Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

MATA KULIAH KEGAWATDARURATAN TRAUMA


PENATALAKSANAAN LUKA DAN PERDARAHAN

DOSEN PEMBIMBING
Diah Setiani, SST, M. Kes

DISUSUN OLEH :
Kelompok 9

Arif Mudrik Bustan (P07220118033)


Dewi Paramita (P07220118038)
Fetri Shintiya (P07220118019)
Juwita Hafzari (P07220118046)
Nurul Hasanah Hafit (P07220118054)
Riana Armania Putri (P07220118055)
Shilvi Aulia Anwar (P07220118057)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES KALTIM
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya Kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa Kami ucapkan kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.

Samarinda, 3 Februari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Luka.......................................................................................................
B. Etiologi..................................................................................................................
C. Tanda dan Gejala..............................................................................................
D. Kompilikasi.........................................................................................................
E. Penanganan
1. Pengkajian Luka........................................................................................
2. Perawatan Luka........................................................................................
F. Perdarahan..........................................................................................................
G. Transfusi Darah.................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang tidak bisa
mempertahankan hidupnya sendirian. Setiap hari manusia yang satu
selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Situasi yang timbul dari
proses interaksi inipun beragam, mulai dari yang ringan, sedang, sampai
yang berat. Sehingga kadang - kadang tanpa kita sadari muncul luka. Luka
adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan olehtrauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses yang
kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka
yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan
penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling) jaringan.
(Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar IlmuBedah, Edisi 3,
EGC, Jakarta.)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pada luka?
2. Bagaimana etiologi luka?
3. Apa saja tanda dan gejala luka?
4. Apa saja komplikasi luka?
5. Bagaimana penanganan pada luka?
6. Apa itu perdarahan eksternal?
7. Apa itu perdarahan internal?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada transfusi darah?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang konsep pada luka.
2. Mengetahui tentang etiologi luka.

3
3. Mengetahui tentang tanda dan gejala luka.
4. Mengetahui tentang komplikasi pada luka.
5. Memahami tentang penanganan pada luka.
6. Mengetahui tentang perdarahan eksternal.
7. Mengetahui tentang perdarahan internal.
8. Memahami tentang penatalaksanaan transfusi darah.
D.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Luka
1. Pengertian
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau
rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Beberapa ahli
berpendapat luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit
(Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa
membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka :


a) Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan
luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau
lubang yang dangkal.
c) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan
yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan
yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis,
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan sekitarnya.
d) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan
otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas.

5
3. Penyebab luka
Luka dapat disebakan oleh benda tumpul/peluru. Luka tusuk dan luka
tembak/ luka tembus. Juga disebakan oleh tenaga dari luar berupa benturan,
luka lecet, sengatan listrik, zat kimiawi, gigitan hewan, ledakan dan insisi
operasi.
4. Macam-macam luka
a) Luka Akut
Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka
waktu 2-3 minggu atau luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati atau diharapkan. Luka akut
biasanya terjadi pada individu yang normal, sehat dan dapat dilakukan
penutupan luka secara primer atau dibiarkan menyembuh secara
sekunder. Sebagian besar luka yang terjadi akibat trauma pada organ
atau jaringan dapat dikatagorikan sebagai luka akut. Penyebab luka
akut :
a) Luka insisi, terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya
tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi).
b) Luka memar, terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak.
c) Luka lecet , terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam..
d) Luka gores, terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
e) Luka tusuk terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
b. Luka Kronik

6
Luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk
sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. luka kronik adalah luka
yang tidak sembuh dalam waktu yang diharapkan. Hal yang penting
adalah pada luka kronik proses penyembuhan melambat atau
berhenti dan luka tidak bertambah kecil atau tidak bertambah
dangkal. Meskipun dasar luka tampak merah, lembab dan sehat tetapi
bila proses penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan maka
dikatagorikan sebagai luka kronik. Macam-macam luka kronik :
a) Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores)
adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran
darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol,
dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur,
kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam
jangka panjang.
b) Luka tembus yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian
ujung biasanya lukanya akan melebar.
c) Luka Bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam.
d) Avulsi (luka sobek) terjadi sebagai akibat jaringan tubuh tersobek.
Avulsi seringkali dihubungkan dengan perdarahan yang hebat.
Kulit kepala dapat tersobek dari tengkorak pada cedera degloving.
Cedera dramatis seringkali dapat diperbaiki dengan scar-scar
kecil. Apabila semua bagian tubuh seperti telinga, jari tangan
tangan, jari kaki, mengalaqmi sobekan maka pasien harus dikirim
ke rumah sakit dengan segera untuk memungkinkan perbaikan
(penyambungan kembali).
e) Laserasi adalah luka bergerigi yang tidak teratur. Seringkali
meliputi kerusakan jaringan yang berat. Luka-luka ini seringkali

7
menyebabkan perdarahan yang serius dan kemudian pasien akan
mengalami syok hipovolemik. Penolong pertama harus
mempertimbangkan kondisi luka yang terjadi sepeti perlukaan itu
dapat merupakan akibat cedera oleh dirinya sendiri.
f) Abses terbentuk ketika nanah tidak dapat keluar daru kulit. Infeksi
dapat timbul dari inokulasi karena gigitan serangga atau sengatan,
luka tusuk, folikel rambut yang terinfeksi, atau luka yang telah
ditutup tanpa drainase yang sempurn. Abses biasanya baru
terdeteksi ketika telah membesar sehingga mengembungkan kulit
dan terasa nyeri.

5. Tahap Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka bersifat dinamis dengan tujuan akhir
pemulihan fungsi dan integritas jaringan. Dengan memahami biologi
penyembuhan luka, kita dapat mengoptimalkan lingkungan jaringan
dimana luka berada.
Proses penyembuhan luka merupakan hasil akumulasi dari proses-
proses yang meliputi koagulasi, inflamasi, sintesis matriks dan substansi
dasar, angiogenesis, fibroplasias, epitelisasi, kontraksi dan remodeling.
Tetapi secara garis besar proses kompleks ini dibagi menjadi tiga fase
penyembuhan luka : Fase inflamasi, fase proloferasi dan fase maturasi.
a) Fase inflamasi
Fase ini terjadi pada hari ke 0-5, dimana terjadi respon yang segera
timbul setelah terjadi injuri, kemudian terjadi pembekuan darah dimana
hal ini terjadi untuk mencegah kehilangan darah. Karakteristik lainnya
adalah terjadinya tumor, rubor, dolor, color, functio laesa. Kondisi ini juga
merupakan awal terjadinya haemostasis sedangkan fagositosis terjadi
pada fase akhir dari fase inflamasi ini. Lama fase ini bisa singkat jika tidak
ditemukan adanya infeksi pada luka.

