Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. H DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI RUANG BANGSAL

PENYAKIT DALAM WANITA RUMAH SAKIT UMUM A.M. PARIKESIT

TENGGARONG

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian Akhir Program Diploma III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Samarinda Jurusan Keperawatan

Oleh :

Imam Suprapto
NIM. 00117

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SAMARINDA JURUSAN KEPERAWATAN
KELAS KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM AM. PARIKESIT
TENGGARONG
2002
HALAMAN PERSETUJUAN

Diterima dan disetujui untuk diujikan

Samarinda, 26 Agustus 2002

Pembimbing

Ujian Akhir Program Tahap II

Rina Loriana, B.Sc., S.Pd


NIP. 140159788
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji pada tanggal, 29 Agustus 2002

Dewan Penguji :
1. Joko Sapto Pramono, S.Kp., MPHM 1)………………………
2. Hj. Rasmiwati, S.Pd 2) …………………
3. Azhari, SKM 3) ……………………..

Mengetahui,

Direktur
Politeknik Kesehatan Samarinda Ketua Jurusan Keperawatan,

H. Darmansyah AF. S.Kp.MPHM Joko Sapto Pramono, S.Kp., MPMH


NIP.140 113 083 NIP. 140 209797

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN SAMARINDA
JURUSAN KEPERAWATAN
KTI, AGUSTUS 2002
Imam Suprapto

Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. H Dengan Tuberkulosis Paru di Ruang


Bangsal Penyakit Dalam Wanita Rumah Sakit Umum AM. Parikesit Tenggarong.

ABSTRAK

Nama : Imam Suprapto


Nim : 00117
Judul : Asuhan Keperawatan Ny. H dengan Tuberkulosis Paru di
Ruang Bangsal Perawatan Penyakit Dalam Wanita di
RSU AM. Parikesit Tenggarong.
Pembimbing : Rina Loriana, B.Sc., S.Pd
Jumlah halaman : ………..
Jumlah daftar pustaka : ……….

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan
Tuberkulosisi Paru di Ruang Perawatan Penyakit Dalam Wanita Rumah Sakit
Umum AM. Parikesit Tenggarong yang dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus
sampai 14 Agustus 2002. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. H terdiri
tahap – tahap Yaitu pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap pengkajian data dasar yang dikaji pada Ny.
H meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan skarang, riwayat
kesehatan masa lalu, pola aktifitas sehari – hari, keadaan psikososial, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, dan pengobatan. Setelah data dikumpulkan,
dikelompokkan, dianalisa, selanjutnya ditarik kesimpulan yang dirumuskan dalam
bentuk diagnosa keperawatan. Adapun masalah keperawatan yang ditemukan pada
Tn. H adalah : gangguan jalan napas, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan,
resiko infeksi dan penyebaran, kurang pengetahuan. Perencanaan Ny. H meliputi
tujuan, kriteria hasil, dan rencana tindakan yang dibuat berdasarkan teori yang
ada. Setelah dilakukan implementasi berdasarkan rencana keperawatan yang telah
disusun maka masalah – masalah keperawatan yang dikemukakan pada Ny. H
hampir sebagian teratasi.

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas
Nama : Imam Suprapto

Tempat, tanggal lahir : Malang, 28 September 1970

Jenis kelamin : Laki –laki

Agama : Islam

Status : Menikah

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Mess perawat Jl. Imam Bonjol No.78, RT VIII,

Tenggarong

II. Pendidikan

a. Sekolah Dasar Dampit I lulus tahun 1983

b. Sekolah Menengah Pertama I lulus tahun 1983

c. Sekolah Perawat Kesehatan Malang lulus tahun 1989

d. Politeknik Kesehatan Samarinda Jurusan Keperawatan Kelas khusus RSU.

A.M. Parikesit Tenggarong (Tahun 2000 – 2002)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana

dengan rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan


penyusunan Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. H

dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bangsal Perawatan Penyakit Dalam Wanita

Rumah Sakit Umum AM. Parikesit Tenggarong”

Tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dalam rangka untuk

memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Program

Diploma III Keperawatan Pada Politeknik Kesehatan Samarinda Jurusan

Keperawatan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril

maupun materil. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati dalam kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi – tingginya

kepada:

1. Bapak H. Darmansyah AF, S.Kp., MPHM, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Samarinda.

2. Direktur Rumah Sakit A.M. Parikesit Tenggarong yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Karya Tulis Ilmiah.

3. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kp., MPHM, selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Samarinda.

4. Ibu Rina Loriana, B.Sc., S.Pd, selaku dosen pembimbing.

5. Para dosen dan staf pendidikan yang berada di kampus Politeknik

Kesehatan Samarinda.

6. Staf perpustakaan Politeknik Kesehatan Samarinda.


7. Rekan-rekan mahasiswa Politeknik Kesehatan Samarinda yang tidak dapat

saya sebutkan satu per satu atas dukungan serta kerjasamanya.

8. Seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan moral dan

material.

9. Dan semua yang terkait dalam membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah

ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini masih terdapat banyak kekurangan yang tentunya memerlukan koreksi dan

perbaikan, karena itu dengan hati yang terbuka penulis mengharapkan

petunjuk dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya penulis mengharapkan agar

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat.

Samarinda, Agustus 2002

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................
Halaman Persetujuan........................................................................................
Halaman Pengesahan........................................................................................
Abstrak..............................................................................................................
Riwayat Hidup..................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar isi...........................................................................................................
Daftar Lampiran................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................
B. Ruang Lingkup Bahasan.....................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................
D. Metode Penulisan................................................................
E. Sistematika Penulisan.........................................................
BAB II DASAR TEORITIS
A. Konsep Dasar......................................................................
1. Pengertian.....................................................................
2. Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan........................
3. Etilogi...........................................................................
4. Tanda dan Gejala..........................................................
5. Patofisiologi..................................................................
6. Pemeriksaan Fisik.........................................................
7. Pemeriksaan Penujang..................................................
8. Penatalaksanaan............................................................
9. Komplikasi....................................................................
10. Prognosis.......................................................................

