Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

SISTEM PENCERNAAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


Dosen Pengajar : H. Andi Yudianto, S.Kep.Ns.M.Kes.

KELOMPOK 01 :
1.
2.
3.
4.
5.

Rusmiati
Lilik Agustina
Muslimatun N.R.
Teguh K.H.
Aries F.R.

(7311047)
(7311021)
(7311042)
(7311046)
(7311000)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PRODI S-1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Page
1

Makalah Sistem Pecernaan


Asuhan Keperawatan Dengan BBLR
Di Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi S1 Keperawatan
Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum
Tahun Pelajaran 2013/2014
Disusun Oleh :

KELOMPOK 01
1.
2.
3.
4.
5.

Rusmiati
Lilik Agustina
Muslimatun N.R.
Teguh K.H.
Aries F.R.

(7311047)
(7311021)
(7311042)
(7311046)
(7311000)

disetujui dan disahkan pada Mei 2013

MENYETUJUI / MENGESAHKAN

Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing

H. Andi Yudianto, S.Kep.Ns.M.Kes.

Page
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalahini tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan
dalam penyusunan makalahini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan
makalahini di masayang akan datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
segala bantuan semuapihak sehingga makalah ini dapat terselesaika

Jombang, Mei 2013

Penyusun

Page
3

DAFTAR ISI

Halama Judul............................................................................................................. 1
Kata Pengantar.......................................................................................................... 2
Lembar Pengesahan................................................................................................... 3
Daftar Isi..................................................................................................................... 4
BAB I : Pendahuluan................................................................................................. 5
BAB II : Konsep Dasar.............................................................................................. 8
BAB III : Asuhan Keperawatan................................................................................ 24
BAB IV : Penutup........................................................................................................ 35
Daftar Pustaka............................................................................................................. 36

Page
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang
terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah untuk waktu
yang lama.
Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas
dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak
subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan
cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas
dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya
: system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal, metabolisme dan system kekebalan.
Bayi BBLSR mempunyai insiden perumahsakitan kembali yang lebih tinggi selama
tahun pertama kehidupan, jika dibanding dengan bayi yang lebih besar, sebagai akibat
dari hernia inguinalis, infeksi, pengobatan sisa akibat prematuritas dan gangguan
perawatan.
FENOMENA
Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan lingkungan yang
mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut dikelompokkan
menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah anak di Negara
berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara lain : keganasan, kecelakaan,
kelainan genetic dan gangguan psikologik. Sedangkan masalah anak di Negara
berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit
kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga pernah dialami oleh
kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam
Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada
Page
5

aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan
kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu
tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia
pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang
sama AKB 13,5 %.
INSIDENSI
Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S.
Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit
berwarna. Kira-kira 1/3 bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37
minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi
antara 6 16 %. Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus
adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum,
AH, 2002).
Tabel : Penyebab kematian Neonatus di Bangsal Neonatus RSCM Jakarta Tahun 1986
Penyebab

Kematian Neonatus ( % )

Cacat bawaan

33.8

Sindrom gawat nafas

20.1

Infeksi

19.4

Asfiksia

17.7

Imaturitas (tidak spesifik)

6.3

Penyebab lain

3.2

1.2 TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui definisi BBLR
b. Dapat mengetahui etiologi BBLR
c. Dapat menjelaskan tanda dan gejala BBLR
d. Dapat menjelaskan patofisiologi BBLR
e. Dapat menjelaskan penalalaksanaan medis pada kasus BBLR
f. Dapat memberikan asuhan keperawatan.

Page
6

BAB II
KONSEP DASAR
2.1 DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram. (Ilmu
Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat dan 2500 gram atau lebih rendah.
(Menurut WHO,1961)
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi berat badannya
kurang dari 2.500 gr. Berdasarkan berat badan saja, dianggap bayi prematur adalah
kurang dari 37 minggu. (Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)
2.2 MACAM-MACAM
Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematuritas Murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk
masa kehamilan (NKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intaruterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)/ Small for
Gestatation Age (SGA).
(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985 dan Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)
2.3 ETIOLOGI
a.

Faktor Ibu :

Umur ibu pada dibawah 20 tahun dan diatas 35 th

Perdarahan antepartum

Page
7

Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )

Penyakit kronis

Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta ( penyakit jantung, ginjal, paru,


hipertensi, dll )

Malnutris

Kelainan uterus

Infeksi Hepatitis A-B = menimbulkan gangguan umum karena fungsi hati dalam
mengatur nutrisi kurang sehingga dapat menimbulkan prematuritas.