8
b) Fase proliferasi or epitelisasi
Terjadi pada hari 3 – 14, fase ini juga disebut juga dengan fase
granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka dimana
luka nampak merah segar, mengkilat. Jaringan granulasi terdiri dari
kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru,
fibronectin dan hyularonic acid. Proses epitelisasi terjadi pada 24 jam
pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka.
Pada luka insisi, proses epitelisasi ini terjadi pada 48 jam pertama.

c. Fase maturasi atau remodelling


Fase ini berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun.
Pada fase ini akan terbentuk jaringan kolagen yang baru yang mengubah
bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength).
Jaringan parut (scar tissue) yang tumbuh sekitar 50-80% sama kuatnya

9
dengan jaringan sebelumnya. Pada fase ini juga terdapat pengurangan
secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.

6. Komplikasi Penyembuhan Luka


Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence
dan eviscerasi.

1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul
dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak
di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah
putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit
membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah
oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada
tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus
sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam
setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan

10
balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi
pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling
serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.
Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah
faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi
resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4
–5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika
dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan
balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

B. Konsep Perdarahan
1. Pengertian
Perdarahan adalah suatu kejadian dimana terdapatnya saluran
pembuluh darah yang putus atau pecah (arteri, vena ataupun kapiler)
akibat suatu trauma, dapat terjadi pada pembuluh darah bagian luar
maupun bagian dalam. Untuk membedakan pembuluh vena maupun
arteri melihat warna maupun sifat perdarahannya seperti untuk
penbuluh darah vena biasanya warnanya lebih gelap dibandingkan
arteri sedang untuk sifat perdarahannya pembuluh darah vena bila
terjadi perdarahan akan menetes atau menitik sedangkan untuk
pembuluh darah arteri bila terjadi perdarahan akan menyembur.
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit
sehingga darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka
tersebut dikenal dengan nama perdarahan terbuka. Bila sebagai
seorang pelaku pertolongan pertama menemukan korban dengan

11
kondisi seperti itu, maka harus berhati-hati dalam melakukan
pertolongan karena sebagai penolong harus menganggap darah ini
dapat menulari. Pastikan untuk memakai alat perlindungan diri, segera
membersihkan darah yang menempel baik pada pakaian, tubuh,
maupun peralatan. Sangat perlu diperhatikan adalah penanganan
perdarahan berarti mengendalikan perdarahan bukan berarti
menghentikan pendarahan sama sekali.
2. Etiologi
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh
korban dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan
bermotor, ledakan dan lain sebagainya. Perdarahan dalam ini juga
bevariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan
kematian. Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat
(tersamar), maka penolong harus melakukan penilaian dari
pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan analisa
mekanisme kejadiannya.
3. Jenis Pendarahan
1) Perdarahan Internal
Perdarahan dalam adalah perdarahan yang terjadi di dalam
jaringan, organ, atau rongga tubuh termasuk kepala, kanal tulang
belakang, dada, dan perut. Contoh potensi lokasi perdarahan
termasuk mata dan dalam jaringan yang melapisi jantung, otot, dan
sendi.
Karena terjadi di dalam tubuh, perdarahan dalam lebih sulit
diidentifikasi dibanding perdarahan luar yang menembus kulit.
Perdarahan dalam bisa jadi tidak tampak selama berjam-jam
setelah dimulai, dan gejala hanya timbul ketika terjadi kehilangan
darah yang signifikan atau jika gumpalan darah telah cukup besar
untuk menekan organ dan mencegahnya untuk berfungsi dengan
baik.

12
Menurut beberapa survei terakhir, persentase orang yang
mengalami perdarahan dalam meningkat, terutama akibat
kecelakaan lalu lintas.
Namun, ini dapat diatasi dengan mengurangi faktor risiko Anda.
Diskusikanlah dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
a) Tanda-tanda & gejala
Gejala perdarahan dalam tergantung pada di mana perdarahan
terletak, seberapa banyak perdarahan telah terjadi, dan struktur
dan fungsi dalam tubuh apa yang dipengaruhi.
a. Perdarahan intrakranial dari trauma atau dari aneurisma
yang bocor seringkali menyebabkan nyeri, tetapi juga dapat
mengakibatkan gejala perubahan fungsi mental. Perdarahan
subarachnoid seringkali menyebabkan sakit kepala dan
leher kaku.
b. Perdarahan intra-abdominal bisa tersembunyi dan timbul
hanya dengan nyeri, tetapi jika ada cukup banyak darah
yang hilang, pasien bisa mengeluhkan kelemahan, pening,
sesak napas, dan gejala lain dari shock dan penurunan
tekanan darah.
c. Darah yang terlihat dalam urin bisa dikarenakan
perdarahan dalam di lokasi manapun dalam saluran kemih,
dari ginjal hingga kandung kemih. Infeksi kandung kemih
seringkali dikaitkan dengan darah dalam urin, tetapi
penyebab lain, termasuk kanker ginjal dan kandung kemih,
perlu dipertimbangkan berdasarkan gejala tertentu, usia
pasien, dan riwayat medis.
Diagnosis dan pengobatan awal dapat mencegah memburuknya
perdarahan dalam dan mencegah keadaan darurat medis lainnya,
jadi konsultasikan pada dokter sesegera mungkin untuk mencegah
kondisi ini.

13
Jika Anda mengalami satupun tanda atau gejala yang disebutkan
di atas, atau memiliki pertanyaan apapun, konsultasikanlah pada
dokter. Tubuh setiap orang bereaksi dengan cara berbeda. Selalu
lebih baik untuk mendiskusikan apa yang terbaik untuk keadaan
Anda dengan dokter.

b. Penyebab
Perdarahan paling sering terjadi akibat cedera, dan tergantung
pada keadaan besar gaya yang diperlukan untuk menyebabkan
perdarahan bisa sangat bervariasi. Beberapa orang dapat
mengalami perdarahan spontan yang tidak selalu berkaitan
dengan cedera ataupun trauma.
1) Trauma tumpul
Kebanyakan orang memahami bahwa jatuh dari
ketinggian atau terlibat dalam kecelakaan mobil dapat
menimbulkan gaya besar dan trauma pada tubuh. Jika gaya
tumpul terlibat, bagian luar tubuh bisa jadi tidak mengalami
kerusakan, tetapi cukup tekanan dapat terjadi pada organ-
organ dalam untuk menyebabkan cedera dan perdarahan.
2) Trauma deselerasi
Deselerasi dapat menyebabkan organ dalam tubuh
bergeser di dalam tubuh. Hal ini dapat menarik pembuluh
darah menjauh dari organ dan menyebabkan perdarahan
terjadi. Seringkali, ini merupakan mekanisme perdarahan
intrakranial seperti hematoma epidural dan subdural dan
perdarahan subarachnoid.
3) Patah tulang
Perdarahan dapat terjadi dalam patah tulang. Tulang
mengandung sumsum di mana terjadi produksi darah. Tulang
memiliki suplai darah yang kaya, dan sejumlah besar darah
dapat hilang akibat patah tulang.