B. Asuhan Keperawatan..........................................................
1. Pengkajian.....................................................................
2. Diagnosa Keperawatan.................................................
3. Perencanaan..................................................................
4. Pelaksanaan...................................................................
5. Evaluasi.........................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian...........................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................
C. Perencanaan........................................................................
D. Pelaksanaan.........................................................................
E. Evaluasi...............................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian...........................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................
C. Perencanaan........................................................................
D. Pelaksanaan.........................................................................
E. Evaluasi...............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................
B. Saran...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
LAMPIRAN ............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

1. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Tuberkulosis Paru


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam menghadapi masalah kesehatan, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, pergeseran pada sistem pelayanan kesehatan dan

perkembangan pada masa yang akan datang terutama dengan disepakatinya

Pasar Bebas (AFTA) tahun 2003, maka perawat dituntut untuk mampu

memberikan pelayanan yang profesional. Perawat harus menerapkan

paradigma sehat sebagai basis pembangunan kesehatan untuk mencapai visi

“Indonesia Sehat tahun 2010”.

Berdasarkan Undang-Undang R.I. nomor 23 th. 1992 tentang kesehatan

pasal 32 ayat 4 dinyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan atau perawatan

berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan. Untuk itu

maka perawat sebagai anggota profesi bertanggung jawab untuk memberikan

pelayanan keperawatan sesuai wewenang yang dimiliki secara mandiri dan

kolaborasi. Hal tersebut dapat terlaksana karena perawat memiliki ilmu dan

kiat keperawatan yang mendasari praktik profesionalnya.

Profesionalisme keperawatan melalui kegiatan praktik keperawatan

profesional dapat dilihat melalui pelaksanaan kegiatan pelayanan keperawatan

yang berdasarkan visi dan misi yang jelas dan tertuang dalam pelaksanaan

rencana strategis pelayanan keperawatan di setiap bidang pelayanan

keperawatan.

Asuhan keperawatan yang merupakan bentuk dari pelayanan kesehatan

profesional yang didasarkan pada ilmu, seni dan kiat keperawatan yang
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sehat maupun

yang sakit dengan mempertimbangkan aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual

yang komprehensive. Bila salah satu aspek terlewatkan maka hal tersebut akan

menjadi stressor bagi klien. Menyinggung angka kematian di Indonesia,

penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang masih banyak dijumpai

khsususnya di negar berkembang seperti Indonesia. Seperti halnya di Rumah

Sakit Umum AM. Parikesit Tenggarong khususnya di Ruang Perawatan

Penyakit Dalam Wanita, jumlah klien yang dirawat dari Januari sampai Juli

2002 tercatat ada 6 klien. Penyakit ini sangat berbahaya bila tidak segera

diberikan penanganan yang baik karena dapat menyebabkan disfungsi sistem

pernapasan bahkan kecacatan.

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh kuman

anaerob mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini masih merupakan penyakit

infeksi yang berbahaya olehnya itu pemerintah dibawah Departemen

Kesehatan mencanamkan program untuk mengobati penderita secara Cuma –

cuma dengan harapan frekwensi kasus ini akan menurun.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis akan mengupas secara mendalam

tentang bagaimana asuhan keperawatan penyakit infeksi paru atau tuberculosis

di Rumah Sakit Umum A.M. Parikesit Tenggarong yang dirawat di Ruang

Perawatan Penyakit Dalam Wanita pada tanggal 12 – 14 Agustus 2002.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis terdiri dari :


1. Tujuan umum.

Memperoleh gambaran secara sistematis proses keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan penguasaan keterampilan teknik,

intelektual maupun interpersonal pada klien dengan penyakit tuberculosis

pada paru.

2. Tujuan khusus.

Untuk mendapatkan gambaran tentang :

a. Pengkajian klien dengan penyakit Tuberculosa Paru.

b. Diagnosa keperawatan klien dengan penyakit tuberculosa paru.

c. Perencaan klien dengan penyakit tuberkulosa paru.

d. Implementasi dari diagnosa keperawatan klien dengan penyakit

tuberkulosa paru.

e. Evaluasi dari Implementasi diagnosa keperawatan

f. Pendokumentasian proses asuhan keperawatan pada klien dengan

penyakit tuberculosa paru.

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ilimiah ini penulis menggunakan metode

deskriptif dengan studi kasus disajikan dalam bentuk naratif dan kemudian

dijadikan dalam bentuk pembahasan.

Adapun data yang terhimpun dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

penulis peroleh dengan cara :

1. Studi literatur, dengan mempelajari buku, diktat dan sumber lain yang

berkenaan dengan permasalah dalam Karya Tulis Ilmiah ini.


2. Wawancara dengan klien dan keluarga, beserta anggota tim kesehatan lain

yang merawat klien.

3. Observasi langsung pada klien.

4. Catatan medik dan catatan keperawatan tentang kemajuan klien.

5. Pemeriksaan fisik dengan cara :

a. Inspeksi

b. Palpasi

c. Auskultasi

d. Perkusi

E. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini penulis membagi dalam lima bab,

yang membahas antara lain : bab satu terdiri dari Pendahuluan yang berisi

latar belakang, ruang lingkup bahasan, tujuan penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan, bab dua terdiri dari landasan teori, bab tiga terdiri

tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan

evaluasi, bab empat berisi pembahasan, dan bab lima yang berisi kesimpulan

dan saran - saran.

BAB II

DASAR TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Suatu penyakit infeksi kronik yang dikarakteristikkan dengan adanya

bentukan tuberkel dan granuloma di dalam paru – paru (Suparman

Sarwani W, 1991)

2. Etiologi

Penyakit Tuberkulosis Paru disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis,

berbentuk batang, ukuran panjang 1 – 4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um.

Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan asam dan

lebih tahan terhadap kimia, dan fisik. Selain itu jenis kuman ini lebih suka

hidup di daerah paru yang mengandung banyak oksigen/aerob. Daerah

tersebut terletak di paru bagian apek.

