SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD FARID ARIFUL HADI
(16010128)
i
PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN ALOE VERA DAN DAUN SIRIH PADA
PENYEMBUHAN LUKA SCABIES
(LITERATURE REVIEW)
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD FARID ARIFUL HADI
(16010128)
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk mengikuti seminar hasil
pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember
Jember, 2020
Pembimbing I
Pembimbing II
3
LEMBAR PERSEMBAHAN
Pertama-tama segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya
kepada kita semua sehingga kita masih bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari dalam keadaan
sehat walafiat, kedua kalinya sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga kita dapat menikmati zaman yang modern ini. Skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Keluarga Tercinta Bapak Marguso dan Ibu Arwati saya ucapkan terima kasih banyak
untuk doa dan dukungan selama ini untuk saya. Untuk adik saya Inayatul Makrufa
terima kasih banyak atas dukungan dan semangatnya. Untuk mbak saya iis terima kasih
banyak untuk nasehatnya selama ini.
2. Teman dan Sahabat Untuk teman-teman medical tunner yaitu adit, tomi, febri, furqon,
arfian, andre, anis, permana, fizal, rizal tejo, inung, wasik, rizal umar,sukma aji, terima
kasih banyak untuk dukungan kalian semua. Dan untuk team rutby tuner, jefri, alan, ebit,
rutby, salam, terima kasih banyak untuk dukungannya.
3. Almamater Terima kasih banyak kepada STIKES dr. SOEBANDI JEMBER khususnya
angkatan 2016 C kalian joss.
4
MOTTO
“Orang yang pesimis selalu selalu melihat kesulitan di setiap kesempatan, tapi orang optimis
selalu melihaht kesempatan dalam setia kesulitan”(Ali Bin Abi Thalib)
“ Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan
engkau lemah” (HR Muslim)
( )
Artinya, "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu,
serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Tabrani).
5
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul (Pengaruh perawatan luka dengan aloe vera dan daun sirih pada
penyembuhan luka scabies) telah diuji dan disahkan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan pada:
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji
Ketua,
Mengesahkan,
Ketua STIKES dr. Soebandi Jember
6
HALAMAN PEMBIMBING
SKRIPSI
PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN ALOE VERA DAN DAUN SIRIH PADA
PENYEMBUHAN LUKA SCABIES
(LITERATURE REVIEW)
Oleh:
(16010128)
Pembimbing
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kahadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahamat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi Literature Review yang berjudul “Pengaruh Perawatan
Luka Dengan Aloe Vera Dan Daun Sirih Pada Penyembuhan Luka Scabies” sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi.
Dalam hal ini, penulis Banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
1. Drs. H. Said Mardijanto, S.Kep., Ns., M.M selaku Ketua STIKES dr.
2. Ns. Irwina Angelia Silvanasari, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program
3. Arief Judi Susilo, S.Kp.,M.Kes selaku penguji Proposal Literatur Review ini.
motivasi, bimbingan, serta dukungan sehingga proposal literature Review ini dapat
terselesaikan.
88
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
9
2.3.5 Dosis Dan Efek Samping .......................................................... 18
2.4 Hubungan Aloe Vera, Duan Sirih dengan perawatan Luka ............. 18
2.5 Konsep Scabies
2.5.1 Difinisi Scabies ........................................................................ 20
2.5.2 Faktor Penyebaran Scabies ....................................................... 21
2.5.3 Tanda dan Gejala Scabies ......................................................... 22
2.5.4 Pengobatan Scabies .................................................................. 23
2.5.5 Pencegahan Scabies .................................................................. 25
LAMPIRAN....................................................................................................
1
0
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2 Kriteria inklusi dan ekslusi dengan format Picos ............................ 30
1
1
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Artikel Pengaruh Skin Care dan Gel Aloe Vera Terhadap penyembuhan Luka
Skabies Pada Remaja Di Pondok Pesantren Aziziyah Ngaliyan .........
Lampiran 2 Artikel Pengaruh Tumbukan Daun Sirih Terhadap Proses Percepatan Penyembuhan
Luka Insisi ..................................................................................
Lampiran 3 Artikel Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Sirih Hijau Terhadap Penyembuhan
Luka Perinium Pada Ibu Post Partum .........................................
Lampiran 4 Artikel Pengaruh Sediaan Salep Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn.) Terhadap
Luka Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistas
Lampiran 5 Artikel Uji Efektifitas Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera L.) Terhadap Penyembuhan
Luka Sayat Pada Mencit Jantan (Mus muscullus) Galur Swiss . .........
13
DAFTAR SINGKATAN
14
ABSTRAK
Muhammad Farid, Ariful Hadi* Jenie, Palupi** Feri, Ekaprasetia*** Literature Review :
Pengaruh Perawatan Luka Dengan Aloe Vera Dan Daun Sirih Pada
Penyembuhan Luka Scabies. Literature Review. Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES dr.Soebandi Jember.
Skabies adalah penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan tungau Sarcoptes scabiei varieta
hominis betina yang termasuk dalam kelas Arachnida. Menurut World healt Organization
(WHO) angka kejadian scabies pada tahun 2014 sebanyak 130 juta orang di dunia. Menurut
International Alliance For The Control Of Scabies (IACS) kejadian scabies bervariasi mulai dari
0,3% menjadi 46%. Sanitasi lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal atau asrama dapat
dilakukan dengan cara membersihkan jendela atau perabotan milik santri, mencuci peralatan
makan, membersihkan kamar, serta membuang sampah. Sanitasi lingkungan perlu dijaga
kebersihannya dimulai dari halaman, saluran pembuangan air dan jalan di depan asrama. Sumber
air bersih yang di gunakan seharusnya memenuhi standar, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa.Penularan penyakit skabies terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan
tidak terjaga dengan baik. Pemberantasan skabies di asrama, panti asuhan, pondok pesantren, dan
tempat lain dengan kepadatan penghuni yang tinggi tidak dapat dilakukan secara individual
melainkan harus serentak dan menyeluruh. Semua penderita skabies harus diobati dan
lingkungan harus dibersihkan (dekontaminasi). Tujuan dari literature review ini untuk
mengetahui Pengaruh Perawatan Luka Dengan Aloe Vera Dan Daun Sirih Pada Penyembuhan
Luka Scabies. Metode: Penelitian yang digunakan yaitu study pustaka dari jurnal-jurnal Google
Schoolar. Metode yang digunakan untuk pengkajian ini studi literatur. Data yang di peroleh
dikompulasi,dianalisis dan di simpulkan sehingga mendapatkan kesimpulan mengenai studi
literatur hasil analisanya didapatkan Pengaruh Perawatan Luka Dengan Aloe Vera Dan Daun
Sirih Pada Penyembuhan Luka Scabies. Disarankan agar peneliti selanjutnya dapat menindak
lanjuti lebih jauh terkait Pengaruh Perawatan Luka Dengan Aloe Vera Dan Daun Sirih Pada
Penyembuhan Luka Scabies dengan menggunakan desain cohort.
Kata Kunci: pengaruh perawatan luka dengan aloe vera dan pengaruh perawatan luka dengan
daun sirih
15
ABSTRACT
Muhammad Farid, Ariful Hadi * Jenie, Palupi ** Feri, Ekaprasetia *** Literature Review: The
Effect of Wound Treatment with Aloe Vera and Betel Leaves on Scabies Wound
Healing. Literature Review. Nursing Study Program STIKES dr.Soebandi, Jember.
Scabies is a contagious skin infection caused by the female Sarcoptes scabiei varieta hominis
mite belonging to the Arachnida class. According to the World Health Organization (WHO) the
incidence of scabies in 2014 was 130 million people in the world. According to the International
Alliance For The Control Of Scabies (IACS) the incidence of scabies varies from 0.3% to 46%.
Environmental sanitation is the cleanliness of a residence or dormitory that can be done by
cleaning windows or furniture belonging to students, washing eating utensils, cleaning rooms,
and disposing of trash. Environmental sanitation needs to be kept clean starting from the yard,
drains and roads in front of the dormitory. The source of clean water used should meet the
standard, colorless, odorless and tasteless. Scabies transmission occurs when personal hygiene
and environmental hygiene are not maintained properly. Eradicating scabies in dormitories,
orphanages, Islamic boarding schools, and other places with high population density cannot be
done individually but must be carried out simultaneously and thoroughly. All scabies sufferers
must be treated and the environment must be cleaned (decontamination). The purpose of this
literature review is to determine the effect of wound care with aloe vera and betel leaf on the
healing of scabies wounds. Methods: The research used is literature study from Google Schoolar
journals. The method used for this study was literature study. The data obtained were compiled,
analyzed and concluded in order to obtain conclusions regarding the literature study, the results
of the analysis showed the effect of wound care with aloe vera and betel leaf on healing scabies
wounds. It is suggested that further researchers be able to follow up further regarding the effect
of wound care with aloe vera and betel leaf on the healing of scabies wounds using the cohort
design.
Keywords: the effect of wound care with aloe vera and the effect of wound care with betel leaf
16
BAB 1
PENDAHULUAN
Skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabiei var hominis. Penyakit ini biasanya menyerang manusia yang berkelompok dan
tinggal secara bersama-sama seperti penjara.Penyakit Skabies adalah suatu penyakit kulit
ysng disebabkan oleh parasite tungau Sarcoptes scabei yang berupaya membentuk
terowongan dibawah kulit dan ditularkan lewat kontak lansung manusia (boedidarja, 2015)
Skabies adalah penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan tungau Sarcoptes
scabiei varieta hominis betina yang termasuk dalam kelas Arachnida. Penyakit ini paling
tinggi terjadi di Negara-negara tropis yang merupakan negara endemik penyakit skabies.
Prevalensi skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun.. Di
Indonesia, skabies merupakan salah satu penyakit kulit tersering di puskesmas. Prevalensi
skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6-12,9% dan merupakan
penyakit kulit terbanyak ketiga. Pada tahun 2008 survei di berbagai pemukiman kumuh
seperti di tempat pembuangan sampah akhir dan rumah susun di Jakarta menunjukkan
prevalensi skabies sebesar 6,2%, di Boyolali 7,4%, di Pasuruan 8,2%, dan di Semarang
5,8%.2
World Health Organization (WHO) menyatakan angka kejadian scabies pada tahun
2014 sebanyak 130 juta orang di dunia, menurut alliance for the control of scabies (IACS)
tahun 2014 kejadian scabies bevariasi mulai dari 0,3% menjadi 46% (Ahwath Riyadhy
1
Ridwan, 2017). Di Indonesia prevalensi penderita scabies tiap tahunnya mengalami
peningkatan Tahun 2013 jumlah penderita scabies mengalami peningkatan yakni 3,9%
(Depkes RI,2013). Hasil penelitian di Pasuruan Jawa Timur prevalensi scabies di pondok
pesantren adalah 70%. Pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, di kabupaten
Jember jenis kelamin laki-laki terkena scabies lebih besar dari pada perempuan dengan
Prevalensi skabies di negara berkembang lebih tinggi dari di negara maju. Di Inggris
pada tahun 1997-2005, skabies terjadi pada 3 orang per 1.000 penduduk. Di Spanyol pada
tahun 2012, prevalensi skabies pada imigran adalah 4,1%. Prevalensi skabies di daerah
endemis di India adalah 13% dan di daerah kumuh Bangladesh prevalensi pada anak berusia
6 tahun adalah 29%. Pada populasi umum, prevalensi skabies di Kamboja adalah 43% dan di
Chile prevalensi skabies sekitar 1-5%. Di Timor Leste, survei skabies di empat kabupaten
lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal atau asrama dapat dilakukan dengan cara
membersihkan jendela atau perabotan milik santri, mencuci peralatan makan, membersihkan
kamar, serta membuang sampah. Sanitasi lingkungan perlu dijaga kebersihannya dimulai dari
halaman, saluran pembuangan air dan jalan di depan asrama. Sumber air bersih yang di
gunakan seharusnya memenuhi standar, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Penularan penyakit skabies terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan tidak
2
Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima
pelajaran-pelajaran agama islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya. Image
yang selama ini berkembang dimasyarakat bahwa pondok pesantren merupakan tempat
kumuh, kondisi lingkungannya tidak sehat, dan pola kehidupan yang ditunjukkan oleh para
santrinya baik yang wanita ataupun yang pria tidak jarang yang sering kali kotor, lusuh, dan
sama sekali tidak menunjang perilaku yang sehat. Beberapa sifat buruk yang susah
ditinggalkan oleh para santri baik yang putri ataupun yang putra yaitu kebiasaan kurang bisa
menjaga personal higiene, menjaga lingkungan, dan menjaga asupan nutrisi mereka serta
malas bersih-bersih.
Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit pasien atau tidak langsung
dengan benda yang terkontaminasi tungau. Skabies dapat mewabah pada daerah padat
penduduk seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan, panti jompo, dan sekolah asrama.
Penyebab skabies antara lain disebabkan oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, kebersihan
yang buruk seperti mandi, pemakaian handuk, mengganti pakaian dan melakukan hubungan
seksual. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan di tempat seperti di asrama, panti asuhan,
penjara, pondok pesantren yang kurang terjaga personal hygienenya. Terdapat banyak faktor
yang menunjang perkembangan penyakit skabies antara lain turunnya imunitas tubuh akibat
HIV, sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
Penderita skabies terganggu kualitas hidupnya karena mengalami gatal hebat dan
radang di kulit akibat infeksi sekunder oleh bakteri sehingga produktivitas dan prestasi
akademik menurun. Sudarsono melaporkan bahwa prestasi belajar santri di sebuah pesantren
di Medan lebih rendah setelah terinfestasi skabies. Pada tahun 2008 sebanyak 15,5% santri di
3
sebuah pesantren di Provinsi Aceh menurun nilai rapornya dibandingkan sebelum menderita
skabies.
yang tinggi dan perilaku kebersihan yang buruk padahal sebagai institusi agama Islam,
Pemberantasan skabies di asrama, panti asuhan, pondok pesantren, dan tempat lain
dengan kepadatan penghuni yang tinggi tidak dapat dilakukan secara individual melainkan
harus serentak dan menyeluruh. Semua penderita skabies harus diobati dan lingkungan harus
dibersihkan (dekontaminasi). Jika tidak, penderita skabies yang telah sembuh akan tertular
lagi dan reinfestasi skabies akan terjadi dalam waktu singkat dengan lingkaran setan yang
sulit diputus. Diperlukan peran dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk menjadi agen
perubahan serta pendidik bagi penduduk terutama untuk masyarakat yang memiliki risiko
tinggi menderita skabies. Berdasarkan hal tersebut diperlukan informasi yang lengkap
Proses penyembuhan luka perlu dikenali oleh tenanga kesehatan khususnya perawat
luka untuk dapat merencanakan dan melakukan intervensi yanga terbaik dalam mendukung
proses penyembuhan berjalan cepat. Tindakan yang dilakukan tidak hanya diliat dari sisi
adanya infeksi sistemik diperlukan pemeriksaan kultur eksudat dan pemberian antibiotic.
Tindakan keperawatan Mencuci luka dengan larutan fisiologis yang tidak iritatif atau
merusak jaringan luka dan dapat menggunakan antiseptic gentle (lembut) untuk mencegah
4
infeksi atau mengontrol pertumbuhan kuman. Mencuci luka dapat m enggunakan teknik
swap atau gosokan lembutt dan irigasi. Membatasi penggunaan iodine povidine yang dapat
menghambat fibroblast dalam sintesis kologen dan penggunaan hydrogen peroksida yang
merusak jaringan luka. Mengerjakan individu managemen nyeri dan elevasi bagian tubuh
yang cedera atau luka untuk meningkatakan kenyamanan dan mencegah edema berlebihan.
Memilih topical yang mendukung lingkungsn luks lrmbab (moist), sehingga mempercepat
pyridoxine, riboflavin, dan thiamine yang dapat membantu stamina tubuh atau sel dalam
melawan bakteri sebagai penyebab infeksi (Hess,1999) serta asam lemak omega 3 yang dapat
membantu dalam respon inflamsi dan mencegah infeksi (alexander dan Supp,2014)
obat antibiotic atau kortikosteroid atau antiinflamasi yang dapat menghambat sel neutrophil
Kolaborasi dengan dokter gizi klinis atau ahli gizi jika mengalami malnutrisi atau ada
faktor penghambat lainnya seperti peyakit penyerta (diabetes, jantung dan lainnya) dan juga
Berdasarkan masalah dari Penelitian Literatur Review ini adalah “adakah Pengaruh
Perawatan Luka Dengan Aloe Vera dan Daun Sirih pada Penyembuhan Luka Scabies
Tujuan dari Penelitian Literatur Review ini adalah untuk “ Mengetahui Pengaruh
Perawatan Luka Dengan Aloe Vera dan Daun Sirih pada Penyembuhan Luka Scabies”
5
1.4 Manfaat Pemelitian
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua,
dan sumber informasi penelitian ini guna untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
pengaruh Perawatan Luka Dengan Aloe Vera dan Daun Sirih pada Penyembuhan Luka
Scabies.
Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan menjadi ilmu yang
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu keperawatan dan menjadi
Pengaruh Perawatan Luka Dengan Aloe Vera dan Daun Sirih pada Penyembuhan Luka
Scabies.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Luka bisa diklasifi kasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan,
dan lama penyembuhan merawat Luka agar dapat mecegah terjadinya trauma (injuri)
pada Kulit membrane mukosa jaringan llain yang disebabkan oleh adanya trauma,
Penyembuhan luka adalah proses biologis yang kompleks, terdiri dari serangkaian
peristiwa berurutan bertujuan untuk memperbaiki jaringan yang terluka. Peran sistem
kekebalan tubuh dalam proses ini tidak hanya untuk mengenali dan memerangi antigen
baru dari luka, tetapi juga untuk proses regenerasi sel (Reza Fitra Kusuma Negara, 2014)
Proses penyembuhan luka Luka akan sembuh sesuai tahapan spesifi k yang dapat
terjadi tumpang tindih. Fase penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase Inflamasi:
2. Respons segera setelah terjadi injuri berupa pembekuan darah untuk mencegah
kehilangan darah.
