Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN KESIAPAN

DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DIWILAYAH KERJA


PUSKESMAS RAWAT INAP SEDINGINAN
KECAMATAN TANAH PUTIH

PROPOSAL

RISKA YANI
NIM: 19312051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat


yang telah dilimpahkannya peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi
ini, yang diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan STIKes Payung Negeri dengan
judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih”.
Dalam penyelesaian menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak
mendapatkan bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Dr. Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes selaku ketua STIKes Payung
Negeri Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp. Kep. MB, selaku ketua Prodi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Rizka Febtrina, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis.
4. Bapak dan ibu dosen serta staf tata usaha STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
5. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta
Ayahanda dan Ibunda karena selalu memberikan dukungan, motivasi dan
doa yang tiada henti.
6. Teman-teman seperjuangan yang telah menjadi rekan selama di STIKes
Payung Negeri, khususnya teman-teman kelas serta sahabat- sahabat
saya yang selalu menghiasi perjalanan peneliti setiap langkah.
Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunianya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada
peneliti, Amin ya rabbal ‘alamin. Harapan peneliti semoga pembaca dapat
memberikan kritikan yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya
skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.

Pekanbaru, Januari 2021


penulis

Riska Yani
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................vi

DAFTAR ISI...........................................................................................................viii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................4

C. Tujuan Penelitian................................................................................................5

D. Manfaat Penelitian.............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8

A. TINJAUAN TEORITIS...................................................................................8

1. Konsep Menopause..........................................................................................8

a. Pengertian Menopause.................................................................................8

b. Fase Menopause..........................................................................................8

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause....................................11

d. Tanda dan gejala menopause.......................................................................13

2. Kesiapan Menghadapi Menopause..................................................................17

3. Tingkat Kecemasan .........................................................................................21

B. Penelitian Terkait.............................................................................................23

C. Kerangka Konsep.............................................................................................24

D. Hipotesis............................................................................................................25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................26

A. Jenis dan desain penelitian.................................................................................24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................................24


C. Populasi dan Sampel..........................................................................................25

D. Instrumen penelitian...........................................................................................27

E. Defenisi Operasional..........................................................................................27

F. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................................28

G. Etika Penelitian..................................................................................................31

H. Analisa Data.......................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang
Menopause adalah perdarahan surut fisiologik yang terakhir dalam
seumur hidup wanita, yang menunjukkan berakhirnya kemampuan
bereproduksi dan berhenti haid atau menstruasi. Wanita dapat dikatakan sudah
mencapai menopause jika sudah tidak mendapatkan menstruasi selama 12
bulan secara berurutan atau tidak dan disertai dengan tanda gejala. Proses
menopause ini dimulai dari fase premenopause (usia 40 - 48), menopause
(usia 49 - 51) dan pascamenopause (usia 52 - 55), (Lannywaty,2013). Badan
Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization) memperkirakan usia
harapan hidup orang Indonesia adalah 75 tahun pada tahun 2025. Hal ini
berarti wanita memiliki kesempatan untuk hidup rata-rata 25 tahun lagi sejak
awal menopause.(3) Data dari WHO (World Health Organization) tahun 2013
jumlah wanita di dunia yang memasuki fase menopause diperkirakan
mencapai 1,42 milyar orang. Jumlah wanita menopause di Indonesia tahun
2013 sebanyak 15,5 juta orang bahkan pada tahun 2025 diperkirakan akan ada
60 juta wanita mengalami menopause. Meningkatnya jumlah penduduk
wanita tersebut berpengaruh terhadap jumlah dan proporsi penduduk
perempuan yang memasuki usia menopause
Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju
fase usia tua. Fase klimakterium pertama yang dialami wanita sebelum
menopause yaitu premenopause. Wanita yang mengalami fase premenopause
mengalami beberapa perubahan fisik dan psikologis. Menurut Renidayanti
(2011), Keluhan fisik yang sering dirasakan dan paling sering dijumpai yaitu
ketidakteraturan siklus haid, adanya semburan panas (hot flushes) dari dada
keatas yang sering disusul dengan keringat banyak dan berlangsung selama
bebrapa detik sampai 1 jam, dada berdebardebar, vertigo, nafsu seks (libido)