3. Patofisiologi

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas

perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limposit

(biasanya limfosit T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas ini

biasanya lokal, melibatkan magrofag yang diaktifkan di tempat infeksi

oleh limfosit dan limpokinnya. Reaksi ini disebut dengan reaksi

Hipersensitif lambat.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi

sebagai suatu unit yang terdiri dari 1 sampai 3 basil, gumpalan basil yang

lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang bronkus dan

tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg, 1981).


Reaksi yang ditimbulkan pertama kali oleh basil itu setelah berada

diruang alveoli adalah reaksi inflamasi. Leukosit polimorfonuklear tampak

pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya.

Kemudian infeksi menyebar melalui sistem limphe ke daerah lympho node

dan masuk ke dalam sistem sirkulasi. Dalam beberapa minggu Limfosit T

menjadi sensitif terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin

yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang

terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumoni akut.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada

sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri

terus dipagosit atau berkembang biak dalam sel. Basil juga menyebar

melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag

yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu

sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limposit.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat,

seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa dan jaringan

granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan vibrolas

menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih

fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu

kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru dinamakan Fokus Ghon dan gabungan terserangnya

kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan Komplek Ghon.

Komplek ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang
sehat yang kebetulan yang menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Dalam

hal ini fokus ghon dapat menjadi sumber reinfeksi endogen kelak.

Respon lain yang dapat terhadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,

dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.

Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kapitas akan masuk ke

dalam percabangan trakiobrokial. Sebagai akibatnya menimbulkan

penyebaran bronkogen, sehingga kedua paru-paru terkena atau basil

terbawa ke laring, telinga tengah atau usus (kuman tertelan melalui

pharynx).

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan

menimbulkan jaringan fibrosa. Bila peradangan redalumen bronkus dapat

menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat pada perbatasan

bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat

mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan

bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.

Keadaan dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama akan

membentuk hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan

yang aktif.

Penyakit ini dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh

darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai

aliran darah dalam jumlah kecil dan dapat menimbulkan lesi pada organ

lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran Limfohematogen

yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen karena erosi


tuberkel pada pembuluh darah, menimbul tuberkulosis millier. Ini terjadi

karena fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak

organisme masuk ke sistem vaskuler dan tersebar ke organ tubuh.

Reaksi Hipersensitivitas

Fatogenisitas basil berasal dari kemampuan basil tersebut untuk

menimbulkan reaksi hipersensitivitas pada hospes. Tuberkuloprotein yang

berasal dari basil yang menimbulkan reaksi tersebut. Respon peradangan

dan nekrosis jaringan adalah akibat dari limfositoreaksisitas yaitu efek dari

lifosit yang sudah diaktifkan oleh tuberkuloprotein basil.

Singkatnya, bila pertama kali terkena basil tuberkel mengakibatkan

proliferasi limfosit yang khusus reaktif (biasanya 2 minggu setelah infeksi)

dan penyebaran sel-sel ini keseluruh tubuh. Hasil kontak selanjutnya

antara limfosit dan tuberkel adalah dilepaskannya limfokin yang

mengakibatkan efek tipis pada makrofag atau interaksi antara limfosit dan

antigen basil tuberkel sangat khas tetapi sekali mengaktifkan makrofag.

Kekebalan seluler timbul pada infeksi pertama dengan basil tuberkel dan

kenyataannya bertanggungjawab membantu hospes menahan infeksi.

Dalam 2 minggu pertama atau lebih setelah pemasukan tuberkel basil,

secara relatif perkembangbiakan basil-basil itu berjalan tanpa gangguan

respon peradangan dari hospes. Dalam waktu ini makrofag yang muncul

dalam eksudat disekitar organisme kelihatannya tidak mampu

menanggulangi mereka. Jika limfosit yang reaktif khusus muncul pada

akhir fase induksi, maka interaksi sel-sel ini dengan antigen


mengakibatkan kenaikan progresif pada efesiensi mikrobisidal makrofag,

dan hospes akhirnya menghentikan penyebaran infeksi.

4. Tanda Dan Gejala

a. Demam : sub febris, febris (40-410C) hilang timbul

b. Nyeri dada : timbul bila infiltrasi sampai ke pleura

c. Dispnue: infiltrasi sampai setengah paru

d. Berat badan menurun

e. Batuk : iritasi bronkus

f. Keringat malam hari

g. Nafsu makan menurun

h. Kelemahan

5. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Fisik

1) Pada tahap dini sulit untuk diketahui.

2) Atrofy dan retraksi dinding dada pada keadaan lanjut dan fibrosis

3) Ronchi basah, kasar, dan nyaring.

4) Hipersonor / timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada

auskultasi memberi suara umforik.

5) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan

suara pekak).

b. Pemeriksaan Diagostik

1) Pemeriksaan Radiologi
a) Pemeriksaan radiologi thorak merupakan cara yang praktis

menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini lebih

menguntungkan pada pemeriksaan tuberkulosis pada anak-

anak. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apex paru-

paru.

b) Pada tahap dini tampak gambaran bercak – bercak seperti awan

dengan batas tidak jelas

c) Pada kavitas bayangan berupa cincin.

d) Pada klasifikasi tampak bayangan bercak padat dengan densitas

tinggi.

2) Bronchografi

Merupakan cara pemeriksaan dengan menggunaan zat tertentu

untuk melihat bronkhus atau kerusakan paru karena kuman

Tuberkulosis Paru.

