Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KANKER SERVIK

Mata Kulia : Keperawatan Maternitas II


DISUSUNOLEH :
KELOMPOK 4

1. Ririn Agustin (21117101)


2. Siti Jamilah (21117112)
3. Weny Kusuma (21117131)
4. Yola Alfina (21117138)

DOSEN PEMBIMBING : YUNIZA,S.Kep,.Ns,.M,Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH
PALEMBANG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kelompok kelancaran dalam menyusun makalah “Kanker serviks” ini
untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada
karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal.Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna, kelompok melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kelompok miliki.Di mana kelompok juga memiliki
keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu kelompok bersedia menerima kritik dan saran.
Kelompok akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kelompok di masa
mendatang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain
dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.

Palembang, Jumat 19 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Judul
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
C. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ............................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................... 4
C. Patofisiologi ...................................................................................... 5
D. Klasifikasi ......................................................................................... 6
E. Tanda dan Gejala................................................................................ 9
F. Pathway ............................................................................................ 11
G. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................. 11
H. Penatalaksanaan ............................................................................... 14
ASKEP CA SERVIKS ........................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................. 27
DAFTARPUSTAKA .................................................................................. 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan suatu kondisi sel tubuh kehilangan kemampuannya
dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.
Jaringan akan tumbuh secara tidak terkontrol dan dapat bersifat fatal (Otto,
2001). Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel
epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada
serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan
liang senggama atau vagina (Notodiharjo, 2002). Saat ini kanker serviks
menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan
di dunia dan urutan pertama di negara yang sedang berkembang termasuk
Indonesia. Diperkirakan 500.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap
tahunnya di dunia, 80% dari kasus tersebut terdapat dinegara-negara yang
sedang berkembang (Aziz, 2006). Menurut data WHO diketahui terdapat
493.243 jiwa pertahun penderita kanker serviks baru di dunia. Dengan
angka kematian karena kanker serviks ini sebanyak 273.505 jiwa pertahun
(Emilia, 2010).
Di Indonesia Kanker serviks merupakan kanker kedua terbanyak
ditemukan pada wanita setelah kanker payudara dan merupakan penyebab
kematian utama pada wanita (Aziz, 2006). Kasus baru kanker serviks
ditemukan 40-45 kasus perhari dan setiap satu jam seorang perempuan
meninggal karena kanker serviks. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan
kematian 8000 orang pertahun. (Nurwijaya, 2010). Terdapat beberapa
faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks.
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks
yaitu faktor sosiodemografis yang meliputi usia, status sosial ekonomi, dan
faktor aktifitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan
hubungan seks, pasangan seks yang berganti-ganti, paritas, kurang
menjaga kebersihan genital, merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma

1
kronis pada serviks, serta penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka lama
yaitu lebih dari 4 tahun (Diananda,2007).
Menurut hasil penelitian Khasbiyah (2004) sebagian besar penderita
kanker serviks memiliki paritas lebih dari 3. Kebanyakan penderita
melakukan hubungan seksual yang pertama kali pada umur dibawah 20
tahun. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Setyarini (2009)
diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia, usia pertama
kali menikah, paritas dan penggunaan alat kontrasepsi oral dengan
kejadian kanker serviks.

B. Tujuan
1. Agar mengetahui apa itu ca serviks
2. Agar mengetahui penyebab dari ca serviks
3. Agar mengetahui asuhan keperawatan ca serviks

C. Manfaat
Mengetahui lebih dalam tentang penyakit ca serviks

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel
skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks
atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan
liang senggama atau vagina (Notodiharjo, 2002).
Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim
yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). (Swasono,
2008). Kanker servik akan menimbulkan masalah tersendiri bagi
perempuan yang mengalaminya karena kanker ini berhubungan dengan
perubahan pada organ reproduksi perempuan yang dianggap sebagai
bagian yang sangat penting bagi perempuan. Reaksi psikologis sering
dialami oleh penderita seperti muncul perasaan takut akan kematian,
terancam, marah, depresi, merasa hidup itu tidak adil, kesepian,
ketergantungan terhadap orang lain, perubahan bentuk tubuh,
ketidakmampuan melakukan aktivitas seperti biasanya dan rasa
ditinggalkan seperti juga kerusakan hubungan dengan keluarga dan
pasangan (Bradley, 2006).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP,
1997).
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita oleh
wanita.Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat
pada seluruh lapisan epitel serviks uteri (Price dan Wilson, 1995).