1
menurun, susah tidur (insomnia), hipertensi, cepat lelah, nyeri tulang
belakang, adanya pengeroposan tulang, gangguan sirkulasi darah, berat badan
meningkat karena terjadi adipositas (penimbunan lemak). Keluhan psikis yang
dirasakan yaitu merasa cemas, adanya ketakutan, lebih cepat marah, emosi
kurang terkontrol, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, gugup, rasa
kekurangan, rasa kesunyian, tidak sabar, rasa lelah, merasa tidak berguna,
stres, dan bahkan hingga mengalami depresi. Keadaan ini berlangsung dengan
kurun waktu 4 - 5 tahun sebelum menopause. Lannywaty (2013), terdapat 3
Dampak perubahan pada fase klimakterium pada wanita yaitu wanita
merasakan banyak keluhan, tetapi antara wanita yang satu dengan yang lainya
berbeda karena efek biologis dan reaksi individual akibat rendahnya estrogen
sehingga menyebabkan gejala yang berbeda. Dampak yang ditimbulkan yaitu
wanita menjadi kurang percaya diri karena mengalami atau adanya
penerimaan yang kurang atas perubahan fisik dan psikis yang dialami
(Lennywaty, 2013).
Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan
yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta
tidak diinginkan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 75% wanita
menopause merasakan menopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan
25% lainnya tidak mempermasalahkannya. Dalam penelitiannya Damayanti
(2012) juga mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dan kecemasan ibu dalam mengahadapi menopause, yaitu
semakin kurang tingkat pengetahuan maka semakin meningkat kecemasan ibu
dalam menghadapi menopause. Kecemasan dan ketakutan yang berlebihan ini
dapat mempengaruhi tingkat kesiapan sehingga wanita memerlukan
pengetahuan dan kesiapan yang baik terkait perubahan fisik maupun psikologi
yang akan dihadapi. Menurut Rasyid, dkk (2014), Tingkat kesiapan wanita
premenopause dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pengetahuan,
pendidikan, sosial ekonomi, budaya lingkungan, riwayat kesehatan, dan usia.
2
Faktor pengetahuan dapat menurunkan angka depresi dan kecemasan yang
berlebihan sehingga dapat meningkatkan kesiapan secara fisik, psikis dan
spiritual. 6 Kesiapan seorang wanita dalam memasuki usia menopause
meliputi kesiapan baik secara fisik seperti menerima proses menopause
dengan memperhatikan gaya hidup meliputi berolahraga secara teratur,
mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, menghindari rokok dan alkohol
dan berkonsultasi dengan dokter, kesiapan psikis meliputi berpikiran positif
melalui penerimaan yang baik dan menghindari stress, dan spiritual dengan
lebih mendekatkan diri, memperkuat ibadah sehingga menimbulkan
penerimaan yang positif. Gejala yang ditimbulkan seperti berkeringat, mudah
lelah, susah tidur, mudah marah, perasaan berupa rasa takut, tegang, depresi.
Hal ini di pengaruhi oleh faktor usia, aktifitas, serta latar belakang pendidikan
dan ekonomi. Penelitian Desti tahun 2014 tentang gambaran tingkat kesiapan
yang dilakukan di Nagari Sungai Beringin Wilayah Kerja Puskesmas Koto
Baru Simalanggang lebih dari responden (88,1%) mempunyai ketidaksiapan
dalam menghadapi datangnya menopause.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 Desember 2016
di Puskesmas Sedinginan Kecamatan Tanah Putih terhadap 10 orang ibu usia
40- 50 tahun pre menopause Tingkat kesiapan ibu memasuki usia
premenopause didapatkan hasil yaitu 6 orang ibu mengatakan secara fisik
jarang berolah raga karena sibuk bekerja maupun dirumah, menurut mereka
menopause sudah menjadi kodrat wanita dan harus dijalani, siap tidak siap
harus siap karena jika sudah waktunya menopause hanya bisa menjalani
dengan ikhlas, 4 orang ibu mengatakan takut karena mengganggap memasuki
menopause ibu menjadi semakin tua dan kurang percaya diri..
Melihat pemaparan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti ”
Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih”.
3
B. Rumusan Masalah
Menopause adalah perdarahan surut fisiologik yang terakhir dalam
seumur hidup wanita, yang menunjukkan berakhirnya kemampuan
bereproduksi dan berhenti haid atau menstruasi. Perubahan fisik dan psikis
pada wanita menopause akan berdampak pada kehidupan sehari-hari sehingga
mempengaruhi kualitas hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi adanya
keluhan pada perubahan fisik dan psikis yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi tingkat kesiapan dan kecemasan ibu pre menopause.
Berdasarkan hasil wawancara di Puskesmas Sedinginan Kecamatan Tanah
Putih terhadap 10 orang ibu usia 40- 50 tahun pre menopause Tingkat
kesiapan ibu memasuki usia premenopause didapatkan hasil yaitu 6 orang ibu
mengatakan secara fisik jarang berolah raga karena sibuk bekerja maupun
dirumah, menurut mereka menopause sudah menjadi kodrat wanita dan harus
dijalani, siap tidak siap harus siap karena jika sudah waktunya menopause
hanya bisa menjalani dengan ikhlas, 4 orang ibu mengatakan takut karena
mengganggap memasuki menopause ibu menjadi semakin tua dan kurang
percaya diri.

Berdasarkan latar belakang diatas peniliti ingin mengetahui Hubungan


Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi
Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

4
Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan
Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi
Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih
b. Untuk mengetahui Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause
Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan
Tanah Putih.
c. Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan
Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan penilitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
penelitian yang akan datang serta dapat menambah wawasan dalam bidang
ilmu keperawatan.

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa
tentang Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih.

3. Bagi Penelitian selanjutnya


Diharapkan hasil penelitian ini dapat untuk mengembangkan
penelitian lebih lanju dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan teknik
yang lebih baik.

5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Menopause
a.Pengertian Menopause
Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase
usia tua yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun
endokrinologik dari ovarium dan merupakan suatu fase peralihan yang
normal ,berlangsung sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause dan
dikenal sebagai masa klimakterium. Klimakterium yang terjadi pada wanita
umur kurang dari 40 tahun disebut dengan klimakterium prekok yang dapat
disebabkan oleh bebrapa faktor diantaranya pengangkatan kedua ovarium
karena alasan tertentu, penyinaran ovarium, akibat kemoterapi, dan
penggunaan obat obatan secara tidak benar. Menopause merupakan
perdarahan haid yang terakhir dan berhentinya siklus menstruasi. Menurut
WHO menopause merupakan penghentian secara permanen akibat
hilangnya aktifitas folikular ovarium dan 12 bulan amenorea secara
berturut-turut.Sekitar 10% wanita berhenti menstruasi pada usia 40 tahun
dan 5% tidak berhenti menstruasi sampai usia 60 tahun. Bagian
klimakterium menopause dimulai denganfase pramenopause dan sesudah
menopause disebut dengan fase pascamenopause (WHO, 2016)

b. Fase Menopause
1) Premenopause
Premenopause merupakan peristiwa yang di alami oleh setiap wanita
rentang usia 40 tahun dan memasuki fase klimakterik. Fase ini ditandai
dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang
memanjang dan jumlah darah haid yang relative banyak.Perubahan