3) Spirometri

Spirometer adalah alat untuk mengukur secara objektif berbagai

hal yaitu obstruksi jalan napas, beratnya derajat obstruksi, menilai

perubahan atau perbaikan obstruksi setelah pengobatan. Nilai yang

diperlihatkan adalah:

a) Volume ekspirasi pasca detik pertama (VEP)

b) Arus tengah ekspirasi maksimal (ATEM)

c) Arus puncak ekspirasi (APE)

d) Kapasital vital (KV)


4) Laboratorium

Darah harus diperiksa termasuk leukosit dan LED yang biasanya

pembacaan menunjukkan adanya proses infeksi, terutama

pemeriksaan sputum karena di sini dapat ditemukan kuman BTA,

diagnosis TB sudah dapat dipastikan. Kriteria sputum BTA positif

adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA

dalam satu sediaan. Cara pemeriksaan sediaan sputum adalah:

Pemeriksaan secara lansung dengan mikroskop biasa

a) Pemeriksaan secara lansung dengan mikroskop Fluoresence

(pewarnaan khusus)

b) Pemeriksaan dengan biakan kultur

c) Pemeriksaan terhadap resistensi obat

5) Tes Tuberkulin

Dipakai terutama untuk membantu menegakkan diagnosa

tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Dasar tes tuberkulin

ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Pada penularan dengan kuman

patogen baik yang virulen maupun tidak tubuh manusia akan

mengadakan reaksi imunologi dengan dibentuknya antibodi seluler

pada permukaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan antibodi

humoral yang dalam peranannya akan menekan antibodi seluler.

Setelah 48 sampai 72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul

reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat, linfosit

yakin reaksi persenyawaan antara antibodi seluler dan antigen


tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antibodi seluler

dan antigen tuberkulin sangat dipengaruhi oleh antibodi humoral.

Makin besar antibodi humoral, makin kecil indurasi yang

ditimbulkan. Hasil tes Mantoux dibagi dalam:

a) Indurasi 0 – 5 mm: mantoux tes negatif.

b) Indurasi 6 – 9 mm: mantoux tes meragukan

c) Indurasi 10 – 15 mm: mantoux tes positif.

d) Indurasi lebih dari 15 mm: mantoux tes positif kuat

6. Penatalaksanaan.

a. Kemotherapi

1) Kategori I

Kasus baru, BTA (+), tuberkulosis Paru milier, meningitis

tuberkulosis, peritonitis tuberkulosis, spondilitis tuberkulosis,

tuberkulosis urogenital, pleurutis masif, kelainan paru luas tapi

BTA(-). Paduan obat :

a) 2 RHZE / 4 HR, atau

b) 2 RHZE / H3R3

2) Kategori II

Kasus relaps, gagal terapi, BTA tetap (+).

Paduan obat :

a) 2 RHZES / 1 RHZE / 4 HR atau

b) 2 RHZES / 1 RHZE / 4 HRE atau

c) 2 RHZES / 2 RHZE / 5 H3R3E3


3) Kategori III

Paduan obat :

a) 2 RHZ / 4 RH atau

b) 2 R3H3Z3

4) Kategori IV

Kasus paru kronik, sputum tetap (+) setelah terapi / OAT memadai.

Paduan obat :

a) INH seumur hidup

b) Operasi

c) Obat – obatan baru

Dosis obat <50 kg >50 kg

INH 300 mg 400 mg

Rifampisin 450 mg 600 mg

Pyrazinamide 1500 mg 2.000 mg

Streptomycin 750 mg 1.000 mg

Ethambutol 1.000 mg 1.000 mg

b. Analgesik

c. Diet TKTP dan tidak merangsang batuk

d. Isolasi bila perlu

e. Istirahat yang teratur

f. Rujuk keluarga dan orang – orang yang kontak untuk mengadakan

pemeriksaan kemungkinan tertular.

7. Pencegahan
a. Pemberian kemoterapi pencegahan pada individu yang mempunyai

resiko tinggi terkena tuberkulois paru.

b. Pemberian suntikan vaksinasi BCG pada bayi umur 0 – 14 bulan

Bagi individu yang sudah terinfeksi dianjurkan :

a. Menutup mulut pada waktu batuk, bersin maupun berbicara dengan

orang lain

b. Tidak meludah sembarang tempat, ada tempat khusus yang diberi air

sabun/antiseptik.

c. Konsultasi secara teratur.

d. Tetap menjaga kebersihan diri.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama/awal dari proses keperawatan.

Tujuan pengkajian adalah untuk memberikan suatu gambaran yang terus

menerus mengenai kesehatan klien/klien, yang memungkinkan tim

perawatan merencanakan asuhan keperawatan kepada klien. Manfaat

pengkajian adalah membantu mengidentifikasikan status kesehatan, pola

pertahanan klien, kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan

diagnosa keperawatan.

Pengkajian keperawatan terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu pengumpulan

data, pengelompokan atau pengorganisasian data, serta menganalisa dan

merumuskan diagnosa keperawatan.


Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu

observasi, anamnese/wawancara dan pemeriksaan fisik. Selain itu dapat

juga dengan catatan klien seperti catatan klinik, dokumentasi dan status

klien, dan literatur yang mencakup semua material, buku-buku, majalah

dan surat kabar.

Pada pengumpulan data penulis menggunakan cara observasi,

anamnese/wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi dari catatan medis,

status klien dan hasil laboratorium/radiologi.

Langkah awal penulis melakukan observasi langsung kepada klien.

Menurut Laode Jumadi Gaffar, S.Kp, (1999) observasi adalah cara

pengumpulan data melalui hasil pengamatan (melihat, meraba atau

mendengarkan) tentang kondisi klien dalam rangka asuhan keperawatan.

Langkah kedua penulis melakukan anamnese/wawancara dengan klien

atau keluarga. Menurut Laode Jumadi Gafffar, S.Kp, (1999)

anamnese/wawancara adalah cara pengumpulan data melalui tanya jawab

kepada klien atau keluarganya.

Langkah ketiga penulis melakukan pemeriksaan fisik melalui inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi. Menurut Laode Jumadi Gafffar, S.Kp,

(1999) inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status

kesehatan klien seperti inspeksi kesimetrisan pergerakan dinding dada,

penggunaan otot bantu napas, inspeksi adanya lesi atau rash pada kulit dan

sebagainya.
Menurut Laode Jumadi Gafffar, S.Kp, (1999) perkusi adalah

pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah kejari ke jari

tengah lainnya untuk mengetahui normal/tidaknya suatu organ tubuh.