14
4) Perdarahan setelah operasi
Setiap kali dokter bedah membuat sayatan pada tubuh,
ada potensi perdarahan langsung atau tertunda. Ketika
operasi hampir selesai, dokter bedah mencoba untuk
memastikan bahwa semua perdarahan telah dikendalikan. Ini
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengikat
pembuluh darah dengan jahitan atau menggunakan staples
atau klip untuk mempertahankan hemostatis. Obat pembakar
dapat digunakan untuk membakar pembuluh darah untuk
mencegahnya berdarah. Sedikit perdarahan dapat diharapkan
terjadi dalam kebanyakan situasi.
5) Perdarahan spontan
Perdarahan dalam dapat terjadi secara spontan, terutama
pada orang-orang yang menggunakan obat-obatan
antikoagulasi atau yang mewarisi gangguan perdarahan.
6) Obat-obatan
Perdarahan dalam di saluran pencernaan dapat terjadi
sebagai efek dari obat-obatan (paling sering dari NSAID
seperti ibuprofen dan aspirin) dan alkohol.

b) Faktor-faktor risiko
Faktor yang dapat meningkatkan risiko perdarahan dalam
meliputi:
a. berkendara dengan tidak aman
b. terlibat dalam aktivitas yang dapat mengakibatkan trauma
(misalnya, perkelahian)
c. minum terlalu banyak alkohol
d. menggunakan obat antikoagulasi
e. memiliki riwayat gangguan pembekuan darah

15
Diagnosis perdarahan dalam dimulai dengan mengumpulkan
riwayat menyeluruh oleh ahli kesehatan. Ini diikuti dengan
pemeriksaan fisik, berkonsentrasi pada area tubuh di mana
perdarahan dalam mungkin terjadi. Tes darah dapat dilakukan
untuk memeriksa jumlah sel darah merah rendah, atau anemia.
Namun, jika perdarahan terjadi dengan cepat, angka hemoglobin
awal atau jumlah sel darah merah bisa jadi normal. Kecurigaan
perdarahan dalam seringkali akan membutuhkan tes pencitraan
untuk mencari sumber perdarahan seperti CT-scan, atau
endoskopi, atau kolonoskopi, dll.

Rencana pengobatan awal untuk pasien perdarahan dalam


dimulai dengan menilai stabilitas pasien dan memastikan bahwa
ABC (airway, breathing, circulation) dipertahankan dengan baik.
Ini termasuk memastikan:

a) jalan napas pasien terbuka


b) pasien bernapas
c) ada cukup sirkulasi, yang berarti tingkat denyut dan
tekanan darah stabil

Pengobatan pasti untuk perdarahan dalam tergantung pada di


mana letak perdarahan, keadaan individu, dan stabilitas pasien.
Tujuan dasar meliputi mengidentifikasi dan menghentikan
sumber perdarahan dan memperbaiki setiap kerusakan yang
disebabkan oleh perdarahan.

2) Perdarahan Eksternal
Perdarahan luar adalah perdarahan yang terjadi disertai dengan
cedera pada kulit, sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat
berada di luar tubuh. Cedera kulit dapat terjadi akibat tertusuk,
tergores, tersayat, dan lain-lain. Menurut Palang Merah Indonesia

16
(PMI) perdarahan itu sendiri terjadi akibat rusaknya dinding
pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh benturan
(trauma/penyakit). Perdarahan yang besar dapat menyebabkan syok,
yaitu suatu kondisi saat beberapa sel dan alat tubuh tidak cukup
mendapatkan aliran darah yang mengandung oksigen.
a) Jenis-jenis perdarahan luar
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan,
perdarahan luar dibedakan menjadi:
1. Perdarahan arteri. Darah yang keluar dari pembuluh nadi akan
menyembur sesuai dengan denyut nadi. Warna darah biasanya
merah terang, karena masih banyak mengandung oksigen.
2. Perdarahan vena. Darah yang keluar dari pembuluh darah vena
akan mengalir. Warna darah merah gelap, karena mengandung
karbondioksida.
3. Perdarahan kapiler. Perdarahan ini berasal dari pembuluh
kapiler, darah yang keluar akan merembes. Perdarahan ini
sangat kecil sehingga hampir tidak memiliki tekanan. Warna
darahnya bervariasi antara merah terang dan merah gelap.

b) Sebelum menangani korban perdarahan


Sebelum kita melakukan penanganan, ada baiknya untuk mengetahui
terlebih dahulu kondisi korban. Untuk membantu memperkirakan
berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh korban, kita dapat
mengacu kepada keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban
sudah mengarah ke gejala dan tanda syok, seperti nadi cepat dan lemah,
nafas cepat dan dangkal, kulit pucat dingin dan lembab, wajah pucat
dan kebiruan pada bibir, lidah dan cuping telinga, pandangan hampa
dan pupil mata melebar, dan perubahan keadaan mental (cemas dan
gelisah), maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah
terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.

17
c) Pengendalian dan penanganan perdarahan luar
Setelah mengetahui kondisi korban, maka lakukan beberapa langkah
berikut, sebelum para tenaga ahli memberikan pertolongan, sesuai
dengan kondisinya.

a. Perlindungan terhadap infeksi saat penanganan


Jangan lupa memerhatikan beberapa hal berikut ini sebelum, saat,
dan setelah melakukan pertolongan:
1. Pakailah Alat Perlindungan Diri (APD), seperti sarung tangan
lateks, masker penolong, dan kacamata pelindung.
2. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, dan makanan saat
memberikan perawatan.
3. Cucilah tangan setelah selesai memberikan perawatan.
4. Buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan dari
tubuh penderita dengan baik.

d) Penatalaksanaan
1. R ; rest = diistirahatkan, adalah tindakan pertolongan pertama
yang esensial, penting untuk mencegah keruskan jaringan lebih
lanjut.
2. I; ice = terapi dingin, gunanya mengurangi perdarahan dan
meredakan nyeri
3. C; compression = penakanan atau balut tekan gunanya membantu
mengurangi pembengkakan jaringan dan perdarahan lebih lanjut.
4. E; elevation = peninggian daerah cedera gunanya untuk mencegah
statis, mengurangi edema dan rasa nyeri
5. Resusitasi cairan pengganti yang terbaik adalah darah dari
golongan yang sama. Kalau tdiak ada makan untuk sementara
dapat dipakai cairan pengganti untuk mencegah terjadinya syok

18
dan memanfaatkan golden time yang ada. Beberapa jenis cairan
pengganti yang dapat dipakai yaitu ;
a. Plasma darah
b. Plasma natc
c. Fresh frozen plasma (mengandung semua faktor pembekuan,
kecuali trombosit)
d. Ringer laktat
e. NaCl
a) Tanda dan Gejala
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat dikenali, misalnya:
a. Korban muntah berwarna gelap seperti kopi atau merah pekat
b. Batuk darah berwarna merah segar dan atau berbusa
c. Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak
d. Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding
perut membesar
e. Tinja berwarna hitam bercampur darah merah
f. Muka terlihat pucat
g. Tubuh kedinginan atau kulit terasa lembab
h. Mata berkunang-kunang dan perut membesar
dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup
dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline.
Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah
luka.
c. Manajemen Perawatan Luka
1. Pengkajian Luka
Pengkajian menyeluruh terhadap luka dan kondisi di sekitar luka,
dapat membantu dalam memprioritaskan dan mengembangkan
rencana manajemen luka :
a. Apakah terdapat penurunan fungsi pada anggota gerak pasien akibat
sepsis, infeksi, atau alergi?