7
endrokrinologik yang terjadi adalah berupa fase folikuler yang
memendek, kadar esterogen dan dan sekitar 3-4 tahun sebelum
premenopause kadar FSH mulai meningkat dan produksi esterogen,
inhibin dan progesteron ovarium menurun setelah usia 40 tahun (Hefner,
2016). Dampak dari perubahan tersebut dapat menimbulkan meunculnya
gejala yang sering dikeluhkan wanita premenopause. Sekitar 80% - 90%
wanita pra-menopause merasakan adanya masalah, 10-30 % diantaranya
mempunyai keluhan dan masalah yang berat dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari sehingga membutuhkan pertolongan medis serta perawatan
(Baziad, 2013). Pada fase ini seorang wanita akan mengalami perubahan
psikologis/kejiwaan, terjadi perubahan fisik berlangsung selama antara 4-
5 tahun, akibat penurunan hormon estrogen, hampir 80% wanita
merasakan keluhan kesehatan berupa gejala panas berkeringat, berdebar-
debar, sakit kepala, insomnia, perubahan bentuk tubuh, perubahan
hubungan seksual, dan masalah psikologi yang perlu mendapat perhatian
(Baziad, 2013). Selain itu fertilitas juga menurun secara drastis pada
wanita saat memasuki usia 35 tahun dan lebih cepat lagi setelah usia 40
tahun. Steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat
yang berpengaruh terhadap perilaku, suasana hati fungsi kognitif dan
sensorik seseorang dengan demikian timbul perubahan psikis yang berat
(Brown, 2016).
2) Perimenopause
Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan
pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid pada wanita > 38
hari dan < 18 hari. Sebanyak 40% wanita mengalami siklus haid
anovulatorik yaitu siklus haid yang terjadi tanpa adanya proses ovulasi
(pelepasan sel telur dari kandung telur). Masa subur mulai dihitung sejak
terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur dari kandung telur) yang umumnya
terjadi pada hari ke-14 setelah haid hari pertama. Pada siklus haid
8
anovulatorik, ovulasi tidak terjadi, sehingga masa subur akan sangat sulit
atau bahkan tidak dapat ditentukan. Meskipun terjadi ovulasi kadar
progesterone tetap rendah, kadar FSH, LH dan esterogen yang bervariasi
(Baziad, 2013)
3) Menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat, sehingga
tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi esterogen juga berkurang
dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause.
Oleh karena itu menopause dapat disebut haid terakhir yang alami, dan
hal ini tidak terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
pada fase perimonopause. Diagnosa menopause merupakan diagnose
retrospektif, apabila wanita tidak mengalami haid selama 12 bulan, dan
dijumpai kadar FSH dalam darah > 40 mIU/ml dan kadar estradiol < 30
pg/ml, telah dapat dikatakan wanita telah mengalami menopause. Untuk
menentukan diagnosa ini perlu dilakukan penghentian pil kontrasepsi dan
satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol (Baziad,
2013)
4) Pasca Menopause
Pada fase ini ovarium tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada
antara 20-30 pg/ml dan kadar gonadotropin yang meningkat. Peningkatan
hormon gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi Inhibin
akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup. Akibat
rendahnya kadar estradiol endometrium menjadi atropik dan tidak
mungkin muncul haid lagi. Namun pada wanita gemuk masih ditemui
kadar estron yang tinggi dan akan diubah menjadi estradiol

c.Faktor- faktor yang mempengaruhi usia menopause (Baziad,2013)


1) Usia saat haid pertama kali (menarche)
9
Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara usia pertama
kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause.
Semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua
atau lama ia memasuki masa menopause (Senolinggi, 2015).
2) Faktor psikis
Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja dapat
mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita.Wanita akan
mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang
menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja
(Herawati, 2010).
3) Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa semakin sering seorang wanita
melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa
menopause.Pengaruh jumlah paritas dengan nusia menopause disebabkan
oleh peningkatan kadar progesteron pada saat akhir kehamilan dan dan
sesudah melahirkan sehingga akan memperlambat usia menopause
(Gorga, 2016).
4) Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki
usia menopause. Wanita yang masih melahirkan di atas usia 40 tahun
akan mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ
reproduksi, bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh (Herawati,
2010)
5) Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi jenis hormonal memiliki pengaruh dalam usia
menopause. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang
menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.

10
Wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua
memasuki usia menopause (Ismiyati, 2010).
6) Merokok
Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause.
Berdasarkan beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa merokok
mempengaruhi usia wanita menopause. Wanita yang mengkonsumsi
rokok lebih banyak (16 batang perhari) akan mempercepat usia
menopause. Hal ini disebabkan merokok mempengaruhi cara tubuh
memproduksi dan membuang hormone esterogen. Banyaknya rokok
yang dihisap tiap harinya berpengaruh terhadap ovarium yang
disebabkan efek toksik asap rokok. Efek nikotin terhadap regulasi dan
metabolism hormone seks menimbulkan menopause 2 tahun lebih awal
(Herawati, 2010).
7) Social ekonomi
Usia menopause seorang wanita juga dipengaruhi faktor social ekonomi.
Beberapa penelitian menunjukkan beberapa hal yang mempengaruhi
persepsi seorang perempuan antara lain faktor sosial ekonomi. Tingkat
ekonomi akan berhubungan dengan pengetahuan, apabila tingkat
ekonomi rendah akibatnya pengetahuan yang didapat juga rendah atau
tidak tahu sama sekali mengenai premenopause yang sedang dialami.
Berdasarkan ketidaktahuan ini banyak wanita banyak mengamai keluhan
yang dirasakan sebagai tanda gejala menopause (Sintania, 2014)
8) Beban kerja
Berdasarkan penelitian Sintania tahun 2014 tentang faktor faktor yang
berhubungan dengan kejadian menopause dinibeban kerja dengan usia
menopause didapatkan bahwa semakin berat beban kerja seorang wanita
maka akan lebih cepat mengalami menopause, karena berpengaruh ke
perkembangan psikis seorang wanita.(Sintania, 2014)