Menurut Laode Jumadi Gafffar, S.Kp, (1999) Palpasi adalah

pemeriksaan fisik dengan cara meraba klien. Dan auskultasi adalah cara

pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop (mendengar).

Pada pengkajian tersebut semua gejala yang ada pada konsep di atas

muncul pada pengkajian Ny. H.

Pada langkah pengkajian data keperawatan klien/klien dengan

Tuberkulosis Paru, hal yang dilakukan dalam pengumpulan data :

a. Identifikasi klien/klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, agama, pekerjaan, suku/bangsa, status perkawinan, alamat,

tanggal masuk, ruangan, no. register, diagnosa medis.

b. Riwayat penyakit.

1) Keluhan utama

Biasanya klien/klien datang ke Rumah Sakit Umum AM. Parikesit

Tenggarong dengan keluhan utama batuk darah, badan meriang,

nyeri otot dan sendi, bekeringat malam, dan berat badan

menurun/kurus.

2) Riwayat penyakit sekarang


Berisi data waktu dirasakan sampai keluhan yang dirasakan saat

pengkajian.

3) Riwayat penyakit terdahulu

Perlu ditanyakan riwayat klien pernah mengalami sakit yang

berhubungan dengan penyakit sekarang atau penyakit lain dan apa

usaha/tindakan klien untuk mengurangi dan mengantisipasi

penyakit tersebut.

4) Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang pernah

menderita penyakit seperti klien, penyakit yang menyertai, siapa

dan apakah sembuh atau bertambah parah, atau meninggal.

c. Dasar Data Pengkajian Klien

1) Aktifitas/istirahat

Gejala : keletihan umum dan kelelahan, napas pendek karena kerja,

kesulitan tidur atau demam pada malam hari, menggigil dan atau

berkeringat, mimpi buruk.


Tanda : Takikardi, takipnoe/dispnea setelah melakukan aktifitas,

kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut).

2) Integritas Ego

Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, rumah,

perasaan tak berdaya/tak ada harapan sembuh

Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini), ansietas,

ketakutan, mudah tersinggung.

3) Makanan dan Cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna, penurunan

berat badan

Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan

otot/hilang lemak subkutan

4) Nyeri/Keamanan

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda : Berhati –hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,

gelisah.

5) Pernapasan.

Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif, napas paendek,

riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi.


Tanda : Peningkatan frekwensi pernapasan (penyakit luas atau

fibrosis parenkhim paru dan pleura). Pengembangan pernapasan

non simetri (effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus

(cairan pleural atau penebalan pleura). Bunyi napas : menurun/tak

ada secara bilateral atau unilateral (effusi pleural/pneumothoraks).

Bunyi napas tubuler dan/atau bisikan pektoal di atas lesi luas.

Krekels tercatat di ata apek paru selama inspirasi cepat setelah

batuk pendek (krekels posttussic). Karakteristik sputum;

purulen/hijau, mukoid kuning, atau bercak darah. Deviasi trakeal

(penyebaran bronkhogenik). Tak perhatian, mudah terangsang yang

nyata, perubahan mental (tahap lanjut).

6) Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imum, contoh AIDS, kanker,

tes HIV positif.

Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.

7) Interaksi Sosia l

Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular,

perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas

fisik untuk melaksanakan peran.

8) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga Tuberkulosis Paru, ketidakmampuan

umum/status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya

Tuberkulosis Paru, tidak berpartisipasi dalam therapi.

Rencana pemulangan : Memerlukan bantuan dengan/gangguan

dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri dan

pemeliharaan/perawatan rumah.

9) Pemeriksaan Diagnostik

Kultur sputum : positif adanya Mycobacterium tuberculosis pada

tahapa aktif penyakit. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada

gelas kaca untuk asupan cairan darah) : positif untuk basil tahan

asam. Tes kulit (PPD, mantoux, potongan Vollmer): reaksi positif

(area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah

injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan

adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit

aktif. Reaksi bermakna pada klien yang secara klinik sakit berarti

bahwa Tuberkulosis Paru aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi

disebabkan oleh mycobakterium yang berbeda. Elisa/Western Blot :

dapat menyatakan adanya HIV.

Foto thoraks : dapat menunjukkan adanya infiltrasi awal pada area

paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan.

Perubahana menunjukkan lebih luas Tuberkulosis Paru dapat

termasuk rongga, area fibrosa.


Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster;

urine, dan cairan serebrospinalis, biopsi kulit): positif untuk

mycobacterium tuberculosis.

Biopsi jarum pada jaringan paru : positif untuk granuloma

Tuberkulosis Paru; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.

Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya

infeksi; contoh hyponatremia disebabkan oleh tak normalnya

retensi air dapat ditemukan pada Tuberkulosis Paru kronis luas.

Pemeriksaan : Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,

peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan

penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi

parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural

Tuberkulosis Paru kronis luas).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari proses

keperawatan setelah pengkajian data. Diagnosa keperawatan merupakan

formulasi kunci dari proses keperawatan karena merupakan “client

responses by health problem” atau respon klien terhadap adanya masalah

kesehatan. Oleh karena itu diagnosa keperawatan berorientasi pada

kebutuhan dasar manusia berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham

Maslow, memperlihatkan respon individu/klien terhadap penyakit atau

kondisi yang dialaminya.


Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman dalam

pemberian asuhan keperawatan karena menggambarkan status masalah

kesehatan serta penyebab adanya masalah tersebut, membedakan diagnosa

keperawatan dan diagnosa medis serta menyamakan kesatuan bahasa

antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif.

Menurut (NANDA, 1990) yang dikutip dalam bukunya Lynda Juall

Capernito, 1998 diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah

kesehatan/proses kehidupan yang potensial atau aktual. Diagnosa

keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk

mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.

Menurut Marlynn E, Doenges, Mary Frances Moorhouse dan Alice C.