3
B. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang yang terinfeksi
HPV terkena kanker serviks, yaitu: Usia, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan.
1. Usia
Makin muda seorang perempuan melakukan hubungan seksual,
makin besar risiko yang harus ditanggung untuk mendapatkan kanker
serviks dalam kehidupan selanjutnya karena pada usia muda sel epitel
serviks belum bisa menerima rangsangan spermatozoa, Umumnya sel-
sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas.
(Rasjidi, 2008). Risiko kanker serviks akan meningkat pada
pernikahan usia muda atau pertama kali koitus, yaitu pada umur 15-20
tahun atau pada belasan tahun serta period laten antara pertama kali
koitus sampai terdeteksi kanker serviks selama 30 tahun. Menurut
Aziz (2006), wanita di bawah usia 16 tahun menikah biasanya 10-12
kali lebih besar terserang kanker serviks daripada yang berusia 20
tahun ke atas.
2. Paritas
Semakin tinggi risiko menderita kanker serviks pada wanita
dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu
pendek. Seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak)
termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker
serviks. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan
berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya
yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan
timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab
terjadinya penyakit kanker serviks (Prayitno, 2006). Kanker serviks
sering dijumpai pada wanita yang sering melahirkan anak. Kategori
partus ini belum ada keseragaman tetapi menurut pakar angka berkisar
antara 3- 5 kali partus.
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan dengan kejadian Kanker Serviks terdapat
hubungan yang kuat, dimana kanker serviks cenderung lebih banyak

4
terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah dibanding wanita
berpendidikan tinggi (88,9). Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan
dengan tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan.
Penelitian yang dilakukan Surbakti (2004) pendidikan mempunyai
hubungan bermakna dengankejadian kakner serviks OR = 2,012
denngan kata lain penderita kanker serviks yang berpendidikan rendah
merupakan faktor yang berisiko yang mempengaruhi terjadinya
kanker serviks. Wanita yang berpendidikan rendah ada kemungkinan
kurang begitu memperhatikan tentang kesehatan, terutama kesehatan
yang ada kaitannya dengan kebersihan diri terutama kebersihan alat
kelaminnya maka akan memiliki risiko untuk terkena kanker serviks
(Aziz, 2002).
4. Pekerjaan
Teheru (1998) terdapat hubungan antara kanker serviks dengan
pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar seperti buruh, petani
memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks
dibandingkan wanita pekerja ringan atau bekerja dikantor. Para wanita
pekerja kasar 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks
dibandingkan dengan memudahkan terjadinya infeksi yang
menyebabkan daya imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan
risiko terjadinya kankser serviks (Teheru, 1998).
C. Patofisiologi
Terjadinya kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV yang
onkogenik umumnya adalah HPV tipe 16 dan 18 (Dethan, 2015). Risiko
terinfeksi HPV dapat meningkat pada wanita yang telah melakukan
aktivitas seksual. Pada umumnya, infeksi virus ini akan menghilang
dengan sendirinya, namun apabila infeksi bersifat persisten akan
menyebabkan integrasi genom dari virus ke dalam genom sel serviks.
Akibatnya pertumbuhan sel dan ekspresi onkoprotein E6 atau E7 yang
bertanggung jawab terhadap perubahan maturasi dan diferensiasi dari
epitel serviks menjadi tidak normal atau disebut dengan mutasi sel
(Nurwijaya, 2010). Terjadinya mutasi sel inilah berkembang menjadi