3. Karakteristik: tumor, rubor, dolor, color, functio laesa. Fase awal terjadi
7
b. Fase Proliferasi atau Epitelisasi
1. Hari ke-3 sampai 14. Disebut juga fase granulasi karena ada nya pembentukan
2. Terbentuk kolagen baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
3. Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50- 80% sama kuatnya dengan jaringan
sebelumnya.
mengalami perbaikan.
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip
Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode
modern dressing
Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut
memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang
8
sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines,
dan chemokines yang mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan
luka. Jadi, luka harus dijaga kelembapannya. Lingkungan yang terlalu lembap dapat
Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci
luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan
menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama, debridement jaringan
nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka. Perawatan luka
konvensional harus sering mengganti kain kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka
modern memiliki prinsip menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti
serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian
terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik
alami). Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai lima hari, sehingga tidak sering
perawat luka untuk dapat merencanakan dan melakukan intervensi yanga terbaik dalam
mendukung proses penyembuhan berjalan cepat. Tindakan yang dilakukan tidak hanya
diliat dari sisi profesi keperawatan melaikan juga perlu menggunakan pendekatan
multidsiplin seperti adanya infeksi sistemik diperlukan pemeriksaan kultur eksudat dan
pemberian antibiotic.
9
Tindakan keperawatan
1. Mencuci luka dengan larutan fisiologis yang tidak iritatif atau merusak jaringan luka
dan dapat menggunakan antiseptic gentle (lembut) untuk mencegah infeksi atau
sintesis kologen dan penggunaan hydrogen peroksida yang merusak jaringan luka.
3. Mengerjakan individu managemen nyeri dan elevasi bagian tubuh yang cedera atau
dapat membantu stamina tubuh atau sel dalam melawan bakteri sebagai penyebab
infeksi (Hess,1999) serta asam lemak omega 3 yang dapat membantu dalam respon
Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter gizi klinis atau ahli gizi jika mengalami malnutrisi atau
ada faktor penghambat lainnya seperti peyakit penyerta (diabetes, jantung dan lainnya)
10
2.1.3 Manfaat perawatan luka
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman asli Afrika, yang memiliki ciri fisik
daun berdaging tebal, sisi daun berduri, panjang mengecil pada ujungnya, berwarna hijau,
dan daging daun berlendir (Yeh, Eisenberg, Kaptchuk and Phillips, 2003).
Lidah buaya atau dikenal juga sebagai Aloe barbadensis Mill., Aloe indica Royle,
Aloe perfoliata L. var. vera dan A. vulgaris Lam merupakan tanaman milik keluarga
Liliaceae, yang ada lebih dari 360 spesies yang diketahui (Dat AD, Poon F, Pham KBT,
Doust J, 2011). Nama tanaman Aloe Vera (lidah buaya) berasal dari berbagai bahasa
diantaranya yaitu kata Arab "Alloeh" yang berarti "zat pahit yang bersinar," sementara
"vera" dalam bahasa Latin berarti "benar". Sedangkan, menurut bahasa mesir Aloe yang
berarti "tanaman keabadian" Surjushe, A., Vasani, R., & Saple, 2008).
Aloe vera memliki kontra indikasi dalam mengobati luka yaitu dengan tidak boleh
digunakan pada orang yang mengalami alergi terhadap aloe vera karena menyebabkan
iritasi pada kulit seehingga memperberat penyakit pasien dan disarankan tidak boleh
digunakan pada pasien yang sedang hamil atau ibu menyusui namun harus dilakukan
Efek Aloe vera terhadap luka yaitu menstimulasi fibroblast dan makrofag,
11
hormon faktor pertumbuhan dan granulasi, antiseptic dan antiinfalmasi sehingga
a. Tanaman lidah buaya (aloe vera) mempunyai sifat antibakteri, antijamur serta
memiliki sensasi dingin pada kulit, selain itu mengandung senyawa antrakuinon yang
dapat menghilangkan rasa sakit dan sebagai antibiotik, vitamin C serta vitamin E
Fardilia (2011) sedia an gel lidah buaya pada konsentrasi karbopol 934 3% mampu
menyembuhkan luka bakar 17,6 hari lebih cepat daripada konsentrasi 5% dan 7%.
Sedangkanpenelitian Wijaya (2013) bahwa hasil uji luka bakar dari ekstrak lidah
buaya 15% dengan VCO dapat menyembuhkan lebih cepat yaitu 8 hari.
b. Aloe vera digunakan sebagai obat dilakukan sejak dahulu. Pada 2000 tahun yang
lalu, para ilmuwan Yunani menganggap lidah buaya sebagai obat mujarab universal
dan Lidah buaya (Aloe vera) telah digunakan sebagai pengobatan di beberapa
kebudayaan selama ribuan tahun tertama pada negara Mesir, India, Meksiko, Jepang
dan China. (Pankaj, Sahu, 2013). Aloe vera sudah digunakan sejak zaman dahulu
yaitu di Mesir, Ratu Nefertiti dan Cleopatra menggunakan lidah buaya sebagai
12
2.2.3 Anatomi, Fisiologi Dan Kandungan Kimia Pada Aloe Vera
Aloe vera (Lidah buaya) memiliki bentuk yang khas dibandingkan dengan
tanaman yang lainnya yaitu aloe vera berbentuk segitiga, daun berdaging dengan tepi
bergerigi, memiliki bunga tubular kuning, mempunyai banyak biji dan memiliki panjang
S. Phillips, 2003; Pankaj, Sahu, 2013). Daun lidah buaya setiap daunnya terdiri dari tiga
lapisan yaitu : sebuah gel yang dibagian dalam mengandung 99% air dan sisanya 76
terbuat dari vitamin, glukomannans, asam amino, lipid, dan sterol. (Brown, 1980; T.
Reynolds & A. C. Dweck, 1999; Surjushe, A., Vasani, R., & Saple2008; Pankaj, Sahu,
2013). Bagian dalam lidah buaya mengandung banyak monosakarida dan polisakarida,
vitamin B1, B2, B6, dan C, niacinamide dan kolin, beberapa bahan anorganik, enzim
(asam dan alkali fosfatase, amilase, laktat dehidrogenase, lipase) dan Senyawa organik
(aloin, barbaloin, dan emodin) (Hayes. 1999; Surjushe, A., Vasani, R., & Saple, 2008;
Lapisan tengah aloe vera yang terdiri dari lateks yang merupakan getah kuning
terasa pahit dan mengandung antrakuinon dan glikosida (Brown, 1980; Surjushe, A.,
Vasani, R., & Saple, 2008; Pankaj, Sahu, 2013), dan lapisan luar yang tebal teridiri dari
15-20 sel yang disebut dengan kulit, memiliki fungsi pelindung dan mensintesis
karbohidrat dan protein. Dalam kulit lidah buaya terdapat ikatan pembuluh yang
bertanggung jawab untuk transportasi zat seperti air (xilem) dan pati (floem) (Tyler V.
1993; Surjushe, A., Vasani, R., & Saple, 2008). Lapisan luar ini mengandung turunan
13
emodin-antron 10-C-glukosida dan khrones. (Saccu, P. 2001; Bradley, 1992; Bruneton,
1995; Surjushe, A., Vasani, R., & Saple, 2008; Pankaj, Sahu, 2013).
a. aloe vera memiliki fungsi yang sangat bermanfaat bagi tubuh yaitu mempercepat
Dosis yang digunakan antar kelompok perlakuan (10 mg, 20 mg, dan 80 mg) jika
dikonversikan kedalam dosis untuk manusia rentang dosis terapi untuk manusia adalah
sebesar 5-20 gr/hari dan efek samping Aloe Vera sendiri sangat jarang dilaporkakn,
beberapa pasaien mengalami radang seperti terbakar dan gatal-gatal setelah penggunaan
14
2.3 Tanaman Daun Sirih
Daun Sirih (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat potensial yang
diketahui secara empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit,
di samping juga memiliki nilai spritual yang tinggi. Daun Sirih termasuk dalam satu
elemen penting yang harus disediakan dalam setiap upacara adat. Tanaman ini termasuk
didalam famili Piperaceae dengan penampakan daun yang berwarna merah keperakkan
dan mengkilap saat terkena cahaya. tahun 1990-an daun sirih difungsikan sebagai
tanaman hias oleh para pecinta hobi, karena penampilannya yang menarik dengan
Permukaan daunnya merah keperakan dan mengkilap. Pada tahun-tahun terakhir ini
ramai dibicarakan dan dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Dari beberapa pengalaman,
diketahui daun sirih memiliki khasiat obat untuk beberapa penyakit (Sudewo, 2005).
Daun sirih mengandung fenol, memiliki peran sebagai racun bagi mikroba dengan
Saponin dan tannin pada daun sirih bersifat sebagai antiseptik pada luka
permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada
kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka serta flavanoid selain berfungsi sebagai
Ekstrak daun sirih maupun salep daun sirih terbukti dapat menurunkan jumlah
bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli yang merupakan bakteri yang
15
2.3.1 Manfaat Daun Sirih
permeabilitas kapiler, metabolisme asam arakidonat, serta sekresi enzim lisosom, sel
ekstrak etanol daun sirih mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih kuat
hydroxytoluene).
atsiri, flavonoid, dan fenol yang mempunyai kemampuan untuk membantu proses
penyembuhan luka serta nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka seperti
vitamin A dan vitamin C.10,11 Tannin membantu proses penyembuhan luka melalui
Molekul bioaktif lain yang mempunyai peran sebagai antimikroba adalah minyak atsiri
seperti saponin, tannin, flavonoid, fenol, dan minyak atsiri. Kandungan tersebut dapat
16
Daun sirih mengandung saponin, flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Saponin,
flavonoid serta tanin dapat membantu proses penyembuhan luka karena berfungsi sebagai
Kandungan saponin dan tanin berperan dalam regenerasi jaringan dalam proses
penyembuhan luka (Reddy et al., 2011) dan mempunyai kemampuan sebagai pembersih
atau antiseptik (Kimura et al., 2006). Saponin dapat memicu vascular endothelial growth
factor (VEGF) dan meningkatkan jumlah makrofag bermigrasi ke area luka sehingga
dan juga antiinflamasi pada luka (Park et al., 2010). Onset nekrosis sel dikurangi oleh
meningkatkan viabilitas serat kolagen, sirkulasi darah, mencegah kerusakan sel dan
kemampuan astringen, antioksidan dan antibakteri (Nafiu et al., 2011). Kandungan tanin
membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, meningkatkan penyambungan luka serta
meningkatkan pembentukan pembuluh darah kapiler juga fibroblas (Sheikh et al., 2011).
Sementara minyak atsiri mengandung kavikol dan phenol yang berguna sebagai
17
2.3.3 Fungsi Daun Sirih
Ekstrak etanol daun sirih tidak hanya memiliki efek sebagai antiinflamasi,
antibakteri, dan antioksidan, tetapi juga mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk
bekerja secara sinergis sehingga dapat menghasilkan penyembuhan luka secara optimal
Dosis yang digunakan untuk perawatan luka dengan konsentrasi 15% dengan 7,5
ekstrak daun sirih dicampur dengan 50 mg vaselin, konsentrasi 45% dengan 22,5 mg
2.4 Hubungan Aloe Vera dan Daun Sirih dengan Perawatan Luka
Aloe vera (lidah buaya) terbukti sebagai pengobatan alternatif yang efektif untuk
luka bakar, tetapi tidak boleh digunakan pada orang yang alergi. Namun perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai dosis yang digunakan untuk mengobati luka bakar.
penyembuhan luka insisi pada hewan coba mencit dengan struktur kulit kembali seperti
awal ( tidak terdapat nekrosis dan pembentukan scar) pada fase proliferasi di hari ke-7.
Dimana terdapat perbandingan perawatan luka dengan aloe vera dan Daun sirih.
Pemberian lidah buaya terutama lendirnya secara topikal pada luka dapat
glikoprotein, yang mencegah inflasi rasa sakit dan mempercepat perbaikan dan
mempengaruhi faktor pertumbuhan fibroblas dan merangsang aktivitas dan proliferasi sel
18
dan meningkatkan produksi dan sekresi kolagen sehingga dapat mempercepat
Daun sirih mengandung saponin, flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Saponin,
flavonoid serta tanin dapat membantu proses penyembuhan luka karena berfungsi sebagai
Kandungan saponin dan tanin berperan dalam regenerasi jaringan dalam proses
penyembuhan luka (Reddy et al., 2011) dan mempunyai kemampuan sebagai pembersih
atau antiseptik (Kimura et al., 2006). Saponin dapat memicu vascular endothelial growth
factor (VEGF) dan meningkatkan jumlah makrofag bermigrasi ke area luka sehingga
dan juga antiinflamasi pada luka (Park et al., 2010). Onset nekrosis sel dikurangi oleh
meningkatkan viabilitas serat kolagen, sirkulasi darah, mencegah kerusakan sel dan
kemampuan astringen, antioksidan dan antibakteri (Nafiu et al., 2011). Kandungan tanin
membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, meningkatkan penyambungan luka serta
meningkatkan pembentukan pembuluh darah kapiler juga fibroblas (Sheikh et al., 2011).
Sementara minyak atsiri mengandung kavikol dan phenol yang berguna sebagai
19
2.5 Konsep Skabies
Skabies merupakan infeksi kulit menular yang disebabkan oleh parasit Sarcoptes
scabiei dan penyebab paling umum terjadinya kulit gatal. Skabies merupakan penyakit
kulit yang di sebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei far.
masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia karena terabaikan oleh manusia. skabies
merupakan Sarcoptes scabiei var hominis yang termasuk ordo Acariformes, famili
Sarcoptidae dan genus Sarcoptes. Sarcoptes scabiei var hominis dapat menular melalui
sarcopter scabie yang ditularkan baik kontak langsung antar kuliat maupun dari barang
pribadi yang digunakan penderita (ulya, 2018). Scabies adalah penyakit kulit yang di
sebabkan oleh infeksi sarcoptes scabiei, perjalanan sebagian besar terjadi melalui kontak
antara satu orang dengan yang lain, seperti tidur bersama di kamar tidur yang padat
(menaldi, 2019)
betina sarcoptes scabiei varieta hominis yang termasuk dalam kelas arachnida. Penyakit
ini paling tinggi terjadi di Negara-negara tropis yang merupakan Negara endemic
3,9 – 6 %. Prevalensi scabies di Indonesia sekarang ini sudah cukup menurun dari
20
tahun ke tahun, terlihat dari data prevalensi tahun 2008 sebesar 5,60%-12,96%, dan
prevalensi scabies di Jawa Tengah berdasarkan data yang terdapat di Dinas Kesehatan
bahwa kejadian terbanyak terdapat di daerah Cilacap dengan jumlah 46,8% kasus, urutan
kedua di daerah Bukateja dengan jumlah 34,2% kasus dan urutan ketiga di daerah
a. Sanitasi Penyakit
scabies adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang
Sanitasi lingkungan yaitu kebersihan tempat tinggal atau asrama dapat dilakukan
b. Pengetahuan Scabies
pola kehidupan yang sederhana serta tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih
c. Kepadatan penduduk
Scabies merupakan penyakit kulit yang banyak diderita oleh santri, kasus ini terjadi
pada daerah padat penghuni dan jumlah kasus banyak pada pesantren. Kepadatan
21
dapat dilihat dari kepadatan hunian ruang tidur yaitu luas ruangan tidur minimal 4m
dan tidak di anjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan (Ahwath Riyadhy
Ridwan, 2017)
d. Personal hygiene
memelihara kebersihan dan kesehatan diri mereka. Meliputi dari kebiasaan mandi,
dan kebersihan di tempat tidur para santri (ahwath Riyadhy Ridwan, 2017)
a. Pruritus nokturna artinya gatal pada malam hari yang di sebakan oleh aktivitas ,
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
sehingga seluruh kelurga terkena infeksi, di asrama, atau pemondokan. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan di serang oleh tungau tersebut walupun seluruh anggota keluarga
mengalami investasi tungau, namun tidak memberikan gejala, hal ini dikenal
atau ke abu-abuan, berbentuk garis lurus atau bekelok, rata-rata panjang 1 cm pada
ujung trowongan ditemukan papul atau vesikal. Jika timbul infeksi sekunder ruam
terlihat , karena sangat gatal pada pasien selalu menggaruk, kunikulus dapat rusakk
22
karna garukan tersebut. Tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela
jari tengah, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
kulit bagian belakang. Pada bayi, dapat menyerang telapak tangan, wajah dan kepala.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnosis. (Ratnasari A.F
Cara pengobatan ialah seluruh keluarga harus diobati (termasuk penderita yang
hiposentisisasi). Penyakit ini bisa di atasi dengean mengoleskan krim yang mengandung
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap
hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur
dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang
beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
1. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara
serentak.
23
2. harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah
3. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur,
selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa
jam.
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai
dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan
uretra.
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum
24
sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak anjurkan pada bayi di bawah umur 12
bulan.
Evaluasi hasil dilihat dari penurunan infeksi (tingkat kesembuhan) yaitu 2 minggu
Dalam upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tungau penyakit
scabies, perjalanan penyakit, penularan penyakit, cara eradikasi tungau scabies, hygiene
pribadi, dan tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang tetap berlangsung walaupun
kulit sudah bersih. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan oaring di sekitar pasien
sabun, mengganti pakaian dan pakaian dalam, tidak saling bertukar pakaian, kkebiasaan
keramas menggunakan shampoo, tidak saling bertukar handuk dan kebiasaan memotong
kuku, dapat mengurangi resiko terkena scabies. (Ratnasari A.F & Sungkar, 2014)
b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi
tungau skabies.