Geissler, Lynda Juall Capernito, Susan Martin Tucker, Diagnosa atau

masalah keperawatan klien Tuberkulosis Paru yaitu :

a. Resiko tinggi infeksi (penyebaran/aktivasi ulang).

b. Tidak efektifnya bersihan jalan napas

c. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan

tindakan, dan pencegahan.

3. Rencana Keperawatan.

Rencana asuhan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses

keperawatan. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu

dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan.

Rencana pelayanan keperawatan dipandang sebagai inti atau pokok

proses keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan keperawatan.

Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan

mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan

adalah prioritas diagnosa keperawatan, penetapan sasaran (goal) dan

tujuan (objective), penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi

keperawatan.

Menurut Marylinn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse dan Alice C

Gessler, (1999) Prioritas keperawatan pada klien Tuberkulosis Paru

adalah:

a. Meningkatkan/mempertahankan ventilasi/oksigenisasi adekuat.

b. Mencegah penyebaran infeksi.

c. Mendukung perilaku/tugas untuk mempertahankan kesehatan.

d. Meningkatkan strategi koping efektif.


e. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan

kebutuhan pengobatan.

Tujuan pemulangan dilakukan bila :

a. Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu.

b. Komplikasi dapat dicegah.

c. Pola hidup/perilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran

infeksi.

d. Proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dipahami.

4. Pelaksanaan

Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan

perencanaan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan

ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilakukan sesuai dengan

rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,

intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan

efisien pada situasi yang tepat, kemampuan fisik, psikologis dilindungi

dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Hal –

hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan tindakan

keperawatan/implementasi adalah harus disesuaikan dengan rencana, harus

cermat dan efesien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis

dilindungi (Gaffar, 1997).


Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu fase persiapan meliputi

pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan

keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan klien dan

lingkungan. Kedua fase operasional merupakan puncak implementasi

dengan berorientasi pada tujuan implementasi dapat dilakukan dengan

intervensi independen atau mandiri, serta interdependen atau sering

disebut intervensi kolaborasi. Bersamaan dengan ini, perawat tetap

melakukan going assesment yang berupa pengumpulan data yang

berhubungan dengan reaksi klien termasuk reaksi fisik, psikologis, sosial

dan spiritual. Ketiga fase interminasi, merupakan terminasi perawat

dengan klien setelah implementasi dilakukan.

5. Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,

kelengkapan, kualitas data dan teratasi atau tidaknya masalah klien serta

pencapaian tujuan dan ketetapan intervensi keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana

keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

melalui perbandingan pelayanan keperawatan yang diberikan serta

hasilnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Kemudahan atau kesulitan evaluasi di pengaruhi oleh kejelasan tujuan dan

bisa tidaknya tujuan tersebut diukur. Disamping evaluasi yang dilakukan

oleh perawat yang bertanggung jawab pada klien, pelayanan keperawatan


yang diberikan kepada klien dapat dinilai juga oleh klien sendiri, teman

kerja perawat dan pimpinan administrasi. Evaluasi tanggung gugat

pelayanan keperawatan serta menentukan tindakan yang efektif dan tidak

efektif.

Evaluasi akan mengungkapkan empat kemungkinan yang menentukan

perawatan selanjutnya, yaitu :

a. Masalah dapat diatasi.

b. Masalah sebagian dapat diatasi.

c. Masalah tidak dapat diatasi.

d. Timbul masalah baru.


BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini diuraikan laporan asuhan keperawatan pada klien Ny. H.

dengan Tuberculosis Paru yang dirawat di Ruang Bangsal Perawatan Penyakit

Dalam Wanita RSU AM. Parikesit Tenggarong, yang dilakukan pada tanggal 12 –

14 Agustus 2002.

Pelaksanaan asuhan keperawatan meliputi : pengkajian, analisa data,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang akan

diuraikan secara rinci pada bab ini.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2002 pukul 08.00 wita, dan

telah diperoleh data sebagai berikut :

1. Identitas Klien

Tn A, 70 tahun, perempuan, menikah/janda, IRT, agama Islam, alamat Loa

Raya RT 3 No. 11. Masuk rumah sakit tanggal 05 Agustus 2002 dengan

nomor register 003739/2002.

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama

Batuk-batuk, dada terasa panas, badan lemas, nafsu makan tidak ada.
b. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Karena gejala batuk tidak

sembuh dengan pemberian obat dari puskesmas maka langsung

dibawa ke rumah sakit.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya klien pernah mempunyai dirawat batuk lama dan sesak

napas. Klien juga tidak pernah menderita penyakit kronis lainnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Di dalam keluarga tidak pernah mengalami penyakit serupa, baik istri

maupun anak. Bila ada yang sakit, berobat ke puskesmas.

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan

: Sudah meninggal : Tinggal satu rumah

: Klien
3. Pemeriksaan Fisik.

Penampilan umum sakit sedang, lemah, kesadaran compos mentis

dengan nilai GCS 15 (motorik = 6, bicara = 5, membuka mata = 4). Pada

pemeriksaan tanda-tanda vital tanggal 12 Agustus 2002 pukul 08.20 wita,

didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg,, nadi 76 x / menit, pernapasan

30 x / menit, berat badan 40 kg, tinggi badan 146 cm, dengan suhu badan

36,80C.

Kepala dan rambut : bentuk kepala simetris, kulit kepala bersih

tidak ada ketombe, distribusi rambut merata, warna rambut hitam

keputihan, Pada leher tidak didapatkan pembesaran kelenjar.Denyut nadi

karotis teraba jelas.

Kulit wajah tampak biasa, tidak pucat, struktur wajah simetris, dan

tidak ada oedema. Keadaan mata simetris, tidak ada oedema palpebra,

konjungtiva tidak anemis, tidak ada ikterik pada sklera, pupil isokor,

berespon terhadap cahaya, dapat menggerakkan bola mata ke segala arah,

visus menurun.

Keadaan hidung cukup bersih, tidak ada sumbatan/sekret pada

lubang hidung, struktur luar tidak ada kelainan, tidak ada deviasi tulang

hidung, tidak ada perdarahan, peradangan, maupun polip. Fungsi

penciuman baik.