19
b. Apa yang menyebabkan cedera? Bagaimana mekanisme cedera?
c. Kapan cedera terjadi? Dimana pasien saat itu?
d. Dimana lokasi luka? Bagaimana kondisi kulit dan jaringan di
sekitarnya?
e. Tindakan apa yang dilakukan sebelum pasien datang ke IGD ?
f. Apakah fungsi motorik, sensorik dan perfusi pada distal luka baik ?
g. Apakah tepi luka utuh?
h. Bagaimana keadaan umum pasien? Obat-obatan yang dikonsumsi
saat ini? Riwayat penyakit?
i. Berapa usia dan apa pekerjaan pasien?
Pengkajian tambahan pada luka atau ulkus
a. Perubahan apa yang terjadi selama perawatan?
b. Hambatan yang terjadi untuk penyembuhan luka normal?

Evaluasi semua luka terkait adanya benda asing:


c. Kaca dan benda logam dapat teridentifikasi dengan mudah dengan
foto polos.
b. Benda asing yang memiliki kepadatan yang sama dengan jaringan
lunak (misalnya : serpihan kayu, duri, duri kaktus, dan potongan
plastik) tidak dapat diidentifikasi dengan mudah.
c. USG, computed tomography (CT-scan), dan magnetic resonance
imaging (MRI) dapat digunakan untuk mencari benda asing.

2. Perawatan Luka
a. Persiapan Perawatan Luka
Pembersihan luka merupakan tindakan umum yang sering
dilakukan, tetapi tidak ada bukti yang kuat bahwa tindakan tersebut
dapat mengurangi infeksi. Sebaliknya, pada luka kontaminasi,
pembersihan luka dapat mengoptimalkan proses penyembuhan dan
pencegahan infeksi. Merendam luka tidak memiliki dampak apapun.
Membersihkan luka merupakan langkah awal persiapan luka. Hal-hal

20
yang harus dipertimbangkan meliputi pemilihan cairam pembersih,
pencukuran rambut pada area luka, dan irigasi luka.

Air biasa/keran yang telah mengalami proses penyaringan atau


pensterilan, memiliki keefektifan yang sama seperti cairan lain untuk
membersihkan luka

1) Luka Terkontaminasi
Luka yang terkontaminasi umumnya dapat terlihat jelas,
namun, kontaminasi dengan cairan (seperti air) tidak selalu dapat
terlihat. Potensi kontaminasi harus dipertimbangkan pada jenis
luka terbuka apapun.
Penentuan kontaminasi didasarkan pada evaluasi riwayat
terjadinya luka dan inspeksi luka. Tentukan apakah luka yang
terjadi merupakan luka bersih atau luka kotor. Contoh
kontaminasi pisau, yaitu pisau bekas memotong daging, unggas
dan kotoran. Laserasi pada jari atau tangan pasien karena
memukul yang mengenai mulut lawan dianggap termasuk dalam
luka terkontaminasi. Demikian juga, benda asing yang bersarang
ditubuh pasien merupakan kontaminan. Infeksi jamur dapat
terjadi karena adanya potongan kayu yang masuk ke dalam kulit
atau tubuh pasien. Irigasi luka, debridement, dan pengsmbilan
benda asing dari tubuh pasien sangat penting untuk menghindari
infeksipada proses penyembuhan luka.

Laserasi pada jari atau tangan pasien karena memukul yang mengenai
mulut lawan dianggap termasuk dalam luka terkontaminasi.

b. Pembersih dan Antiseptik Kulit


Mengurangi kontaminasi kulit biasanya dilakukan dengan
chlorhexidine, larutan povidone-iodine 10%, atau hidrogen

21
peroksida. Manfaat melakukan pembersihan kulit tidak akan
muncul jika larutan pembersih atau antiseptik jatuh ke luka
karena akan merusak lapisan luka, jaringan lunak, dan menunda
penyembuhan. Larutan povidone-iodine 1% tidak merusak
jaringan tetapi penggunaannya harus berhati-hati pada luka rawan
infeksi.

Semua zat yang tidak boleh mengenai mata, tidak boleh mengenai
luka.

1) Mencukur Rambut
Luka pada area berbulu dapat sembuh dengan baik jika
tidak terdapat rambut pada tepian luka. Akan tetapi mencukur
rambut dapat menyebabkan abrasi pada kulit, meningkatkan
angka kejadian infeksi dan, mengiritasi. Mencukur rambut
dengan pencukur elektrik atau gunting lebih
direkomendasikan dari pada penggunaan silet. Area pada
tubuh yang tidak boleh dicukur adalah alis, karena sekali
dicukur kemungkinan alis untuk tumbuh sangat sulit.

Merapikan rambut dengan lubrikan (seperti jelly) salep topikal,


2) mengikat
atau Irigasi Mekanik
rambut lebih dipilih oleh pasien dibandingkan
dengan pencukuran
rigasi dapat menghilangkan benda asing kecil dari luka,
termasuk tanah/debu/kotoran. Irigasi sangat penting
dilakukan pada luka yang disebabkan oleh gigitan dan luka
dengsn kontaminasi fekal.
Irigasi tekanan rendah dengan jarum suntik dapat digunakan
untuk menghilangkan pasir, kotoran, dan partikel besar
lainnya. Namun, partikel kecil lain seperti tanah liat dan
bakteri memerlukan irigasi dengan tekanan lebih tinggi.
Mendorong cairan melalui kateter sempit atau jarum

22
(misalnya, jarum 19-gauge pada spuit 12 atau 35-mL jarum
suntik) memberikan tekanan irigasi 5-8 psi.
Terlepas dari jenis cairan atau irgasi, tempatkan jarum sedekat
mungkin dengan luka dan dorong plunger dengan kuat.
Gunakan alat pelindung sehingga percikan cairan tidak terkena
wajah dan mata dan mencegah paparan patogen yang
ditularkan melalui darah. Penghalang dapat diletakkan antara
jarum suntik dan kateter untuk mengurangi percikan, tetapi
alat tersebut tidak dapat menggantikan fungsi alat pelindung
diri.