11
d. Tanda dan Gejala yang Terjadi pada Wanita Menopause
Menjelang menopause atau ketika memasuki fase premenopause wanita
banyak mengalami tanda-gejala yang menimbulkan perubahan baik perubhan
fisik maupun psikologi yang akan dialami ( Baziad, 2013).
1 Gejala fisik
a. Ketidak Teraturan Siklus Haid
Ketidakteraturan siklus haid merupakan tanda gejala utama dan umum
yaitu terjadi fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala menstruasi muncul
tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini
sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti
volume pendarahan haid yang normal.
b. Rasa Panas (Hot Flushes)
Rasa panas terjadi sekitar 75% pada wanita premenopause. Semburan
panas ini bisa berlangsung selama beberapa detik sampai 1 jam dan
merupakan gejala yang paling sering dijumpai. Sebagian besar wanita
merasakan sensasi tekanan pada kepala yang diikuti rasa panas atau
terbakar. Sensasi ini dimulai daerah kepala, leher, dan meluas ke seluruh
tubuh disertai dengan keringat banyak. Hot flushes nokturnal sering
membangunkan wanita dari tidurnya dan dapat menyebabkan gangguan
tidur berat atau insomnia. Munculnya keluhan ini dapat diperberat
dengan adanya strees, alkohol, konsumsi kopi, dan makanan – minuman
yang panas.
c.Sakit Kepala
Sakit kepala terjadi sekitar 70% pada wanita premenopause dapat
dipengaruhi oleh gangguan tidur dan gangguan fisik lain yang
mengganggu pikiran sehingga menurunkan kenyamanan.
d. Berat Badan Bertambah
Naiknya berat badan terjadi sekitar 60% pada wanita premenopause
Banyak wanita menjadi gemuk dalam menopause. Rasa letih yang
12
dialami pada masa menopause, diperburuk dengan 11 perilaku makan
yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada
masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan dan kurang
olahraga.
e.Gangguan Tidur
Gangguan tidur terjadi sekitar 50 % pada wanita premenopause
dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi dan menjadi tanda gejala
pasti wanita premenopause. Insomnia (sulit tidur terjadi pada waktu
menopause, hal ini berkaitan dengan rasa tegang akibat berkeringat
malam hari.
f. Nyeri Tulang Dan Otot
Keadaan ini terjadi sekitar 50% pada wanita premenopause. Hilangnya
masa tulang pada wanita dimulai pada usia 30 tahun dan keadaan ini
terjadi lebih cepat saat menopause. Kehilangan masa tulang paling cepat
terjadi dalam 3-4 tahun menopause dan terjadi lebih cepat pada wanita
menopause perokok serta memicu terjadinya osteoporosis. Osteoporosis
yang disebabkan oleh defisiensi esterogen berkepanjangan meliputi
penurunan kuantitas tulang tanpa perubahan pada komposisi kimianya.
g. Jantung Berdebar-Debar
Keadaan ini terjadi sekitar 40% pada wanita premenopause yang
disebabkan oleh perubahan hormon dan diperberat dengan adanya stress,
alkohol dan konsumsi kopi yang berlebihan.
h. Gangguan Libido
Keadaan ini terjadi sekitar 30% pada wanita premenopause, menurunnya
gairah seks ini adalah hal yang umum dan sering disebabkan oleh
kondisi sementara seperti kelelahan. Menurunnya gairah seks pada
wanita premenopause disebabkan oleh menurunnya tingkat esterogen,
faktor strees, dan depresi.

13
i. Kekeringan Vagina
Keadaan ini terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan
lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan
liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis. Alat
kelamin mulai mengerut, keputihan, dan rasa sakit pada saat kencing.
2 Gejala Psikologi Yang Ditimbulkan Diantaranya :
a) Sulit berkonsentrasi dan sering lupa
Kurangnya alirah darah ke otak menyebabkan susah berkonsentrasi,
yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu seperti khawatir, pikiran
kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat
sensitif, merasa tidak berdaya.
b) Sikap mudah tersinggung
Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya hormone esterogen sehingga
wanita akan lebih mudah marah dan tertekan.
c) Kecemasan yang berlebihan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekawatiran pada wanita menjelang menopause yang bersifat relatif,
artinya ada orang yang kembali cemas dan dapat kembali tenang,
setelah mendapat semangat atau dukungan dari orang sekitarnya. Akan
tetapi banyak juga wanita mengalami menopause namun tidak
mengalami perubahan yang tidak berarti dalam kehidupannya.
d) Suasana hati
Keadaan ini yang menunjukkan ketidak tenangan pikiran seperti mudah
marah dan tidak dapat mengontrol emosi.
e) Perilaku gelisah
Keadaan diri yang tidak terkendali, seperti gugup, kewaspadaan yang
berlebihan, sangat sensitif dan agitasi. Reaksi-reaksi biologi yang tidak
terkendali.

14
f) Stress
Ketegangan perasaanyang dapat terjadi dalam lingkungan pekerjaan,
pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga sehingga dapat
menyebabkan gangguan tidur.
g) Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering mengalamikesedihan, karena
beranggapan kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, merasa tua,
kehilangan daya tarik, merasa tertekan karena kehilangan seluruh
perannya sebagai wanita, rasa kesepian, dan harus menghadapi masa
tuanya yang menyebabkan ketakutan yang berlebihan.

e. Upaya menghadapi menopause


Upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi menopause yaitu (Baziad,
2013) :
1) Menjaga pola makan yang teratur dengan gizi yang seimbang. Asupan
vitamin dan mineral yang cukup, sangat baik untuk mencegah
osteoporosis dan kulit keriput, yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-
hari.
2) Olahraga teratur sesuai kemampuan fisik.
3) Menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok atau mengkonsumsi
alkohol.
4) Berpikir positif
5) Berkonsultasi dengan dokter apabila menderita penyakit tertentu, supaya
mendapat pengobatan yang tepat dan aman.
2 Kesiapan Mengahadapi Menopause
a. Definisi
Kesiapan adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan
yang menguntungkan dalam mempraktikkan sesuatu,dapat juga diartikan
15
sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu.
Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan ibu untuk mempersiapkan
dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik, psikismaupun
spiritual. Sindrom menopuase merupakan gejala normal yang dialami oleh
wanita menopause (Chaplin, 2005). Gejala ini timbul akibat terjadinya
perubahan fisik dan psikis yang dialami wanita. Namun gejala yang timbul
bersifat individual yang berarti tidak semua wanita mengalami gejala yang
sama dan mengalami perubahan ketika memasuki usia menopause, dan
bergantung pada kondisi kesehatan, daya tahan terhadap stres, asupan
makanan dan aktivitas fisik (purwoastusti, 2018). Menopause merupakan hal
yang normal, sedangkan penerimaannya bisa berbeda-beda di antara para
wanita (Desti N, 2014) Resiko timbulnya keluhan bisa menurun jika
mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis sejak jauh-jauh hari
sebelumnya, apabila keluhan tetap ada dengan persiapan diri yang lebih baik
lagi, artinya segala perubahan yang akan dialami dapat lebih diterima dengan
baik (Rosyada dkk, 2016)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan
mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih baik.
Diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai dalam
mengahadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan
wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap
memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat.
Berdasarkan penelitian Ismiyati tahun 2010 tentang hubungan tingkat
pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kesiapan, dalam
penelitiannnya menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh dari informasi
baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang, fakta atau

16
kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, serta dapat diperoleh
dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis didapatkan bahwa
pengetahuan sangat mempengaruhi kesiapan seseorang dalam menghadapi
menopause, semakin baik dan luas pengetahuan yang di miliki seorang
wanita tentang pengertian menopause, patofisiologi, gejala, dampak, dan
upaya yang dapat dilakukan, maka akan semakin siap pula wanita tersebut
dalam menghadapi masa menopause. Begitu juga sebaliknya, semakin
kurang pengetahuan yang di miliki seorang wanita tentang menopause,
maka akan semakin tidak siap pula wanita tersebut dalam menghadapi
masa menopause (Ismiyati,2010). Berdasarkan hasil penelitian Estiani
tahun 2015 tentang hubungan pendidikan dan pengetahuan wanita
premenopause terhadap sikap menghadapi menopause, responden yang
memiliki pengetahuan baik, lebih banyak bersikap positif dalam
menghadapi masa menopause, sikap positif wanita pramenopause yang
memiliki pengetahuan baik dapat mengantarkan wanita pramenopause
untuk lebih siap dan menerima adanya perubahan fisik maupun psikologis
dan tidak menganggap bahwa proses penuaan merupakan hal yang harus
dihindari (Estiani, 2015). Menurut penelitian Fitriani tahun 2012 tentang
hubungan tingkat pengetahuan dan upaya penanganan ibu dengan
kecemasan dalam menghadapi menopause, kurangnya pengetahuan atau
informasi tentang menopause dapat menyebabkan suatu kecemasan dalam
menghadapi menopause, karena informasi sangat penting bagi ibu untuk
mengetahui tentang perubahan saat menopause maupun tanda-tanda
menjelang (Fitriani, 2012).
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, selain itu informasi dan faktor pengalaman akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal. Wanita yang
berpendidikan akan mempunyai pengetahuan kesehatan yang lebih baik.
17
Berdasarkan hasil penelitian Ismiyati tahun 2010 tentang hubungan
tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan,menunjukkan
bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah
menyerap informasi, mengembangkan, serta menerapkan dalam
kehidupannya. Seiring dengan peningkatan pengetahuan tentang
menopause, maka akan meningkatkan kesiapan ibu menghadapi masa
menopause (Ismiyati, 2010).

3) Sosial ekonomi
keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan
pendidikan. Wanita yang berasal dari golongan ekonomi rendah
cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik saat mengalami
menopause. Keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih
mudah mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran,
buku kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi
kesehatan dan pengetahuan tentang menopause (Lannywaty,2013).
Keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih mudah
mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran, buku
kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan tentang menopause (Nurvita,2010). Selain itu, kondisi
kesehatan seseorang juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis,
misalnya pada penderita penyakit kronis. Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi kesiapan seorang wanita menjelang menopause, karena di
sana terjadi masa peralihan atau perubahan-perubahan. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikutip dari sebuah buku, dimana keadaan sosial
ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan
(Notoadmojo, 2012).
4) Budaya dan lingkungan

18
Budaya berpengaruh sangat besar terhadap cara wanita menanggapi proses
berhentinya haid. Wanita Indonesia yang mayoritas adalah muslim,
umumnya dapat menerima menopause dengan baik. Masalah yang
dihadapi oleh wanita premenopause adalah dimana tanggapan masyarakat
tentang menopause semakin meningkat baik positif maupun negative
(Prawiroharjo, 2015).
5) Riwayat kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi kondisi psikologis,
misalnya pada penderita penyakit kronis. Hal itu dapat terjadi pada wanita
menjelang menopause, karena di sana terjadi masa peralihan atau
perubahan fisik dan dapat mempengaruhi tingkat kesiapan.
6) Umur
Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah
sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause. Menurut
penelitian Nurvita tahun 2009 tentang hubungan kesiapan menghadapi
menopause dengan tingkat kecemasan, menyatakan bahwa umur
seseorang berkaitan dengan bertambahnya pengalaman, dimana
pengalaman tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan kematangan
seseorang dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan.
c. Kategori Kesiapan
Kesiapan Perempuan menghadapi menopause digolongkan dalam kesiapan
siap dan tidak siap. Kesiapan ini meliputi kesiapan fisik, kesiapan psikis dan
kesiapan spiritual.
1) Kesiapan fisik
Kesiapan fisik meliputi gaya hidup, olahraga teratur, pola konsumsi
alcohol pola makan dan minum serta pekerjaan sehari-hari yang dapat
berdampak besar bagi kesehatan tubuh.
2) Kesiapan psikologi