Hidramnion

Trauma

Jarak kehamilan terlalu dekat

Pekerjaan berat semasa hamil

Faktor penyakit (Toksemia gravidarum, trauma fisik, keadaan uterus yang buruk,
penyakit Vaskular) atau maternal infection (TORCH) dan Sitomegalovirus =
gangguan sel berupa sitolisis sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi sel.

b. Faktor Plasenta

Penyakit Vaskuler

Kehamilan ganda

Malformasi

Tumor

Plasenta privea

c. Faktor Janin

Kelainan kromosom :
- Trisomi 21 dan 18 = gangguan tumbuh kembang muskulus arteriol sehingga
menimbulkan gangguan sirkulasi darah retroplasenter dengan akibat MKM.
- Trisomi 16 = menimbulkan abortus spontan.

Malformasi

Infeksi congenital ( missal : rubella ) = gangguan vaskular khusnya kapiler


endotelial dan dapat menimbulkan gangguan kongenital.
Page
8

Kehamilan ganda (Twin Fetuses)

Ketuban pecah dini

(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)


a.

Faktor Genetik (orang tuanya kecil dan pendek, kromosom abnormal,


anancephal).

b.

Kehamilan ganda.

c.

Ibu malnutrisi.

d.

Ibu mengkonsumsi alkohol, rokok, atau nikotin atau ibu tinggal di lingkungan
yang beresiko tinggi.

e.

Infeksi, seperti TORCH

f.

Penurunan plasenta yang disebabkan oleh diabetes, penyakit ginjal, toxemia, dan
hipertensi.

g.

Kongenital anomali.

h.

Obat-obatan, seperti antimetabolisme/ antikonvulsan, diminum oleh ibunya.

(Maternal Infant Health)


2.4 PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng
di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi
lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34
minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target

Page
9

pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya


motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan kalori.
2.5 TANDA KLINIS

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

Berat kurang dari 2500 gram

Panjang kurang dari 45 cm

Lingkar dada kurang dari 30 cm

Lingkar kepala kurang dari 33 cm

Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

Kepala lebih besar

Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

Otot hipotonik lemah

Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea

Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus

Kepala tidak mampu tegak

Pernapasan 40 50 kali / menit

Nadi 100 140 kali / menit

Status Bayi saat dilahirkan :

Nilai Apgar yang rendah, asfiksia, dilakukan resusitasi.

Terlihat tidak proposional dengan bagian-bagian badan kecil dan simetris.

BB, TB, dan lingkar kepala yang tidak sesuai dengan kelahiran.

(Maternal Infant Health)

Page
10

2.7 PROBLEMATIKA BBLR


Dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomis maupun
fisiologis maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut ini :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yag bertambah akibat dari kurangnya jaringan
lemak dibawah kulit, permukaan tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan
berat badan, otot yang tidak aktif,produksi panas yang berkurang oleh karena
lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang
belum berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal
ini disebabkan kekurangan surfactan(rasio lesitin/sfingomielin kurang dari 2),
pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang
masih lemah yang tulang iga yang mudah melengkung(pliable thorak)
3. Penyakit gangguan pernafasan yang sering pada bayi BBLR adalah penyakit
membran hialin dan aspirasi pneumoni.
4. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi, distensi abdomen akibat dari
motilitas

usus

berkurang,

volume

lambung

berkurang

sehingga

waktu

pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi


lemak, laktosa,vitamin yang larut dalam lemakdan bebberapa mineral tertentu
berkurang. Kerja dari sfingter kardio esofagus yang belum sempurna memudahkan
terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi asspirasi.
5. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K.
6. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine yang
sedikit, urea clearence yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan airtubuh
dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis
metabolik.
7. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh(fragile), kekurangan
faktor pembekuan seperti protrombine, faktor VII dan faktor christmas.
8. Gangguan imunologok, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahya kadar Ig G gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi masih
belum baik.

Page
11

9. Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan


intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi BBLR sering menderita
apnea,asfuksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Luasnya perdarahan
intraventrikuler ini dapat
10.Retrolental Fibroplasia : dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi
tinggi(PaO2 lebih dari 115 mmHg : 15 kPa) maka akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru kedaerah
yang iskemi sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi dan parut retina
sehingga bayi menjadi buta. Untuk menghindari retrolental fibroplasia maka
oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak boleh lebih dati 40%. Hal ini
dapat dicapai dengan memberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter permenit.
(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)
2.8 KOMPLIKASI
1. Sindrom aspirasi mekonium = Keadaan hipoksia intrauterin akan mengakibatkan
janin mengadakan gasping dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke
dalam likour amnion seperti yang sering terjadi pada subacute fetal distress.
Akibatnya cairan yang mengandung mekoniumyang lengket itu masuk ke dalam
paru janin karena inhalasi. Pada saat lair bayi akan menderita gangguan pernapasan
idiopatik. Pengobatannya sama dengan pengobatan sindrom gangguan pernapasan
idiopatik ditambah dengan pemberian antibiotik.
2. Sindrom distres respirasi = disebut juga penyakit membran hialin karena pada
stadium akhir akan terbentuk membran hialin yang membungkus alveolus paru.
Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat
kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan
mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :
a) rintihan waktu inspirasi
b) napas cuping hidung
c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit
d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )
Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas
darah menunjukkan :
a) kadar oksigen arteri menurun

Page
12

b) konsentrasi CO2 meningkat


c) asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena
dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan
menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul
gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
3. Fibroplasiasretrolental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat
atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan
kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di
bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar
incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi
40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini
mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
4. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
5. Enterokolitisnekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia.
Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar
darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami
perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral.
Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin
diperlukan pembedahan
6. Hiperbilirubinemia = keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi prematur
belum matang.
7. Perdarahan intraventrikuler = adalah perdarahan spontan pada ventrikel otak
lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran hialin di paruparu.
8. Hipotermia = mungkin disebabkan oleh menurunnya glikogen dan cadangan lemak
coklat, hasilnya bayi mengalami penurunan kemampuan untuk mengatur panas
normal dan menurunkan level energi.
Prinsip Termoregulasi

Page
13

Termoregulasi adalah keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.


Pencegahan stress dingin, yang menyebabkan hipotermia (suhu tubuh <350C),
sangat penting untuk pertahanan utuk bayi BBLR. Bayi yang baru lahir tidak dapat
menggigil, bergerak terlalu banyak atau meminta selimut tambahan sehingga
bergantung pada adaptasi fisik yang menghasilkan panas dengan meningkatkan
laju metabolisme basal dan menggunakan cadangan lemak coklat yang ada. Oleh
karena itu, pemajanan terhadap lingkungan yang dingin dapat berakibat pada
perubahan fisiologi multisiste, yang secara signifikan mengganggu status kesehatan
bayi. Saat tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkat karena bayi berusaha
meningkatkan laju metabolisme basalnya dengan membakar glukosa untuk
menghasilkan energi dan panas. Tindakan perewatan harus bertujuan memberi
lingkungan yang mendukung kenetralan suhu. Hal ini juga dikenal sebagai
lingkungan termal netral (NTE), kisaran suhu sekitar saat lau metabolisme
minimal, bayi mendapatkan atau bahkan kehilangan panas, konsumsi oksigen
minimal dan gradien suhu inti-ke-kulit kecil (Blackburn & Loper 1992 dari Myles
2011).
9. Hipoglikemia = Cadangan glukosa pada hati rendah sehingga ada kemungkinan
sudah habis saat dipergunakan dalam proses persalinan (Pengantar Kuliah Obstetri,
2007). Biasanya bayi KMK mengalami kedinginan, bayi yang tumbuh secara
asimetris mengalami peurunan cadangan glikogen pada hati dan otot skeletal
(Ogata, 1999 dari Myles, 2011).
10. Hipokalsemia = dikarenakan terjadi gangguan pada kelenjar hipotiroid. Dapat
menanmbah beratnya asidosis sehingga terjadi kerusakan berantai yang akhirnya
dapat terjadi henti jantung bayi.
(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985 dan I.B.G Manuaba Pengantar Kuliah Obstetri,
2007)
2.9 PENATALAKSANAAN
Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
Page
14

1. Suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian
lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25

C, bagi bayi yang

berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari
2000 gram
2. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang
lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
Cara menggunakan inkubator bagi BBLR :
1. Membersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan bersihkan secara
keseluruhan setiap minggu atau setiap akan dipergunakan
2. Tutup matras dengan kain bersih
3. Kosongkan air reservior (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya dan
menyerang bayi)
4. Atur suhu inkubator sesuai umur dan berat bayi :
a. BB <1500 gram Umur 1-10 hari : 35C, umur 11 hari-3 minggu : 34C, umur
3-5minggu : 33C, umur >5minggu : 32C
b. BB 1500-2000 gram
Umur 1-10 hari :34C, umur 11-4minggu : 33C, umur >4 minggu : 32C
c. BB 2100-2500 gram
Umur 1-2 hari : 34C, umur 3hari-3minggu : 33C, umur > 3 minggu : 32C
Page
15

d. BB >2500 gram
Umur 1-2 hari : 33C, umur >2hari : 32C.
(*bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara suhu ruang
dan suhu inkubator 7C naikan suhu inkubator 1C)
5. Hangatkan inkubator sebelum digunakan
6. Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas semua
pakaian bayi dan segera kenakan pakaian kembali setelah pengamatan terapi
selesai
7. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutupagar inkubator
tetap hangat
8. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
9. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruangan dan ukur suhu bayi peraksila
setiap jam dalam 8 jam pertama kemudian setip 3 jam.
a. Bila suhu < 36C atau >37C, atur suhu inkubator secepatnya.
b. Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, berarti
inkubator tidak berfungsi baik. Atur suhu inkubator sampai tercapai suhu yang
dikehendaki atau gunakan cara lain untukmenghangatkan bayi.
10. Bila bayi tetap dingin walau suhu inkubator telah diatur, lakukan manajemen
penanganan suhu tubuh abnormal
11. Pindahkan bayi ke ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak menunjukan tandatanda sakit.
Ruangan hangat
Ruangan hangat untuk menghangatkan bayi BBL, sering membuat petugas tidak
nyaman, sehingga menurunkan suhu ruangan tanpa menambah alat penghangat
untuk bayi. Cara menggunakan ruangan hangat bagi BBLR, yaitu
1. Pastikan bayi diberi pakaian hangat dan kepala diberi topi
2. Pastikan suhu ruangan paling rendah 26C
a. BB 1500-2000 gram suhu ruangan 28-30C
b. BB >2000 gram suhu ruangan 26-28C
3. Letakan bayi dalam boks didalam kamar, jauhkan dari dinding yang dingin,
jendela dan aliran udara
4. Ukur suhu tubuh bayi dan ruangan 4kali sehari
Page
16

5. Pada malam hari, tambahkan sumber panas


Pemantauan
I. Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah 7 hari
- Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir
>1500 gram dapat kehilangan berat sampai 10%. Berat lahir biasanya tercapai
kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi.
- Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan
seharusnya:
1. 150-200 g seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20-30 g/hari)
2. 200-250 g seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 g/hari)
- Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah
berusia lebh dari 7 hari:
1. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari.
2. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah
pemberia ASI tetap 180 ml/kg/hari
3. Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
sampai 200 ml/kg/hari.
4. Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang telah disebutkan diatas
dalam waktu lebih seminggu padahal bayi sudah mendapat ASI 200 ml/kg
bb/hari, tangani sebagai kemungkinan kenaikan berat badan tidak adekuat.
3. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang diberikan sekitar
30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa
yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
4. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi.
Page
17

5. Glukosa (Hiperglikemia): Penyuntikan disusul pemberian infuse glukosa


6. Pemberian makanan/ nutrisi
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.
2.10 Penatalaksanaan BBLR dibawah 1750 gram
Sebagian bayi dengan berat lahir 1750 2250 gram mungkin perlu perawatan
ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum dan
kehangatan, terutama jika kontak kulit-ke-kulit dapat dijaga.
a.

Pemberian Minum

Mulailah memberikan ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi


mampu mengisap. Bayi yang dapat mengisap harus diberi ASI. Bayi yang
tidak bisa menyusu harus diberi ASI perah dengan cangkir dan sendok. Ketika
bayi mengisap dari puting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi
pemberian minum melalui sendok dan cangkir.
Periksalah bayi sekurangnya dua kali sehari untuk menilai kemampuan minum,
asupan cairan, adanya suatu TANDA BAHAYA atau tanda-tanda
adanya infeksi bakteri berat Jika terdapat salah satu tanda ini,
lakukan pemantauan ketat di tempat perawatan bayi baru lahir seperti yang
dilakukan pada Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR).
Risiko merawat anak di rumah sakit (misalnya mendapat infeksi nosokomial),
harus seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari perawatan yang lebih
baik.
Bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu, hipoksemia, sepsis, intoleransi
minum dan enterokolitis nekrotikan. Semakin kecil bayi semakin tinggi risiko.
Semua Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) harus dikirim ke Perawatan
Khusus atau Unit Neonatal.
Tatalaksana
Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu
tanda hipoksemia.
Page
18

Suhu
Lakukanlah perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau
beri pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika staf
telah berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak ada penghangat
bertenaga listrik, botol air panas yang dibungkus dengan handuk
bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh
sekitar 36.5 37.50 C dengan kaki tetap hangat dan berwarna kemerahan.
Cairan dan pemberian minum
Jika mungkin berikan cairan IV 60 mL/kg/hari selama hari pertama kehidupan.
Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette: dengan sehat dan
aktif, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung,
tergantung berat badan bayi (lihat halaman 62).
Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi
sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa.
Lakukan perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV
dapat akurat karena kelebihan cairan dapat berakibat fatal.
Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum
enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang.
Bayi mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.
Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2,
pada bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum
dimulai jika perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising usus, telah
keluar mekonium dan tidak terdapat apnu.
Gunakan tabel minum.
Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya.
Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari.
Pemberian susu dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2 jam melalui pipa lambung.
Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan cangkir dan sendok atau
pipet steril. Gunakan hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2-4 mL dapat
diterima tanpa muntah, distensi perut atau retensi lambung lebih dari setengah
yang diminum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1-2 mL per minum setiap
hari. Kurangi atau hentikan minum jika terdapat tanda-tanda toleransi yang

Page
19

buruk. Jika target pemberian minum dapat dicapai dalam 5-7 hari pertama,
tetesan IV dapat dilepas untuk menghindari infeksi.
Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga
150-180 mL/kg/hari (minum 19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan
28-34 mL untuk bayi 1.5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali volume
minum berdasarkan berat badan terakhir.
Antibiotika dan Sepsis
Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit
atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi
kecil (mendekati 1 kg).
Jika terdapat salah satu TANDA BAHAYA (halaman 57) atau tanda
lain infeksi bakteri berat (halaman 58) mulailah pemberian antibiotik.
Apnu
Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang
pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan
resusitasi dengan balon dan sungkup.
Jika bayi mengalami episode apnu lebih dari sekali dan atau sampai
membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau aminofilin.
Kafein lebih dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/
kg oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit). Dosis rumatan
sesuai anjuran (lihat halaman 79).
Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara
oral atau IV selama 15-30 menit (halaman 76). Dosis rumatan sesuai
anjuran.
Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus digunakan.
2.11 PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK

a) Hematokrit (HCT) meningkat 70% menandakan polistemia (peningkatan


viskositas) bila terjadi penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal /perinatal dan hemoglobin (Hb) 20 g/dl.
b) Titer Torch sesuai indikasi/ screen bakteri dan TORCH mengetahui
penyebaran penyakit.
c) GDA Oksigen berkurang dan karbondioksida pada level asfiksia.

Page
20

d) Menghiung gula Dextrostix mengindikasikan glukosa 45 mg/dl 1-2 jam


setelah kelahiran dan untuk 2-3 hari setelah kelahiran.
e) Pemantauan elektrolit biasanya dalam batas normal pada awalnya untuk
natrium, kalium, sodium dan kalsium. Dan kemungkinan mendeteksi adanya
penurunan untuk selanjutnya.
f)

Pemeriksaan bilirubin melihat kembali adanya peningkatan di polisitemia


yang berhubungan dengan hipoksemia. (6 mg/dl pada hari pertama kehidupan,
8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari).

g) Pemeriksaan IgM untuk melihat meningkatnya infeksi ; mungkin terjadi


peningkatan/ penurunan jumlah leokosit (18.000/mm3, netrofil meningkat
sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis )). ; penurunan jumlah platelet ; mungkin terjadi ketidaknormalan waktu
protombin/ waktu parsial protombin.
h) Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ). Foto dada
ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
i)

Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi

2.12 PROGNOSIS
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi
berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi.
Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau
infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami
pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa
gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar
kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.
2.13 PEMULANGAN BAYI

Page
21

Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum
putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 30 gram / hari
dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat
badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.
Pemulangan dan pemantauan BBLR
BBLR dapat dipulangkan apabila :
Tidak terdapat TANDA BAHAYA atau tanda infeksi berat.
Berat badan bertambah hanya dengan ASI.
Suhu tubuh bertahan pada kisaran normal (36-370C) dengan pakaian
terbuka.
Ibu yakin dan mampu merawatnya.
BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir dan jika
ada dosis kedua pada saat akan dipulangkan.
Konseling pada saat BBLR pulang
Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai :
pemberian ASI eksklusif
menjaga bayi tetap hangat
tanda bahaya untuk mencari pertolongan
Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu hingga
berat badan bayi mencapai 2.5 kg.
2.14 Upaya-upaya Preventif untuk Menurunkan Kejadian IUGR
I. Upaya umum
1) Meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat sehingga cukup nutrisi dalam
bentuk 4 sehat 5 sempurna.
2) Melakukan pengobatan yang menyertai ibu hamil sedini mungkin antara lain :
a) Hipertensi
b) Penyakit ginjal
c) Penyakit hati
d) Kardiovaskuler
e) DM
f) Penyakit paru/ asma

Page
22

3) Meningkatkan penerimaan KB sehingga ibu hamil dalam keadaan sehat psikologi,


ekonomis, dan fisik yang tepat, dengan memperhatikan interval kehamilan.
4) Berhenti hamil setelah mencapai umur sekitar 35 tahun sehingga kemungkinan
penyakit di atas tidak berpengaruh.
5) Saat hamil lebih banyak instirahat baring.
II. Upaya khusus
Setelah diagnosis ditegakkan, ada kemungkinan akan terjafi IUGR. Maka upaya yang
dapat dilakukan adalah :
1) Tidur miring ke kiri. Untuk meningkatkan kelancaran aliran darah menuju retroplasenter sehingga dapat :
a) Meningkatkan aliran nutrisi, vitamin dan lainnya.
b) Meningkatkan pertukuran O2 dan CO2
c) Meningkatkan fungsi plasenta lainnya.
2) Memberikan pengaobatan ringan dengan :
a) Aspirin 150 mg/hari.
b) Dipiridamol 225 mg/hari.
c) Pemberian heparin, untuk mengurangi trombosis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.

Data Demografi
a) Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB = kurang dari 2.500 gr, TB = sama
dengan/kurang dari 46 cm, LK = sama dengan/kurang dari 33 cm, LD =
sama dengan/kurang dari 30 cm.
b) Identitas ibu :
- Nama :
- Jenis kelamin : Perempuan
- Usia : biasanya > 35 tahun
- Alamat :
Page
23

- Pekerjaan :
- Pendidikan :
c) Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d) Riwayat kehamilan (usia kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu)
e) Komplikasi kehamilan dan persalinan : perdarahan pada kehamilan,
kelainan plasenta, kehamilan ganda, gizi rendah, infeksi TORCH.
f)
2.

Jenis persalinan : Persalinan vaginal, SC sekunder/ primer.

Riwayat kesehatan keluarga : nenek/ ibu dari ibu bayi dulu waktu mengandung
mengalami pendarahan sewaktu kehamilan.

3.

Riwayat kesehatan sekarang : BB bayi 1700 gr dengan persalian SC

4.

Riwayat kesehatan masa lalu :


a) Prenatal : memeriksaan kehamilan ke bidan 3 x, diet rendah garam dan
istirahat cukup.
b) Natal : dulu ibu bayi lahir dengan persalinan secara seksio sesarea.
c) Postnatal : Skor Apgar 5 (warna kulit : merah, denyut nadi : 125 x /menit,
reflek : menangis. Aktivitas : lemah, bernapas spontan, teratur). Obat-obatan
yang diberikan pada klien antara lain : Vitamin K dan Imunisasi.

5.

Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya
BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran
lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi normal antara
120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada
bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).

6.

Pemeriksaan fisik
Page
24

Head to toe
a) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
b) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubunubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
c) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap
cahaya.
d) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
e) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
f)

Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

g) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
h) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
i)

Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae

pada

garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2
jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
j)

Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda
infeksi pada tali pusat.

Page
25

k) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
l)

Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeses.

m) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
n) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter
Patricia A, 1996 : 109-356).
B1-B6
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular
Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary
refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan
Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping hidung,
interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 4060x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal
Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus,
muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan megisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria
Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan muskuloskeletal

Page
26

Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau


sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
f)

Sistem thermogulasi (suhu)


Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.

g) Sistem kulit
Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus),
tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Sistem Reproduksi
Pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.
i) Keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah,
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuscular.
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selma 1X24 jam, pola nafas

klien kembali adekuat.


Kriteria Hasil :
RR normal (30-80 x/menit), bunyi nafas vesikuler, klien tidak menggunakan alat
bantu napas (nasal oksigen), sianosis tidak ada, nilai AGD normal.

Page
27

Intervensi
1.

Rasional

Tempatkan klien Meningkatnya ekspansi paru dan


memaksimalkan oksigenasi paru untuk
pada posisi telentang dengan leher
kebutuhan seluler. untuk mencegah
sedikit ekstensi dan hidung menghadap
adanya penyempitan jalan nafas.
ke atas.

2. Lakukan penghisapan sekret dengan


teknik yang tepat.

- Menghilangkan mukus yang terakumulasi


dari nasofaring, trakea, dan juga untuk
mencegah infeksi dan kerusakan jalan
napas.

3. Observasi adanya tanda distress


pernafasan.
4.

- Mencegah terjadinya komplikasi.

Kolaborasi pemberian oksigen


tambahan.

- Meningkatkan keadekuatan oksigen di


dalam tubuh.

5. Kolaborasi pemeriksaan AGD.

- Mengetahui keseimbangan oksigenisasi


dalam jaringan.

2) Resiko kekurangan cairan berhubungan fisiologis imatur, penguapan berlebihan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kebutuhan cairan klien kembali
seimbang.
Kriteria hasil :
Intake output seimbang, klien tidak mengalami dehidrasi, membran mukosa lembab,
turgor kulit elastis, BB dalam batas normal.

No

Intervensi

Rasional

Kaji status hidrasi klien

mengetahui tingkat hidrasi klien dan


menentukan intervensi lanjutan.

Timbang berat badan setiap hari.

BB merupakan indikator dari


keseimbangan cairan.

Page
28

Observasi turgor kulit, membran


mukosa.

turgor kulit dan membran mukosa


kering menunjukan adanya tanda-tanda
dehidrasi.

Hitung intake dan output klien per


24 jam.

mengetahui tingkat keseimbangan


cairan klien.

Berikan pelembek fese,stimulan

menghindari dehidrasi atau hidrasi


berlebihan pada ginjal imatur dan vena
yang rapuh.
mengembalikan status hidrasi klien
kembali adekuat.

ringan
7

Kolaborasi pemberian cairan


parenteral sesuai dengan instruksi.

3) Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam, klien dapat

mempertahankan suhu tubuh yang stabil.


Kriteria Hasil :
Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,1 37,7C), tidak terjadi hipertermi, akral
hangat, glukosa darah normal.

No

Intervensi

Rasional

Tempatkan bayi di dalam inkubator.

Pantau suhu aksila dan tanda- tanda


hipotermi.

- mempertahankan suhu kulit dalam


rentang termal yang dapat diterima.

Gunakan pelindung panas.

Bila tidak menggunakan inkubator,


berikan selimut hangat dan sinari /
berikan cukup cahaya / sinar lampu.

Page
29

mempertahankan suhu tubuh


stabil.

menurunkan kehilangan
panas.
selimut hangat menjaga suhu
tubuh bayi dan sinar lampu
memberikan efek hangat pada bayi.

Ganti popok bila basah.

-mencegah bayi kedinginan dan


hipotermi.

Pantau nilai glukosa darah

mengetahui terjadinya
hipoglikemi.

4) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang


Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak mengalami infeksi.

Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda- tanda infeksi (tumor, dolor kalor, rubor dan fungtio laesa) pada tubuh
klien, TTV dalam batas normal, lekosit normal, klien tidak mengalami sepsis.

No

Intervensi

Observasi adanya tanda- tanda


infeksi.
Pisahkan bayi yang terkena infeksi
dengan bayi yang tidak mengalami
infeksi.
Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan klien.
Bersihkan atau sterilkan alat yang
digunakan klien.
Kolaborasi pemberian vitamin
sesuai dengan instruksi.

3
4

Rasional

Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium (lekosit).

mengetahui secara dini


terjadinya infeksi.

- mencegah terjadinya infeksi


nosokomial.
- meminimalkan pemajanan pada
organisme infektif.
- meminimalkan pemajanan pada
organisme infektif.
- dapat membantu pembentukan
dan meningkatkan daya tahan
tubuh.
- lekosit meningkat menunjukan
terjadinya infeksi.

5) Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna nutrisi dan reflek menelan karena imaturitas
Page
30

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi klien

kembali terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Klien mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat, berat badan klien
meningkat (kira- kira 20-30 gram /hari), kembung tidak ada, klien dapat menghisap
dengan kuat, nilai Hb normal, klien menghabiskan susu sesuai dengan instruksi, tidak
terdapat residu.
No

Intervensi

Rasional

Beri klien minuman sedikit tapi


sering

-mencegah terjadinya dilatasi


lambung yang dapat
menyebabkan mual dan muntah.

Beri klien minuman tinggi kalori


dan protein.

-membantu pemenuhan nutrisi


tubuh untuk proses pertumbuhan
dan perkembangan.

Bila refleks menghisap baik,


berikan PASI sesuai dengan
instruksi.

PASI dapat membantu


pemenuhan nutris dan kalori
klien.