5
kanker serviks. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat,
diawali adanya perubahan displasia yang perlahan - lahan menjadi
progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel
yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi
virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka
waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif
berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi
dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya
dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Karsinoma serviks
dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan kavum uterus. Penyebaran
kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada
tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis hipertensi dan adanya demam.
Penyebaran dapat pula melalui metastase limpatik dan hematogen.
Bila pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh
getah bening pada servikal dan parametria, kelenjar getah bening
obtupator, iliaka eksterna dan kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini
tumor menyebar ke kelenjar getah bening iliaka komunis dan pada aorta.
Secara hematogen, tempat penyebaran terutama adalah paru-paru, kelenjar
getah bening mediastinum dan supravesikuler, tulang, hepar, empedu,
pankreas dan otak (Prayetni, 1997).
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978 Stadium kanker
adalah cara bagi paramedis untuk merangkum seberapa jauh kanker
telah menyebar. Salah satu cara yang digunakan pada umumnya untuk
memetakan stadium kanker serviks yaitu sistem FIGO (Federasi
Internasional Ginekologi dan Obstetri). Berdasarkan Federation of
International Gynecology and Obsetrics (FIGO) tahun 2009 stadium
klinis karsinoma serviks terbagi atas:
Tingkat Kriteria

6
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan
ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis
sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3
mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh
limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai
karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi
ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma
melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan
menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium,
tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih
bebas dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi
belum sampai dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang
parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai
dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak
ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan
dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil
dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika
urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul
ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau
vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil,
metastasi jauh belum terjadi

7
IV b Telah terjadi metastasi jauh.

2. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


 Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke
dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.

8
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke
korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
 Markroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
E. Tanda Dan Gejala
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi
pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala
yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama
akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal
demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut
sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -
80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-
gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya
siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina
yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan
berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang
keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda
khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah

9
koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala
yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah
terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal.
Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang
juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari
daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa
timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau
dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina
akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih
lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal
ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan
berbau busuk.
5. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius.
6. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
7. Kelemahan pada ekstremitas bawah.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar
bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau
rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

10
F. Pathway
Paparan bahan karsiogenik
Gaya hidup
Seksual habit
Tidak sirkumsisi
Ca servik Koitus < 16 tahun
Persalinan
HPV Herpes berulang
Personal hygine
jelek

Manisfestasi klinis Pembedahan Kombinasi, Pengelolaan: stadium


Keputihan tidak gatal, Pre, inrtra, Pembedahan TN,M, jenis hitologi
bau busuk, contack post operasi Kemotrapi
bleeding, metroragi, Radiasi trapi
nyeri,kehilangan BB,
cepat lelah,
pemeriksaan fisik
serviks teraba besar,
ireguler, lunak, jegala Efek samping Organ target
lain akibat metastase
jauh

Kecemasan, defisit
pegetahuan, resiko komplikasi
intra dan post oprasi

Pre radio terapi Post radio terapi

Gangguan Kosepsi
Nyeri Gangguan Cemas
interaksi
soaial Perubahan nutrisi< kebutuhan

Gangguan Integritas kulit

Gangguan pola tidur

G. Pemeriksaan diagnostik
Karena penyakit ini sangat dikaitkan dengan HPV, maka infeksi virus
ini dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi. Di samping itu, upaya
deteksi dini juga dapat dilakukan, yaitu dengan menjalani tes IVA
(Inspeksi Visual Dengan Aplikasi Asam Asetat) dan tes pap smear dll.
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya
menjalani screening test untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan

11
awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah terserang kanker
serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah
berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan
melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang
digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat
menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker)
yang dapat menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012). Hal yang
paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes
Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk
pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
Test Pap smear dapat dilakukan di RS, klinik dokter kandungan
ataupun laboratorium. Prosedurnya cepat (hanya memerlukan waktu
beberapa menit) dan tidak menimbulkan rasa sakit. Test Pap smear
dapat dilakukan bila tidak dalam keadaan haid ataupun hamil.
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupa kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher
rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan
seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka
dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan
menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis yaitu Kolposkopi:
Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim. Kolposkop
menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat
jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam
vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek dokter atau
klinik.
Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di
tempat praktek dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan
di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.