19
Kesiapan psikologi ini meliputi keadaan yang membebani pikiran yang
pada akhirnya dapat berdampak pada kesehatan tubuh seperti gelisah,
kecemasan, dan ketakutan, dalam hal ini dapat dilakukan upaya relaksasi,
menjaga pola makan sehat dan dukungan keluarga maupun orang terdekat.
3) Kesiapan Spiritual
Keadaan spiritual ini meliputi peningkatan ibadah sesuai kepercayaaan,
rutin mengikuti bimbingan agama, dan mengikuti acara agama yang dapat
meningkatkan kepercayaan diri yang dilakukan untuk mempersiapkan diri

3. Tingkat kecemasan
Kecemasan adalah kondisi tidak menyenangkan bersifat emosional
dan sangat terasa kekuatannnya, disertai sebuah sensasi fisik yang
memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat atau akan
terjadi (Muis, 2013). Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah
dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan (Wartonah, Tarwoto,
2010). Kecemasan adalah perasaan yang tidak mnyenangkan atau ketakutan
yang tidak jelas dan hebat terhadap sesuatu yang dialami oleh seseoang
(Nugroho, 2008). Kecemasan adalah respon emosional terhadap penelitian
individu yang subjektif yang mana keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar
dan belum diketahui pasti penyebabnya (Pieter dan Lubis, 2010). Kecemasan
merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar ,yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak pasti dan tidak berdaya .keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Menurut Ann Isaacs 2011, tingkat
kecemasan ada :
a. Cemas ringan:
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan seharihari.
Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan perlu berhati-hati dan waspada.
individu terdorong untuk belajar, menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. Respon cemas seperti bernafas pendek, nadi dan tekanan darah
20
naik, sakit ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif,
tidakdapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.
b. Cemas sedang :
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih
berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Respon cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,
rangsangan luar tidak mampuditerima, bicara banyak dan lebih cepat, susah
tidur, dan perasaan tidak enak.
c. Cemas berat :
Pada cemas berat lahan presepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting.
Seseorang tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak
pengarahan atau tuntunan. Respon kecemasan berarti seperti sesak nafas
pendek,nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak
mampu menyelesaikan masalah, verbalitas cepat, dan perasaan ancaman
meningkat.
d. Panik :
Panik dicirikan dengan serangan panic yang terjadi pada waktu yang tidak
terduga di sertai kecemasan, ketakutan dan terror yang kuat.pada lahan
panic persepsi terhadap masalah sangat sempit, seseorang akan mengalami
ketidakmampuan total untuk berfokus menginteregasi kemampuan koping :
gejala fisiologik, dan respon.

B. Penelitian Terkait

21
1. Berdasarkan penelitian Wigati dan Kulsum (2016) dengan judul “Kecemasan
Wanita Pada Masa Menopause Berdasarkan Tingkat Ekonomi” Hasil
penelitian menggunakan uji Kendall’s tau, didapatkan hasil bahwa terdapat
korelasi tingkat ekonomi dengan kecemasan ibu dalam menghadapi
menopause di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun
2017.
2. Berdasarkan penelitian Damasari (2015) dengan judul “Tingkat Kecemasan
Ibu Pramenopause Dalam Menghadapi Menopause Di Dusun Grujugan
Kelurahan Bantul Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul” Hasil dari hasil
penelitian terdapat 33 responden tidak merasakan kecemasan (23,4%), 55
responden mengalami kecemasan ringan (39,0%), 40 responden mengalami
kecemasan sedang (28,4%), 12 responden mengalami kecemasan berat
(8,5%), dan 1 responden mengalami panik (0,7%). Kesimpulan berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami
kcemasan ringan yaitu sebanyak 55 responden (39,0%).
3. Berdasarkan penelitian Syahmudin, dkk (2018) dengan judul, “Tingkat
Kecemasan Ibu Dalam Mengahadapi Masa Menopause Di Kampung Naha 1
Kecamatan Tabukan Utara” Hasil penelitian di Kampung Naha 1 Kecamatan
Tabukan Utara tentang Tingkat Kecemasan Ibu dalam menghadapi Masa
Menopause dengan jumlah 25 responden diperoleh Tingkat Kecemasan yang
paling banyak ialah tingkat Kecemasan dengan kategori Panik sebanyak 13
responden (44%).Kesimpulan dari peneitian ini adalah Tingkat Kecemasan
Ibu dalam menghadapi Masa Menopause memilki Tingkat Kecemasan yang
Panik. Oleh sebab itu, bagi pemerintah Kampung Naha 1 agar dapat
melakukan menjelasan mengenai Masa Menopause kepada ibu-ibu lainnya di
suatu organisasi, agar semua ibu-ibu dapat mengetahui apa itu Menopause.

