Anda di halaman 1dari 23

PENANGGULANGAN

GAWAT DARURAT
TERPADU
BAB 3

Anggota Kelompok
- Sifa Imarianti
- Rahayu Fauzi
- Fadila Gina
- Arika Hesti
Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan pengertian sistem penanggulangan gawat darurat terpadu

2. Menjelaskan maksud dan tujuan dari Sistem Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)

3. Menjelaskan sistem pelayanan medic di tempat kejadian (pra rumah sakit, di rumah sakit, dan antar rumah sakit

4. Menjelaskan alur penanganan korban

5. Menjelaskan komponen-komponen yang terlibat pada setiap fase pelayanan gawat darurat terpadu di wilayah kerja
1. Pengertian SPGDT
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu adalah
mekanisme yang dirancang untuk memberikan
pertolongan pada korban bencana atau gawat darurat
untuk mencegah kematian atau kerusakan organ sehingga
produktivitasnya dapat dipertahankan setara sebelum
terjadinya bencana atau peristiwa gawat darurat.
SPGDT DI BAGI
MENJADI BEBERAPA
FASE
Fase Deteksi A D Fase Rehabilitasi
Kejadian, penyebab, Rehabilitasi korban
korban, tempat- secara utuh baik fisik,
tempat rawan dll. mental, spiritual dan
sosial.

Fase Supresi B C Fase Pra Rumah Sakit


Menekan angka Keberhasilan
korban masal penanggulangan
korban
A Fase Deteksi

Merupakan fase untuk menilai beberapa hal seperti frekuensi kejadian,


penyebab, korban, tempat-tempat rawan, kualitas kejadian dan dampak
dari sebuah peristiwa.
1. Misalnya terkait dengan kecelakaan : frekuensi kecelakaan, kualitas
helm, jarangnya penggunaan safety belt
2. Bencanan alam : maka dapat diprediksi daerah yang rawan gempa,
fr. Gempa, jenis bangunan yang sering hancur
B Fase Supresi

Supresi atau menekan agar terjadi penurunan korban gawat darurat


seperti :
1. Perbaikan konstruksi jalan
2. Perbaikan kualitas helm
3. Pengetatan peraturan keselamatan kerja
4. Peningkatan patroli keamanan
C Fase Pra Rumah Sakit

Merupakan keberhasilan penaggulangan korban gawat darurat dari adanya akses


masyarakat ke dalam sistem SPGDT seperti tiap daerah memiliki nomor yang
mudah dihapal untuk meminta bantuan pertolongan.
1. Komunikasi : mencakup nomor ambulans, rumah sakit, pusat komunikasi
instansi terkait lain, ambulan ke ambulan , ambulan ke RS, masyarakat terlatih
ke pusat komunikasi atau layanan kesehatan. Diperlukan awam khusus yaitu
orang awam yang telah dilatih untuk melakukan bantuan hidup dasar saat
menemukan korban.
C Fase Pra Rumah Sakit
lanjutan ….

2. Ambulan Gawat Darurat (AGD) : idealnya tiba kurang dari 10 menit untuk
mencegah kematian. Pada daerah yang padat diperlukan ambulan sepeda motor
untuk antisipasi respon time untuk menstabilkan keadaan korban sambil menunggu
mobil ambulan untuk mengevakuasi dan transportasi.
C Fase Pra Rumah Sakit
lanjutan ….

3. Ambulan Gawat Darurat (AGD) Desa Siaga atau Health Tourism Village :
merupakan puskesmas keliling yang mempunyai peralatan standar seperti
orotracheal Tube dan Suction untuk (A) airway, oksigen, bag and mask untuk
Breathing (B), balut cepat dan infus untuk sirkulasi (C) Circulation dan bidai
termasuk neck collar, long/short board, dan traksi untuk membantu disability.
D Fase Rehabilitasi

Semua korban akibat kecelakaan maupun bencana harus


dilakukan rehabilitasi mencakupi fisik, mental, sepiritual
maupun sosial agar dapat berfungsi secara normal di dalam
kehidupan masyarakat.
2 Penanggulangan Bencana
Bencana dapat terjadi setiap saat seperti di dalam rumah sakitnya
sendiri, korban yang di bawa ke IGD, bencana dalam kota, bencana
nasional, dll,

Dari kondisi tersebut maka semua rumah sakit wajib


mempunyai disaster plan sesuai dengan keadaan dan
kondisi setempat
Lanjutan ….