12
Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk
menjumput sampel kecil jaringan serviks.
LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris
sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.
Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil
berbentuk sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan dari leher
rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis lembut,
bukan kuret.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk
kerucut. Sebuah conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli
patologi melihat apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah
permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes ini di
rumah sakit dengan anestesi / bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan
perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita
juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi. Dokter
dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit
(Bryant, 2012).
3. Servikografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan
lensa ekstensi 50 mm. Servikografi dapat digunakan sebagai metode
yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak
ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan
kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks.
4. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining
dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera
disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam
asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan
negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
5. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)

13
Penanda tumor adalah suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker
serviks adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human
Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml,
sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan
normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar
tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi
melalui pemeriksaan darah dan urine.
6. Biopsy Kerucut
Biopsy Kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang
lebih besar untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
7. MRI /CT scan abdomen atau pelvis
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran lokal dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
8. Tes Schiller
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan
yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat
sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
9. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan
mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan
pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Radiasi
1) Dapat dipakai untuk semua stadium
2) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
b. Operasi
1) Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
2) Operasi histerektomi vagina yang radikal
c. Kombinasi (radiasi dan pembedahan)

14
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi
menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga
tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan
sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang
radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten
terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post
terapi keadaan masih tetap sama.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Promotif:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat dan tingkat gizi yang baik
2) Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan lingkungan
3) Olahraga secara teratur
4) Pendidikan seksual yang baik dan benar (penjelasan tentang alat
kontrasepsi dan perilaku seksual yang sehat)
b. Preventif
1) Perubahan pola diet atau suplemen dengan makan banyak sayur
dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat
mencegah kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk,
anggur, bawang, bayam, tomat.
2) Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Vaksin ini dibuat
dengan teknologi rekombinan, sehingga mempunyai ketahanan
yang kuat. Vaksinasi ini merupakan pencegahan yang paling
utama. Vaksinasi ini diberikan untuk wanita yang belum terinfeksi
atau tidak terinfeksi HPV risiko tinggi (16 dan 18).
3) Pemeriksaan kesehatan reproduksi ke rumah sakit melalui tes pap
smear
c. Kuratif
1) Imunoterapi
Imunoterapi yang merupakan teknik pengobatan baru untuk
kanker, yang mengerahkan dan lebih mendayagunakan sistem

15
kekebalan tubuh untuk memerangi kanker. Karena hampir selalu
menggunakan bahan-bahan alami dari makhluk hidup, terutama
manusia, maka imunoterapi sering juga disebut bioterapi atau terapi
biologis.Sejauh ini ada beberapa jenis imunoterapi yang telah
dikembangkan, antara lain: Interferon Merupakan sitokin yang
berupa glikoprotein. Interferon, khususnya interferon alfa, adalah
obat imunoterapi pertama yang digunakan untuk mengobati kanker.
Antibodi Monoklonal Merupakan antibody yang dihasilkan oleh
satu klon sel. Digunakan dalam identifikasi sel, typing darah dan
penegakan diagnosa.
2) Vaksin
Saat ini penggunaan vaksin kanker baru saja dimulai. Sebagian
besar masih dalam tahap penelitian dan uji klinis, sehingga belum
bisa digunakan secara umum.
3) Colony Stimulating Factor (CSFs)v
CSFs kadang disebut juga hematopoietic growth factors. Obat
imunoterapi jenis ini merangsang sumsum tulang belakang untuk
membelah dan membentuk sel darah putih, sel darah merah,
maupun keping darah, yang kesemuanya berperan penting dalam
sistem kekebalan tubuh.
4) Terapi Gen
Terapi gen yang masih bersifat eksperimental ini memberi
harapan besar. Dengan memasukkan material genetic tertentu ke
dalam sel tubuh penderita kanker, perilaku sel tubuh orang tersebut
bisa dikendalikan sesuai kebutuhan.
d. Rehabilitatif
1) Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik.
2) Bagi stadium akhir, sebagai perawat melakukan paliatif care