C. Kerangka Konsep

22
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu
perngertian. Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung, agar dapat diukur dan diamati, maka konsep tersebut harus
dijabarkan kedalam variable-variabel. Dari variable itulah konsep dapat
diamati (Notoatmodjo,2012)
Kerangka konsep adalah penjelasan tentang konsep-konsep yang
terkandung didalam asumsi teoritis yang digunakan untuk mengabstraksiakan
unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena yang akan diteliti dan
menggambarkan bagaimana hubungan antar konsep-konsep tersebut. Secara
operasional kerangka konsep dalam penelitian didefenisikan sebagai
penjelasan tentang variable-variabel apa saja yang akan diteliti yang
diturunkan dari konsep-konsep terpilih, bagaimana hubungan antara variable-
variabel tersebut dan hal yang merupakan indiktor untuk mengukur variable-
variabel tersebut (Dharma,2015)

Skema 2.1
Kerangka konsep
Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Menopause

Variabel independent/bebas variabel dependent/terikat

Tingkat Kecenasan
Kesiapan
- Ringan - Siap
- Sedang
- Tidak siap
- Berat

D. Hipotesis

23
Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variable
yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Didalam
pernyataan hipotesis terkandung variable yang akan diteliti dan hubungan antara
variable-variabel tersebut. Pernyataan hipotesis mengarahkan peneliti
untukmenetukan desain penelitian, tekknik pemilihan sampel, pengumpulan dan
metode analisa data (Darma K.K, 2015).

Ho: Tidak ada hubungan Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan


Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause

Ha: Ada hubungan Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan


Dalam Menghadapi Menopause

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis deasain penelitian ini yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif yaitu penelitian yang
diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam
suatu komunitas atau masyarakat dan bertujuan untuk menggambarkan ada
tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti, dengan menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang variabel independen
dan variabel dependen di kumpulkan dalam waktu yang bersamaan

24
(Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini akan dihubungkan hubungan
Tingkat Kecemasan Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020 sampai April 2021,
seperti yang dijabarkan pada tabel di bawah ini
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian

Tahun 2020/2021
No Uraian Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Persiapan
1 (Pengajuan Judul
Skripsi)
Pembuatan
2
Proposal
3 Seminar Proposal
Pelaksanaan,
4 Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Penyusunan
5
Laporan skripsi
Presentasi/Semina
6 r
hasil skripsi

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

25
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian di tarik
kesimpulanny (Nursalam, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah ibu
premenopouse di wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih berjumla 43 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Penelitian dapat menggunakan
seluruh objek atau hanya mengambil sebagian dari keseluruhan
populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang representatife/ mewakili
populasi (Setiadi, 2013).
Besar sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus
Lemeshow
2
z 1 −a ¿ 2 p ( 1− p) N
n=
d 2 ( N −1)+ z 2 1−a /2
p( 1− p )

Keterangan :
n = Besar sampel
2¿
z / 2¿ ¿ = Nilai Z pada derajad kemaknaan (biasanya 95%=1,96)
P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak
diketahui proporsinya ditetapkan 50%(0,5)
d = derajat penyimpangan terhadapa populasi yang dinginkan
adalah 5% (0,05%)
N = Besar Populasi

1,96.0,5(0,5).43
n=
0,05² (43-1)+1,96.05 (1-0,5)
n= 1,96.0,5(0,5).43

26
0,05² (43-1)+1,96.05 (1-0,5)
1,96.0,25.43
n=
0,0025 (42) + 0,98.05
0,49.43
n=
0,105 + 0,49
21,07
n=
0,595
n= 35,4 (35)
NN

3. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel, dilakukan dengan teknik Non Random
(Non Probability) sampling, yaitu pengambilan sampel tidak berdasarkan
acak atau tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan,
tetapi berdasakan segi kepraktisan secara purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan atas suatu
pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat, populasi ataupun ciri-ciri yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2012).

4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi


Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,
maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria
inklusi, maupun kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri
yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel, sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2012).
a. Kriteria Inklusi
1) Wanita usia lebih dari 40 tahun dan bersedia menjadi responden
2) Mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
3) Mampu mengingat dan mengikuti arahan dengan baik
27
b. Kriteria Ekslusi
1) Semua Responden yang mengundurkan diri
D. Instrumen Penelitian
Menurut (Darma K.K, 2015) instrumen dalam penelitian merupakan alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data. Untuk variabel tingkat Kecemasan Ibu dan Kesiapan Ibu
pengumpulan data menggunakan kuesioner.

E. Definisi Operasional
Defenisi operasional menurut (Notoadmodjo, 2012) dibuat untuk
memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi
serta membatasi ruang lingkup variabel. Variabel yang dimasukkan dalam
definisi operasional adalah variabel kunci atau penting yang dapat diukur serta
operasional dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan definisi operasional,
maka dapat ditentukan cara yang dipakai untuk mengukur variabel, tidak
terdapat arti dan istilah-istilah ganda apabila tidak dibatasi akan menimbulkan
tafsiran yang berbeda. Definisi operasional hendaknya memuat batasan
tentang Variabel bebas dan variable terikat.

Tabel 3.2
Definisi Operasional

Var Definisi Skala


NO Alat Ukur Hasil Ukur
iabel Operasional Ukur
1. Variabel Kecemasan adalah Kuesioner Ordinal Jika nilai <
independe kondisi tidak mean, >
nt : menyenangkan bersifat median
Tingkat emosional dan sangat
Kecemasa terasa kekuatannnya,
n ibu
disertai sebuah sensasi
fisik yang
memperingatkan
seseorang terhadap

28
bahaya yang sedang
mendekat atau akan
terjadi
2. Variabel Kesiapan disini Menggunak Ordinal Jika nilai <
dependent diartikan sebagai suatu an mean, >
: Kesiapan keadaan ibu untuk kuesioner median
Ibu mempersiapkan dirinya model
ceklis
dalam menghadapi
menopause, baik secara
fisik, psikismaupun
spiritual. Sindrom
menopuase merupakan
gejala normal yang
dialami oleh wanita
menopause

F. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur atau pun langkah-langkah dalam penelitian perlu disusun
sedemikian rupa agar penelitian dapat berjalan dengan mudah dan mencapai
tujuan yang diinginkan. Adapun prosedur yang dijalani peneliti dalam
melakukan penelitian ini antara lain:
1. Tahap persiapan
a. Peneliti meminta surat izin penelitian dari Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Payung Negeri setelah proposal penelitian
disetujui pembimbing dan koordinator skripsi.
b. Surat izin penelitian pertama, dari STIKes Payung Negeri diberikan
kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah
Putih, .
c. Setelah penelitian disetujui, peneliti akan mempersiapkan informed
consent, dan instrument penelitian.
2. Tahap pelaksanaan

29
a. Tahap pelaksanaan ini dimulai setelah penulis menyelesaikan urusan
administrasi dan melakukan ujian proposal. Dalam pengumpulan data,
penulis akan berhadapan secara langsung dengan responden.
b. Selanjutnya peneliti mendatangi lokasi penelitian yaitu Puskesmas
Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih. Setelah sampai
dilokasi penelitian kemudian penulis akan melakukan pengecekan
kriteria inklusi pada calon responden.
c. Penulis kemudian menjelaskan tujuan penelitian serta dampak yang
diperoleh responden. Responden yang bersedia dalam penelitian
menandatangani surat persetujuan tindakan (informed consent) sebagai
bentuk kesediaan berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.
d. Selanjutnya peneliti memberikan instrumen penelitian dan
mendampingi dalam proses pengisian instrument tersebut.
3. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu proses untuk mengubah data
yang diperoleh secara langsung (data mentah), yang belum memberikan
informasi dan belum siap untuk disajikan menjadi sebuah ringkasan
sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013)

a. Editing
Editing kegiatan untuk melakukan pengecekan isian lembar
observasi. Jika isian belum lengkap responden diminta untuk
melengkapi lembar observasi seperti inisial, data umur, jenis kelamin,
dan riwayat jatuh.

b. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan analisis dan
mempercepat kegiatan memasukkan data (Hastono, 2007). Peneliti

30
memberikan kode pada lembar observasi tingkat kecemasa Ya (1) dan
tidak Tidak (0). pada pertanyaan favourable dan Ya (0) dan Tidak (1)
pada pertanyaan unfavourable, sedangkan pada lembar observasi
pengbaian pada lansia positif (1) dan negatif (0).

c. Memasukkan Data (Data Entry)


Setelah data dikumpulkan kemudian data dimasukan untuk
selanjutnya diolah kedalam analisis data.

d. Pembersihan Data (Cleaning)


Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Processing
Setelah semua lembar observasi terisi penuh dan benar, serta
sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah
memproses data agar data yang sudah dientry dapat dianali

G. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka etika penelitian harus di perhatikan.
Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan menurut (Hidayat,
2010) adalah sebagai berikut :
1. Lembar Persetujuan menjadi lembar responden (Informed Consent)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dan memberikan lembar persetujuan. Informed
Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden, agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.

31
2. Tanpa Nama (Anomity)
Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan tidak memberikan atau mencantum nama responden pada lembar
alat ukur atau hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan
3. Tidak membahayakan (Non Maleficence)
Non Maleficence adalah prinsip dimana peneliti tidak akan melakukan
tindakan yang menyebabkan bahaya pada responden baik yang bersifat
resiko maupun aktual
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

H. Analisis Data
Analisa data berguna untuk menyederhanakan sehingga mudah di
tafsirkan (Notoadmodjo, 2012). Untuk analisa data di gunakan. Analisa data
univariat dan bivariate adalah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran masing
masing variabel melalui distribusi frekwensi yaitu gambaran data
demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan, gambaran
status sosial ekonomi keluarga, dan gambaran pengabaian lansia di
keluarga
2. Analisis Bivariat

32
Analisa data bivariate untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen (tingkat ekonomi caregiver) dengan variabel dependen
(pengabaian pada lansia) . Analisa yang di lakukan adalah analisa
hubungan antara variabel kategorik dengan variabel kategorik, maka
ujistatistik yang di gunakan adalah uji Chi Square , dengan batas derajat
kesalahan ( a=0, 05) , di katakana bermakna jika p value <a ( 0, 05) , uji
yang di gunakan uji Chi Square bila memenuhi syarat. Bila tidak
memenuhi syarat Chi Square gunakan uji alternative nya yaitu Kolmogorov
smornov, karena tidak memenuhi syarat Chi Square, apabila hasil di dapat
kan p value <a ( 0, 05) , maka dapat di katakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen ( Ho
ditolak) yang artinya ada hubungan antara gaya hidup dan riwayat control
dengan peningkatan tekanan darah. Seluruh perhitungan akan di olah
dengan menggunakan software computer.

Table 3.4
Distribusi responden berdasarkan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan
Kesiapan ibu dalam menghadapi menopause Di Puskesmas
Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih

Kesiapan Ibu

Tingkat Tidak siap Siap N


Kecemasan Ibu
Tinggi a b a+b

Rendah c d c+d

N a+c b+d a+b+c+d

33
Keterangan :
a. Tingkat Kecemasan Ibu Tinggi, dengan, kesiapan ibu tidak siap
b. Tingkat Kecemasan ibu Tinggi, dengan, kesiapan ibu siap
c. Tingkat Kecemasan ibu Rendah dengan, kesiapan ibu tidak siap
d. Tingkat Kecemasan ibu Rendah dengan, kesiapan ibu siap

34
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan
dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Medika

Hidayat, A.A.A. (2010) Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: aplikasi dan praktik keperawatan


professional, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika

Notoadmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Cv Trans Info

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan edisi kedua.
Yogyakarta: Graha Ilmu

35

Anda mungkin juga menyukai