25
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita,
mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan
penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat
mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak
menjamin terbebas dari infeksi ulang, langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan
antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas
c. keeringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket, serta hindari pemakaian bersama sisir,
26
2.6 Kerangka Teori
1. Tanaman lidah
buaya(aloe vera)
2. Manfaat Aloe Vera
Aloe Vera 3. Anatomi, Fisiologi Dan
Kandungan Kimia Pada
Aloe Vera
4. Fungi Aloe vera
Penyembuhan luka
Perawatan Luka
Keterangan: : Diteliti
: Tidak diteliti
27
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pencarian artikel
Kata kunci :pengaruh perawatan luka Keywords: the effect of wound care
dengan aloe vera dan pengaruh with aloe vera and the effect of wound
perawatan luka dengan daun sirih care with betel leaf
Eksklusi (n=8)
Eksklusi (n=10)
Population :
Population :
Seleksi Judul dan Duplikat -tidak sesuai dengan
-tidak sesuai
(n=23) topik (n=4)
dengan topic
Intervention :
(n=6)
-tidak sesuai intervensi
Intervention :
(n=2)
-tidak sesuai
intervensi (n=2) Identifikasi jurnal Fulltext Comparator :
(n=15) -faktor pembanding
Comparator :
(n=2)
-faktor
pembanding (n=2) Outcome :
Jurnal akhir yang dapat -tidak ada pengaruh
Outcome :
dianalisis sesuai dengan perawatan luka dengan
- tujuan penelitian
rumusan masalah dan tujuan aloe vera dan daun sirih
tidak sesuai (n=0)
(n=5) pada penyembuhan luka
(n=0)
28
3.2 Pengumpulan Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian
kuantitatif dengan studi literature. Peneliti meneliti Pengaruh perawatan luka dengan
Aloe Vera dan daun Sirih sebagai variabel independen dan pada penyembuhan luka
Dalam penelitian studi literature ini, sumber data yang didapatkan yaitu data
sekunder dari sumber laporan survei Pemerintah seperti Menurut Riset Kesehatan
scholar. Berbagai pencarian dimulai dengan kata kunci “pengaruh perawatan luka dengan
aloe vera”, “pengaruh perawatan luka dengan daun sirih”, ”pada variabel pertama.
Sedangkan kata kunci untuk variabel kedua yaitu “penyembuhan luka ”. Penulis memilih
artikel dalam rentang tahun 2016-2020 dan ditemukan 30 artikel yang berhubungan
pengaruh perawatan luka dengan aloe vera dan daun Sirih . Dari 23 artikel yang
diketemukan, hanya 5 artikel yang memenuhi kriteria yaitu 3 artikel mengenai pengaruh
perawatan luka dengan aloe vera dan 5 artikel lainnya pengaruh perawatan dengan Daun
Sirih.
29
3.2.4 Analisa Data
Analisa data dalam penelitian studi literature ini dimulai dengan menelaah hasil
penelitian dari literature pendukung yang relevan sesuai dengan variabel dan tujuan
penelitian ini. Selain itu juga melihat tahun penelitian dalam rentang 5 tahun terakhir.
Selanjutnya, peneliti menelaah persamaan dan perbedaan antara penelitian yang sudah
dilakukan oleh pengarang, penelitian mana yang saling mendukung dan penelitian mana
30
No Author Judul Metode Hasil Penelitian Data
(Desain, Sampel, base
Variabel,intrummen,Analisi)
1 Nurul Aqidah,Asti Pengaruh skin care Dessain penelitian ini Hasil uji analisa dengan menggunakan uji google
Nuraeni dan gel aloe vera menggunakan quasy eksperimen, marginal homogenty test pada reseponden scholar
terhadap dengan rancangan pretest-postest diperoleh hasil nilai P 0,001 (≤ 0,05),
penyembuhan luka dengan kelompok control. Dalam mean pada posttest 19,1111 maka Ha
scabies pada remaja rancanganini dilakukan dietrima sehingga ada pengaruh skin care
di pondok pesantren randominasi,artinya dan gel aloevera terhadap penyembuhan
Azizayyah Ngaliya pengelompokan anggota-anggota luka scabies pada remaja. Hasil uji beda
kelompok control dan kelompok mann-whitney pada kelompok control
perlakuan berdasarkan acak dan didapatkan hasil analisa data pada
random. pemberian skin care dan gel aloevera
terhadap penyembuhan luka scabies
didapatkan data pada kelompok pre-post
control nilai mean rank 9,50 dan nilai sum
of ranks 171,00. Sedangkan pada
kelompok pre-post intervensi hasil mean
rank 27,50 dan nilai p value 0,001 artinya
ada perbedaan yang signiifikan terhadap
penyembuhan luak scabies pada remaja
antara kelompok control dan kelompok
intervensi di pondok pesantren Aziziyah
Ngaliyan. Hasil penelitian sebelumnya,
diketahui bahwa skin care dan aloevera
efektif untuk meningkatkan
penyembuhan luka scabies. Didapatkan
hasil p=0,001 (≤0,05) maka artinya ada
pengaruh yang signifikan skin care dan
aloevera terhadap penyembuhan luka
scabies pada remaja di pondok pesantren
31
Aziziyah Ngaliyan.
2 Imas S,H, Suyatno Pengaruh Tumbukan Metode Penelitian ini Dengan menggunakan Uji Berulang google
Hadi S, Nugroho Ari Daun Sirih Terhadap menggunakan true experiment, ANOVA dan dilanjut dengan post hic scholar
Wibowo proses percepatan yaitu menggunakan teknik pada hari 1 dan 3 dengan nilai p=0,000,
penyembuhan Luka konsekutif/ non probability, bahwa ada berbagai kategori kemerahan
Insisi control, dan pelakuan. Jenis pada kelompok control dan perawatan
penelitian ini menggunakan kelompok, dan tidak ada perbedaan dalam
posttest only control group kategori untuk edema jajringan pada
desaign. kelompok control dan kelompok
perlakuan, yang menggunakan Uji Chi
Square itu menunjukkan bahwa ada efek
tumbukan daun sirih untuk mempercepat
proses penyembuhan luka pada fase
imflamasi dengan tanda-tanda nilai infeksi
p=0,001, ada efek tumbukan daun sirih
mempercepat proses penyembuhan luka
pada fase proliferative dengan pembentuk
nilai jaringan granular p-value = 0,031,
tepi luka dengan nilai p-value=0,009 dan
struktur kulit dengan p-value=0,009
3 - Stefani Anastasia Pengaruh Pemberian Jenis penelitian dalam penelitian Hasil uji statistik diperoleh Mean Pretest Google
Sitepu Rebusan Daun Sirh ini adalah desain Pre- adalah 0,48 dan Posttest 0,16 yang berarti scholar
- Vitrilina Hutabarat Hijau Terhadap eksperimental yaitu penelitian rata-rata penyembuhan luka perineum
- Kristin Natalia Peyembuhan Luka yang dianggap eksperimen yang sebelum diberikan rebusan daun sirih
Perinium Pada Ibu tidak sebenarnya sering juga hijau adalah 0,48 dan rata-rata
Post Partum disebut dengan “quasi penyembuhan luka perineum setelah
experiment” atau eksperimen diberikan rebusan daun sirih hijau adalah
pura-pura 0,16 sehingga dapat diketahui bahwa
penurunan sebesar 0,32. Berdasarkan
analisis bivariat hasil uji statistik p-value
0,018 < α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang artinya adanya pengaruh
yang signifikan antara pemberian rebusan
32
dsun sirih hijau terhadap penyembuhan
luka perineum pada ibu post partum di
Klinik Pera Simalingkar B Kecamatan
Medan Tuntungan Kota Medan
4 - Aliefia Ditha Pengaruh Sediaan Penelitian ini merupakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Google
Kusumawardhani Salep Ekstrak Daun penelitian trueexperiment pasca terdapat perbedaan yang signifikan pada Scholar
- Umi Kalsum Sirih (Piper betle tes dengan kelompok eksperimen jumlah fibroblas antara kelompok yang
- Ika Setyo Rini Linn.) terhadap dan kontro diberi ekstrak daun sirih 15 ( = 12,95),
Jumlah Fibroblas 30 ( = 10,33), 45 ( = 5,90) dan
Luka Bakar Derajat kelompok kontrol normal saline 0,9 (
IIA pada Tikus Putih = 4,61) yaitu one way ANOVA p = 0,000
(Rattus norvegicus) (p < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini
Galur Wistar adalah pemberian ekstrak daun sirih
berpengaruh besar terhadap peningkatan
jumlah fibroblas luka bakar derajat IIA
pada tikus putih galur Wistar yaitu sebesar
77,6 % dan semakin kecil konsentrasi
ekstrak daun sirih maka jumlah fibroblas
semakin besar (r = -0.881) sehingga
ekstrak daun sirih 15 % adalah
konsentrasi yang paling optimal dalam
mempercepat proses penyembuhan luka.
5 - Rini Puspitasari Uji efektifitas Lidah Jenis peneltian ini menggunakan Dari hasil penelitian dengan uji One Way Google
- Sunyoto Buaya (Aloe Vera L.) eskperimental Anova dengan program statistical Product Scholar
- Muchson Arrosyid terhadap and servicesolution (SPSS). Uji ini
penyembuhan luka diawali dengan uji normalitas
sayat pada mencit mengugunakan uji Kolmogorov-Smirnov
jantan. dari data rata-rata panjang luka sayat pada
masing- mencit dan data tersebut
terdistribusi normal dengan nilai
signifikan lebih besar dari 0,05
(0,638>0,05).
33
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Artikel yang telah direview oleh peneliti sebanyak 5 artikel, yang pertama
berjudul “ Pengaruh Skin Care Dan Gel AloeVera Terhadap Penyembuhan Luka Scabies
Pada Remaja Di Pondok Pesantren Aziziyah Ngaliyan” hasil dari penelitian ini dapat
menggunakan total sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji Marginal
menunjukkan bahwa skin care dan gel aloevera terbukti berpengaruh terhadap
Penelitian yang berjudul “Uji efektifitas Lidah Buaya (Aloe Vera L.) terhadap
penyembuhan luka sayat pada mencit jantan” menyebutkan bahwa Dari hasil pengukuran
panjang luka sayat pada setiap mencit yang dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
penyembuhan yang baik karena luka sayat sepanjang 1 cm dapat menutup sempurna.
Data dari hasil penelitian pada tabel di atas kemudian dianalisis dengan uji One
Way ANOVA dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Uji di
awali dengan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov dari data rata- rata
panjang luka sayat pada masing – masing mencit dan data tersebut terdistribusi normal
dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 ( 0,638 >0,05 ). Kemudian dilanjutkan uji
homogenitas menggunakan uji Levene. Setelah uji Levene, kemudian dilanjutkan dengan
uji ANOVA untuk mengetahui perbedaan dari masing – masing konsentrasi dan
34
dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil dari uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan dari
Hasil review artikel ini yang berjudul “Pengaruh Tumbukan Daun Sirih Terhadap
bahwa ρ = 0,000, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada perbandingan ukuran
panjang di fase inflamasi terhadap adanya kemerahan luka dan jaringan sekitar (Tabel 5).
Berdasarkan Uji statistik Chi Square didapatkan hasil yanng menunjukkan bahwa ρ =
0,031, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada pengaruh tumbukan daun sirih
di fase proliferasi terhadap pembentukan granula jaringan (Tabel 6). Berdasarkan uji
statistik Chi Square didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa ρ = 0,009 artinya ada
pengaruh tumbuhan daun sirih di fase penyembuhan pro-liferasi terhadap tepi luka
penyembuhan.
Terhadap Peyembuhan Luka Perinium Pada Ibu Post Partum” Memyebutkan bahwa data
analisa bivariat hasil uji statistik diperoleh Mean Pretest adalah 0,48 dan Posttest 0,16
yang berarti rata-rata penyembuhan luka perineum sebelum diberikan rebusan daun sirih
hijau adalah 0,48 dan rata-rata penyembuhan luka perineum setelah diberikan rebusan
daun sirih hijau adalah 0,16 sehingga dapat diketahui bahwa penurunan sebesar 0,32.
Berdasarkan analisis bivariat hasil uji statistik p-value 0,018 < α 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang artinya adanya pengaruh yang signifikan antara pemberian rebusan
dsun sirih hijau terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu post partum di Klinik
35
Beberapa peneliti lain mempunyai pernyataan lain salah satunya yang berjudul
“Pengaruh Sediaan Salep Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Jumlah
Fibroblas Luka Bakar Derajat IIA pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar”
Hasil uji regresi linear menunjukkan bahwa angka korelasinya sebesar -0,881 (r = 0,70-
1,00) yang berarti terdapat korelasi atau pengaruh yang tinggi pada pemberian ekstrak
daun sirih terhadap jumlah fibroblas. Angka korelasi negatif berarti hubungan bersifat
tidak searah yaitu jika konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.) semakin besar
maka jumlah fibroblas semakin kecil dan sebaliknya. R-square sebesar 77,6 %
menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih mempengaruhi jumlah fibroblas sebesar 77,6 %
dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan pada penelitian ini.
4.2 Pembahasan
Artikel yang telah direview oleh peneliti sebanyak 5 untuk mengetahui pengaruh
perawatan luka dengan aloe vera dan daun sirih pada penyembuhan luka scabies. Hasil
review dari 5 artikel sebagian besar menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
Menurut Nurul Aqidah,Asti Nuraeni (2016) hasil dari penelitian ini dapat
menggunakan total sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji Marginal
menunjukkan bahwa skin care dan gel aloevera terbukti berpengaruh terhadap
36
penyembuhan luka scabies dengan p value 0,001. Hasil penelitian Rini Puspitasari Dkk
2016 Uji efektifitas Lidah Buaya (Aloe Vera L.) terhadap penyembuhan luka sayat pada
mencit jantan” menyebutkan bahwa Dari hasil pengukuran panjang luka sayat pada
setiap mencit yang dilakukan setiap hari pada waktu yang sama didapatkan bahwa
karena luka sayat sepanjang 1 cm dapat menutup sempurna. Data dari hasil penelitian
pada tabel di atas kemudian dianalisis dengan uji One Way ANOVA dengan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS). Uji di awali dengan uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov dari data rata- rata panjang luka sayat pada
masing – masing mencit dan data tersebut terdistribusi normal dengan nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 ( 0,638 >0,05 ). Kemudian dilanjutkan uji homogenitas
menggunakan uji Levene. Setelah uji Levene, kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA
untuk mengetahui perbedaan dari masing – masing konsentrasi dan dilanjutkan dengan
uji Tukey. Hasil dari uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan dari ketiga konsentrasi
tersebut. Hasil penelitian Natsir (2013) lidah buaya (Aloevera) sebagai penghambat
secara signifikan terhadap pertumbuhan bakteri (p>1%). Pada konsentrasi 0%, 25%,
30%, dan 35% menunjukkan daya hambat sebesar 0 mm 1,36 mm, 1,6 mm, dan 0,94mm.
Gel Aloe Vera adalah gel yang terkandung dalam tanaman herbal aloe vera yang
berwarna putih dan transparan yang mempunyai kandungan zat seperti saponin,
lipase, mineral dan hormone (Purwanto, 2013). Sehingga dapat digunakan sebagai
37
proses penyembuhan luka (Wirakusuma, 2013, Priyoto & Widyastuti, 2014). Hasil
review ini juga menyebutkan bahwa Lidah buaya mengandung antara lain saponin,
flavonoid, tanin dan polifenol (Hutapea, 2000). Kandungan Saponin ini mempunyai
itu, tanin dan polifenol juga mempunyai daya antiseptik. Penelitian dilakukan dengan
mengambil tanaman lidah buaya di pekarangan rumah Pak Yanto kemudian dideterminasi
Menurut pankaj, suhu (2013) Lidah Buaya merupakan tanaman asli afrika, yang
memiliki ciri fisik daun berdaging tebal, sisi daun berduri, panjang mengecil pada
ujungnya, berwarna hijau, dan daging daun berlendir. Nama tanaman Aloe Vera (Lidah
Buaya) berasal dari berbagai bahasa diantaranya yaitu kata arab “Alloeh” yang berartti”
zat pahit yang bersinar” sementara “vera” dalam bahasa Latin berarti “benar”.
Sedangkan, Menurut bahasa Mesir Aloe yang berarti “tanaman keabadian” (Surjushe,
A.,R.,& Saple,2008).
Tanaman lidah buaya (aloe vera) mempunyai sifat antibakteri, antijamur serta
memiliki sensasi dingin pada kilit, selain itu mengandung senyawa antrakuinon yang
dapat menhilangkan rasa sakit dan antibiotic, vitamin C serta vitamin E yang memiliki
konsentrasi karbopol 934 3% mampu menyembuhkan luka bakar 17,6 hari lebih cepat
dari pada konsentrasi 5% dan 7%. Sedangkan penelitian Wijaya (2013) bahwa hasil uji
38
luka kabar dari ekstrak lidah buaya 15% dengan VCO dapat menyembuhkan lebih cepat
yaitu 8 hari.
Aloe vera (Lidah Buaya) Memiliki bentuk yang khas dibandingkan dengan
tanaman lain yaitu aloe vera berbentuk segitiga, daun berdaging dengan tepi bergigi,
memilki bunga tubular kuning, mempunyai banyak biji dan memliki panjang 30-50 cm
dan 10 cm luas dasarnya (pankaj, suhu 2013). Daun lidah buaya setiap daunnya terdiri
dari tiga lapisan yaitu : sebuah gel yang dibagian dalam mengandung 99% air dan sisany
76 terbuat dari vitamin, glukpmannans, asam amino, lipid, dan sterol.(pankaj.suhu 2013).
Aloe vera memiliki fungsi yang sangat bermanfaat bagi tubuh yaitu mempercepat
mempercepat granulasi untuk penyembuhan luka (Pankaj, Suhu 2013). Lidah buaya juga
prostaglandin E2 dari asam arakidonat dan mengandung pepidaase bradikinase yang dpat
2013).
