bernapas dengan Normal


Sebelum Pengkajian: Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak dapat bernafas
dengan normal.

Sesudah Pengkajian : Pasien dapat bernapas dengan normal, RR = 28 x/ menit

2. Pola Kebutuhan Nutrisi

8
Sebelum Pengkajian: Orang tua pasien mengatakan anaknya biasa makan 3 kali
sehari dengan nasi dan lauk pauk.

Sesudah Pengkajian : Pasien tidak nafsu makan. Pasien mau makan namun
sedikit dan harus disuapi. Pasien mau banyak minum jika
dirayu.

3. Pola Kebutuhan Eliminasi

Sebelum Penkajian : Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak ada masalah
BAB dan BAK

Sesudah Pengkajian : Orang tua pasien mengatakan anaknya BAB 1x sehari


dengan konsistensi lembek warna kuning, BAK 4- 6x sehari

4. Pola Kebutuhan gerak dan Keseimbangan


Sebelum Pengkajian: Orang tua pasien mengatakan anaknya beraktivitas seperti
biasa

Sesudah Pengkajian : Pasien tampak lemas, aktivitas dibantu oleh keluarga dan
tim kesehatan

5. Pola Kebutuhan Istirahat dan Tidur


Sebelum Pengkajian: Orang tua pasien mengatakan anaknya tidur 7-8 jam per
hari , kadang pasien tidur siang 1 jam

Sesudah Pengkajian : Pasien sulit tidur karena efek hospitalisasi, Pasien tidur 5-6
jam sehari , pasien tidur kadang pasien bangun mendadak

6. Pola Kebutuhan berpakaian


Sebelum Pengkajian : Orang tua pasien mengatakan anaknya mandiri dalam
berpakaian tidak pernah dibantu untuk berpakaian. Pasien
lebih suka menggunakan kaos.

Sesudah Pengkajian : Pasien mengenakan pakaian kemeja agar lebih mudah


digunakan dan , dalam berpakaian pasien dibantu oleh
keluarga atau perawat.

7. Pola mempertahankan temperatur dan sirkulasi


Sebelum Pengkajian: Pasien mengenakan pakaian tipis saat cuaca panas , saat
cuaca dingin pasien mengenakan pakaian tebal

9
Sesudah Pengkajian : Pasien mengenakan pakaian utuk menghangatkan
tubuhnya , pasien mengenakan selimut tidur

8. Pola Kebutuhan Kebersihan diri


Sebelum Penkajian : Orang tua pasien mengatakan anaknya mandi 2 x sehari
(pagi dan sore), mencuci rambut 2 x seminggu ,gosok gigi
2x sehari ,Potong kuku 2 minggu sekali, biasanya dilakukan
sendiri

Sesudah Pengkajian : Pasien dilap oleh ibunya atau perawat yang bertugas 2 x
sehari (pagi dan sore) , gosok gigi 2x sehari , ,semua
aktivitas kebersihan diri dibantu oleh keluarga dan perawat.

9. Pola kebutuhan rasa aman dan nyaman


Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan merasa aman dan nyaman berada
disekitar keluarganya pasien merasa nyaman tinggal
dirumahnya

Sesudah Pengkajian : Pasien merasa aman dalam melakukan ativitasnya dengan


bantuan keluarga / tim kesehatan, pasien merasa tidak
nyaman karena efek hospitalisasi

10. Pola Kebutuhan berkomunikasi


Sebelum Pengkajian : Pasien mengungkapkan masalahnya pada keluarga

Sesudah Pengkajian : Pasien mengungkapkan keluhannya pada keluarga dan tim


kesehatan

11. Pola kebutuhan Spiritual


Pasien beragama Hindu

Sebelum Pengkajian: Pasien sembahyang 1 kali sehari bersama ibu

Sesudah Pengkajian : Pasien tidak bisa melaksanakan persembahyangan.

12. Pola Kebutuhan Bekerja


Sebelum Pengkajian: Pasien tidak bisa membantu ibunya dan pasien tidak bisa
belajar karena merasa tidak enak badan

Sesudah Pengkajian : Pasien tidak bisa membantu ibunya dan pasien tidak bisa
belajar karena sakit

10
13. Pola kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum Pengkajian : Ibu pasien mengatakan anaknya jarang mengunjungi tempat
rekeasi , waktu luang digunakan menonton TV, Pasien suka
menonton film kartun sebagai hiburannya

Sesudah Pengkajian : Pasien hanya berbincang – bincang pada keluarganya yang


menunggu dan dihibur oleh bapak / ibunya.

14. Pola kebutuhan belajar

Pasien seorang murid sekoah dasar

Sebelum sakit : Pasien sedang libur sekolah

Selama sakit : pasien tidak bisa mengerjakan tugas libur sekolahnya ,


karena pasien sakit.

5. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum : lemah


2. Tingkat Kesadaran` : Composmetis
GCS :M=6
V=5
E=4
3. TTV : TD = 110/80 mmhg
N = 88 x/ menit
S = 38,7 0 C
RR = 28 x/ menit
4. Kepala : Bentuk mesochepal, distribusi rambut , tidak ada lesi
di kulit kepala, rambut lurus tidak ada ketombe,
rambut bersih .
5. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik, pupil
ishokor, fungsi penglihatan baik
6. Hidung : Tidak ada pembesaran polip, tidak ada penumpukan
sekret, fungsi pembau baik

11
7. Mulut : Bibir pasien tidak lembab. Mukosa bibir kering.
8. Telinga : Kiri dan kanan simetris, tidak ada penumpukan
serumen, fungsi pendengaran baik
9. Leher : Tidak ada pembesaran JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan, tidak ada kaku
kuduk
10. Thorax
- Paru – paru : I = bentuk simetris, tidak tampak
tarikan intra cutan
P= vocal fremitus dex lebih bergetar dari sin
P= Sonor
A= Vesikuler
- Jantung : I = Ictus cordis tidak tampak

P = Ictus cordis teraba pada ICS ke kiri


P = Redup
A = Reguler (S1 + S2 ) lub – dup
11. Abdomen : I = bentuk datar
A = peristaltik usus 7x/ menit
P = tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
P = tympani
12. Ekstremitas (dex, sin )
Atas : tangan kanan koordinasi gerak terbatas terpasang
infus ,tidak ada edema dan akral tangannya hangat
Bawah : Koordinasi baik, tidak ada edema dan akral kakinya
hangat
13. Kulit : Warnanya sawo matang, turgor kulit baik
14. Genetalia : tidak terpasang DC dan genetalia keadaan bersih

12
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksan laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


pemeriksaan
Darah Lengkap :
WBC
Hb
PLT
HCT
Widal
Urine lengkap

2. Pemeriksaan Radiologi
- Photo Thorax

7. Data pokus

Data Subjektif Data Objektif


Ibu pasien mengeluhkan anaknya panas - Keadaan umum : lemah
disertai pusing - Akral teraba hangat
- Kesadaran :
composmentis
- Hasil ttv :
TD=110/80,
S=38,7OC,
N=88x/mnt,
RR=28x/mnt

8. Analisa data

DS DO DIAGNOSA
- Ibu pasien - Keadaan umum : Hipertermia D.0130
mengeluhkan lemah Berhubungan dengan :
anaknya panas - Akral teraba hangat  penyakit/ trauma
disertai pusing - Kesadaran :  peningkatan
composmentis metabolisme
- Hasil ttv :
 aktivitas yang
TD=110/80,
berlebih
S=38,7OC,
N=88x/mnt,  dehidrasi

13
RR=28x/mnt

B. Diagnosa keperawatan
Hipertermia D.0130
Berhubungan dengan :
 penyakit/ trauma
 peningkatan metabolisme
 aktivitas yang berlebih
 dehidrasi

C. Intervensi keperawatan

PERENCANAAN
No Diagnosa keperawatan Intervensi keperawatan Tujuan dan kreteria hasil
(SDKI) (SIKI) (SLKI)
1. Hipertermia D.0130 Manajemen Hipertermi Termoregulasi L.14134
Berhubungan dengan : I.15506 Tujuan :
 penyakit/ trauma Observasi : Setelah dilakukan
- identifikasi penyebab tindakan keperawatan
 peningkatan
hipertermia selama
metabolisme
- monitor suhu tubuh diharapkan suhu tubuh
 aktivitas yang
berlebih - monitor kadar elektrolit klien kembali normal
- monitor haluaran urine dengan
 dehidrasi
- monitor komplikasi akibat Kriteria hasil :
hipertermia - Suhu tubuh
DO/DS: Terapeutik :
 kenaikan suhu tubuh dalam batas
- sediakan lingkungan yang
diatas rentang normal
dingin
normal - longgarkan atau lepaskan dengan
 serangan atau konvulsi pakaian kreiteria
(kejang) - basahi dan kipasi hasil:
 kulit kemerahan permukaan tubuh 1. Suhu 36 – 37C
 pertambahan RR - berikan cairan oral 2. Nadi dan RR
- hindari pemberian dalam rentang
 takikardi normal
antipiretik atau aspirin
 Kulit teraba panas/ 3. Tidak ada
- berikan oksigen jika perlu
hangat perubahan
Edukasi :
- anjurkan tirah baring warna kulit dan
Kolaborasi : tidak ada
- kolaborasi pemberian pusing, merasa
cairan dan elektrolit nyaman
intravena, jika perlu - menggiil menurun
- suhu kulit
membaik

14
D. IMPLEMENTASI

No. DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI

1. Hipertermia D.0130 Observasi :


Berhubungan dengan : - mengidentifikasi penyebab
 penyakit/ trauma hipertermia
 peningkatan metabolisme - memonitor suhu tubuh
- memonitor kadar elektrolit
 aktivitas yang berlebih
- memonitor haluaran urine
 dehidrasi - memonitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik :
- menyediakan lingkungan yang
dingin
- melonggarkan atau lepaskan
pakaian
- membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
- memberikan cairan oral
- menghindari pemberian antipiretik
atau aspirin
- memberikan oksigen jika perlu
Edukasi :
- menganjurkan tirah baring
Kolaborasi :
kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

E. EVALUASI

No. Diagnosa keperawatan Evaluasi


1. Hipertermia D.0130 S:-
Berhubungan dengan : O: -
 penyakit/ trauma A:-
 peningkatan metabolisme P:-
 aktivitas yang berlebih
 dehidrasi

15
16

Anda mungkin juga menyukai