c. Pemberian Imunisasi Tetanus


Tetanus disebakan oleh clostridium tetani, bakteri anaerob
gram positif, C. Tetani berbentuk spora, sangat resisten terhadap
berbagai jenis obat-obatan, C. Tetani terhadap pada tanah, lumut
dan pada kotoran binatang dan manusia. Bakteri masuk kedalam
sistem sirkulasi melalui luka terbuka dan menempel pada sel
sistem saraf pusat. Masa inkubasi biasanya 2 hari sampai 2 minggu.
Namun spora dapat menjadi dorman didalam jaringan selama
bertahun-tahun, sehingga pembersihkan luka secara detail sanagat
penting, selama imunisasi selalu dilakuakan, tetanus dapat
dihindari 100%.
Imunisasi pasca pajanan harus diberikan jika diperlukan.
Individu dapat menjadi sensitif jika sering mendapatkan vaksinasi
dan suntikan terus-menerus dapat menyebabkan bengkak yang
menyakitkan selama beberapa hari. Reaksi jenis ini adalah sumber
enegi tetanus yang dilaporkan oleh beberapa pasien. Rekomendasi
untuk imunisasi tetanus berdasarkan pendoman terbaru dari
centers for disease control and prevention (CDC), yang
menyarankan bahwa vaksin tetanus juga harus mengandung toksin

23
difteri. Kombinasi ini, dT (Td), diberikan dalam dosis tunggal
intramuskular 0,5 mL¹²
a. Vaksinasi tetanus dimulai secara rutin pada masa kanak-kanak.
Anak-anak yang menerima vaksin tetanus, diteri dan petusis
dengan lengkap pada usia 2, 4, 6 dan 18 bulan serta pada usia 4
dan 6 tahun. Penguat vaksin (booster) tersebut juga diberikan
pada usia 16 tahun.
b. Untuk tetap divaksinasi, sesorang dewasa harus mendapatkan
seri tetanus awal dan akan di vaksinasi ulang minimql setiap 10
tahun.
c. Jika seseorang pasien dewasa datang ke IGD dengan luka
kontaminasi minimal, pastikan bahwa pasien telah mendapatkan
seri tetanus awal serta vaksinasi ulang dalam 10 tahun terakhir.
Jika sudah lebih dari 10 tahun mereka harus mendapatkan Dt
(Td).
d. Jika seorang pasien dewasa datang ke IGD dengan luka sangat
kotor (rawan tetanus), pastikan bahwa pasien telah mendapkan
seri tetanus awal serta vaksinasi ulang dalam 5 tahun terakhir.
Jika sudah lebih dari 5 tahun, mereka harus mendapatkan dT
(Td).
e. Pada pasien dengan status imunisasi yang kadaluasa, tidak jelas
atau tidak diketahui, profilaksi tetanus harus segera diberikan
segara setelah luka dibersihkan, meskipun, imunisasi akan
efektif jika diberikan setelah 72 jam, tetapi ada resiko bahwa
bakteri tetanus telah aktif mempengaruhi sistem saraf pusat dan
monitoring pasien harus dilakukan dengan hati-hati.
f. Jika pasien belum menerima seri tetanus awal (atau hanya
menerima satu seri), segera berikan dT(Td) dengan rejimen 0,5
mL dt (Td) di IGD jika pasien memiliki luka sangat kotor (rawan

24
tetanus), pemberian secara simultan 250 unit antioksin
intramuskular di rekomendasikan.
g. Pasien dengan imun parsial dua atau lebih suntikan tetanus,
dianggap cukup untuk menjaga imun tubuh . CDC
merekomendasikan booster 0,5 Ml Dt (Td) , bahkan untuk
pasien dengan luka sangat kotor (rawan tetanus)
h. Pasien yang berusia lebih dari 6 tahun yang belum
menyelesaikan seri imunisasi awal harus dirujuk ke
puskemas tempat pasien biasa berobat untuk dT (Td) kedua
dosis (0,5 mL intramuskuler) dalam waktu 4-6 minggu dan
suntikan ketiga dalam waktu 6-12 bulan. Rekomendasi
terbaru CDC menyarankan bahwa dosis pertama obat ini
harus toksoid tetanus, toksoid difteri dan vaksin acellular
pertussi (Tdap).
i. Pada tahun 2010, CDC merekomendasikan perluasan
penggunaan Tdap secara luas. Dosis tunggal Tdap
direkomendasikan untuk orang dewasa berusia 19 – 64
tahun dan anak-anak berusia 11-18 tahun yang telah
menyelesaikan seri vaksinasi anak DTP/DtaP.
j. Orang dewasa berusia 65 tahun dan lebih yang memiliki
riwayat atau akan memiliki kontak deangan bayi <12 bulan
juga harus menerima dosis tunggal Tdap.

d. Pemberian Antibiotik Profilaksis


Antibiotik tidak di indikasinya pada pasien yang sehat dengan
luka terbuka sederhana karena jarang terjadi infeksi pada luka.
Namum, antibiotik di indikasikan untuk luka dengan jaringan mati,
kontaminasi dengan tanah atau feses, kontak dengan air liur (gigitan),
atau pasien dengan limfoma. Antibiotik harus selalu dianggap sebagai
terapi tambahan pada debridement dan irigasi bukan terapi

25
pengganti. Pemilihan antibiotik profilaksis tergantung pada banyak
faktor, termasuk lokasi luka, jenis patogen biasanya dikaitkan dengan
cedera tertentu, dan fakta bahwa luka berkontaminasi mengandung
berbagai macam organnisme. Hanya terdapat sedikit bukti pada yang
mendukung pemberian rutin antibiotik topikal pada luka sederhana.

e. Pemberian Anastesi
Rute pemberian anestesi untuk menutup luka terdiri dari topical,
infiltrasi luka, blok regional, dan prosedur sedasi intravena. Metode
yang di pilih tergantung pada pasien, luka dan lokasinya.

Agen anestesi
Anestesi yang paling umum digunakan untuk infiltrasi local atau
regional adalah lidokain, terutama karena toksisitas terhadap jaringan
rendah. Selain itu, lidocaine memiliki efek durasi singkat, yang
diharapkan untuk perbaikan pada area seperti dimulut atau bibir,
dimana pemulihan sensasi sesegera mungkin dapat mengurangi
insiden menggigit area luka secara tidak sengaja. Demikian juga , pada
jari , pemulihan sensasi segera mungkin dapat mencegah cedera lebih
lanjut karena pasien mulai menggunakan tangan.
Salah satu kerugian dari lidokain adalah rasa sakit yang dialami
saat injeksi menghangatkan cairan sampai 37 ◦C ( 98,6◦ F) dapat
meminimalkan efek ini. Natriumbikarbonat juga dapat mengurangi
nyeri akibat anestesi lidokain. Tambahkan satu bagian natrium
bikarbonat 1mEq/mL kedalam 10 bagian lidokain 1 % lidokain
tambahkan 1 mL natrium birkarbonat kedalam 15 ml lidokain).
Namun, campuran ini mengurangi waktu penyimpanan lidokain dari 3
tahun menjadi beberapa hari, setelah itu larutan akan mengendap
dalam vial.