16
Menurut Mansjoer (2007) di bawah ini adalah klasifikasi
penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium kanker serviks :
Stadium Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal
Ib,Iia Histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta
(bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi
pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal

a. Penanganan Nonbedah Kanker Serviks


Apabila kanker termasuk lesi intra-epitel skuamosa tingkat rendah
(LGSIL) atau lesi intra-epitel skuamosa tingkat tinggi (LGSIT)
ditemukan melalui kolposkopi dan biopsy, pengangkatan nonbedah
konservatif memungkinkan untuk dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).
1) Krioterapi
Pembekuan dengan oksida nitrat.
2) Terapi laser
Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau
menghapus sebagian kecil dari jaringan sel rahim untuk dipelajari.
Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan untuk
kanker serviks pra-invasif (stadium 0).
b. Pembedahan untuk Kanker Serviks
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), apabila pasien mempunyai
kanker serviks invaasif, radiasi atau histerektomi radikal atau
keduanya dapat dpilih. Bedah radikal disarankan ketika pasien tidak
dapat menahan efek radiasi atau mempunyai kanker yang resisten
terhadap radiasi. Prosedur bedah yang mungkin dilakukan sebagai
berikut:
1) Histerektomi

17
Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak
mencakup jaringan yang berada di dekatnya. Baik vagina maupun
kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat
diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau
melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa
menjadi hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa
kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga digunakan untuk
stadium pra-kanker serviks (o), jika sel-sel kanker ditemukan pada
batas tepi konisasi.
Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening
panggul: pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh
rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas vagina yang berbatasan
dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang
berada di daerah panggul. Operasi ini paling sering dilakukan
melalui pemotongan melalui bagian depan perut dan kurang sering
melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa
menjadi hamil. Sebuah histerektomi radikal dan diseksi kelenjar
getah bening panggul adalah pengobatan yang umum digunakan
untuk kanker serviks stadium I, dan lebih jarang digunakan pada
beberapa kasus stadium II, terutama pada wanita muda.
2) Ekstenterasi Panggul
Pengangkatan organ-organ pelvis, termasuk nodus limfe
kandung kemih dan rectum serta konstruksi conduit diversional,
kolostomi dan vagina.
3) Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair
dimasukkan ke dalam vagina dan pada leher rahim. Ini membunuh
sel-sel abnormal dengan cara membekukan mereka. Cryosurgery
digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ada di
dalam leher rahim (stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang
telah menyebar ke luar leher rahim.
4) Konisasi

18
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher
rahim. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau
laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau
mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I). Hal ini jarang
digunakan sebagai satu-satunya pengobatan kecuali untuk wanita
dengan kanker serviks stadium dini yang mungkin ingin memiliki
anak. Setelah biopsi, jaringan (berbentuk kerucut) diangkat untuk
diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu
mengandung kanker atau pra-sel kanker, pengobatan lebih lanjut
akan diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel
kankernya telah diangkat.
5) Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal
memungkinkan wanita muda tertentu dengan kanker stadium
awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak.
Metode ini melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas
vagina dan meletakkannya pada jahitan berbentuk seperti kantong
yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim.
Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini
dilakukan baik melalui vagina ataupun perut. Setelah operasi ini,
beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan
melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar. Risiko kanker
kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup rendah.
c. Radioterapi untuk Kanker Serviks
Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi
(seperti sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun
menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan, biasanya
pasien akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah
menderita anemia. Penderita kanker serviks yang mengalami
perdarahan pada umumnya menderita anemia. Untuk itu, transfusi
darah mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan. Pada kanker