Ikuti instruksi untuk


meningkatkan volume dan
konsentrasi PASI

menghindari intoleransi
pemberian makanan.

Timbang berat badan setiap hari.

- mengetahui perkembangan
status nutrisi klien

Observasi residu sebelum


pemberian susu.

-mengetahui tingkat absorbsi


usus

Kolaborasi pemberian vitamin


sesuai instruksi.
Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium (Hb).

-membantu pemenuhan nutrisi.

Page
31

- Hb menunjukan status nutrisi


klien.

6) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur, penurunan
status nutrisi dan prosedur invasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, integritas kulit klien tetap utuh.
Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda-tanda iritasi pada kulit klien, tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit
klien, tidak ada kemerahan pada lipatan kulit, popok klien tetap kering.
No

Intervensi

Observasi keadaan kulit klien.

Bersihkan kulit klien setiap kali


klien BAB atau BAK.

Mandikan klien setiap hari.

Ganti popok klien bila basah.

Rasional
mengetahui secara dini terjadinya
iritasi.

feses dapat merusak integritas kulit


dan membuat iritasi.
mengurangi terjadinya iritasi.
keadaan yang lembab dapat
mengiritasi kulit klien.

meminimalkan gesekan antar kulit

Gunakan baby oil pada lipatan


kulit.

dan mencegah iritasi pada daerah


lipatan kulit.

7) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan perpisahan dari


orang tua
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mencapai pertumbuhan

dan perkembangan yang normal.


Kriteria Hasil :
Klien menunjukan pertambahan berat badan, klien hanya terpapar stimulus yang tepat.
No

Intervensi

Rasional

Page
32

Berikan nutrisi yang optimal.

-menjamin pertambahan berat


badan yang mantap dan
pertumbuhan otak.

Berikan periode istirahat yang


teratur tanpa gangguan.

Kenali adanya tanda- tanda


stimulasi berlebihan .

- memberikan kesempatan pada


klien untuk istirahat.

Tingkatkan interaksi orang tua dan


klien.

Berikan informasi pada orang tua


klien tentang kondisi klien.

-interaksi merupakan hal yang


esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
informasi yang adekuat
dapat meningkatkan interaksi
dan stimulus orang tua pada
anak.

menurunkan penggunaan
kalori dan oksigen yang tidak
perlu.

8) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan, gangguan


proses kedekatan orang tua
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga klien menunjukan

perilaku kedekatan yang positif.


Kriteria Hasil :
Orang tua klien mengunjungi klien setiap hari, orang tua berhubungan secara positif
dengan klien (misalnya mengendong, melihat), orang tua memberikan perawatan
untuk bayi dan menunjukan sikap nyaman dalam hubungannya dengan klien, orang
tua mengidentifikasi tanda-tanda stress atau keletihan pada klien.
Intervensi

Rasional

a. Dorong kunjungan orang tua sesegera


mungkin.

memulai proses pendekatan.

b. Dorong orangtua untuk mengunjungi


klien setiap hari, menyentuh,

Page
33

meningkatkan kepercayaan diri


orangtua.

mengendong klien.
c. Identifikasi sumber-sumber (misalnya transportasi, pengasuh bayi).
d. Izinkan orang tua untuk

Page
34

tua untuk berkunjung.


meningkatkan kedekatan antara
orang tua dengan anak.

menghabiskan waktu sendiri bersama


klien.
e. Bantu orang tua dengan
mendemonstrasikan teknik-teknik
perawatan bayi dan tawarkan dukungan.

membantu memungkinkan orang

dapat membantu meningkatkan


keterampilan ibu dalam perawatan
bayi

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram.
Ada 3 penyebab yang biasanya mengikuti bayi BBLR :
A. Faktor Ibu
B. Faktor Janin
C. Faktor Plasenta
Upaya-upaya untuk meminimalisir bayi BBLR ada beberapa salah satunya menangani
kebiasaan buruk sang ibu dan melakukan check up kehamilan berkala.

Page
35

DAFTAR PUSTAKA

I.B.G Manuaba, dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta:EGC.


Doenges, Marilynn E.Rencana Asuhan Keperawatan.2000.Jakarta:EGC.
Dorland.1998.Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Myles.2011.Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta:EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak buku 3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
T. Heather H.2011.Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan 2009-2011. Jakarta:EGC.
Wilkinson, Judith M.dkk.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC.
_____________________.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC.
Wong, Donna L.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2 Edisi 6. Jakarta:EGC.
_____________________.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1 Edisi 6.
Jakarta:EGC.

Page
36

Anda mungkin juga menyukai