Dosis yang digunakan (10mg, 20 mg, dan 80 mg) Jika dikonversikan kedalam
dosis untuk manusia rentang dosis terapi manusia adalah sebesar 5-20 gr/hari dan efek
samping Aloe Vera dapat menyebabkan radang seperti terbkar dan gatal-gatal setelah
39
penggunaan topical. Semua efek samping bersifat reversible. Aloe vera sendiri memiliki
kontra indikasi dalam mengobati luka yaitu tidak boleh digunakan pada orang yang
mengalami alergi terhadap Aloe Vera karena menyebabkan iritasi pada kulit sehingga
memperberat penyakir pasien dan disarankan tidak boleh digunakan pada pasie yang
sedang hamil atau ibu yang menyusui namun harus dilakukan penelitian lanjut
(Grundmann, 2012).
Cara pengunaan lidah buaya bagian dalam dapat ditempelkan pada bagian tubuh
yang mengalami luka ringan akibat luka terbakar dan tersiram air panas, cuci bersih daun
lidah buaya, buang pangkal daunnya, lalu buka kulit daunnya. Oleskan bagian daun yang
berlendir pada luka sampai lendirnya menutupi seluruh bagian luka. Ulangi pengolesan
setiap lender terlihat mongering ½ jam sekali. Lakukan pengobatan dengan lendir lidah
buaya ini lebih efektif dibandingkan obat buatan.(Tambuhan obat dan khasiatnya 2,
2002).
Hasil penelitian dari Imas S.H (2015) Didapatkan hasil yanng menunjukkan
bahwa ρ = 0,000, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada perbandingan ukuran
panjang di fase inflamasi terhadap adanya kemerahan luka dan jaringan sekitar (Tabel 5).
Berdasarkan Uji statistik Chi Square didapatkan hasil yanng menunjukkan bahwa ρ =
0,031, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada pengaruh tumbukan daun sirih
di fase proliferasi terhadap pembentukan granula jaringan (Tabel 6). Berdasarkan uji
statistik Chi Square didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa ρ = 0,009 artinya ada
pengaruh tumbuhan daun sirih di fase penyembuhan pro-liferasi terhadap tepi luka
penyembuhan. Hasil penelitian Stefani Anastasia Dkk (2020) Didapatkan hasil yanng
40
perbandingan ukuran panjang di fase inflamasi terhadap adanya kemerahan luka dan
jaringan sekitar (Tabel 5). Berdasarkan Uji statistik Chi Square didapatkan hasil yanng
pengaruh tumbukan daun sirih di fase proliferasi terhadap pembentukan granula jaringan.
Berdasarkan uji statistik Chi Square didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa ρ = 0,009
artinya ada pengaruh tumbuhan daun sirih di fase penyembuhan pro-liferasi terhadap tepi
luka penyembuhan. Hasil penelitian Aliefia Ditha Kusumawardhani dkk (2015) Hasil uji
regresi linear menunjukkan bahwa angka korelasinya sebesar -0,881 (r = 0,70-1,00) yang
berarti terdapat korelasi atau pengaruh yang tinggi pada pemberian ekstrak daun sirih
terhadap jumlah fibroblas. Angka korelasi negatif berarti hubungan bersifat tidak searah
yaitu jika konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.) semakin besar maka jumlah
fibroblas semakin kecil dan sebaliknya. R-square sebesar 77,6 % menunjukkan bahwa
ekstrak daun sirih mempengaruhi jumlah fibroblas sebesar 77,6 % dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan pada penelitian ini. Peneliti Enny
Yuliaswati (2018) dan Rini Anggeriani (2018) mengtakan bahwa Setelah diberikan
rebusan daun sirih hijau penyembuhan luka perineum mengalami penurunan karena efek
dari rebusan daun sirih dapat menjadi antibiotik, yang menghambat terjadinya infeksi,
perineum setelah diberikan rebusan daun sirih hijau berbeda-beda karena setiap individu
tidak terlalu tau penting nya menjaga kebersihan agar tidak terjadi infeksi sehingga proses
41
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Peningkatan jumlah fibroblas ini diduga
karena efek kandungan senyawa aktif yang berasal dari ekstrak etanol daun sirih. Hasil
ekstraksi etanol daun sirih mengandung beberapa kandungan senyawa aktif yaitu saponin,
flavonid, tannin serta minyak atsiri. Kandungan tersebut dapat membantu proses
atau glikosida triterpenoid dan banyak terdapat pada tumbuhan yang berperan penting
pada kesehatan manusia dan hewan. Saponin berfungsi sebagi antitumor, antimutagen
dan aktivitas sitotoksik. Saponin dapat memicu vascular endothelial growth factor
suatu tanaman dan bisa dijumpai pada bagian daun, akar, kayu, kuit, tepung sari, bunga
dan biji.30 Kandungan flavonoid berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba dan juga
antiinflamasi pada luka bakar. Flavonoid dapat membantu penyembuhan luka dengan
meningkatkan jumlah fibroblas. Onset nekrosis sel dikurangi oleh flavonoid dengan
viabilitas serat kolagen, sirkulasi darah, mencegah kerusakan sel dan meningkatkan
sintesis DNA. Tanin merupakan senyawa phenolic yang larut air. Tanin berpotensi
sebagai antoksidan yang melindungi dari kerusakan oksidatif seperti kanker, arthritis dan
42
mempercepat penyembuhan luka dan inflamasi membran mukosa, serta regenerasi
jaringan baru. Selain itu, kandungan tanin mempunyai kemampuan antioksidan dan
mekanisme seluler yaitu membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, meningkatkan
penutupan luka serta meningkatkan pembentukan pembuluh darah kapiler juga fibroblas.
Minyak atsiri atau disebut juga essential oil berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian
bahkan putik bunga. Manfaat minyak atsiri adalah sebagai obat anti nyeri, anti infeksi dan
pembunuh bakteri (disinfektan). Minyak atsiri mengandung phenol dan kavikol yang
berguna sebagai antimikroba, antibakteri dan disinfektan. Semua kandungan daun sirih
tersebut dapat membersihkan luka dan mencegah terjadinya infeksi sehingga dapat
menghentikan pendarahan pada hidung atau mimisan, daun sirih mengandung saponi,
flavonoid, tannin, dan minyak atsiri. Menurut Fanani dkk (2014) menyatakan bahwa
daun sirih hijau dengan konsentrasi 10% mampu mempercepat penyembuhan luka,
penurunan penyembuhan luka setelah diberikan daun sirih berbeda-beda karena setiap
individu berbeda-beda dalam menjaga kebersihan dan agar tidak terjadi infeksi sehingga
proses penyembuhan luka lebih cepat serta menunjukkan hasil perubhan yang lebih
efektif.
Daun sirih (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat potensial yang
penyakit, di samping juga memiliki nilai spiritual yang tinggi. Daun sirih termasuk
43
dalam salah satu elemen penting yang harus disediakan dalam upacara adat. Tamanan
ini termasuk didalam family piperaceae dengan penampakan daun yang berwarna
Daun sirih merah dapat menghambat proses inflamsi melalui penangkapan radikal
sirih diperkirakan karena adanya senyawa golongan Flavonoid, saponin, dan tannin.
serta enzim lisosom, sel neurofil dan sel endothelia (Manigahua et al 2009).
atrisi, flavonoid, dan fenol yang mempunyai kemampuan untuk membantu proses
penyembuhan luka serta nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka seperti
vitamin A dan vitamin C.10.11 Tanninn membantu proses penyembuhan luka melalui
peningkatan jumlah pembentukan pembuluh darah kapiler dan sel-sel fibroblas. (Senthil
Daun sirih mengandung saponin, flavonoid, tannin dan Minyak atsiri. Saponin,
flavonoid serta tannin dapat membantu proses penyembuhan luka karena berfungsi
Ekstrak etanol daun sirih tidak hanya memiliki efek sebagai antiinflamasi,
antibakteri, dan antioksidan, tetapi juga mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk
44
bekerja secara sinergis sehingga dapat menghasilkan penyembuhan luka secara optimal
Dosis yang digunakan untuk perawatan luka dengan konsentrasi 15% dengan 7,5
ekstrak daun sirih dicampur dengan 50 mg vaselin, konsentrasi 45% dengan 22,5 mg
Penyakit scabies juga ternyata dapat diobati dengan tanaman herbal, yaitu
tanaman sirih. Tanaman ini dapat mengobati penyakit scabies di karenakan mengandung
antiseptic alamiah yang dapat membasmi tungau. Maka dari itu tak heran jika tenaman
sirih ini dapat mengobati scabies. Cara penggunaan daun sirih ini dapat digunakan
dengan sangat muda yaitu: siapkan beberapa lembar daun sirih, lalu cuci dengan air
bersih, setelah itu rebus daun sirih dengan di campur garam, jika sudah, kemudian
larutkan kedalam bak mandi, setelah itu, kemudian dipakai mandi. Namun selain itu,
untuk mengobati penyakit scabies dengan daun sirih juga dapat dilakukan dengan cara di
hebat sehingga penderita sering menggaruk dan timbul luka lecet yang diikuti dengan
infeksi sekunder oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) serta S.aureus. Infeksi
tersebut dapat menimbulkan pustul, ekskoriasi dan pembesaran kelenjar getah bening.
Sehingga responden dapat melakukan pemberian aloe vera dan daun sirih yang memliki
manfaat antibakteri, antijamur serta memiliki sensasi dingin pada kulit, selain itu
mengandung senyawa antrakuinon yang dapat menghilangkan rasa sakit dan sebagai
antibiotik sedankan daun sirih memiliki manfaat menghambat proses inflamasi melalui
45
penangkapan radikal bebas oleh antioksidan. Serta pemberian aloevera dan daun sirih
sangat dianjurkan sebagai terapi non farmokologi dalam penyembuhan luka scabies.
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Literature review ini untuk Mengetahui Pengaruh Perawatan Luka Dengan Aloe
Vera dan Daun Sirih Pada Penyembuhan Luka Scabies, dalam penelitian ini didapatkan ada
pengaruh perawatan luka dengan Aloe Vera berupa tanaman herbal aloe vera yang berwarna
putih dan transparan yang mempunyai kandungan zat seperti saponin, anthraquinon,
hormone (Purwanto, 2013). Sedangkan Daun Sirih pada penyembuhan luka berupa ekstraksi
etanol daun sirih mengandung beberapa kandungan senyawa aktif yaitu saponin, flavonid,
asuhan, pondok pesantren, dan tempat lain dengan kepadatan penghuni yang tinggi tidak
dapat dilakukan secara individual melainkan harus serentak dan menyeluruh. Semua
47
5.2 Saran
Aloe Vera dan Daun Sirih pada Penyembuhan Luka Scabies dengan Literature Review”
peneliti memberikan saran pada pihak-pihak yang terkait permasalahan yang terjadi,
antar lain :
Aloe Vera dan Daun Sirih dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif terapi
scabies.
48
DAFTAR PUSTAKA
Ahwath Riyadhy Ridwan, S. I. (2017). hubungan pengetahuan,personal hygene, dan kepdatan
hunian dengan gejala penyakit skabies pada santri di pondok pesantren darul muklisin kota
kendari. jurnal ilmiah mahasiswa kesehatan masyarakat, 1-8.
Achjar, K.A.H. (2011). Asuhan keperawatan komunitas teori dan praktik. Jakarta: EGC
Alfiyanti, D. (2012). Pengaruh perawatan kulit berdasarkan skor Skala Braden Q terhadap
kejadian luka tekan anak di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RS Tugurejo dan RS
Roemani Semarang.
Amajida, F.R., & Sungkar, S. (2014). Prevalensi skabies dan faktor-faktor yang berhubungan di
pesantren X, Jakarta Timur.
Aminanto, S. (2015). Efektivitas gel aloevera sebagai primary dressing pada luka diabetes
melitus di praktik perawatan luka indaryati sleman Yogyakarta.
Arisanty, I.P. (2013). Manajemen perawatan luka: konsep dasar. Jakarta: EGC
Aryani, R., et al. (2009). Prosedur klinik keperawatan pada mata ajar kebutuhan dasar manusia.
Jakarta
Ariani, A.P. (2014). Aplikasi metodologi penelitian kebidanan dan kesehatan Pengaruh skin
care dan gel aloevera... (Nurul Aqidah, Asti Nuraeni, Mamat S.) | 11 reproduksi.
Yogyakarta: Nuha Medika
Bandiyah, S. (2013). Keterampilan dasar dalam keperawatan (kddk). Yogyakarta: Nuha Medika
Baur, B., Sarkar, J., Manna, N., & Bandyopadhyay, L. (2013). The pattern of dermatological
disorders among patients attending the skin O.P.D of a tertiary care hospital in Kolkata,
India. Journal of Dental and Medical Sciences 3, 1-6
Dharma, K.K. (2012). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Ediasari, V. (2016). Hubungan status gizi santri dan pesonal hygiene dengan kejadian Skabies
pada santri pondok pesantren Darussalam di kabupaten Tebo tahun 2016.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. A. (2017). Metode penelitian keperawatan dan kesehatan. jakarta: salemba medika.
Isro’in, L., & Andarmoyo, S. (2012). Personal hygiene konsep, proses dan aplikasi praktik
keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kartasapoerta, G. (1992). budidaya Tanaman Berkhasiat obat. 21.
kharisma dan lisa, E. (2010). khasiat perasan daun sirih (piper betle l) terhadap bakteri
aeromonas hydrophylla yang menyerang lele.
Mainur, L. (2015). Pengaruh ekstrak lidah buaya topikal tehadap konsistensi, ketinggian, dan
pigmentasi skar hipertrofik paska luka bakar di poli bedah plastik RSUD dr. Soetomo
Surabaya.
menaldi, s. l. (2019). development " Deskeb" as an instrument to detect scabies for non-medical
personnel in indonesia. dermatology reports, 1-2.
Muttaqin, A., & Sri, Kumala. (2011). Asuhan keperawatan gangguan sistem integument. Jakarta:
Salemba Medika
49
Natsir, N.A. (2013). Pengaruh daun lidah buaya (aloevera) sebagai penfghambat pertumbuhan
bakteri staphylococcus aureus.
Novita, Nuraini., & Wijayanti, R.A. (2016). Faktor risiko kejadian scabies di pondok pesantren
nurul islam jember (scabies risk factors in pondok pesantren Nurul Islam Jember). Jurnal
ilmiah inovasi.
Notoatmodjo. (2018). Metodelogi penelitian kesehatan. jakarta: PT Rineka Cipta.
Novita W. (2016). Uji aktivitas antibakteri fraksi daun sirih (piper betle L) terhadap
pertumbuhan bakteri streptococcus mutans secara in vitro. JMJ, 2-3.
Nugraha, A. & Rahayu, U. (2015). Pengaruh pemberian aloe vera pada pasien luka bakar
“studi literatur”
Octavia, L., Syatibi, I., Ali, M., Gunawan, R., & Hilmi, A. (2014). Pendidikan karakter berbasis
tadisi pesantren. Jakarta: Rumah Kitab
Onayemi, O., Isezuo, S.A., & Njoku, C.H. (2012). Prevalence of different skin conditions in an
out patients’ setting in north-western Nigeria. International Journal of Dermatology 44, 7–
11
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010). Fundamentals of nursing: fundamental keperawatan. Buku 3.
Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Priyoto, & Widyastuti, T. (2014). Pengobatan herbal untuk penyakit ringan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Purwanto, B. (2013). Herbal dan keperawatan komplementer (teori, praktik, hokum dalam
asuhan keperawatan). Yogyakarta: Nuha Medika
Prof.Dr.Salena Sungkar, D. (2016). Etiologi, Patogenesis, Pengobatan, Pemberantasan,dan
Pencegahan skabies. jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Putri, I.P. (2016). Hubungan antara tingkat pengetahuan santri dengan perilaku pencegahan
penyakit skabies di pondok pesantren Darut Taqwa Bulusan Semarang.
Putri, I. P. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Santri Dengan Perilaku Pencegahan Skabies
Dipondok Pesantre Darut Taqwa Balusan Semarang. ANALISA KEDOKTERAN, 1-8.
Ratnasari A.F & Sungkar, S. (2014). prevalensi skabies dan faktor-faktor yang berhubungan di
pesantren X, jakarta timur. jurnal kedokteran , 1-8.
Ratnasari, A. &. (n.d.). prevalensi scabies dan faktor-.
Raza, N., Qadir, S.N.R., Agna, H. (2009). Risk faktor for scabies among male soldier in
Pakistan: case-control study. Eastern Mediterranean Health Journal 15, 1-6
Rezki, N. S. (2017). Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Secara IN VIVO Terhadap
Scabies Pada Kambing Kacang (Capra hircus). 1-8.
Rika Nur’aini, D. U. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Skabies pada
Santriwati di Pondok Pesantren X Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat
Volume 11 Edisi 2, 6.
Setyaningrum, Y.R. (2013). Skabies penyakit kulit yang terabaikan: prevalensi, tantangan dan
pendidikan sebagai solusi pencegahan.
50
Setyaningrum. (2015). Hubungan Personal Hygien Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian
Skabies Di Pondok Pesantren Al-Kausar Pekanbaru JOM vol 2 No 1, 1-2.
Siregar, R.S. (2014). Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi 3. Jakarta: EGC
Stanhope, M., & Jeanette, L. (2014). Foundations of nusing in the community :
communityoriented practice fourth edition. United Kingdom : Elsevier
Sujarweni, V. W. (2015). Metode Penelitian: Lengkap Praktis, dan Mudah dipahami.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
ulya, a. (2018). pengetahuan,sikap, dan praktek pencegaha skabies yang dipersepsikan oleh
remaja santri dayah. JIM FKep volume III No. 4 2018, 1-2.
Verma, et al. (2019). Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat Dan Tingkat Pendidikan
Dengan Kejadian Skabies Di Pesantre Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta 6.