19
serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi
(external maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah
pembedahan. Akhir-akhir ini, dokter seringkali melakukan kombinasi
terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati kanker serviks
yang berada antara stadium IB hingga IVA.
Radioterapi eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh (area
panggul) melalui sebuah mesin besar. Sedangkan radioterapi internal
berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher rahim
selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah satu
metode radioterapi internal yang sering digunakan adalah
brachytherapy. Pengobatan yang ini cukup sukses untuk mengatasi
keganasan di organ kewanitaan. Baik radium dan cesium telah
digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi
internal.
Selain itu terdapat pengobatan dengan HDR (high dose rate)
brachytherapy yang diberikan hanya dalam hitungan menit. Untuk
mencegah komplikasi potensial dari HDR brachytherapy, maka
biasanya HDR brachytherapy diberikan dalam beberapa insersi. Untuk
pasien kanker serviks, standar perawatannya adalah 5 insersi. Waktu
dimana aplikator berada di saluran kewanitaan (vagina, leher rahim
dan/atau rahim) untuk setiap insersi adalah sekitar 2,5 jam.
Keuntungan HDR brachytherapy adalah antara lain: pasien cukup
rawat jalan, ekonomis, dosis radiasi bisa disesuaikan, tidak ada
kemungkinan bergesernya aplikator.
d. Kemoterapi untuk Kanker Serviks
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh
sel-sel kanker. Biasanya obat-obatan diberikan melalui infuse ke
pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke aliran
darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa
obat diberikan dalam satu waktu.
e. Manajemen Nyeri Kanker

20
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat,
yaitu :
1) Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain
Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid).
2) Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah
kelompok opioid ringan seperti kodein dan tramadol.
3) Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok
opioid kuat seperti morfin dan fentanil.

21
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DENGAN GANGGUAN
REPRODUKSI CA SERVIKS

A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat
dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam.
Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stress tinggi.
2. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
3. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan
eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
4. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat,
tinggi lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
5. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
6. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
7. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
8. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
9. Seksualitas

22
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik,
bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida
lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple,
aktivitas seksual dini.
10. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
11. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya (Doenges, 2000).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase
neoplasma.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status
kesehatan serta ancaman kematian.
4. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau
busuk nekrosis jaringan cerviks.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemoterapi.

C. Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri b.d - Setelah - Kaji tingkat - Untuk
infiltrasi saraf dilakukan nyeri. mengkaji
akibat infiltrasi tindakan - Berikan rasa data dasar.
metastase keperawatan nyaman pada -
neoplasma. pasien akan pasien dengan Mengalihka
mampu pengaturan posisi n fokus

23
mengurangi dan aktivitas perhatian.
rasa nyeri hiburan (musik). -
dengan kriteria - Ajarkan teknik Meningkatk
hasil: manajemen nyeri an relaksasi
- Pasien merasa (relaksasi, untuk
nyaman. visualisasi, mengurangi
- Nyeri distraksi). nyeri.
berkuran - Kolaborasi -
- Mampu pemberian Memungki
mendemonstras analgetik. nkan pasien
ikan berpartisipasi
keterampilam aktif dalam
relaksasi, kontrol nyeri.
- Kontrol
nyeri
maksimum.
2.Gangguan - Setelah - Pantau intake - Identifikasi
perubahan nutrisi dilakukan dan output defisiensi
kurang dari tindakan makanan tiap nutrisi.
kebutuhan b.d keperawatan hari. - Memantau
anoreksia pasca diharapkan - Ukur BB tiap peningkatan
tindakan kebutuhan hari. BB.
kemoterapi. nutrisi dapat - Dorong pasien - Kebutuhan
tercukupi untuk diet tinggi jaringan
dengan kriteria protein. metabolik
hasil: adekuat oleh
- Pasien nutrisi.
mengungkapka
n pentingnya
nutrisi.
- Peningkatan
BB progresif.

24
3.Ketakutan/ - Setelah - Dorong pasien -
cemas dilakukan untuk Memberika
berhubungan tindakan mengungkapkan n kesempatan
dengan ancaman keperawatan pikiran dan untuk
perubahan status ketakutan/ perasaan. mengungkap
kesehatan serta kecemasan - Berikan kan
ancaman berkurang lingkungan yang ketakutannya.
kematian sampai aman dan - Membantu
menghilang nyaman. mengurangi
dengan kriteria - Komunikasi kecemasan.
hasil: terapeutik dan -
- Pasien kontak sering Meningkat
mendemonstras dengan pasien. kan
ikan koping - Bantu kepercayaan
efektif dalam mengembang-kan pasien.
pengobatan. koping -
- Pasien menghadapi rasa Meningkat
tampak rileks takutnya. kan
dan kemampuan
melaporkan kontrol
cemas cemas.
berkurang.
4.Ganguan body - Setelah - Diskusikan - Membantu
image dilakukan dengan pasien mengidentifik
berhubungan tindakan bagaimana asi masalah
dengan keperawatan pengobatan untuk
perubahan diharapkan mempengaruhi menemukan
struktur tubuh gangguan body kehidupan pasien. pemecahanny
sekunder image dapat - Jelaskan bahwa a.
terhadapkemoter teratasi dengan tidak samping - Membantu
api kriteria hasil: terjadi pada pasien untuk
- Pasien pasien. menyiapkan