Keadaan telinga cukup bersih, struktur luar tidak ada kelainan,

simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri, tidak ada proses peradangan atau
cairan yang keluar dari ling telinga, tidak ada serumen/sumbatan, terdapat

penurunan pendengaran. Karena faktor usia.

Keadaan mulut cukup bersih, stomatitis (+), gigi caries, tak ada

pembengkakan, tidak ada nyeri gusi. Lidah agak kotor, tak ada tanda

peradangan. Pada pemeriksaan orofaring tidak ada peradangan, ukuran

tonsil normal dan lengkap (T1), tenggorokan sakit pada asaat menelan,

fungsi mengunyah baik, fungsi pengecapan normal ( dapat merasakan

pahit, asin, asam ).

Keadaan kulit cukup bersih, ekstremitas terasa hangat, warna kulit

sawo matang, turgor kulit baik, tekstur kasar, cukup lembab, ada tanda-

tanda decubitus pada bokong.

Pada pemeriksaan thoraks/dada, bentuknya simetris,tidak ada

kifosis, lordosis, atau skoliosis, fremitus vokal sama kiri dan kanan, suara

napas wheezing +/+ dan ronchi +/+, frekwensi napas 30 x/menit, cepat

tidak teratur., denyut nadi 76 x/menit, tanpa adanya kelainan bunyi

jantung.

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan keadaan cukup bersih,

tidak ada pembesaran hati, lien, dan ascites, tidak adanya massa/benjolan,

peristaltik usus terdengar 16 x/menit, tidak ada bayangan pembuluh darah

pada perut, tidak adanya nyeri tekan di semua regio.

Keadaan genetalia cukup bersih, tidak ada peradangan, jamur.

Tidak ada hemorroid, fistel, dan kelainan lainnya.


Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah tidak ditemui

kelainan atau cacat, kekuatan otot pada masing-masing tungkai 3, klien

lemah.

4. Pemeriksaan fokus Tuberculosis Paru.

Pada pemeriksaan inspeksi, tingkat kesadaran compos mentis,

keadaan umum lemah. Pada pemeriksaan inspeksi pernapasan cepat, sesak,

batuk tanpa disertai darah. Klien berespon baik terhadap sensasi sentuhan.

Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan suara wheezing dan ronchi.

5. Kebutuhan Fisik, Psikologis, Sosial, dan Spiritual

Klien sehari – harinya hanya di rumah, membantu anaknya

memasak, mencuci. Klien tiak kuat lagi bekerja keras karena lemah dan

tua.

Pola tidur klien baik pada saat sebelum sakit. Pada malam hari

klien tidur pukul 22.00 dan bangun pada pukul 05.00, sedangkan di rumah

sakit klien tidur pada pukul 22.00 dan bangun sering karena batuk. Klien

tidak terbiasa dengan tidur siang. Saat ini ada masalah dengan pola

istirahat/tidur klien .

Pola eleminasi BAK klien di rumah dan di rumah sakit saat ini

tidak ada masalah, eleminasi BAB klien biasanya yang biasanya 1 x sehari

tidak berubah saat di rumah sakit.

Di rumah, klien makan 3 x sehari dan berpantang makanan pedas,

asam, dan yang merangsang batuk, minuman yang sering dikonsumsi

adalah air putih 6 sampai 8 gelas sehari. Selama di rumah sakit, klien
diberi makan diit TKTP dengan waktu pemberian pagi pukul 07.00 wita,

siang pukul 12.00 wita, dan sore pukul 18.00 wita. Intakecairan peroral

sekitar 500 ml/hari air putih dengan cairan parenteral RL : D5% : 1 : 1 : 20

tetes/menit. Saat ini ada masalah penderita kesulitan menelan, dan tidak

ada nafsu makan.

Di rumah, klien biasanya mandi 2 x sehari, sikat gigi 1 x sehari,

dan mencuci rambut 1 x seminggu. Di rumah sakit klien diseka oleh

keluarga dan perawat 2 x sehari, klien tidak dapat menggosok giginya

sendiri dibantu oleh keluarga, dan belum pernah mencuci rambutnya.

Klien berjenis kelamin perempuan. Kondisi emosi saat ini stabil.

Klien bisa berorientasi penuh pada orang, tempat, dan waktu. Klien sehari

– harinya berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan berbahasa Kutai

dengan keluarganya, tapi saat ini kurang jelas berbicara karena fisik yang

lemah.

6. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 10 – 08 - 2002

Laboratorium

HB : 13 gr% Leukosit : 18.200/mm3

LED : I; 90, II 24 mm/jam BTA : (+)

GDS : 174

Hitung jenis :

eosinofil : 2, batang : 1, segmen : 25,

limfosit : 70, monosit : 2, Albumin : 3,8


SGOT : 28 SGPT : 18 Ureum : 40

Ceratinin : 0,8

Rontgen

Hasil Ro Thorax : Apex kiri dan kanan terdapat kaverne. Pada paru

kanan terdapat gambaran bayangan putih khas di

sepertiga medial.

7. Therapi yang telah/sedang/akan dilakukan

Tanggal 12-08-2002

Infus RL : D5% : 1 : 1 20 tetes/menit, O2 3 sampai 4 liter / menit. Diit

bubur TKTP, posisi baring semi fowler

Injeksi : Ampicillin 3 x 1 gr intra vena,

Cimetidin 3 x 1 ampul intra vena

Obat makan :

INH 1 x 300 mg

Ripamfisin 1 x 450 mg

Ethambutol 1 x 300 mg
DATA FOKUS

Data Subjektif :

- “Saya batuk – batuk berdahak dan sesak napas.”

- “Saya tida ada nafsu makan, dan bila makan saya sulit menelan”

- “Dada saya terasa panas”

- “Saya sering terbangun tengah malam karena batuk”

Data Objektif :

- Klien batuk-batuk disertai lendir, Ronchi -/+

- Tanda vital : TD. 120/70, N. 76 x/menit, RR. 30 x/menit, S. 36,50 C

- Klien tidak ada nafsu makan, akan hanya 3 – 5 sendok.