26
Sedian campuran lidokain dan epinephrin yang tersedia.
Epineferin meningkatkan lama anestesi dan menurunkan perdarahan,
kombinasi ini kontraindikasi untuk digunakan pada luka yang sangat
kotor atau penuh dengan suplai darah tentative seperti avulsions
(luka akibat terkelupas), efek samping dari epineferin adalah tingkat
peningkatan angka kejadian infeksi dan iskemi ketika lidokain dan
epineferin disuntikan ke telinga, ujung hidung, jari atau penis.
Agen anestesi lain yang digunakan untuk infiltrasi adalah
bupivacaine (marcaine, sensorcaine). Efek dari obat ini empat kali
lebih lama dari lidocaine. Hal ini membuat bupivacaine menjadi obat
pilihan untuk kondisi dimana upaya penutupan luka membutuhkan
waktu lebih dari 2 jam atau ketika dibutuhkan efek anestesi local yang
lebih lama.
 Alergi anestesi
Pasien yang sering melaporkan alergi terhadap lidokain
akan tetapi efek alergi sebenarnya pas anestesi suntik jarang
terjadi. Kebanyakan kasus alergi yang dilaporkan sebenarnya
adalah efek samping dari anestesi seperti hiperventilasi,
vasovagal syncope atau pusing, stimulasi kerdiovaskuler
karena epinepherin, dan berbagai reaksi idiosinkratik karena
cedera dan perbaikan luka. Dermatitis kontak, yang disebabkan
oleh anestesi local topical , juga telah dilaporkan . jenis reaksi
ini bukan karena mediasi immunoglobulin E dan risiko
terjadinya sangat kecil. Jika alergi, obat bius dari golongan
kimia yang berbeda dapat digunakan. Infiltrasi salin steril,
guide imagery, dan hypnosis adalah pilihan nonfarmakologi.
Jika anestesi local tidak mungkin, tekink penutupan luka tanpa
jarum seperti steri –strip , hair tie atau lem luka harus
dipertimbangkan .

27
 Anestesi infltrasi
Injeksi langsung agen anestesi ke dalam luka adalah teknik
anestesi yang paling umum digunakan di IGD. Infiltrasi lidokain
sepanjang tepi luka membius saraf subkutan. Beberapa telah
merekomendasikan injeksi langsung pada kulit yang utuh yang
telah dibersihkan dengan antiseptic untuk mencegah
penyebaran kontaminasi. Namun menyuntik melalui tepi luka
dapat mengurangi nyeri. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan infiltrasi
anestesi ;
o Gunakan paling kecil, 30 gauge lebih kecil
o Minimalkan jumlah tusukan ke dalam kulit; jarum yang
lebih panjang, dapat mencapai sebagian besar tepi luka
o Berikan penusukan halus pada kulit yang sudah di bius
o Suntikan ke daerah subdermal bukan ke dermis ; wheal
(bentol pada kulit yang terbentuknya akibat
penumpukan cairan intradermal) dapat menyebabkan
nyeri.
o Agen anestesi yang disuntikan perlahan (lebih dari 10
detik) lebih nyaman daripada yang disuntikan cepat (<2
detik).

 Blok digital
Blok dgital dapat digunakan ketika saraf pada luka
terletak di permukaan. Teknik ini lebih direkomendasikan
disbanding teknik anestesi infiltrasi untuk daerah sensitive,
terutama pada jari, telapak tangan, kaki dan wajah.
Keuntungan lain dari blok saraf daerah digital adalah bebas
obat ini tidak mengganggu prosess penyembuhan luka.
 Anestesi oles/topical

28
Anestesi oles/topical mengurangi rasa sakit ketika
injeksi. Mencegah pembengkakan, dan menyebabkan
vasokontraksi yang dapat mengurangi perdarahan. TAC yang
merupakan agen anestesi topical tradisional, telah digantikan
oleh kombinasi baru sepertu LET. Obat ini dioleskan 20 menit
sebelum merawat luka dan dibiarkan sampai kulit sekitar
lokasi memucat. Tidak adanya warna pucat pada area
menunjukan anestesi belum lengkap/ terjadi.
Anestesi oles juga dapat dilakukan dengan mengoleskan
obat campuran 5% lidocaine dan prilocaine (EMLA) selama 60
menit. Namun krim EMLA ditujukan untuk digunakan pada
kulit utuh. Penggunaan pada laserasi tidak dianjurkan karena
menyebabkan peradangan yang dapat meningkatkan angka
infeksi.

 Prosedur sedasi
Prosedur sedasi dapat digunakan untuk
memfasilitaskan perawatan luka dan untuk manajemen
kecemasan pada pasien anak dan dewasa yang tidak mampu
untuk berkerja sama karena tantangan fisik, emosional, atau
perkembangan. Prosedur sedasi biasa digunakan sebagai
terapi tambahan ketika pembersihan luka yang luas, irigasi,
dan delridement luka diperlukan.

f. Penutupan Luka
Tujuan dari penutupan luka adalah penyembuhan cepat tanpa
infeksi. Proses penyembuhan terjadi lebih cepat pada luka yang
ditutup dengan jahitan, staples, tape atau lem cyanoacrylate. Namun
gigitan, luka tusuk, dan luka yang terkontaminasi begitu rentan

29
terhadap infeksi sehingga irigasi, debridement, dan terapi antibiotic
profilaksis menjadi prioritas utama sebelum penutupan luka.
Setiap upaya haru dilakkan untuk menutup luka secepat mungkin,
luka bersih akan terinfeksi setelah 8 jam, tetapi beberapa luka dapat
ditutup beberapa hari kemudian tanpa mengakibatkan infeksi. Tanda-
tanda infeksi dapat dilihat dalam waktu 8 jam pada kulit dengan
pasokan darah yang buruk akibat kecelakaan, merokok, atau lokasi
cedera berada pada distal jantung. Wajah memiliki suplai darah yang
efektif sehingga infeksi jarang pada daerah ini.

1. Benang
Benang tersedia dalam bahan yang dapat diserap dan
tidak dapat diserap. Mnifilamen sintetis, seperti nilon sangat
jarang menimbulkan infeksi dan dapat digunakan dengan aman
pada semua jenis penutipan kulit. Nilon dapat diserap tetapi
biasanya dalam waktu satu tahun atau lebih; oleh kerena itu ,
nilon digunakan pada kulit di mana benang jenis ini dapat
diangkat segera setelah luka sembuh. Berbagai jahitan
digunakan untuk penutupan berbagai jenis lesi kulit. Jenis
jahitan didasarkan pada ukuran luka, kedalaman dan lokasi.
Kulit mengalami proses penyembuhan luka pada kecepatan
yang berbeda tergantung pada lokasi tubuh dan akan sembuh
lebih lambat pada pasien yang memiliki kondisi yang
memperlambat penyembuhan.
2. Staples
Penutupan luka menggunakan staples lebih cepat
daripada menjahit selain itu penggunaan staples juga memiliki
angka kejadian infeksi dan reaktivitas jaringan yang rendah.
Sayangnya, staples tidak dapat menyatukan tepi kulit yang
terluka dengan rapi seperti teknik jahit karena tepi luka harus