Widiawati, W. (2014). Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat antara masker
lidah buaya dengan masker non lidah buaya.
Wijaya, R.A. (2013). Formulasi krim ekstrak lidah buaya (aloe vera) sebagai alternatif
penyembuh luka bakar.
51
LAMPIRAN 1
ABSTRAK
Di Indonesia prevalensi scabies pada tahun 2013 yaitu sebanyak 3,9 – 6 kasus.
Scabies lebih sering muncul di pesantren dikarenakan pesantren merupakan daerah
yang padat hunian. Upaya untuk menangani luka scabies yaitu dapat dilakukan
dengan cara memberikan skin care dan gel aloevera. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh skin care dan gel aloevera terhadap penyembuhan luka scabies
pada remaja di pondok pesantren Aziziyyah Ngaliyan. Rancangan penelitian ini
menggunakan quasy experimental dengan desain penelitian pretest-posttest with
control group. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 36 responden dengan
tehnik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Uji statistik yang
digunakan adalah uji Marginal Homogeinity dan dilanjutkan dengan uji beda Mann-
Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skin care dan gel aloevera terbukti
berpengaruh terhadap penyembuhan luka scabies dengan p value 0,001. Berdasarkan
observasi pada kelompok intervensi sebelum diberikan skin care dan gel aloevera
terdapat 16 responden dalam tahap penyembuhan luka tidak sembuh dan 2 responden
sembuh tidak sempurna. Setelah diberikan skin care dan gel aloevera 17 responden
sembuh sempurna dan 1 responden sembuh tidak sempurna. Sedangkan kelompok
kontrol pada pretest 14 responden tidak sembuh dan 4 responden sembuh tidak
sempurna dan pada pengukuran posttest 14 responden tidak sembuh dan 4 responden
sembuh tidak sempurna. Hasil analisis dengan uji Mann-Whitney menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap penyembuhan luka scabies pada
remaja antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di pondok pesantren
Aziziyyah Ngaliyan dengan p value 0,001. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah
agar skin care dan gel aloevera dapat diaplikasikan sebagai intervensi keperawatan
mandiri untuk membantu tahap penyembuhan luka scabies.
Pengaruh skin care dan gel aloevera... (Nurul Aqidah, Asti Nuraeni, Mamat S.) | 1
ABSTRACT
Key words : Scabies, Islamic Boarding School, Skin Care and Aloevera Gel
Pengaruh skin care dan gel aloevera... (Nurul Aqidah, Asti Nuraeni, Mamat S.) | 3
signifikansi α=0,05 (0,000< 0,05), penelitian deskriftif kuantitatif atau
maka kesimpulannya adalah eksperimen laboratorium dengan
perawatan perianal dengan minyak menggunakan Rancangan Acak
kelapa efektif terhadap pencegahan Lengkap ( RAL ) dengan 4 perlakuan
iritasi daerah perianal pada infant usia 3 kali ulangan serta menggunakan
0–1 thn dengan diare di Ruang Aster analisis ragam dengan uji F pada taraf
RSD dr. Soebandi Jember. 1%. Dari hasil analisis sidik ragam
dan uji F menunjukkan bahwa daun
Gambaran dari skin care disini adalah lidah buaya mampu menghambat
dengan cara membasuh tubuh yang secara signifikan terhadap
terkena scabies menggunakan air pertumbuhan bakteri (P>1%). Pada
bersih dan sabun, tetapi tidak konsentrasi 0%, 25%, 30%, dan 35%
disarankan menggunakan air panas menunjukkan daya hambat sebesar 0
atau hangat karena dapat membuat mm 1,36 mm, 1,6 mm, dan 0,94 mm.
kulit menjadi kering dan menimbulkan
gatal). Cara tersebut dilakukan Penelitian lain yang dilakukan oleh
sebelum diberikan gel aloevera Widiawati (2014) tentang perbedaan
(Muttaqin & Sari, 2011, hlm.152). hasil penyembuhan kulit wajah
berjerawat antara masker lidah buaya
Aloevera pada hakikatnya merupakan dengan masker non lidah buaya.
tanaman alami berbasis herbal, yang Metode pengumpulan data
dapat digunakan sebagai obat atau menggunakan observasi dengan
sebagai bagian dari asuhan sampel sebanyak 30 responden.
keperawatan kesehatan komunitas Berdasarkan hasil analisis data
secara holistik yang meliputi terdapat perbedaan jenis masker
kebutuhan (bio-psiko-sosio-kultural- terhadap pori-pori wajah dengan
spiritual) dengan memanfaatkan P=0,00 (<0,05) dan F hitung 13,325,
potensi sumber daya alam yang jerawat mengempis dengan P=0,00
tersedia pada komunitas sebagai upaya (<0,05) dan F hitung 20,507, jerawat
preventif, promotif tanpa mengabaikan mengering dengan P=0,00 (<0,05) dan
upaya kuratif dan rehabilitative F hitung 28,422, jerawat berubah
(Purwanto, 2013, hlm.69). menjadi kulit mati dan terangkat
dengan P=0,00 dan F hitung 15,063,
Penelitian aloevera sebelumnya telah kecerahan kulit dengan P=0,00 (<0,05)
dilakukan oleh Natsir (2013) dengan dan F hitung 22,021, dan kesembuhan
judul pengaruh daun lidah buaya jerawat dengan P=0,00 (<0,05) dan F
(aloevera) sebagai penghambat hitung 15,258. Tidak terdapat
pertumbuhan bakteri staphylococcus perbedaan jenis masker terhadap
aureus. Sampel penelitian diambil produksi minyak dengan P=0,057
secara purposive sampling yaitu (>0,05) dan F hitung 3,198. Dari
dengan mengambil sebanyak 100 analisis diatas dapat disimpulkan
gram bakteri Staphylococcus aureus bahwa terdapat perbedaan hasil
dari jumlah populasi yang ada. Tipe penyembuhan kulit wajah berjerawat
penelitian yang digunakan adalah antara masker lidah buaya dengan
Pengaruh skin care dan gel aloevera... (Nurul Aqidah, Asti Nuraeni, Mamat S.) | 5
test jika data normal dan jika data HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak normal menggunkan uji mann 1. Distribusi frekuensi responden
withney test (Sugiyono, 2013, hlm.81). berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat di tabel 1.
Tabel 1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin remaja di pondok
pesantren Aziziyyah Ngaliyan yang mengalami scabies, April 2017 (n=36)
Tabel 2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan tahap penyembuhan luka scabies
sebelum dan sesudah diberikan skin care dan gel aloevera pada remaja di
pondok pesantren Aziziyyah Ngaliyan, April 2017 (n=36)
Pengaruh skin care dan gel aloevera... (Nurul Aqidah, Asti Nuraeni, Mamat S.) | 7
Tabel 3
Pengaruh skin care dan gel aloevera terhadap penyembuhan luka scabies
pada remaja pada kelompok intervensi di pondok pesantren Aziziyyah
Ngaliyan, April 2017 (n=18)
Kelompok n Mean SD Min Max P value
intervensi
Pretest 18 11,8333 1,29479 10,00 14,00 0,001
Posttest 19,1111 1,36722 15,00 20,00
Berdasarkan tabel 3 hasil uji pemakaian gel aloevera,
analisis yang telah dilakukan dikarenakan gel aloevera
dengan menggunakan uji mempunyai kandungan saponin
Marginal Homogenity test pada yang dapat digunakan untuk
responden diperoleh hasil nilai p melawan bakteri dan sebagai
0,001 (≤ 0,05), Mean pada antibiotic. Tanaman ini
pretest 11,8333 dan Mean pada bermanfaat sebagai bahan baku,
posttest 19,1111 maka Ha industri farmasi dan kosmetik,
diterima sehingga ada pengaruh serta sebagai bahan baku makanan
skin care dan gel aloevera dan minuman kesehatan, dan
terhadap penyembuhan luka obat-obatan yang tidak
scabies pada remaja. mengandung bahan pengawet
kimia (Sujudi, 2011, hlm.110).
Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan untuk menyembuhkan 4. Hasil uji Marginal Homogenity
luka salah satunya yaitu dengan pada kelompok kontrol
Tabel 4
Pengukuiran pre dan post terhadap tahap penyembuhan luka scabies pada remaja
pada kelompok kontrol di pondok pesantren Aziziyyah Ngaliyan, April 2017
(n=18)
Kelompok kontrol n Mean SD Min Max P
value
Pre 18 12,1667 1,75734 10,00 16,00 0,180
Post 12,3333 1,60880 10,00 16,00
Pengaruh skin care dan gel aloevera... (Nurul Aqidah, Asti Nuraeni, Mamat S.) | 9
SARAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
peneliti menyarankan Achjar, K.A.H. (2011). Asuhan
1. Bagi Institusi Pelayanan keperawatan komunitas teori
Kesehatan dan praktik. Jakarta: EGC
Pesantren dapat menanam
aloevera karena perawatan Alfiyanti, D. (2012). Pengaruh
tanaman aloevera yang mudah perawatan kulit berdasarkan
dan penggunaan skin care dan gel skor Skala Braden Q
aloevera dapat diaplikasikan terhadap kejadian luka tekan
sebagai intervensi keperawatan anak di Pediatric Intensive
mandiri untuk membantu tahap Care Unit (PICU) RS
penyembuhan luka scabies. Tugurejo dan RS Roemani
Semarang.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan http://download.portalgaruda.
Skin care dan gel aloevera dapat org/article.php?article=4462
dijadikan sebagai salah satu &val=426 diperoleh tanggal
alternatif terapi untuk 20 Desember 2016
keperawatan dan dapat dijadikan
sebagai referensi dalam proses Amajida, F.R., & Sungkar, S. (2014).
pembelajaran tentang metode Prevalensi skabies dan
penyembuhan luka scabies. faktor-faktor yang
berhubungan di pesantren X,
3. Bagi peneliti selanjutnya Jakarta Timur.
Peneliti selanjutnya yang akan http://journal.ui.ac.id/index.p
melakukan penelitian riset hp/eJKI/article/viewFile/3177
keperawatan tentang scabies /3401 diperoleh tanggal 30
diharapkan dapat memberikan Mei 2017
tambahan variabel lain contohnya
mengaplikasikan tanaman herbal Aminanto, S. (2015). Efektivitas gel
lain dan edukasi hidup bersih aloevera sebagai primary
untuk mempercepat penyembuhan dressing pada luka diabetes
luka scabies. Selain itu, peneliti melitus di praktik perawatan
selanjutnya lebih memperhatikan luka indaryati sleman
faktor-faktor perancu dan sebisa Yogyakarta.
mungkin mampu mengendalikan http://opac.unisayogya.ac.id2
faktor-faktor perancu tersebut 311Naskah%20Publikasidocx
sehingga dapat diketahui apakah .pdf diperoleh tanggal 14 Juni
penyembuhan luka scabies pada 2017
responden terjadi karena
intervensi yang diberikan atau Ariani, A.P. (2014). Aplikasi
karena faktor perancu. metodologi penelitian
kebidanan dan kesehatan
Pengaruh skin care dan gel aloevera... (Nurul Aqidah, Asti Nuraeni, Mamat S.) | 11
diperoleh tanggal 20 http://ejournal.unpatti.ac.id.
Desember 2016 Diperoleh tanggal 1
Desember 2016
Mainur, L. (2015). Pengaruh ekstrak
lidah buaya topikal tehadap Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
konsistensi, ketinggian, dan penelitian kesehatan. Jakarta:
pigmentasi skar hipertrofik PT Asdi Mahasatya
paska luka bakar di poli
bedah plastik RSUD dr. Novita, Nuraini., & Wijayanti, R.A.
Soetomo Surabaya. (2016). Faktor risiko
http://repository.unair.ac.id/2 kejadian scabies di pondok
9521/1/FKP.%20N.%2010- pesantren nurul islam jember
16%20Mai%20p%20- (scabies risk factors in
%20HALAMAN%20DEPA pondok pesantren Nurul
N.pdf diperoleh tanggal 31 Islam Jember). Jurnal ilmiah
Mei 2017 inovasi. 1. 2
https://publikasi.polije.ac.id/i
Maryunani, A. (2014). Perawatan ndex.php/jii/article/view/299/
luka seksio caesarea (sc) dan 284 diperoleh tanggal 30 Mei
luka kebidanan terkini 2017
(dengan penekanan moist
wound healing). Bogor: IN Nugraha, A. & Rahayu, U. (2015).
MEDIA Pengaruh pemberian aloe
vera pada pasien luka bakar
Moenadjat, Y. (2009). Luka bakar “studi literatur”
masalah dan tatalaksana. https://www.researchgate.net/
Edisi 4. Jakarta: FKUI publication/313651384_PEN
GARUH_PEMBERIAN_AL
Mubarak, W.I., & Chayatin, N. OE_VERA_PADA_PASIEN
(2011). Ilmu keperawatan _LUKA_BAKAR_STUDI_L
komunitas 1: pengantar dan ITERATUR diperoleh
teori. Jakarta: Salemba tanggal 30 Mei 2017
Medika Nursalam. (2013). Metodologi
penelitian ilmu keperawatan:
Muttaqin, A., & Sri, Kumala. (2011). pendekatan praktis. Edisi 3.
Asuhan keperawatan Jakarta: Salemba Medika
gangguan sistem integument.
Jakarta: Salemba Medika Octavia, L., Syatibi, I., Ali, M.,
Gunawan, R., & Hilmi, A.
Natsir, N.A. (2013). Pengaruh daun (2014). Pendidikan karakter
lidah buaya (aloevera) berbasis tadisi pesantren.
sebagai penfghambat Jakarta: Rumah Kitab
pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus.
Pengaruh skin care dan gel aloevera... (Nurul Aqidah, Asti Nuraeni, Mamat S.) | 13
oriented practice fourth keperawatan. Jakarta: Trans
edition. United Kingdom : Info Media
Elsevier.
Wahjoedi, imam. (2008). Faktor risiko
Stanhope, M., & Knollmueller, R.N. kejadian penyakit skabies
(2010). Praktek keperawatan pada pondok pesantren di
kesehatan komunitas. Jakarta: Kabupaten Kulon Progo
EGC Yogyakarta.
http://etd.repository.ugm.ac.i
Sugiyono. (2013). Statistika untuk d/index.php?mod=penelitian_
penelitian. Bandung: detail&sub=PenelitianDetail
Alfabeta &act=view&typ=html&buku
_id=37781 diperoleh tanggal
. (2009). Metode penelitian 30 Mei 2017
kuantitatif kualitatif dan
R&D. bandung: Alfabeta Widiawati, W. (2014). Perbedaan
hasil penyembuhan kulit
Sujudi, H. (2011). Buku ajar wajah berjerawat antara
mikrobiologi kedokteran. masker lidah buaya dengan
Binarupa Aksara. Jakarta masker non lidah buaya. e-
Journal. Volume 03 Nomer
Sukmono, R. (2009). Mengatasi aneka 01 Tahun 2014, Edisi
penyakit dengan terapi Yudisium Periode Februari
herbal. Jakarta: Agromedia 2014, hal 217-225 diperoleh
Pustaka tanggal 1 Desember 2016
Sulistyaningsih. (2011). Metodologi
kebidanan kuantitatif- Wijaya, R.A. (2013). Formulasi krim
kualitatif. Yogyakarta: ekstrak lidah buaya (aloe
graham Ilmu vera) sebagai alternatif
penyembuh luka bakar.
Sumiati., Dinarti., Nurhaeni, H., & http://lib.unnes.ac.id/17852/1/
Aryani, R. (2009). Kesehatan 4350408023.pdf diperoleh
jiwa remaja dan konseling. tanggal 31 Mei 2017
Jakarta: Trans Info Media
Wirakusumah, E.S. (2013). Jus sehat
Suyanto. (2009). Riset kebidanan: buah dan sayuran. Jakarta:
metodologi riset Penebar Swadaya
ABSTRACT
The development of the treatment of wounds (wound care) growing very rapidly in the
world of health. Developing methods of wound care today is the treatment of wounds using
the principle of moisture balance. WHO (Wold Health Organization) 2010 launched a health
concept back to nature (lifestyle back to nature), betel leaves is believed to heal the wounds
of the skin. The research objective was to determine the effects of collisions of betel leaves to
accelerate the process of wound healing incision in mice.This study design using true
experiment, post-test only group design consecutif were divided into treatment groups by
granting collision betel leaves and a control group with 0.9% NaCl, in studies with mice
criteria (mus musculus) strain Balb / c manifold male, age 2 to 2.5 months, and weigh 250-
350 grams. By using Test Repeated ANOVA and continued with post hoc on day 1 and 3 with
the value ρ = 0.000, that there are different categories of redness in the control and treatment
groups, and no difference in categories for tissue edema in the control group and the
treatment group, which uses Chi Square test it showed that there was an effect of the collision
of betel leaves to accelerate the healing process of wounds in the inflammatory phase with
signs of infection value ρ = 0.001, there is the effect of the collision of betel leaves to
accelerate the wound healing process in the proliferative phase with the formation of
granular tissue values ρ-value = 0.031, the wound edges with a value of ρ-value = 0.009 and
skin structure with a value of ρ-value = 0.009. Based on the results of this study concluded
that there is a difference in the category of redness and edema network on day 3 in the
treatment group and the control group and no influence collision betel leaf in the
inflammatory phase with signs of infection, the proliferative phase with the formation of
granular tissue, edge wound and skin structure (not undergo necrosis and scar formation).