25
mampu - Berikan diri
mengembangk dukungan emosi. beradaptasi.
an mekanisme - Gunakan - Membantu
koping. sentuhan selama klien untuk
- Pasien interaksi dan percaya diri.
mampu pertahankan -
memahami kontak mata. Meningkatk
tentang an
perubahan kepercayaan
struktur tubuh. diri pasien.
5.Gangguan - Setelah - Kaji kulit - Efek
integritas kulit dilakukan terhadap efek kemerahan
berhubungan tindakan samping terapi dapat terjadi
dengan efek keperawatan kanker, observasi pada terapi
radiasi dan diharapkan adanya radiasi.
kemoterapi integritas kulit kerusakan/perlam -
dapat terjaga batan Mempertahank
dengan kriteria penyembuhan an kebersihan
hasil: luka. kulit tanpa
- Pasien - Mandikan mengiritasi
berpartisipasi dengan air hangat kulit.
dalam dan sabun ringan. - Membantu
mencegah - Dorong pasien menghindari
komplikasi. untuk trauma kulit.
- Tidak terjadi menghindari -
kerusakan menggaruk kulit. Meningkat
kulit. - Ubah posisi kan sirkulasi
tubuh dengan dan
sering. mencegah
tekanan pada
kulit.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara yang
menjadi penyebab kanker pada wanita Indonesia.
2. Untuk menentukan tipe HPVperlu dilakukan tes DNA HPV dengan
metode biologi molekuler. Teknik PCR merupakan salah satu cara
untuk mendeteksi infeksi HPV dan penentuan tipenya.
3. Amplifikasi DNA HPV menggunakan primer GP5+/6+. Sedangkan
amplifikasi untuk DNA HPV tipe 52 menggunakan primer spesifik
untuk HPV tipe 52.
4. Sampel yang digunakan sebanyak 50 sampel dengan tiga jenis sampel,
yaitu: sampel jaringan segar, sampel jaringan yang disimpan dalam
FFPE dan sampel apusan vagina. Pengambilan sampel jaringan
berdasarkan teknik biopsi dan pengambilan sampel apusan vagina
berdasarkan teknik Pap smear.
5. Dari 50 sampel tersebut menunjukkan bahwa 50% pasien kanker
serviks terinfeksi HPV. Positifnya suatu sampel HPV tipe 52 ini dapat
dilihat dari pita DNA yang spesifik pada panjang 323 bp. Dalam hal
ini, hanya ada satu sampel yang teridentifikasi memiliki panjang pita
DNA 323 bp, yaitu sampel jaringan nomor dua puluh dua
B. Saran
1. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat
bagi pembaca
2. Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama
perawat dalam membuat asuhan keperawatan

27
DAFTAR PUSTAKA

Susi Rio dkk., Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada
Perempuan yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker, Vol. 4 | No. 3 |
Desember 2017| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 159-169

Damayanti, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Serviks di


RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2008-2010 / 2013

Asuhan keperawatan pada pasien dengan ca cervixdi ruangan cempaka 2


gynekologi rsup sanglah denpasar, ni made dian darmalini, fakultas
kedokteranuniversitas udayana 2018

Asuhan keperawatan untuk penyakit Ca serviks, bambang wicaksono,


kementerian kesehatan republik indonesia Politeknik kesehatan palembang
Jurusan keperawatan 2014/2015

28

Anda mungkin juga menyukai