30
di posisikan dan di pegang saat staples di masukan. Sehingga
jarak antara tepi luka dapat tidak dalam posisi sama. Oleh
karena itu staples yang paling tepat digunakan dilokasi dimana
jaringan parut dapat ditoleransi dengan baik, seprti pada kulit
kepala, staples tidak dapat memberikan tingkat hemostatis
yang sama dengan jahitan.
3. Wound glue
Wound glue adalah pendekatan terbaru untuk
perbaikan luka. Salah satu contoh wound glue adalah n-butil
cyanoacrylate monomer (dermabond). Kontak dengan pH basa
menyababkan glue berpolimerisasi dan membentuk suatu
lapisan perban tahan air. Glue memerlukan 1 detik untuk
berpolimerasasi pada kulit lembab dan beberapa detik pada
kulit kering. Glue paling efektif digunakan pada luka yan
memiliki tarikan rendah.

g. Persiapan Drainase Luka


Alat drainase luka termasuk kasa kemasan, selang lunak, dan
reservoir sistem tertutup. Kasa kemasan adalah cara yang paling
umum digunakan untuk mengalirkan nanah dari luka seperti rongga
abses setelah insisi dan pengaliran. Metode ini digunakan agar infeksi
sembuh sebelum kulit menutup dan merupakan metode pilihan untuk
laserasi kulit yang terinfeksi. Kasa kemasan dimasukkan ke dalam
rongga luka menggunakan alat untuk menyerap pus yang ada di
lapisan dalam luka. Ukuran kasa yang sering digunakan inci, tetapi
harus cukup lebar agar menutup seluruh luka. Kesalahan yang sering
terjadi adalah kasa yang diberikan tidak cukup untuk menguras nanah
dalam rangka menghindari nyeri. Analgesik dapat diberikan untuk
meredakan rasa sakit merskipun tidak selalu efektif. Kasa kemasan
harus diganti setiap hari sampai luka berhenti memproduksi nanah.

31
Setelah pus hilang, kemudian luka dirawat dengan balutan yang sesuai
sampai terbentuk jaringan granulasi merah muda.

h. Perawatan/balutan
 Balutan dilakukan untuk menyerap nanah pada luka, melindungi
luka dari kontaminasi, dan menahan salep antibiotik tetap pada
tempatnya. Pilihan bahan balutan tergantung pada jenis luka dan
tujuan dari balutan. Balutan besar digunakan untuk memberikan
perlindungan tambahan dan dapat menyerap sejumlah besar
drainase pada fase awal penyembuhan luka. Luka lainnya,
terutama yang diwajah, dapat dibiarkan terbuka.
 Balutan kering steril dapat dipertahankan selama 2 hari kecuali
pada permukaan gusi atau area kulit yang berbulu. Luka pada area
ini harus dibiarkan tanpa balutan.
 Luka yang ditutup dengan tape/plester memiliki resiko lebih
rendah terjadinya infeksi daripada yang ditutup dengan jahitan.
Jangan menaruh antibiotik topikal pada luka yang ditutup dengan
tape karena dapat mengurangi daya rekat.
 Pasien dapat mandi setelah luka ditutup tanpa khawatir akan
meningkatkan resiko terjadinya infeksi.

Kejadian infeksi tidak meningkat karena pasien mandi setelah


dilakukan penutupan luka.

D.Manajemen pasca perawatan luka


1. Pengangkatan benang, glue, dan staples
Glue akan terlepas dengan sendirinya 5-10 hari setelah diberikan,
tetapi dapat dihilangkan menggunakan salep antibiotik. Jahitan
dan staples harus terkena hidrogen peroksida supaya mudah

32
diangkat. Benang harus di potong dan ditarik keluar untuk
menghindari gaya geser yang dapat membuka kembali luka.
Staples diangkat menggunakan pengangkat staples yang
mendorong ke bawah yang membuat staples terbuka dan
mendororng ke atas yang melepaskan staples dari kulit. Alat
pengangkat staples ini tipis sehingga pengangkatan staples
menjadi sulit.

Hiperpigmentasi dapat terjadi pada kulit yang terkelupas


setelah karena sinar matahari. Tabir surya harus digunakan
selama 6 bulan setelah cidera.

2. Instruksi pasca perawatan


Saran perawatan dirumah meliputi :
 Hal-hal penting terkait cara merawat luka dirumah,
termasuk waktu pengangkatan jahitan atau staples
 Pembatasan aktivitas
 Tanda-tanda luka infeksi dan gangguan sirkulsi darah
 Kondisi-kondisi tertentu dimana pasien harus datang
kepuskesmas atau kembali ke IGD.
 Penggunaan tabir surya selama 6 bulan setelah cedera
(kulit terkelupas biasanya sangat sensitif dan
hiperpigmentasi dapat terjadi setelah paparan sinar
matahari)
 Tinggikan ekstermitas yang cedera untuk mencegah
terjadinya edema-edema.

E. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk
berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya.

33
Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan
darah dalam jumblah besar di sebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah dan digunakan untuk
memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan
protein serum.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien,kemudian
kecocokan darah melalui nama pasien,label darah, golongan darah, dan
periksa warna darah (terjadi pengumpalan atau tidak), homogenitas
(bercampur rata atau tidak).
a. Penatalaksanaan transfusi darah
Persiapan pasien :
1. Jelaskan prosedur dan ttujuan tranfusi darah yang akan dilakukan
2. Jelaskan kemungkinan reaksi tranfusi darah yang kemungkinan
terjadi dan pentingnya melaporkan reaksi dengan cepat kepada
perawat atau dokter
3. Jelaskan kemungkinan reaksi lambat yang mungkin terjadi,
anjurkan untuk segera melapor apabila reaksi terjadi
4. Apabila klien sudah dipasang infuse,cek apakah set infusnya bisa
digunakan untuk pemberian transfusi
5. Apabila klien belum dipasang infuse lakukan pemasangan terlebih
dahulu
6. Pastikan golongan darah pasien sudah terindentifikasi
Persiapan alat :
1. Standar infuse 6. Torniket
2. Set tranfusi 7. Kapas alcohol
3. Botol berisi NaCL 8. Plester
4. Produk darah yang 9. Gunting
benar sesuai 10. Kasa steril
program medis 11. Betadine
5. Pengalas 12. Handscoon

34
Prosedur kerja :
 Jelaskan prosedur kepada klien
 Pastikan bahwa klien telah menandatangani persetujuan
(informed consent)
 Identifikasi kebenaran produk darah dank lien
 Cuci tangan
 Gantungkan larutan NaCL 0,9%
 Gunakan selang infus yang mempunyai filter (selang Y atau
tunggal)
 Pakai sarung tangan
 Lakukan pemasangan infus NaCl 0,9 % terlebih dahulu sebelum
pemberian transfusi darah
 Lakukan lebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa
identifikasi kebenaran produk darah periksa kontabilitas
dalam kantong darah, periksa kesesuain dengan indetifikasi
pasien, periksa kedaluwarsa dan periksa adanya bekuan.
 Buka set pemberian darah
o untuk selang y atur ketiga klem
o untuk selang tunggal klem pengatur pada posisi off
 Tranfusi darah dengan selang Y
o tusuk kantong NaCL 0,9 %
o isi selang dengan NaCL
o buka klem pengatur pada selang Y da hubungkan ke kantong
NaCL
o tutup klem pada selang yang tidak digunakan
o tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan
ruan filter terisi sebagian)
o buka klem pengatur bagian bawah dan b iarkan terisi NaCL
0,9%

35
o kantong darah perlahan dibalik-balik 1-2 kali agar sel-selnya
tercampur.kemudian tusuk kantong darah dan buka klem
pada selang dan filter terisi darah
 Tranfusi darah dengan selang tunggal
o Tusuk kantong darah
o Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan
ruan filter terisi sebagian
o Buka klem pengatur biarkan infusi terisi darah
o Hubungkan selang transfuse keteter IV dengan membuka
klem pengatur bawah
o Setelah darah masuk,pantau tanda vital tiap 5 menit
selama 15 menit pertama,dan tiap menit selama 1 jam
berikutnya.
o Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang dengan NaCL
0,9%
b. Cara Kerja Perawatan Pasca Transfusi Darah
Perawatan pasca tranfusi darah harus sudah di diskusikan
sebelum prosedur berjalan. Hal sangatlah penting, terutama
untuk pasien yang akan segera menjalani operasi atau
transplantasi dan apabila pasien dalam usia anak,orang tua,
atau ibu hamil. konsultasi menjadi lebih penting, jika
jumblah darah yang tersedia terbatas atau sumbernya tidak
terpercaya.
c.Komplikasi Tranfusi Darah
Perawatan ini dimulai 24 jam pasca transfusi karena
terdapat kemungkinan komplikasi seperti demam,
kedinginan, reaksi alergi, keracunan zat besi, dan
penyebaran penyakit menular biasanya muncul dalam
kurun waktu ini. Jika komplikasi muncul dokter akan
menghentikan prosedur tranfusi darah dan memeriksa

36
pasien berdasarkan gejala yang dialami efek jangka panjang
dan pendek dari tranfusi, usia, dan kondisi gangguan
kesehatan yang telah ada.pasien akan diberikan obat
sebagai panenganan pertama. Sementara dokter akan
mengidentifikasi penyebab komplikasi.tim medis pasien
akan bekerja sama dengan bank darah layanan penyedia
darah lainnya. Seperti palang merah, khususnya jika
masalah berupa penerimaan darah yang terkontaminasi.
Didasarkan pada pemeriksaan dan pengobatan pasien
hanya perlu mengikuti satu sesi perawatan pasien yang
memerlukan transfusi darah rutin, akan selalu dalam
pengawasan untuk mecegah adanya kontaminasi dan
kelebihan zat besi.

37
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebelum melakukan pertolongan pertama untuk menangani
perdarahan luka dan cedera, penolong perlu memperhatikan anatomi
dan fisiologi kulit maupun tulang. Hal ini digunakan untuk mengurangi
resiko kesalahan yang dapat mengakibatkan cedera semakin memburuk.
Dengan mengetahui anatomi kulit dan tulang, penolong diharapkan
dapat melakukan penanganan yang tepat agar keselamatan korban dapat
terjaga. Sulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Salah satu fungsi kulit yaitu fungsi proteksi. Sulit
menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat
menimbulkan iritasi. gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet,
gangguan in#eksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya
bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan
penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisik. Apabila
terjadi luka pada kulit, harus dilakukan penanganan yang tepatagar tidak
terjadi kerusakan jaringan kulit lebih lanjut. Luka adalah hilang atau
rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak
atau hilang. Beberapa ahli berpendapat luka adalah suatu gangguan dari
kondisi normal pada kulit. Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit,
mukosa membran dantulang atau organ tubuh lain. Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul seperti hilangnya seluruh atau sebagian
fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,
kontaminasi bakteri dan kematian sel. Jika luka yang terjadi mengalami
perdarahan ada empat cara yang dapat digunakanuntuk menangani
perdarahan yaitu tekanan langsung pada luka, elevasi, tekanan pada titik

38
tertentu, dan menggunkan torniket. Sedangkan tulang sangat
berhubungan dengan ligamen dan tendon. Organ-organ ini merupakan
organ yang rentan terkena cedera saat melakukan aktivitas olahraga.
Ligamen adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang,
biasanya di sendi. Sedangkan tendon merupakan suatu berkasserat
kolagen yang melekat pada otot ke tulang. Ligamen dan tendon tidak
memiliki kemampuan untuk berkontraksi seperti jaringan otot, tetapi
dapat memanjang. Kedua jaringan ini bersifat elastis dan akan kembali
ke posisi awal setelah diregangkan, kecuali bila diregangkan melampaui
batas elastisnya. Suatu ligamen dan tendon yang mengalami peregangan
melampaui batas elasisnya selama injury akan tetap teregang. Apabila
terjadi cedera pada tulang, ligamen, atau tendon, penolong
dapatmelakukan pembalutan pada bagian cedera. Tekanan pembalutan
harus tidak melebihi tekanan hidrostatik intravaskuler, jika membalut
bertujuan untuk mengurangi pembentukan oedema tanpa meningkatkan
tahanan vaskuler yangdapat merusak aliran darah. Apapun alasannya,
perlu diingat bahwa jika tidak diterapkan dengan benar, membalut dapat
lebih cepat dan mudah menyebabkan injury.
B. Saran
Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih
memahami tentang penatalaksanaan luka dan perdarahan. Mohon
permakluman dari semuanya jika dalam makalah kami ini masih terdapat
banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah
sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Bruner and S uddarth 2001. Keperawatan medical bedah, Ed 8 Vol 1. Jakarta;


EGC
Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis-Pendekatan holistic, Ed 6 Vol. 2.
Jakarta; EGC
Kurniati, Amelia dkk, Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy.
2018. Singapura : Elsevier
________. Mengatasi Pendarahan. Diambil pada tanggal 27 Maret 2015 dari
http://www.ajihoesodo.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=34:mengatasi-
pendarahan&catid=1:kesehatan&Itemid=5.
________. Penanganan Luka Iris. Diambil pada tanggal 27 Maret 2015 dari
http://websehat.net/sehat-a-z/luka-iris-apa-yang-harus-dilakukan/.
________. Pertolongan Pertama Pada Perdarahan. Diambil pada tanggal 27
Maret 2015 dari http://doktersehat.com/pertolongan-pertama-pada-
perdarahan-dalam/.
Team INC. 2017. Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) in Disaster.
Jakarta : Anggota IKAPI

40

Anda mungkin juga menyukai