Keywords: incision, the collision of betel leaf, mice
PENDAHULUAN
Sebuah penelitian terbaru di Amerika infeksi, akan menyebabkan luka berkem-
menunjukkan prevalensi pasien dengan bang dan resiko amputasi.
luka adalah 3,50 per 1000 populasi pen- Perawatan luka merupakan serang-
duduk. Mayoritas luka pada penduduk kaian kegiatan yang dilakukan untuk
dunia adalah luka karena pembedahan/ merawat luka agar dapat mencegah terja-
trauma (48,00%). Diperoleh data untuk lu- dinya trauma pada kulit membran mukosa
ka bedah ada 110,30 juta kasus, luka jaringan lain yang disebabkan oleh adanya
trauma/ dan pembedahan 1,60 juta kasus. trauma, fraktur, luka operasi yang dapat
Contoh luka akut adalah luka jahit karena merusak permukaan kulit dengan meng-
pembedahan, luka trauma dan luka lecet. gunakan NaCl 0,9% dalam merawat luka
Di Indonesia angka infeksi untuk luka karena cairan tersebut aman digunakan un-
bedah mencapai 2,30 sampai dengan tuk merawat luka. World Health
18,30% (Departemen kesehatan RI, 2009). Organisation mencanangkan konsep
Proses yang tertunda dapat menyebabkan kesehatan back to nature (gaya hidup
resiko terjadinya infeksi. Jika terjadi kembali ke alam), yakni mem-promosikan
10
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015
penggunaan tanaman berkha-siat obat. fase inflamasi terhadap adanya edema
Sirih merupakan tanaman asli In-donesia jaringan (Table 2).
yang tumbuh merambat atau ber-sandar
pada batang pohon lain. Secara tradisional Tabel 1 Distribusi karakteristik perbedaan
sirih dipakai sebagai bahan obat alternatif pada fase inflamasi dengan kategori tanda
untuk luka, termasuk luka insisi. kemerahan pada luka dan jaringan sekitar
Dikarenakan masih uji praktisi, maka di hari ke-1 dan hari ke-3
peneliti menggunakan hewan uji coba Kemerahan pada Mean±SD ρ
sekitar
hal-hal tersebut, penulis ingin melakukan Kelompok kontrol 1.000±0,000 0,000
peneletian mengetahui pengaruh tumbukan hari ke-1
daun sirih terhadap proses penyembuhan Kelompok kontrol 0,667±0,0707 0,000
luka insisi. hari ke-3
Kelompok 1,000±0,000 0,000
perlakuan hari ke-1
METODE Kelompok 0,822±0,8333 0,000
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, perlakuan hari ke-3
Jenis penelitian ini adalah metode
penelitian true eksperime, yaitu meng- Tabel 2 Distribusi karakteristik perbedaan
gunakan teknik konsekutif/ non pro- pada fase inflamasi dengan kategori ada-
bability, kontrol, dan perlakuan. Jenis nya edema pada jaringan di hari ke-1
penelitian ini menggunakan desain post Edema pada Mean±SD ρ
test only control group design Jumlah jaringan
sampel sebanyak 18ekor mecit yang dibagi Kelompok kontrol 1.000±0,000 0,000
menjadi dua yaitu 9 ekor mencit kelompok hari ke-1
Kelompok kontrol 0,767±0,0707 0,000
perlakuan dan 9 ekor mencit kelompok hari ke-3
kontrol. Pegambilan sampel dalam pene- Kelompok 1,000±0,000 0,000
litian ini menggunakan nonprobability perlakuan hari ke-1
sampling yang pengambilan sampelnya Kelompok 0,789±0,7892 0,000
dilakukan dengan konsekutif sampling perlakuan hari ke-3
yaitu semua sampel yang ada dan meme-
nuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam Tabel 3 Hasil tabulasi pengaruh pemberian
penelitian sampai jumlah yang diperlukan tumbukan daun sirih pada hewan coba
terpenuhi. Kriteria inkusi: mencit (mus mencit (mus musculus) terhadap proses
musculus) strain balb/c berjenis jantan, penyembuhan luka insisi dengan tanda-
umur 2 sampai 2,5 bulan, berat badan 250- tanda infeksi di hari ke-3
350 gram, tidak ada abnormalitas anatomis Tanda- Kelompok Kelompok
tanda perlakuan kontrol
yang tampak. infeksi Jumlah % Jumlah %
11
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015
terhadap penyembuhan luka insisi pengaruh tumbuhan daun sirih di fase
sehingga tidak adanya tanda-tanda infeksi penyembuhan pro-liferasi terhadap tepi
(Table 3). Berdasarkan Uji statistic T Inde- luka penyembuhan.
penden didapatkan hasil yanng menun-
jukkan bahwa ρ = 0,000, sehingga H0 Tabel 6 Hasil tabulasi pengaruh pemberian
ditolak dan H1 diterima. Artinya ada tumbukan daun sirih pada mus musculus
perbandingan ukuran panjang di fase terhadap proses penyembuhan luka insisi
inflamasi terhadap adanya kemerahan luka dengan granutla jaringan di hari ke-7
dan jaringan sekitar (Tabel 4). Granula Kelompok Kelompok
jaringan perlakuan kontrol
n % N %
Tabel 4 Distribusi karakteristik proses Tidak ada 1 11,1 6 66,7
lamanya fase inflamasi dengan kategori granula
kemerahan pada luka dan jaringan sekitar Sebagian 1 11,1 - -
di hari ke-6 ada
Perbedaan granula
n Mean±SD mean (CI ρ Seluruh 7 77,8 3 33,3
95%) bagian ada
Kelo 4 0,6±0,000 0,000 0,000 granula
mpok (0,000- Jumlah 9 100 9 100
perlak 0,000) ρ = 0,031 < α = 0.05 Uji Chi Square
uan
Kelo 9 0,6±0,000 0,000 0,000
mpok (0,000- Tabel 7 Hasil tabulasi pengaruh pemberian
kontr 0,000) tumbukan daun sirih pada mus musculus
ol terhadap proses penyembuhan luka insisi
dengan tepi luka di hari ke-7
Tabel 5 Distribusi karakteristik proses Kelompok Kelompok
lamanya fase inflamasi dengan kategori Tepi Luka perlakuan kontrol
adanya edema pada jaringan di hari ke-6 Jumlah % Jumlah %
Perbedaan Tidak 2 22,2 6 66,7
n Mean±SD mean (CI ρ menyatu
95%) Terbuka 1 11,1 - -
Kelompok 2 0,6±0,000 0,0000 0,000 sebagian
perlakuan (0,0000- Seluruh 6 66,7 3 33,3
0,000) bagian
Kelompok 9 0,6±0,000 0,0000 0,000 menyatu
kontrol (0,0000- Jumlah 9 100 9 100
0,0000) ρ=0,009<α=0.05UjiChi square
12
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015
Berdasarkan uji statistik Chi Square menyatakan ada perbedaan ukuran luas
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa edema jaringan.
ρ = 0,009, sehingga H0 ditolak dan H1 Pada proses pembentukan edema
diterima. Artinya ada pengaruh tum-bukan jaringan terjadi akibat pembentukan kinin
daun sirih di fase penyembuhan proliferasi dan prostaglandin sehingga menyebabkan
terhadap struktur kulit dalam proses vasodilatasi yang diikuti oleh peningkatan
penyembuhan (Tabel 8). permeabilitas dari pembuluh darah. Menu-
rut Luviana (2009), edema disebabkan
PEMBAHASAN hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan
Fase Inflamasi oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari
Pada fase inflamasi diawali dari semakin sirkulasi darah ke jaringan-jaringan inters-
banyaknya aliran darah ke sekitar luka
titial.
yang menyebabkan bengkak, kemera-han,
hangat/ demam, dan ketidaknyama-nan/ Edema jaringan pada kelompok
nyeri. Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan luasnya lebih kecil dibanding-
penyembuhan luka insisi dengan kategori kan kelompok kontrol. Karena Pada ke-
adanya kemerahan pada luka dan jaringan lompok perlakuan terdapat senyawa sapo-
sekitar di hari ke-1 dan hari ke-3 didapat- genin sebagai antimikroba (anti-bakteri
kan nilai ρ = 0,000 dengan uji Repeated dan anti virus) dimana senyawa sapogenin
Anova. Dengan makna, H0 ditolak dan H1 meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
diterima yang menyatakan ada perbedaan mengoptimalkan kadar gula dalam darah
ukuran luas kemerahan. dan mengurangi penggumpalan darah.
Kemerahan pada luka dan jaringan Senyawa tannin juga berperan dalam
sekitar itu merupakan fase pertama yang proses penyembuhan luka sayat karena
terlihat di daerah yang mengalami pera- bermanfaat sebagai astir-gen yang
dangan. Menurut Argamula (2008), warna menyebabkan permeabilitas mu-kosa akan
merah pada luka merupakan hasil dari berkurang dan ikatan antar mukosa
suatu peradangan terhadap luka. Adanya menjadi kuat sehingga mikroor-ganisme
gumpalan darah merupakan reaksi platelet
dan zat kimia iritan tidak dapat masuk ke
yang teraktivasi dan protein fibrinogen
dalam luka, berperan mengham-bat
yang banyak dikeluarkan oleh pembuluh
darah. hipersekresi cairan mukosa dan mene-
Kemerahan pada luka dan jaringan tralisir protein inflamasi, mengandung se-
pada kelompok perlakuan luasnya lebih nyawa anti-bakteri dimana senyawa ter-
kecil dibandingkan dengan kelompok kon- sebut membantu mengkerutkan dinding sel
trol dikarenakan pada kelompok perlakuan atau membran sel sehingga menghambat
terdapat kandungan flavonoid memiliki permeabilitas bakteri untuk berkembang,
sifat antioksidan, senyawa fenol yang ber- menghambat hipersekresi cairan mukosa
sifat sebagai antiinflamasi (Aini dikutip dan menetralisir protein inflamasi.
dari Astrini, 2005). Kandungan sapogenin Kandungan flavonoid memiliki sifat
yang bermanfaat untuk mempengaruhi antioksidan, senyawa fenol yang ber-sifat
kolagen (tahap awal perbaikan jaringan sebagai antiinflamasi, minyak atsiri dari
dengan menghambat produksi jaringan daun sirih juga dapat digunakan seba-gai
luka yang berlebihan (Setyoadi dan antijamur dan antioksidan. Kavikol ju-ga
sartika, 2010). memiliki efek antijamur dan desinfek-tan
Berdasarkan hasil penelitian, pe- sehingga dapat digunakan sebagai obat
nyembuhan luka insisi dengan kategori
antiseptik (Aini dikutip dari Astrini, 2005).
adanya edema jaringan di hari ke-1 dan
hari ke-3 didapatkan nilai ρ = 0,000 Tujuan dari reaksi inflamasi ini adalah
dengan uji Repeated Anova. Dengan untuk membunuh bakteri yang mengkon-
makna, H0 ditolak dan H1 diterima yang taminasi luka.
Pada hari ke-3 pada penelitian ini
di hari ke-3 berdasarkan uji Chi Square
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
13
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015
ρ = 0,001 dengan, sehingga H0 ditolak dan Pada fase proliferasi, kelompok
H1 diterima. Artinya ada pengaruh tumbu- perlakuan lebih cepat pembentukan gra-
kan daun sirih di fase inflamasi terhadap nula jaringan dibandingkan kelompok kon-
penyembuhan luka insisi sehingga tidak trol karena pada kelompok perlakuan ada-
adanya tanda-tanda infeksi. Pemberian nya kandungan senyawa fenol memiliki
tumbukan daun sirih pada hari ke-3, sifat pelarut lemak yang mendenaturasikan
dengan kandungan senyawaan fenol ini protein secara dehidrasi sehingga mem-
diketahui memiliki aktivitas antibakteri bran sel jamur akan rusak dan terjadi inak-
dan minyak atsiri dari daun sirih juga da-
tivasi enzim-enzim, juga dapat digunakan
pat digunakan sebagai antijamur dan anti-
oksidan. Kavikol juga memiliki efek anti- sebagai antijamur dan antioksidan, mampu
jamur dan desinfektan sehingga dapat di- menerobos dinding sel jamur. Saponin
gunakan sebagai obat antiseptik (Aini di- menunjukkan efek anti-jamur, antibakteri,
kutip dari Astrini, 2005). Pada fase infla- dan imunomodulator serta protein struktur
masi dengan berhasilnya dicapai luka yang yang berperan dalam proses kesembuhan
bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman luka (Parwata, 2009).
serta pedoman/ parameter bahwa fase in- Berdasarkan penelitian di fase pro-
flamasi ditandai dengan adanya eritema, liferasi dengan tepi luka di hari ke-7 ber-
hangat pada kulit, edema dan rasa sakit dasarkan uji Chi Square didapatkan hasil
yang berlangsung sampai hari ke-3 atau yang menunjukkan bahwa ρ = 0,009,
hari ke-4 (Maryunani, 2013). sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya ada pengaruh tumbukan daun sirih
Fase Proliferasi di fase penyembuhan proliferasi terhadap
Berdasarkan penelitian, pada fase pro- tepi luka penyembuhan.
liferasi ditandai adanya pembentukan gra- Pada fase proliferasi ini, dengan
nula jaringan. Di hari ke-7 dengan kelom- kembalinya kulit yang rusak dapat berkon-
pok perlakuan yang dilakukan pemberian traksi sehingga luka dapat menyatu. Sel
tumbukan daun sirih berdasarkan uji Chi yang banyak ditemukan pada kontraksi
Square didapatkan hasil yanng menun- luka adalah myofibroblast mengandung
jukkan bahwa ρ = 0,031, sehingga H0 mikrofilamen di sitoplasmanya. Luka ber-
ditolak dan H1 diterima. Artinya ada pe- gerak ke arah tengah dengan rata – rata 0,6
ngaruh tumbukan daun sirih di fase pro- sampai 0,75 mm / hari. Kontraksi juga ter-
liferasi terhadap pembentukan granula gantung dari jaringan kulit sekitar yang
jaringan. longgar. Sel yang banyak ditemukan pada
Pembentukan granula jaringan kontraksi luka adalah myofibroblast. Sel
yang terjadi pada fase proliferasi yaitu yang mengalami kontraksi (pergeseran),
dimana fibroblast yang dibantu oleh ma- tepi luka menyatu hingga ukuran luka
krofag merangsang untuk membentuk mengecil. Tidak me-nutup kemungkinan
pembuluh darah baru atau membentuk jari- epitel tumbuh tanpa adanya jaringan
ngan baru. Proses penyembuhan luka granula sehingga menutup tidak sempurna.
dengan pembentukan granulasi terjadi Pada beberapa kasus, epi-tel tumbuh atau
pada hari ke 2-5 setelah luka, dibentuk menutup dari tengah luka, bukan dari tepi
oleh fibroblas yang mengalami proliferasi luka.
dan maturasi. Makrofag akan Tepi luka pada kelompok per-
menghasilkan growth fac-tor yang lakuan mengalami percepatan disbanding-
merangsang fibroblast berproli-ferasi. kan kelompok kontrol karena pada kelom-
Makrofag juga akan merangsang sel pok perlakuan terdapat kandungan fenol
endotel untuk membentuk pembuluh darah yang memiliki sifat pelarut lemak yang
baru. Kolagen dan elastin yang dihasilkan mendenaturasikan protein secara dehidrasi
menutupi luka dengan membentuk matri- sehingga membran sel jamur akan rusak
ks/ ikatan jaringan baru. (Gurtner, 2007). dan terjadi inaktivasi enzim-enzim.
14
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015
Berdasarkan penelitian pada perlakuan dan kelompok kontrol di hari
kelompok perlakuan dengan pemberian ke-6. Ada perbedaan lamanya fase
tumbukan daun sirih berdasarkan uji Chi inflamasi dengan kategori adanya edema
Square didapatkan hasil yang menun- jari-ngan antara kelompok perlakuan dan
jukkan bahwa ρ = 0,009, sehingga H0 kelompok kontrol di hari ke-6. Ada
ditolak dan H1 diterima. Artinya ada pengaruh pemberian tumbukan daun sirih
pengaruh tumbukan daun sirih di fase terhadap percepatan proses penyembuhan
penyembuhan proliferasi terhadap struktur luka insisi pada hewan coba mencit
kulit dalam proses penyembuhan.
dengan terbentuknya gra-nulasi jaringan
Pada proses penyembuhan luka
dengan tahap proliferasi terjadi proses epi- pada fase proliferasi di hari ke-7. Ada
telisasi, kontraksi dan reorganisasi jaringan pengaruh pemberian tumbukan daun sirih
ikat. Setiap cedera yang mengakibatkan terhadap percepatan proses penyembuhan
hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka insisi pada hewan coba mencit
luka. Peningkatan kekuatan terjadi secara dengan tepi luka yang seluruh bagiannya
signifikan pada minggu ketiga hingga menyatu pada fase proliferasi di hari ke-7.
minggu keenam setelah luka. Kekuatan Ada pengaruh pemberian tumbukan daun
tahanan luka maksimal akan mencapai sirih terhadap percepatan proses
90% dari kekuatan kulit normal. penyembuhan luka insisi pada hewan coba
Struktur kulit (epitelisasi) pada mencit dengan struktur kulit kembali
kelompok perlakuan mengalami percepa- seperti awal ( tidak terdapat nekrosis dan
tan dibandingkan dengan kelompok kon- pembentukan scar) pada fase proliferasi di
trol karena pada kelompok perlakuan hari ke-7.
terdapat kandungan senyawa sapogenin
juga membantu merangsang pembentukan DAFTAR PUSTAKA
sel epitel yang baru dan mendukung proses Argamula G. (2008). Aktivitas sediaan
reepitelisasi (Prasetyo., et al. 2010).Hal salep batang pohon pisang ambon
demikian juga diperkuat dengan teori, (musa paradisiaca var sapientum)
pada fase proliferasi secara mekanisme dalam proses penyembuhan luka
fisiologisnya akan berakhir dengan kem- pada mencit (mus musculus
balinya struktur kulit seperti kulit awal. albinus) (skripsi). Bogor: Fakultas
Dalam penelitian menunjukkan pemberian Kedokteran Hewan Institut
tumbukan daun sirih dinyatakan ada Pertanian Bogor.
pengaruh pemberian tumbukan daun sirih Astrini, WS. (2005). Khasiat Serba guna
terhadap percepatan proses penyembuhan Daun Sirih. Retrieved November
luka insisi pada hewan coba mencit (mus 10, 2010 from http://
musculus). www.wikipedia.org.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Skala
KESIMPULAN Data Kejadian Angka Penderita
Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan Luka di Indonesia. Retrieved
pada fase inflamasi dengan kategori Desember 29, 2009 from http://
kemerahan pada luka dan jaringan sekitar www.e-skripsi.stikesmuh-
serta edema jari-ngan antara kelompok pkj.ac.id/e-
perlakuan dan kelompok kontrol di hari skripsi/index.php?p=fstream...
ke-3. Selain itu, ada pengaruh pemberian Gutnerr, G.C. (2007). Wound healing:
tumbukan daun sirih terhadap percepatan Normal and Abnormal. Dalam
proses penyembuhan luka insisi pada :Therne CH, (Eds): Grabb and
hewan coba mencit dengan tanda-tanda in- Smith’s palsticsurgery (6th ed).
feksi. Serta ada perbedaan lamanya fase Philadelphia: Lippicott Williams
inflamasi dengan kategori kemerahan pada and Wilkins
luka dan jaringan sekitar antara kelompok Luviana LAI. (2009). Pengaruh pemberi-
an getah tanaman patah tulang se-
15
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015
16
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April 2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 02 April 2020 :: Accepted: 22 April 2020 :: Publish: 30 April 2020
LAMPIRAN 3
1,2,3
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua
e-mail : anastasyastefani@gmail.com
DOI : https://doi.org/10.35451/jkk.v2i2.384
Abstract
Postpartum mothers who suffer from perineal injury if not properly maintained
and improper care of the perineum can result in infection of the perineumand
Green betel leaf is very useful. Care for perineal wounds is carried out by the
Indonesian community, one of which is by using green betel leaf decoction
water that has an antibiotic effect, based on the effect of this therapy, betel
can also be used as material for wound care that is usually used by base
means of the worms. Research to find out whether betel leaf water can
accelerate the healing process of perineal wounds in post partum mothers. The
research method is pre-experimental using a pretest and posttest design in
one group. The sample in this study 31 respondents using non-likely sampling
techniques using consecutive sampling method. The results of the study the
effect of giving green betel leaf decoction to the healing of perineal wounds in
post partum mothers pre-test post-test p-value 0.018 <α = 0.05 Ho is
rejected, Ha Accepted which means there is an influence of perineal wound
healing with green betel leaf decoction in pera simalingkar B clinic, Medan
tuntung sub-district, Medan in 2019.
187
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April 2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 02 April 2020 :: Accepted: 22 April 2020 :: Publish: 30 April 2020
188
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April 2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 02 April 2020 :: Accepted: 22 April 2020 :: Publish: 30 April 2020
1. Derajat 0 16 51,6
189
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April 2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 02 April 2020 :: Accepted: 22 April 2020 :: Publish: 30 April 2020
190
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April 2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 02 April 2020 :: Accepted: 22 April 2020 :: Publish: 30 April 2020
191
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April 2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 02 April 2020 :: Accepted: 22 April 2020 :: Publish: 30 April 2020
192
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April 2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 02 April 2020 :: Accepted: 22 April 2020 :: Publish: 30 April 2020
193
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
LAMPIRAN 4
Pengaruh Sediaan Salep Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Jumlah Fibroblas
Luka Bakar Derajat IIA pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar
ABSTRAK
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga
dan ditemukan terbanyak adalah luka bakar derajat II. Daun sirih (Piper betle Linn.) adalah bahan alam yang
diduga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka dan mempunyai pengaruh terhadap pen-
ingkatan jumlah fibroblas karena memiliki kandungan aktif seperti saponin, flavonoid, dan tanin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih terhadap peningkatan jumlah fibroblas
luka bakar derajat IIa pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar. Studi eksperimental menggunakan
desain penelitian true experiment post test dilakukan terhadap hewan coba tikus putih galur Wistar jantan
dengan usia 2,5-3 bulan dan berat badan 150-250 g. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling
dan dibagi dalam empat kelompok yaitu kelompok (A) ekstrak daun sirih 15 % (n = 6), (B) ekstrak daun sirih
30 % (n = 6), (C) ekstrak daun sirih 45 % (n = 6) dan kelompok kontrol normal saline 0,9 % (n = 6). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah fibroblas antara kelompok
yang diberi
salineekstrak
0,9 % (daun sirihyaitu
= 4,61) 15 %one
( =way
12,95), 30 %p( ==0,000
ANOVA 10,33),
(p 45 % ( =Kesimpulan
< 0,05). 5,90) dan kelompok kontrolininormal
dari penelitian
adalah pemberian ekstrak daun sirih berpengaruh besar terhadap peningkatan jumlah fibroblas luka bakar
derajat IIA pada tikus putih galur Wistar yaitu sebesar 77,6 % dan semakin kecil konsentrasi ekstrak daun
sirih maka jumlah fibroblas semakin besar (r = -0.881) sehingga ekstrak daun sirih 15 % adalah konsentrasi
yang paling optimal dalam mempercepat proses penyembuhan luka.
Kata kunci: Daun sirih (Piper betle Linn.), Fibroblas, Luka bakar derajat IIA.
Effect of Betel Leaves Extract Oinment (Piper betle Linn.) on the Number of Fibroblast in IIA
Degree Burn Wound on Rat (Rattus norvegicus) Wistar Strain
ABSTRACT
Burn wound is one of the most happened incident around us especially in household and the 2nd degree
burn wound is often found. Betel leaves (Piper betle Linn.) is an alternative natural materials that assumed to
be able to accelerate wound healing process and due to its active substaces such as saponins, flavonoids,
and tannins, is able to increase the number of fibroblast in burn wound. This study is conducted to determine
the influence of betel leaves extract to increase the number of fibroblast in IIA degree burn wound on rat
(Rattus norvegicus) Wistar strain. The experimental study using true experiment post test design conducted
into male Wistar rat with age 2,5-3 months and weight 150-250 g. The samples determined by simple random
sampling and divided into four groups, that is (A) 15 % betel leaves extract (n = 6), (B) 30 % betel leaves
extract (n = 6), (C) 45 % betel leaves extract (n = 6), and Normal Saline 0,9 % (n = 6) as control group. The
result of this research showed some significant differrences in the number of fibroblast found in 15 % betel
leaves extract ( = 12.95), 30 % ( = 10.33), 45 % ( = 5.90) and normal saline 0.9 % ( = 4.61), one
way ANOVA test p = 0.000 (p < 0.05). The conclusion was betel leaves extract has great influence to in-
crease the number of fibroblast in IIA degree burn wound on Wistar rat that is 77.6 % and smaller concentra-
tion of betel leaves extract the greater the number of fibroblast (r = -0.881). Therefore, 15 % betel leaves
extract is the most optimal concentration to accelerate wound healing.
Keywords: Betel leaves ((Piper betle Linn.), Fibroblast, IIA degree burn.
16
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
dan derajat III. Kerusakan luka bakar derajat memperoleh fenotip khusus di bawah kontrol
II meliputi epidermis dan dermis.3 Luka bakar keratinosit yang disebut miofibroblas.10
derajat II dibagi menjadi dua yaitu luka bakar Miofibroblas adalah fibroblas khusus yang
derajat II dangkal / IIA dan II dalam / IIB. mirip dengan sel otot polos dan berperan
Luka bakar derajat IIA memerlukan balutan dalam penyambungan komponen
khusus yang merangsang pembelahan dan ekstraseluler sel. Aktivitas sel-sel tersebut
pertumbuhan sel.4 berperan pada penutupan luka akibat cedera
Luka bakar yang luas mempengaruhi jaringan.11
metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh. Banyak tanaman tradisional di
Semua sistem terganggu terutama sistem Indonesia yang bermanfaat dalam
kardiovaskuler. Semua organ memerlukan membantu penutupan luka, salah satunya
aliran darah yang adekuat sehingga yaitu daun sirih. Daun sirih (Piper betle Linn.)
perubahan fungsi kardiovaskuler memiliki tumbuh subur di sepanjang daerah Asia
dampak luas pada daya tahan hidup dan tropis dan menyebar hampir di seluruh
pemulihan pasien.4 Oleh karena itu, luka Indonesia. Daun sirih sering ditemukan pada
bakar harus segera ditangani agar tidak pekarangan-pekarangan rumah di Indonesia
terjadi komplikasi dan terjadi proses sehingga tanaman ini mudah didapatkan
penyembuhan luka.5 tanpa mengeluarkan biaya yang mahal.12
Daun sirih telah lama digunakan dalam
17
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
pengobatan tradisional oleh nenek moyang Salep merupakan sediaan farmasi yang
sebagai obat kumur, menghilangkan bau sering digunakan untuk penyembuhan luka.
badan, obat mimisan, pembersih mata yang Salep merupakan sediaan semisolid
gatal atau merah, obat koreng atau gatal- berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit
gatal, dan obat sariawan. Selain itu, daun dan mukosa. Sediaan ini digunakan karena
sirih bermanfaat sebagai antiseptik dan mudah diserap oleh kulit dan dicuci dengan
vulnerary yaitu menyembuhkan luka.12,13,14 air. Salep digunakan untuk pengobatan lokal
Daun sirih mengandung saponin, pada kulit, melindungi kulit pada luka agar
flavonoid, tanin dan minyak atsiri. tidak terinfeksi serta dapat melembabkan
Kandungan saponin, flavonoid serta tanin kulit.24
dapat membantu proses penyembuhan luka Penelitian sebelumnya membuktikan
karena berfungsi sebagai antioksidan dan bahwa sediaan salep ekstrak etanol daun
antimikroba yang mempengaruhi sirih (Piper betle Linn.) dapat mempercepat
penyambungan luka juga mempercepat penyembuhan luka sayat pada mencit galur
epitelisasi.15,16 Kandungan saponin dan tanin Swiss Webster betina. Hasil yang terbaik
berperan dalam regenerasi jaringan dalam adalah kelompok perlakuan yang diberikan
proses penyembuhan luka.17 Kandungan salep ekstrak daun sirih 20 % secara topikal.
saponin mempunyai kemampuan sebagai Hasil terbaik setelah kelompok perlakuan
pembersih atau antiseptik.18 Saponin dapat salep ekstrak daun sirih 20 % adalah pov-
memicu vascular endothelial growth factor idone iodine 10 %, ekstrak daun sirih 10 %
(VEGF) dan meningkatkan jumlah makrofag ekstrak daun sirih 30 %, dan terakhir vase-
bermigrasi ke area luka sehingga line album secara topical.25 Namun, hingga
meningkatkan produksi sitokin yang akan saat ini belum ada penelitian untuk menguji
mengaktifkan fibroblas di jaringan luka.18 khasiat sediaan salep ekstrak daun sirih
Kandungan flavonoid berfungsi sebagai secara topikal terhadap penyembuhan luka
antioksidan, antimikroba dan juga bakar pada tikus putih (Rattus norvegicus)
antiinflamasi pada luka bakar. 19,20 Onset galur Wistar.
nekrosis sel dikurangi oleh flavonoid dengan Berdasarkan uraian tersebut daun sirih
mengurangi lipid peroksidasi. dapat berfungsi sebagai antiseptik, antioksi-
Penghambatan lipid peroksidasi dapat dan, antimikroba, antibakteri, antiinflamasi,
meningkatkan viabilitas serat kolagen, dan astringen sehingga dapat mempercepat
sirkulasi darah, mencegah kerusakan sel proses penyembuhan luka. Daun sirih juga
dan meningkatkan sintesis DNA.17 berpotensi menstimulasi sejumlah fibroblas
Kandungan tanin mempunyai kemampuan yang berperan penting dalam perbaikan
astringen, antioksidan dan antibakteri.21,22 jaringan. Manfaat daun sirih yang sangat
Kandungan tanin mempercepat besar dalam penyembuhan luka menjadi
penyembuhan luka dengan beberapa alasan penting dilakukannya penelitian ek-
mekanisme seluler yaitu membersihkan sperimental tentang pengaruh sediaan salep
radikal bebas dan oksigen reaktif, ekstrak daun sirih terhadap peningkatan
meningkatkan penyambungan luka serta jumlah fibroblas pada luka bakar derajat IIA.
meningkatkan pembentukan pembuluh Penelitian ini bertujuan untuk menge-
darah kapiler juga fibroblas.23 Sementara tahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih
minyak atsiri mengandung kavikol dan (Piper betle Linn.) terhadap peningkatan
phenol yang berguna sebagai antimikroba, jumlah fibroblas luka bakar derajat IIA pada
antibakteri dan disinfektan.12,21 tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar.
18
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
19
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
20
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
daun sirih terhadap jumlah fibroblas luka bervariasi. Adanya pengaruh pemberian
bakar derajat IIA.26 ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.) ter-
hadap jumlah fibroblas luka bakar derajat IIA
HASIL ditunjukkan dari semakin rendah konsentrasi
ekstrak semakin tinggi jumlah fibroblas. Ke-
Hasil penghitungan jumlah fibroblas luka lompok kontrol menunjukkan jumlah fibro-
bakar derajat IIA setelah diberikan ekstrak blas terendah dibandingkan kelompok perla-
daun sirih dan normal saline 0,9 % dapat kuan lain. Melalui data tersebut dapat disim-
dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil pulkan bahwa bahan aktif yang terkandung
penghitungan jumlah fibroblas luka bakar dalam ekstrak daun sirih mempunyai
derajat IIA pada tikus putih seluruh perla- pengaruh terhadap peningkatan jumlah fi-
kuan pada Tabel 1 menunjukkan hasil yang broblas.
Tabel 1. Jumlah fibroblas pada jaringan kulit yang terkena luka bakar derajat IIA pada kelompok
perlakuan
Perlakuan Kode Sam- Rata-rata Jumlah Fibro- Rata-rata Jumlah Fi-
pel blas Tiap Sampel broblas Tiap Ke-
lompok
Ekstrak daun A1 11.9 12.95
sirih 15 % A2 19.1
A3 12.1
A4 11.2
A5 12.4
A6 11
Ekstrak daun B1 11.8 10.33
sirih 30 % B2 11.2
B3 8.4
B4 10.4
B5 9.8
B6 10.4
Ekstrak daun C1 7.5 5.90
sirih 45 % C2 4.6
C3 6.7
C4 6.4
C5 5.7
C6 4.5
NS 0,9 % D1 5.2 4.61
(kontrol) D2 4.9
D3 4.7
D4 3.7
D5 3.4
D6 5.8
Fibroblas dapat dengan jelas dilihat pa- Inti fibroblas berbentuk lonjong dan panjang
da pewarnaan hematoksilin eosin. Fibroblas yang mengandung satu atau dua nukleoli
biasanya tersebar sepanjang berkas serat dan gumpalan kromatin halus berdekatan
kolagen dan tampak sebagai sel fusiform dengan selaput inti. Inti fibroblas tampak
atau gelendong dengan ujung meruncing. pucat dan terpulas gelap apabila tercat
21
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
A B
C D
Gambar 1. Jaringan kulit yang terkena luka bakar derajat iia per lapang pandang pada seluruh
kelompok perlakuan (tanda panah menunjukkan fibroblas)
Keterangan: (A) Kelompok kontrol normal saline 0,9 % (1000x), (B) Kelompok ekstrak daun sirih 15 %
(1000x), (C) Kelompok ekstrak daun sirih 30 % (1000x), (D) Kelompok ekstrak daun sirih 45 % (1000x).
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menun- signifikan terhadap jumlah fibroblas pada
jukkan nilai signifikansi sebesar 0,774 (p > semua kelompok perlakuan sehingga perlu
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa dilakukan uji perbandingan berganda (post
jumlah fibroblas terdistribusi normal. Hasil hoc test).
test of homogeneity of variance menunjuk- Hasil uji perbandingan berganda antar
kan nilai signifikansi sebesar 0,202 (p > kelompok perlakuan menunjukkan bahwa
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kelompok perlakuan ekstrak daun sirih
jumlah fibroblas pada semua kelompok per- 15 % berbeda signifikan dengan 45 % dan
lakuan memiliki variansi yang sama (homo- kelompok kontrol normal saline 0,9 % se-
gen). Setelah dilakukan test of homogeneity dangkan dengan 30 % tidak signifikan. Hal
of variance terbukti bahwa data memiliki ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih
variansi yang sama (homogen). 30 % tidak kalah optimal dengan 15 %. Per-
Hasil uji one way ANOVA menunjuk- lakuan ekstrak 30 % berbeda signifikan
kan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < dengan ekstrak 45 % dan kelompok kontrol
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa normal saline 0,9 % namun dengan ekstrak
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap 15 % tidak signifikan. Kelompok ekstrak
jumlah fibroblas pada semua kelompok per- daun sirih 45 % berbeda signifikan dengan
lakuan. Setelah dilakukan uji one way ANO- ekstrak 15 % dan 30 % namun tidak berbeda
VA terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol normal
22
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
saline 0,9 %. Kelompok kontrol normal saline Bahan yang digunakan dalam penelitian
0,9 % berbeda signifikan dengan kelompok ini adalah daun sirih yang diekstrak dengan
ekstrak daun sirih 15 % dan 30 % se- etanol 96 % dengan metode maserasi. Hal
dangkan dengan ekstrak 45 % tidak berbeda ini karena bahan aktif yang terkandung da-
signifikan. lam daun sirih cenderung larut dalam etanol.
Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok Ekstrak daun sirih dibuat dalam bentuk salep
ekstrak daun sirih 15 % adalah yang paling dengan menambahkan vaseline. Salep
optimal dibandingkan kelompok lainnya. merupakan sediaan semisolid berbahan
Kemudian ekstrak 30 % adalah konsentrasi dasar lemak ditujukan untuk kulit dan
optimal setelah konsentrasi 15%. Kelompok mukosa. Sediaan ini digunakan karena mu-
ekstrak daun sirih 45 % adalah konsentrasi dah diserap oleh kulit dan dicuci dengan air.
optimal setelah ekstrak 30 %, sedangkan Penelitian ini menggunakan tiga kon-
kelompok kontrol normal saline 0,9 % adalah sentrasi ekstrak daun sirih yang dipilih ber-
kelompok optimal yang terakhir. dasarkan studi pendahuluan. Berdasarkan
studi pendahuluan tersebut dapat disimpul-
Tabel 2. Homogenous subsets kan bahwa ekstrak daun sirih dengan kon-
sentrasi 30 % mempunyai kemampuan
Jenis Perla- Subset for alpha = 0.05 mempercepat penyembuhan luka yang op-
kuan 1 2 timal. Berdasarkan penelitian tersebut dipilih
NS 4.6167 tiga konsentrasi ektrak daun sirih yaitu 15 %,
EDS 45 % 5.9000 30 %, dan 45 % serta kelompok kontrol
EDS 30 % 10.3333 negatif menggunakan normal saline 0,9 %.
EDS 15 % 12.9500
Konsentrasi 15 % dan 45 % diberikan se-
bagai konsentrasi yang diambil dari seten-
Analisis terakhir yang dilakukan adalah gah di atas dan di bawah konsentrasi opti-
uji regresi linear. Hasil uji regresi linear mal.
menunjukkan bahwa angka korelasinya Fibroblas merupakan sel yang paling
sebesar -0,881 (r = 0,70-1,00) yang berarti umum ditemui pada jaringan ikat.9 Fibroblas
terdapat korelasi atau pengaruh yang tinggi adalah sel yang menghasilkan komponen
pada pemberian ekstrak daun sirih terhadap ekstrasel dari jaringan ikat yang berkem-
jumlah fibroblas. Angka korelasi negatif be- bang.27 Fibroblas biasanya tersebar sepan-
rarti hubungan bersifat tidak searah yaitu jika jang berkas serat kolagen dan tampak se-
konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper betle bagai sel fusiform atau gelendong dengan
Linn.) semakin besar maka jumlah fibroblas ujung yang meruncing. Inti fibroblas ber-
semakin kecil dan sebaliknya. R-square bentuk lonjong dan panjang yang mengan-
sebesar 77,6 % menunjukkan bahwa ekstrak dung satu atau dua nukleoli dan gumpalan
daun sirih mempengaruhi jumlah fibroblas kromatin halus berdekatan dengan selaput
sebesar 77,6 % dan sisanya dipengaruhi inti. Fibroblas dapat dengan jelas dilihat pa-
oleh faktor lain. Nilai signifikansi sebesar da pewarnaan hematoksilin eosin.27
0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan Data penelitian ini dianalisis
bahwa model regresi layak digunakan pada menggunakan SPSS. Hasil uji one way
penelitian ini. ANOVA menunjukkan nilai signifikansi 0,000
(p < 0,05) yang berarti terdapat pengaruh
PEMBAHASAN yang signifikan pada pemberian ekstrak
daun sirih (Piper betle Linn.) terhadap pen-
ingkatan jumlah fibroblas luka bakar derajat
23
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
IIA pada tikus putih. Uji perbandingan ber- Flavonoid merupakan salah satu
ganda (post hoc test) menunjukkan perbe- senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan
daan yang signifikan pada pemberian suatu tanaman dan bisa dijumpai pada
ekstrak daun sirih antara masing-masing bagian daun, akar, kayu, kuit, tepung sari,
perlakuan terhadap peningkatan jumlah fi- bunga dan biji.30 Kandungan flavonoid
broblas pada luka bakar derajat IIA pada berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba
tikus putih meskipun pada beberapa konsen- dan juga antiinflamasi pada luka bakar.19,20
trasi menunjukkan tidak adanya perbedaan Flavonoid dapat membantu penyembuhan
yang signifikan. Hasil uji regresi linear luka dengan meningkatkan pembentukan
menunjukkan bahwa angka korelasinya kolagen, menurunkan makrofag dan edema
sebesar -0,881 (r = 0,70-1,00) yang berarti jaringan serta meningkatkan jumlah
terdapat korelasi atau pengaruh yang tinggi fibroblas.31 Onset nekrosis sel dikurangi oleh
pada pemberian ekstrak daun sirih terhadap flavonoid dengan mengurangi lipid
jumlah fibroblas pada luka bakar derajat IIA. peroksidasi. Penghambatan lipid peroksidasi
R-square sebesar 77,6 % menunjukkan dapat meningkatkan viabilitas serat kolagen,
bahwa ekstrak daun sirih mempengaruhi sirkulasi darah, mencegah kerusakan sel
jumlah fibroblas sebesar 77,6 %. Angka ko- dan meningkatkan sintesis DNA.17
relasi negatif berarti hubungan bersifat tidak Tanin merupakan senyawa phenolic
searah yaitu jika konsentrasi ekstrak daun yang larut air. Tanin berpotensi sebagai
sirih semakin kecil maka jumlah fibroblas antoksidan yang melindungi dari kerusakan
semakin besar. oksidatif seperti kanker, arthritis dan
Peningkatan jumlah fibroblas ini diduga penuaan.32 Kandungan tanin berguna
karena efek kandungan senyawa aktif yang sebagai astringen atau menghentikan
berasal dari ekstrak etanol daun sirih. Hasil perdarahan, mempercepat penyembuhan
ekstraksi etanol daun sirih mengandung be- luka dan inflamasi membran mukosa, serta
berapa kandungan senyawa aktif yaitu sap- regenerasi jaringan baru.17,21 Selain itu,
onin, flavonid, tannin serta minyak atsiri. kandungan tanin mempunyai kemampuan
Kandungan tersebut dapat membantu pros- antioksidan dan antibakteri.22 Kandungan
es penyembuhan luka dengan mekanisme tanin mempercepat penyembuhan luka
yang berbeda-beda. dengan beberapa mekanisme seluler yaitu
Saponin merupakan steroid atau membersihkan radikal bebas dan oksigen
glikosida triterpenoid dan banyak terdapat reaktif, meningkatkan penutupan luka serta
pada tumbuhan yang berperan penting pada meningkatkan pembentukan pembuluh
kesehatan manusia dan hewan. Saponin darah kapiler juga fibroblas.23
berfungsi sebagi antitumor, antimutagen dan Minyak atsiri atau disebut juga essential
aktivitas sitotoksik.28 Saponin dapat memicu oil berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian
vascular endothelial growth factor (VEGF) bahkan putik bunga. Manfaat minyak atsiri
dan meningkatkan jumlah makrofag ber- adalah sebagai obat anti nyeri, anti infeksi
migrasi ke area luka sehingga meningkatkan dan pembunuh bakteri (disinfektan).33
produksi sitokin yang akan mengaktifkan Minyak atsiri mengandung phenol dan
fibroblas di jaringan luka.18 Saponin berpo- kavikol yang berguna sebagai antimikroba,
tensi membantu menyembuhkan luka antibakteri dan disinfektan.21 Semua
dengan membentuk kolagen pertama yang kandungan daun sirih tersebut dapat
mempunyai peran dalam proses penyem- membersihkan luka dan mencegah
buhan luka.29 terjadinya infeksi sehingga dapat
24
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
25
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
26
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
27
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015
28
LAMPIRAN 5
INTISARI
Lidah buaya ( Aloe vera L.) merupakan tumbuhan yang tidak asing bagi
masyarakat Indonesia. Lidah buaya sering kali digunakan sebagai langkah
pertolongan pertama pada bagian luka terbuka ( luka sayat maupun luka bakar).
Lidah buaya banyak mengandung zat – zat aktif yang sangat bermanfaat dalam
mempercepat penyembuhan luka. Karena mengandung antara lain saponin,
flavonoid, tanin dan polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa
konsentrasi ekstrak etanol lidah buaya (Aloe vera L.) yang paling efektif dalam
penyembuhan luka sayat pada mencit jantan galur swiss.
Jenis penelitian eksperimental. Variabel yang digunakan adalah variabel
bebas dan variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi
ekstrak lidah buaya. Variabel terikat adalah efektifektifitas penyembuhan luka
sayat pada mencit jantan galur Swiss. Data yang diperoleh dari rata – rata
pengukuran panjang luka sayat dari masing – masing konsentrasi dianalisis
dengan ANOVA satu jalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari konsentrasi 12,5%, 25% dan 50%,
ternyata konsentrasi 50% lebih efektif dalam penyembuhan luka sayat pada
mencit.
Kata Kunci : Efektifitas Ektrak Etanol Lidah Buaya, Luka Sayat, Mencit Jantan
Rini Puspitasari, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
2 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rini Pupitasari, dkk., Uji Efektifitas Ekstrak Lidah Buaya …
PENDAHULUAN
Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Luka sering kali
terjadi dalam aktivitas sehari – hari. Berdasarkan penyebabnya, luka dapat dibagi
atas luka karena zat kimia, luka termis, dan luka mekanis. Pada luka mekanis,
biasanya luka yang terjadi bervariasi bentuk dan dalamnya sesuai dengan benda
yang mengenai.
Luka sayat adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya
mencakup seluruh luka akibat benda – benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, dan
kampak tajam. Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu mengenal dan
memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi, jauh sebelum pelayanan
kesehatan formal dengan obat-obatan modern. Pemeliharaan dan pengembangan
pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa terus ditingkatkan dan
didorong pengembangannya melalui penggalian,pengujian dan penemuan obat-
obat baru, termasuk budidaya tanaman yang secara medis dapat
dipertanggungjawabkan.
Lidah buaya ( Aloe vera L.) merupakan tumbuhan yang tidak asing bagi
masyarakat Indonesia. Dibeberapa negara, lidah buaya sering kali digunakan
sebagai langkah pertolongan pertama pada bagian luka terbuka ( luka sayat
maupun luka bakar ). Lidah buaya banyak mengandung zat – zat aktif yang sangat
bermanfaat dalam mempercepat penyembuhan luka. Karena mengandung antara
lain saponin, flavonoid, tanin dan polifenol.
Saponin ini mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif
untuk menyembuhkan luka terbuka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai
pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat
luka bakar. Flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptik
(Harboene, 1987 ). Lidah buaya menstimulasi faktor pertumbuhan epidermis,
meningkatkan fungsi fibroblas dan pembentukan pembuluh baru sehingga dapat
mempercepat penyembuhan dan penutupan luka. Menurut Rohmawati (2008)
ekstrak lidah buaya dapat menyembuhkan luka pada hewan coba.
Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini membuktikan khasiat Aloe
vera L. dalam bentuk ekstrak digunakan sebagai penyembuh luka sayat.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Penelitian
eksperimental adalah penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan yang
bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul akibat dari adanya
perlakuan tertentu.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel bebas :
Konsentrasi ekstrak lidah buaya, Variabel terikat : Efektifitas ekstrak lidah buaya
terhadap penyembuhan luka sayat. Populasi dalam penilitian ini adalah mencit
jantan yang telah diadaptasi selama 2 hari sebelum perlakuan. Sampel dalam
penelitian ini adalah mencit jantan galur swiss yang berumur 3 bulan sebanyak 9
ekor di ambil di Gedangan, Grogol, Sukoharjo dengan berat 20 – 30 gram.
CERATA Journal Of Pharmacy Science 3
Rini Puspitasari, dkk., Uji Efektifitas Ekstrak Lidah Buaya …
HASIL PENELITIAN
1. Determinasi tanaman lidah buaya ( Aloe vera L)
Tanaman lidah buaya ( Aloe vera L.) yang diperoleh dari pekarangan rumah
Pak Yanto di Gondang, Trasan, Juwiring, Klaten. Kemudian dilakukan
deterninasi tanaman lidah buaya ( Aloe vera L.) di Laboratorium Biologi
Universitas Setia Budi. Berdasarkan dari hasil determinasi sampel yang
dilakukan di Universitas Setia Budi, bahwa sampel tersebut adalah Aloe vera
L. Dengan hasil sebagai berikut :
- 1b – 2b – 3b – 4b – 12b – 13b – 14b - 17b - 18b - 19b - 20b - 21b -
22b
- 23b - 24b - 25b – 26b – 27a
- 28b – 29b – 30b - 31a - 32a - 33a - 34a - 35b - 37b - 38b - 39b - 41b
- 42b - 44b - 25b - 46e - 50b
- 54b - 56b - 57a - 58b - 59d - 72b - 74a - 75b - 76a - 77a - 78a - 79b
- 80a - 81b - 86a - 87a
- 88b - 89b - 91a - 92b - 93b - 94a.210. Liliaceae. 1a – 2b – 3b – 6a – 7a
- 10. Aloe. 1a – 2b. Aloe barbadensis Mill.
Dari hasil pengukuran panjang luka sayat pada setiap mencit yang
dilakukan setiap hari pada waktu yang sama didapatkan bahwa kelompok
yang diberi konsentrasi 50 % memberikan hasil penyembuhan yang baik
karena luka sayat sepanjang 1 cm dapat menutup sempurna.
Data dari hasil penelitian pada tabel di atas kemudian dianalisis dengan
uji One Way ANOVA dengan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS). Uji di awali dengan uji normalitas menggunakan uji
Kolmogorov – Smirnov dari data rata- rata panjang luka sayat pada masing –
masing mencit dan data tersebut terdistribusi normal dengan nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 ( 0,638 >0,05 ). Kemudian dilanjutkan uji homogenitas
menggunakan uji Levene. Setelah uji Levene, kemudian dilanjutkan dengan
uji ANOVA untuk mengetahui perbedaan dari masing – masing konsentrasi
dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil dari uji Tukey menunjukkan adanya
perbedaan dari ketiga konsentrasi tersebut.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa persen konsentrasi
ekstrak lidah buaya yang paling efektif terhadap penyembuhan luka sayat. Lidah
buaya mengandung antara lain saponin, flavonoid, tanin dan polifenol (Hutapea,
2000). Kandungan Saponin ini mempunyai kemampuan sebagai pembersih
sehingga efektif untuk menyembuhakan luka terbuka, sedangkan flavonoid
mempunyai aktivitas sebagai antiseptik ( Harborne, 1987 ). Selain itu, tanin dan
polifenol juga mempunyai daya antiseptik. Penelitian dilakukan dengan
mengambil tanaman lidah buaya di pekarangan rumah Pak Yanto kemudian
dideterminasi di Laboratorium Universitas Setia Budi untuk membuktikan bahwa
tanaman tersebut benar – benar tanaman lidah buaya.
Pembuatan ekstrak lidah buaya dilakukan di laboratorium Stikes
Muhammadiyah Klaten menggunakan metode maserasi, karena pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Lidah buaya
dipotong – potong kemudian diblender agar mudah larut dalam larutan penyari.
Kemudian dimasukkan dalam botol cokelat, ditambahkan etanol 70% dan di
diamkan selama 3 hari. Pemililan larutan etanol 70% karena etanol 70% karena
lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak
beracun, netral, absorbsi baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan, panas untuk pemekatan sedikit (Anonim, 1986). Etanol (70%
CERATA Journal Of Pharmacy Science 5
Rini Puspitasari, dkk., Uji Efektifitas Ekstrak Lidah Buaya …
volume) sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal
(Voigt, 1995). Saring dan uapkan diatas waterbat dengan cawan porselin sampai
terbentuk ekstrak kental. Setelah terbentuk ekstrak kental. Hasil yang didapat
adalah ekstrak lidah buaya berwarna kecoklatan, berbentuk ekstrak kental dan
berasa pahit. Kemudian dilakukan uji efektifitas ekstrak lidah buaya pada mencit.
Sebelum dilakukan perlakuan, mencit diadaptasi selama 2 hari agar dapat
beradaptasi di lingkungan yang baru. Kemudian bulu disekitar punggung dicukur
dan kulit diolesi dengan alkohol. Perlakuan dilakukan pada punggung mencit
dengan membuat sayatan dengan panjang 1 cm menggunakan silet tajam.
Oleskan ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi yang berbeda. Hasil yang
diperoleh diamati dengan cara melihat panjang luka sayat yang telah diberi
berbagai konsentrasi ekstrak lidah buaya dari hari ke 1 sampai hari ke 7. Dilihat
dari rata - rata dan percepatan penyembuhan luka sayat hasil yang diperoleh
bahwa pada konsentrasi 50 % lebih cepat dalam penyembuhan luka sayat
dibandingkan dengan konsentrasi 12,5% dan 25%. Hal ini mungkin dikarenakan
kebersihan lingkungan, tidak terjadi infeksi dan tidak adanya benda asing yang
masuk ketika proses penyembuhan berlangsung. Penyembuhan luka dapat
terganggu oleh pengaruh setempat seperti infeksi, hematom, benda asing, serta
jaringan mati seperti sekuester dan nekrosis sangat menghambat penyembuhan
luka (Syamsuhidayat dan Jong, 1997).
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1995, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hariana, A., 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Penerbit Swadaya, Jakarta.
Hutapea, J. R., 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi I, Bhakti Husada,
Jakarta.
Nur Atik, Januarsih Iwan A.R., 2009. Perbedaan Efek Pemberian Topikal Gel Lidah
Buaya Dengan Solusio Pavidone Iodine Terhadap Penyembuhan Luka Sayat
Pada Kulit Mencit ( Mus musculus), Fakultas Kedokteran, Unifersitas Padjajaran
Bandung, Bandung.
Rohmawati, N., 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar Dalam Sediaan Gel Ekstrak
Etanol 70% Daun Lidah Buaya ( Aloe vera L.) Pada Kulit Punggung Kelinci New
Zeland, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Robbers, Tyler V.E., L.R., 1996. Pharmacognosy, Nint Edition, Lea & Febiger,
Phinaldelpia.
Sudarsono, Pidjorianto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, L A., Drajat, M.,
Wibowo, S., dan Ngatiman., 1996. Tumbuhan Obat, Pusat Penelitian Obat
Tradisional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sjamsuhidayat R, Wim de Jong., 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC, Jakarta.
Voigh, R., 1995. Buku Pelajaran Tegnologi Farmasi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.