Untuk daerah luar pulau sebaiknya didatangkan bantuan dari kota jika

1. Tingkat penanganan gawat darurat sehari-hari di bawah standar nasional

(ada/tidaknya spesialis 4 besar dan ahli bedah)

2. Jumlah korban melebihi kemampuan petugas dan ahli bedah


Rumah Sakit (UGD, Kamar Operasi, ICU,
Farmasi, Rontgen, Lab, Dapur, Satpam)

Harus melakukan simulasi penanggulangan bencana,


minimal bila terjadi di rumah sakit sendiri. Simulasi
dilakukan secara periodik agar semua petugas memahami
secara utuh saat terjadi suatu bencana.
Masalah yang dihadapi ditempat bencana tergantung pada
waktu petugas kesehatan tiba ditempat.

A. Petugas tiba 8-10 menit (contoh tabrakan kereta api Bintaro, kecelakaan beruntun tol , banjir di
Indonesia, Wabah Covid-19) :
1. A → Air Way + Cervical Comtrol : membebaskan jalan napas dan mengontrol adanya fraktur
servikal .
2. B → Berathing : memberikan bantuan nafas bila korban tidak bernafas

B. Petugas tiba 12-24 jam (contoh gempa di Liwa, lampung , Manado) :


1. Korban dengan masalah A dan B sudah meninggal
2. Masalah C hanya tinggal yang ringan, mayoritas adalah fraktur terutama fraktur tulang punggung
dan atau servikal, bila korban sempat dipindahkan oleh masyarakat yang tidak terlatih,
kemungkinan besar korban memilikii masalah yang lebih kompleks, misalnya salah mengangkat
kemudia menyebabkan henti nafas spontan atau lumpuh setelah sembuh.
Masalah yang dihadapi ditempat bencana tergantung pada
waktu petugas kesehatan tiba ditempat.

C. Petugas tiba 24-48 jam (contoh gempa Kernci Sumatra ) :


1. Korban dengan masalah A, B, C sudah meninggal
2. Tersisa korban dengan masalah D atau disability : luka, fraktur tertutup. Masalah yang kemudian
dialami korban yaitu gangguan kejiwaan dan kesehatan komunitas.

D. Petugas tiba 48 jam -7 hari (contoh gempa di Biak, Tsunami di NAD) :


1. Korban dengan masalah A, B dan C sudah meninggal
2. Tersisa korban dengan masalah D dan luka ringan, fraktur tertutup dan atau fraktur terbuka serta
fraktur tulang punggung.
3. Sistem Pelayanan
Kesehatan pada SPGDT
A. Sistem Pelayanan pra
Rumah Sakit

Dalam pelaksanaannya terdapat Public Safety Center atau Desa Siaga, Brigade Siaga
Bencana (BSB), Pelayanan Ambulance, Komunikasi, dan Masyarakat Awam yang belum
digarap secara serius oleh pemerintah.
B. Sistem Pelayanan di
Rumah Sakit

Dalam pelaksanaannya diperlukan penyediaan sarana, prasarana, dan SDM yang terlatih.
Hal tersebut harus tersedia di unit-unit kerja yang ada di RS, seperti UGD, ICU, Ruang
Rawat Inap, Lab, X-ray Room, Farmasi, Klinik Gizi, dan ruangan lainnya. Dalam
pelaksanaan medis untuk korban bencanan diperlukan hospital disaster plan, unit gawat
darurat (UGD), Brigade Siaga Rumah Sakit, HCU dan kamar jenazah.
C. Sistem Pelayanan
Kesehatan Antar Rumah
Sakit

Dalam pelaksanaannya harus berbentuk jejaring rujukan yang dibuat berdasarkan


kemampuan rumah sakit dalam memberikan layanan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas untuk menerima pasien.
Skema Penanganan Korban Gawat Darurat atau Bencana
Sistem Pengelolaan Korban Bencana di Lapangan
Sistem Pengelolaan Korban Gawat Darurat di Rumah Sakit
Thanks

Anda mungkin juga menyukai