- Klien tampak lemah.

- Berkeringat dingin

- Pasien tampak cemas.

- Porsi makan hanya ¼ saja yang dihabiskan

- Pasien tampak malas makan.


Analisa Data

Nama Klien : Ny. H Jenis / Umur : Perempuan / 70 th


Diagnosa : Tuberculosis Paru Ruang : P. Dalam Wanita

Nama Klien : Ny. H Jenis / Umur : Pr./ 70 thn


Dx. Medis : Tuberkulosis Paru Ruangan / Nomor : Penyakit Dalam Wanita
Paraf
No Keadaan yang ditemui Keadaan seharunya Kesenjangan Diagnosa Keperawatan
Nama
1 - Batuk – batuk - Tidak ada batuk, - jalan nafas tidak P : jalan nafas tidak efektif
berdahak sulit dikeluarkan produksi sekret efektif E : Produksi
sesak nafas RR. 32 /mt, kurang, tidak sesak.
lendir yang
posisi fowler, Ronchi
meningkat
basah paru kiri dan kanan.
S : Batuk – batuk ada

dahak
2 - Tidak ada nafsu - Nutrisi asupan - pemasukan nutrisi
Kental, sesak,
makan, bila makan yang seimbang. tidak sesuai dengan
kadang batuk dan sesak. Kalori makan sesuai kebutuhan. ronchi basah kiri dan
Porsi makan hanya ¼ berat badan (30 – 50
kanan.
yang dihabiskan. kal / BB /hari).
Nama Klien : Ny. H Jenis / Umur : Pr./ 70 thn
Dx. Medis : Tuberkulosis Paru Ruangan / Nomor : Penyakit Dalam Wanita
Paraf
No Keadaan yang ditemui Keadaan seharunya Kesenjangan Diagnosa Keperawatan
Nama
P : Gangguan
3 - Klien mengerti - Klien tidak
nutrisi kurang dari
- Klien menganggap tentang proses mengerti tentang
kebutuhan tubuh.
penyakitnya biasa – biasa penyakit dan penyakitnya.
saja. pengobatannya, E : Nafsu makan kurang
- Tidak mengerti setelah mendapatkan S : Diet yang
penyebab penyakit dan informasi.
diberikan tidak
jenis penyakitnya.
dihabiskan.
- Tidak bisa ke rumah
sakit
- Tingkat pendidikan
P : Kurangnya
klien tamat SD
pengetahuan
- Penampilan sehari –
hari biasa – biasa saja E : Kurangnya
- Pekerjaan ibu rumah
informasi tentang
tangga san petani.
Nama Klien : Ny. H Jenis / Umur : Pr./ 70 thn
Dx. Medis : Tuberkulosis Paru Ruangan / Nomor : Penyakit Dalam Wanita
Paraf
No Keadaan yang ditemui Keadaan seharunya Kesenjangan Diagnosa Keperawatan
Nama
4 - Penyebaran infeksi penyakitnya
atau penularan tidak - Batuk – batuk
S : Klien tidak
- Sering batuk berdahak terjadi / ada. berdahak dan terbuka
mengerti proses
tidak menutup mulut.
Waktu batuk badan lemah penyakitnya.
dan kurus.
- Tidak mengerti tentang
penyakit.
Nama Klien : Ny. H Jenis / Umur : Pr./ 70 thn
Dx. Medis : Tuberkulosis Paru Ruangan / Nomor : Penyakit Dalam Wanita
Paraf
No Keadaan yang ditemui Keadaan seharunya Kesenjangan Diagnosa Keperawatan
Nama

P : Potensial

infeksi

E : Pertahankan

tubuh lemah

S : Batuk – batuk

terbuka dan banyak

sputum
Nama Klien : Ny. H Jenis / Umur : Pr./ 70 thn
Dx. Medis : Tuberkulosis Paru Ruangan / Nomor : Penyakit Dalam Wanita
Paraf
No Keadaan yang ditemui Keadaan seharunya Kesenjangan Diagnosa Keperawatan
Nama
b. Diagnosa Keperawatan

Nama : Ny. H. Jenis/Umur : Laki-laki/62 tahun

Dx Medis : Tuberkulosis Paru Ruangan : P. Dalam Wanita

Tanggal Paraf Dx Keperawatan / Masalah Tanggal Paraf


No
Ditemukan Nama Kolaboratif teratasi Nama
1. 12-08-2002 Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan
akumulasi sekret ditandai
dengan :
DO. Batuk-batuk disertai
lendir, ronchi -/+.
DS. “Saya batuk-batuk
disertai lendir sejak 1
bulan yang lalu”.

2. 12-08-2002 Gangguan pemenuhan nutrisi


berhubungan dengan asupan
nutrisi yang tidak adekuat
ditandai dengan :
DO. BB. 42 kg, sebelumnya
52, porsi makan yang
disajikan hanya 3-5
sendok saja yang
dihabiskan.
DS. “Selera makan saya
kurang, lidah terasa
pahit, dan mual”
Tanggal Paraf Dx Keperawatan / Masalah Tanggal Paraf
No
Ditemukan Nama Kolaboratif teratasi Nama
3. 12-08-2002 Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
kelemahan fisik, ditandai
dengan :
DO. KU lemah, kebutuhan
aktifitas sehari-hari
dibantu oleh perawat
dan keluarganya
DS. “Badan saya lemah”

4. 13-08-2002 Gangguan pola tidur


berhubungan dengan reflek
batuk ditandai dengan :
DO.Klien tampak lemah,
muka tampak tidak
segar, klien batuk-batuk
DS. “Saya tadi malam sering
terbangun karena batuk”
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Imam Suprapto


Nim : 00117
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Tuberkulosis Paru di
Ruang Perawatan Penyakit Dalam Wanita Rumah Sakit Umum
AM.
Parikesit Tenggarong.

No Hari/Tanggal Uraian Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai