Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

TEORI ROGER DAN FLORENCE NINGHTINGALE

Dosen Fasilitator :

Anik Supriani., S. Kep., Ns., M. Kes.

Nama Mahasiswa :

1. Firda Auryn (0118061)

2. M.Bobby Yasir (0118067)

3. Nia Damayanti (0118072)

4. Roro Nurfathma S.A. (0118078)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatnya dan
hidayahnya, kami kelompok 5 dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “TEORI ROGER
DAN FLORENCE NINGHTINGALE”. Dengan segala keterbatasan yang ada, kami sekolompok
sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan, dan masih jauh dari kata
sempurna.

Demikian penyampaian dari kami sebagai penyusun makalah ini, semoga Tuhan Yang
Maha Esa selalu meridhoi usaha saya dan kalian semua, khususnya pembaca dalam mencapai
tujuan dan hasil yang saya harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua, terutama bagi pembaca sekalian.

Mojokerto, 23 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
BAB II TINJAUAN TEORI
Bagaimana teori proses kehidupan Roger?
Bagaimana teori lingkungan Florence Nightingle?
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN   

1.1. Latar belakang


Teori-teori keperawatan berpengaruh secara signifikan dalam memperbaiki
praktek keperawatan, melalui riset keperawatan, dan praktik keperawatan
memberikan fenomena yang perlu dilakukan riset untuk dapat memperkokoh teori
keperawatan. Teori-teori keperawatan yang disusun secara jelas meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena keperawatan yang ada dan mengarahkan
perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek keperawatan itu sendiri.
Salah satu teori keperawatan yang dapat di terapkan oleh perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien adalah teori dari Martha E. Rogers
tentang “Unitary Human Beings”. Menurut Roger dalam teorinya berpendapat bahwa
manusia merupakan individu yang holistik, saling memberikan timbal balik dengan
individu yang lain dan lingkungan disekitarnya. Rogers, memandang keempat konsep
dalam paradigma keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya. Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan seyogyanya
mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, disesuaikan dengan
situasi dan kondisi individu yang dirawat maupun lingkungan yang mempengaruhi
individu tersebut.
Teori / model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai
focus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses
penyakit, model dan konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan
dangan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan / tindakan keperawatan
lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data
dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka
perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa bergantung pada
profesi lain.
Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam perkembangan praktik
keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam
tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan
tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu
diperhatikan.
Teori Nightingale memandang Pasien dalam kontek lingkungan keseluruhan :
 Lingkungan fisik
 Psikologis
 Sosial
Hubungan teori Nightingale dalam konsep keperawatan:
 keperawatan lingkungan masyarakat / individu sehat / sakit
 individu: perbaikannya dalam menghadapi penyakit
 keperawatan : kondisi terbaik individu dalam mempengaruhi lingkungan.
 Sehat / Sakit : proses perbaikan untuk kesehatan.
 Masyarakat / lingkungan : mempengaruhi perkembangan kehidupan
individu
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana teori proses kehidupan Roger?
2. Bagaimana teori lingkungan Florence Nightingle?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui teori proses kehidupan Roger.
2. Mengetahui lingkungan Florence Nightingle.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
1. Konsep Keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-
istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau ibunya dan
anaknya (Menurut UU nomor 52 tahun, 2009). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang tediri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
kebergantungan.
b. Tipe Keluarga
Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan yang berasal
dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka
tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perlu mengetahui bebagai
tipe keluarga.
1) Tradisional
a) The Nuclear Family (keluarga inti) Keluarga terbentuk karena
pernikahan, peran sebagai orang tua atau kelahiran.keluarga terdiri
dari suami, istri, dan anak, baik dari sebab biologis maupun adopsi.
b) The Dyad Family (keluarga tanpa anak)
Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam suatu rumah.
c) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan mengejar
karier / pendidikan yang terjadi pada wanita.
d) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung jawab
dalam secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
e) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah, seperti nuclear familiy disertai paman, tante, orang tua
(kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain.
f) The Single-Parent Family (keluarga orang tua tunggal)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian, kematian,
atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
2) Non Tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga yang
sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non tradisional yang
paling umum saat ini adalah:
a) The Unmaried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b) The Step Parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commne Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber,
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi
anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting family (Keluarga kumpul
kebo heterosexual).
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
e) Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.

c. Struktur Keluarga
Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural fungsional.
Struktus keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit-
unit ditata dan saling terkait satu sama lain. 14 Beberapa ahli meletakan strutur
pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang memandang struktur keluarga
menggambarkan subsistemsubsistemnya sebagai dimensi. Struktur keluaraga
menurut Friedman (2003)
1) Pola dan proses komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional
untuk menciptakan dan ngungkapkan pengertian dalam keluarga.
Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan sarana
penting untuk mengembangkan makna diri. Komunikasi dalam keluarga
ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi, seperti : sender,
channel-media, massage, environment, dan receinver.
Komunikasi didalam keluarga berfungsi adalah:
a) Karakteristik pengirim yang berfungsi : Karakteristik yang
berfungsi ketika menyampaikan pendapat, pendapat yang
disampaikan jelas dan berkualitas, meminta feedback dan mau
menerima feedback
b) Pengirim yang tidak berfungsi adalah :
- Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan
dasar/data yang objektif )
- Ekspresi yang tidak jelas : contoh marah yang tidak diikuti
ekpresi wajahnya.
- Jugmental expression, yaitu ucapan yang
memutuskan/menyatakan susuatu yang tidak didasari
pertimbangan yang matang.
- Tidak mampu mengemukkan kebutuhan
- Komunikasi yang tidak sesuai.

c) Karakteristik penerima yang berfungsi


- Mendengar
- Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
- Memvalidasi

d) Menerima yang tidak berfungsi


- Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
- Diskualifikasi
- Offensive (menyerang bersifat negatif)
- Kurang mengeplorasi (miskomunikasi)
- Kurang memvalidasi

e) Komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan
keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga
merupakan proses dua arah yang dinamis sehingga tercipta
interaksi fungsional.
- Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira.
- Komunikasi terbuka dan jujur
- Hierarki kekuatan dan peraturan keluarga
- Konflik keluarga dan penyelesaian
d. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari
individu untuk mengontrol atau memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain
(anggota keluarganya) . Beberapa macam struktur kekuatan :
1) Legitimate power/authorty (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak
2) Referent power (seseorang yang ditiru)
3) Resource or oxpert power (pendapat, ahli, dan lain)
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima)
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
e. Struktur Peran
Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen dalam
situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial. Peran biasanya
menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang
dalam suatu sistem sosial tertentu.
1) Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat homogen.
Peran formal yang standar dalam keluarga, antara lain: pencari nafkah, ibu
rumah tangga, pengasuh anak, supir, tukang renovasi rumah, tukang
masak, dan lain-lain.
2) Peran-peran informal keluarga
Peran-peran informal keluarga (peran tertutup) biasanya bersifat implisit,
tidak tampak permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan keluarga.

f. Struktur Nilai
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap, dan kenyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu. Sistem nilai dikeluarga dia anggap
sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Sebuah nilai keluarga akan
membentuk pola tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga.
Keyakinan dan nilai ini akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi masalah
kesehatan dan stresor-stresor lain.

g. Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya interaksi yang
terus-menerus antara yang satu dengan yang lainnya.

h. Stres dan koping keluarga


Secara terus menerus, keluarga dihadapkan pada perubaha. Stimulus untuk
perubahan ini datang dari luar dan dalam. Stimulus ini disebut dengan stresor.
Stresor merupakan agen pencetus stres atau penyebab yang mengaktifkan stres,
seperti kejadian-kejadian dalam hidup yang cukup serius (lingkungan, ekonomi,
sosial budaya) yang menimbulkan perubahan dalam sistem keluarga (Hill dalam
Friedman, 2003).
i. Perkembangan keluarga
Tiap individu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus mereka capai
agar mereka merasa puas selama tahap perkembangan dan agar mereka mampu
beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil. Setiap tahap perkembangan keluarga
pun punya tugas-tugas perkembangan yang spesifik. Tugas perkembangan
keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga selama
setiap tahap perkembangan sehingga dapat memenuhi:
1) Kebutuhan biologis keluarga
2) Imperatif budaya keluarga
3) Aspirasi serta nilai-nilai keluarga.

B. Teori proses kehidupan Martha E. Rogers


A. Biografi Martha E. Rogers
Martha E. Rogers dilahirkan pada tanggal 12 Mei tahun 1914 di Dalas Texas,
tertua dari 4 bersaudara pasangan Bruce Taylor Rogers dan Lucy Mulholland tajam
rogers. Dia menerima gelar diploma keperawatan dari sekolah rumah
sakit Knoxville pada tahun 1936. Pada tahun 1937 ia menerima gelar
B.S. dari george peabody perguruan tinggi di nashville, tennessee.
Setelah aktif sebagai perawat kesehatan dia melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi, sampai mendapatkan gelar doktor dari universitas Johns Hopkins di Baltimore.
Menduduki posisi staf dalam keperawatan kesehatan masyarakat, serta membentuk
pelayanan perawat pertama di Arizona, kemudian ia pindah ke perguruan tinggi sebagai
dosen tamu dan bergabung dengan asosiasi penelitian selama 21 tahun. Rogers adalah
Profesor dan Kepala Divisi Perawat Pendidikan di Universitas New York sampai tahun
1954, disini Roger focus mengajar, memformulasi dan mengelaborasi teorinya. Dia
meninggal pada 13 Maret 1994, pada umur 79.
B.   Konsep Teori Martha E. Rogers
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta
seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori
Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah
ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung.
Keperawatan adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan
memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis
secara umum dengan memperkirakan prinsip - prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan
praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan
hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas
yang di dasari prinsip - prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan
merupakan kegiatan yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran
intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu
yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi.
C. Asumsi teori Martha E. Rogers
Rogers dalam McEwen & Wills, 2011, mengemukakan beberapa asumsi yang terdiri dari
lima bagian, yaitu :
1. Unifield whole is greater and different than the sum of part.
Manusia adalah system yang utuh yaitu merupakan keseluruhan dari proses yang
utuh dari dirinya dan antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian dan
merupakan penjumlahan dari bagian-bagiannya.
2. Mutual exchange of matter and energy.
Manusia dan lingkungan selalu berubah secara kontinyu termasuk energi
keduanya. Individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu
sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal
pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
3. Unidirectionality: life process does not reverse nor repeat.
Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling
bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya
seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan
semula.
4. Pattern and organization identify the human field.
Pola dan organisasi mengidentifikasi perilaku pada individu merupakan suatu
bentuk kesatuan yang inovatif
5. Human beings have abstraction, imagery, language, and thought, sensation and
emotion.
Manusia mempunyai ciri kemampuan berfikir abstrak, membayangkan, bertutur
bahasa, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia
yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Lima asumsi diatas, definisi, dan Prinsip-prinsip hemodinamik merupakan inti
teori Martha E. Rogers yang merupakan bagian dari Building Blocks, yang terdiri
dari:
1. Energy Fields (Bidang Energi)
Bidang Energi merupakan satuan dasar kehidupan dan non kehidupan,
seperti energi manusia dan energi lingkungan. Bangunan ini bersifat tak terbatas
terdiri dari mahluk hidup dan lingkungannya. Kedua komponen ini tidak dapat
dikurangi, manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya.
2. Universe of Open System (Sistem terbuka).
Konsep ini menganggap bahwa bangunan energi bersifat tak terbatas dan terbuka,
menyatu antara satu dengan yang lainnya.
3. Pattern  (Pola)
Sifat pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan menyatu dengan
bangunan lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan tidak berubah bisa
menjadi suatu indikasi sakit atau penyakit.
4. Pandimensionality (Empat kedimensian)
Manusia yang utuh merupakan ”Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi
oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan
yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” Empat kedimensian
didefinisikan sebagai domain non linier tanpa atribut, atau mengenai ruang tanpa
batas.
Menurut Martha E. Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan
langsung dengan proses kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan
memperkirakan kealamiahan dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk
memperkuat teorinya Martha E. Rogers mengkombinasikan konsep manusia
seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian di kemukakannya.
Prinsip –prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal, yaitu :
1. Resonancy
Prinsip ini membicarakan tentang alam dan perubahan yang terjadi antara
manusia dan lingkungan. Resonansi dapat dijelaskan sebagai suatu pola-pola
gelombang yang ditunjukkan dengan perubahan-perubahan dari frekuensi
terendah ke frekuensi yang lebih tinggi pada gelombang perubahan.
2. Helicy
Prinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia dengan
lingkungan adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan dengan peningkatan
jenis pola-pola perilaku manusia dan lingkungan yang menimbulkan
kesinambungan, menguntungkan, merupakan interaksi yang simultan antara
manusia dan lingkungan bukan menyatakan ritmitasi.
3. Integrality
Adalah proses interaksi yang menguntungkan antara manusia dan lingkungannya
secara berkesinambungan.
D. Asumsi Utama Konsep Sentral dari Model Konseptual Martha E. Rogers
Rogers meletakan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses
kehidupan manusia. Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha E. Rogers
terhadap empat konsep sentral adalah sebagai berikut :
1. Keperawatan
Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being, yaitu
manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang
mempelajari manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan
keperawatan sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan
seni. Keperawatan adalah ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk
menghibur agar dapat menjaga dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit,
dan merawat serta merehabilitasi seseorang yang sakit dan cacat. Praktek
professional keperawatan bersifat kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani orang,
hal tersebut berakar dalam keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan
perasaan mahkluk.
2. Kesehatan
3. Istilah kesehatan digunakan sebagai terminologi nilai yang ditentukan oleh
budaya atau individu. Kesehatan dan penyakit merupakan manifestasi pola dan
diangap menunjukkan pola perilaku yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers
memandang konsep sehat-sakit sebagai suatu ekspresi dari interaksi manusia
dengan lingkungannya dalam proses yang mendasar.
4. Lingkungan
Lingkungan sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat direduksi yang
diidentifikasi dengan pola dan manifestasi karakteristik yang spesifik.
Lingkungan mencakup segala sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh
bangunan manusia.
5. Manusia
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter yang
berbeda-beda. Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan
lingkungan, saling mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka.
Rogers juga mengkonsepkan manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi
secara kreatif dalam perubahan.
E. KEGUNAAN PRINSIP ROGERS DALAM PROSES KEPERAWATAN
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia, prinsip-
prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah kesehatan. Diharapkan,
praktik keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan dinamika
integrasi manusia dan lingkungannya, untuk memperkuat hubungan dan integritas bidang
manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang manusia dan lingkungan untuk
realisasi maksimum kesehatan (Rogers, 1992). Tujuan ini akan tercermin dalam proses
keperawatan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan
perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau
seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi
bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa
klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses keperawatan. Akibatnya, hasil
keperawatan mandiri, yang Rogers (1992), mempertahankan diperlukan jika klien
berusaha mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan,
adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam
proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan
dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan
dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat pengumpulan data,
informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri atau bagian
lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus dalam keadaan yang
mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan menanyakan beberapa
pertanyaan dan mendapat respon dari data yang ada.
Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan
mencerminkan prinsip resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh
prinsip helicy.
Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa pertanyaan
untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa tanggapan klien
merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu. Akibatnya, pola yang
diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah, mencerminkan perubahan waktu dan
menambahkan pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat
semua, tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu memberikan
perawat dengan melihat klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu
dan pola pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian
keperawatan adalah penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan penilaian yang
hanya berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi sehat dan
sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit.
Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan
penyakitnya.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses keperawatan,
dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola, keanekaragaman,
interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut dalam proses
kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan. Meskipun tidak sempurna,
diagnosa keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional Gordon memiliki potensi
yang lebih besar kegunaannya dengan kerangka Roger karena cenderung mencerminkan
pandangan yang lebih tentang keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan
kehilangan tradisi sepanjang diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak
dinamis bahkan mungkin tidak tepat.
Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat memberikan asuhan
keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan implementasi dalam
lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa perubahan yang satu ini akan
terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena integrasi individu dengan lingkungan,
masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu,
masalah ini tidak bisa ditangani dengan efektif dengan cara yang umumnya diterima
secara umum, transisi, tindakan penyakit berorientasi.
Dibutuhkan daya imajinasi dan kreatifitas. Resonansi mensyaratkan bahwa rencana
keperawatan diarahkan untuk mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan
seluruh manusia. karena proses kehidupan manusia merupakan fenomena searah,
sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke tingkat mantan keberadaan, melainkan,
perawat membantu individu bergerak maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam
eksistensi.
Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan individu
sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau memodifikasi irama dan
tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi dan aktif dari klien dalam
asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak hanya tercapai dengan mempromosikan
homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu
F. Kelemahan Rogers tentang homeodinamik
Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan universal, ada
keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang mengalami
kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun asumsi dasar yang diberikan
dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap abstrak. Persyaratan belum cukup untuk
dioperasionalkan untuk menyediakan pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi
pengoperasian konsep serta membawa keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat
empiris untuk pengujian yang mengganggu banyak ilmuwan perawat. Definisi
operasional diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan
untuk pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-konsep yang terlibat.
Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup akan menilai
manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut, kemampuan
menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah hampir tidak mungkin.
Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan atau menguji sistem yang
membuat kesuksesan mengimplementasikan kesulitan keperawatan. Dengan demikian,
penggunaan prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas.

G.   Menggunakan prinsip-prinsip Roger sebagai pendekatan aplikatif dalam pemberian


asuhan Keperawatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia, prinsip-
prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah kesehatan.
Keberhasilan menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik memerlukan pertimbangan
perawat dalam melibatkan klien pada proses keperawatan. 
Dalam tahap pengkajian keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan
lingkungan dikumpulkan. Pertanyaan tahap pertama mencerminkan prinsip Integrasi, seri
berikutnya akan mencerminkan prinsip resonancy, dan tahap akhir dari pertanyaan akan
dipengaruhi oleh prinsip helicy. Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan
ditambahkan beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulan ini merupakan diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses
keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola,
keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut dalam
proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan.
Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau
memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan
manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke
tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju ke
tingkat yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi. Program keperawatan di bidang helicy
membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi,
untuk mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini
membutuhkan partisipasi aktif dari klien, kesehatan tidak dapat tercapai dengan
mempromosikan homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah
untuk meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu.
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers
berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh, sehingga pengkajian didasarkan
pada lima asumsi dasar dan prinsip-prinsip hemodinamik Rogers dan yang
merupakan bagian dari Building Blocks.

C. Teori lingkungan (Florence Nightingale)


A. Biografi Florence Nightingale
Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam suatu
perjalanan panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota
kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Florence Nightingale memiliki seorang kakak perempuan bernama Parthenope.
Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang kaya, beradab dan bercita-cita
tinggi yang bernama William Edward Nightingale.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik
ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan
keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Ia belajar bermacam-macam
bahasa yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan lain-lain. Ia senang memelihara
binatang yang sakit, selain itu ia senang bersama ibunya mengunjungi orang miskin
yang sakit serta rajin beribadah.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras.
Kakaknya, Parthenope, hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan
tanah karena pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya
cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence sendiri lebih banyak
keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika,
pada saat Florence berdoa dengan hikmat ia mendengar suara Tuhan bahwa dalam
hidupnya menanti sebuah tugas. Pada saat itu Folrence berusia tujuh belas tahun.
Akhirnya Pada tanggal 7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang
pengalamannya itu dengan judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk
melayani-Nya. Tetapi pelayanan apa?”
Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita bukan
karena status sosial keluarganya yang kaya tetapi merasa bersemangat disaat ia
merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar rumah
keluarganya serta ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan
rumah sakit.
Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk
berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat
keberatan dengan jalur yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski
mendukung kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin
Florence menjadi perawat. Karena pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang
dianggap pekerjaan yang hina. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:
a. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara
yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi
b. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan
terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk
wanita baik-baik, selain itu banyak pasien memperlakukan wanita yang tidak
berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak sopan (tidak senonoh)
c. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan
karena alasan-alasan di atas
d. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak dibandingkan
menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat.
Meskipun mengahadapi hambatan dari keluarga dan alasan-alasan Florence tetap
memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi seorang perawat. Ketika berumur 20
tahun Florence meminta izin kepada orang tuanya untuk bekerja di rumah sakit dan
belajar tentang keperawatan. Akan tetapi orang tuanya tetap tidak mengijinkannya
karena keadaan rumah sakit pada saat itu sangaat memprihatinkan. Walaupun
mendapat larangan dari kedua orang tuanya semangat Florence untuk menjadi
perawat tidak hilang.
Pada suatu hari nenek Florence sakit. Saat itu Florence mendapat kesempatan
untuk merawat neneknya sampai pada akhirnya beliau meninggal. Dengan
pengalaman merawat neneknya tersebut bertambahlah pengalaman Florence dalam
merawat orang sakit. Florence berpendapat bahwa ia perlu menuntut ilmu agar dapat
menjalankan pekerjaan perawat dengan baik karena menolong sesama manusia sama
halnya dengan mengabdikan diri kepada Tuhan. Florence bertanya kepada seorang
dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, “Apakah pantas bagi seorang gadis
Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dr. Samuel Howe
menjawab, “Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi
bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita
terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang
lain.”
Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic
Sisters of Charity yang memberikan jalan bagi para wanita untuk mencurahkan
hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang
Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu
mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan
bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk
para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para
perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa. Florence
sangat tertarik dan bersemangat menanggapi cerita Dr. Howe dan mengatakan
bahwa Kaiserworth adalah tujuannya. Pada bulan Juli 1850 saat ia telah berusia 30
tahun, Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman. Setahun kemudian, dia pulang ke
rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia
tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama
sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed
Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu
dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap
lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung
memanggil para perawat dengan menekan bel.
Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte, institusi
tersebut menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. Di sini florence
beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien
yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila
komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis
berbunyi; “rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik,
tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima
kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang
Islam”
Menanggapi anccaman Florence ini, Komite Rumah Sakit pada akhirnya merubah
peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
B. Peran Florence Nightingale pada Perang Krimea
Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap
Rusia untuk menguasai Krimea dan Konstantinopel (pintu gerbang menuju Timur
Tengah). Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih
menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan
luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke
Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME wartawan tersebut menuliskan
bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan
sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau
mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”.
Hati rakyat Inggris pun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa saatnya
telah tiba abgi dirinya untuk bertindak, ia pun menulis surat kepada menteri perang
saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan di perang krimea..
Pada pertemuan antara Florence dan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence
adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Dijelaskan bahwa banyak
prajurit-prajurit yang mati di Krimea bukan karena peluru ataupun bom, namun hal
tersebut disebabkan karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria yang ada
jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis
sukarelawan dan Florence menyanggupinya.
Sebagai Menteri Perang, Sidney Herbert meminta Florence untuk mengepalai
sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan
kesempatan tersebut dengan baik. Dia berangkat bersama sebuah tim pilihan yang
terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman
di lapangan sementara 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang
terdiri dari Biarawati Katolik Roma, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa
biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya,
Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong
semangatnya.
Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38
rekanrekannya, mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat
tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka
bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat
langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit
yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat
berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Florence melihat para prajurit yang terluka tidak mendapat perawatan dengan
baik. Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya kebersihan
sering membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan
bagi para pasien pun tidak tersedia.
Selama perang berlangsung, Florence menghadapi tantangan berat untuk
meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah
rumah sakit militer.
Dokter -dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan,
kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemiliknya, potongan-
potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga
untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang
berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala
rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Kenyataan yang demikian
membuat Florence semakin yakin bahwa yang membunuh para prajurit justru kondisi
tempat perawatan yang sangat buruk. Sekembalinya ke Inggris, Florence
mengumpulkan lebih banyak bukti yang disodorkannya kepada Komisi Kesehatan
Angkatan Darat. Ia melaporkan betapa banyaknya prajurit yang meninggal akibat
buruknya kondisi di barak-barak. Hal inilah yang kemudian memengaruhi karier
keperawatan Florence.
C. Akhir Hidup
Florence Nightingale meninggal dalam tugasnya pada tanggal 13 Agustus 1910
pada usia 90 tahun karena penyakit tifus. Florence telah berjasa besar bagi dunia
medis, khususnya menetapkan fondasi keperawatan. Betapa perawat adalah profesi
yang penting dan harus diperlengkapi dengan pendidikan khusus. Tidak heran, bila
profesi ini kini menjadi profesi yang sangat mulia, jauh melebihi pandangan
masyarakat Inggris sebelumnya.
D. Warisan Florence Nightingale
Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah sistem kesehatan
publik. Sistem tersebut menunjukkan keyakinannya akan hukum Tuhan, Sang
Pencipta segalanya, selain itu pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga menekankan
pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit secara konsisten. Ia mencetuskan
perilaku hidup yang sehat dengan:
1. rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya, bahkan bagi mereka
yang hidup makmur)
2. air dan udara yang bersih
3. nutrisi yang baik
4. kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses kelahiran maupun pasca
kelahiran karena demam, lebih tinggi)
5. perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak satu anak pun yang
menjadi pekerja.
Florence juga memegang peranan yang sangat penting dalam mengangkat
harkat para perawat. Meskipun bila kita cermati, hal ini sudah dilakukan sejak
Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya membangun rumah sakit di Kaiserswerth,
Florence yang berperan menaikkan derajat para perawat sebagai profesional yang
dihargai. Pada tahun 1860, ia mendirikan Nightingale Training School bagi para
perawat di Rumah Sakit St. Thomas.
Pada tahun 1860, karya terbaiknya, Notes on Nursing dipublikasikan.
Karya ini menjadi penting mengingat di dalamnya terdapat prinsip-prinsip
keperawatan yang meliputi pengawasan yang teliti dan sensitif bagi para pasien.
Selain itu, minat dan kemampuan matematis yang dimilikinya semenjak
kecil membuat Florence menjadi salah satu tokoh yang turut berperan penting
dalam hal statistik. Ia mengompilasi, menganalisis, dan mempresentasikan
pengamatan medisnya dengan bidang yang juga dikuasai ayahnya. Salah satu
peranannya ialah dalam mempresentasikan informasi secara visual. Ia bisa
dikatakan memperbaiki "grafik kue pie" yang diperkenalkan pertama kali oleh
William Playfair pada tahun 1801. Dalam penjelasannya di hadapan anggota
parlemen, Florence menggunakan grafik yang menyerupai histogram melingkar
yang kita kenal belakangan, mengingat para anggota parlemen terlihat tidak suka
membaca atau memahami laporan statistik tradisional.
Belakangan, Florence mempelajari sanitasi di India dengan statistik yang
komprehensif. Ia juga menjadi orang terkemuka yang memperkenalkan
pengembangan pelayanan medis dan kesehatan publik di sana. Atas perannya ini,
ia menjadi wanita pertama yang berbagian dalam Royal Statistical Society, yang
juga menjadi anggota kehormatan dari American Statistical Association.
Selain mempromosikan keseragaman statistik di rumah sakit Florence juga
merupakan salah satu penguji data yang berkenaan dengan kesehatan dan
keselamatan. Ia juga menjadi orang pertama yang memimpin studi tingkat
kelahiran anak-anak Aborigin di daerah-daerah koloni Inggris.
E. Paradigma dan Kerangka Konsep
1. Manusia
Manusia terdiri dari komponen fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual.
Walaupun memang lebih terfokus pada aspek fisik tetapi tetap saja ide yang
dikemukakan Nightingale tentang seseorang yang sedang sakit mempunyai
semangat hidup yang lebih besar daripada mereka yang sehat, sebenarnya terkait
dengan dimensi psikologis dari manusia.
2. Lingkungan
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang
mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen
lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi
udara bersih, air yang bersih, pemeliharaan yang efisien kebersihan, serta
penerangan       atau      pencahayaan.
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial
dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya.
Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa
jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah
mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji
fisik atau tubuhnya.
3. Kesehatan
Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan menggunakan
semaksimal mungkin setiap kekuatan yang dimiliki yang merupakan proses aditif,
yaitu hasil kombinasi dari faktor lingkungan, fisik, dan psikologis. Terutama
faktor lingkungan meliputi:
a. Kebersihan
b. Minuman
c.  Nutrisi
d.  Kelembaban
e. Jalan udara
f. Saluran air
Yang mempengaruhi kesehatan menurut Nightingale keadaan sehat dapat
dicapai melalui pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan. Penyakit
merupakan proses perbaikan, tubuh berusaha untuk memperbaiki masalah.
Juga merupakan suatu kesempatan untuk meningkatkan pandangan spiritual.
Oleh karena itu, Nightingale sangat menekankan bahwa kesehatan tidak hanya
berorientasi dalam lingkungan rumah sakit tetapi juga komunitas.
4. Keperawatan
Nightingale memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan menguraikan
keperawatan sebagai mengarahkan terhadap peningkatan dan pengelolaan
lingkungan fisik, sehingga alam akan menyembuhkan pasien. Oleh karena itu,
kegiatan keperawatan termasuk memberikan pendidikan tentang kebersihan di
rumah tangga dan lingkungan untuk membantu wanita menciptakan atau
membuat lingkungan sehat bagi keluarganya dan komunitas yang pada dasarnya
bertujuan untuk mencegah penyakit.
F. Definisi keperawatan menurut Florence Nightingale
Teori   Evironmental   Nightingale   dicetuskan   oleh   Florence   Nightingale “Ibu
dari keperawatan modern”. Meletakkan keperawatan menjadi sesuatu yang sakral
untuk dipenuhi oleh seorang wanita. Konsep utama bagi kesehatan adalah ventilasi
kehangatan, cahaya, diet, kebersihan, dan ketenangan. Kesehatan adalah usaha untuk
menjaga agar tetap sehat sebagai upaya menghindari penyakit yang berasal   dari  
factor   kesehatan   lingkungan.   Wabah   penyakit   adalah   proses penyebaran
secara alami karena adanya sesuatu yang kurang diperhatikan.
 Hubungan Teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep
1. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan

a. Individu/manusia
Memiliki kemampuan besar untuk memperbaiki kondisinya dalam
menghadapi penyakit.
b. Keperawatan
Bertujuan membawa/mengantar individu pada kondisi terbaik untuk
dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi
lingkungan.
c. Sehat/sakit
Fokus perbaikan untuk sehat.
d. Masyarakat/lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu, bau, suara dan
cahaya.
 Hubungan Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a. Pengakjian/pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nighitngale lebih menitiberatkan pada kondisi
lingkungan(lingkungan fisik,psikhis,social)
b. Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang
berkaitan pada kondisi klient yang berhubungan dengan lingkungan
keseluruhan.
c. Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungannya
d. Diagnosa Keperawatan
Berbagai masalah klient yang berhungan dengan lingkungannya, misalnya
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan,
penyesuaian terhadap lingkungan.
e. Implementasi
Upaya dasar merubah mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan
terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan
pertumbuhan fisik dan perkembangan individu.

f. Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan
individu
G. Konsep Mayor
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai
focus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses
penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih
diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuate (jumlah vitamin atau mineral yang cukup),
dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan
semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik
keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik
keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam
tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang
benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses perawatan pada pasien,
sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang
dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan
ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan
fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia
berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat
tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab,
bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan perawatan baik bagi oranglain maupun dirinya sendiri. 
Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan keleluasaan
pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkanpenerangan
yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat
tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
b. Lingkungan psikologi (Psychology environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang
negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap
emosi pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang cukup
dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor untuk dapat
mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam
suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan
dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya
sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan
diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh
memberikan harapan yang terlalu muluk muluk, menasehati yang
berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-
kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang
menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa
nyaman.
c. Lingkungan Sosial (Social environment)
Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan
spesifik (khusus), kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan
keadaan penyakit, sangat penting untuk  pencegahan penyakit. Dengan
demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi
(pengamatan) dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih
sekadar data-data yang ditunjukan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komunitas dengan lingkungan sosial
dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungan individu pasien yaitu
lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan
rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas
yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
H. Penjelasan Skema/Bagan Model Keperawatan Florence Nigtingale
 Komponen Lingkungan Menurut Teori Florence Nightingale:
Lima komponen pokok lingkungan sehat menurut Florence Nightingale:
a. Peredaran hawa baik
Maksudnya adalah suatu keadaan dimana suhu berada dalam keadaan
normal.
b.  Cahaya yang memadai
Cahaya yang cukup dalam pemenuhan kesehatan pasien.
c. Kehangatan yang cukup
Kehangatan yang diperlukan untuk proses pemulihan.
d. Pengendalian kebisingan
Suatu cara agar pasien merasa nyaman dan tidak terganggu oleh
kebisingan (keributan).
e. Pengendalian effluvia (bau yang berbahaya)
Menjauhkan pasien dari bau yang menyebabkan gangguan dalam
kesehatan.
 12 macam komponen umum dalam Teori Florence Nightingale:
1. Kesehatan rumah
Rumah yang sehat adalah rumah yang bersih, sehingga seseorang
merasa nyaman.
2. Ventilasidan pemanasanVentilasi
merupakan perhatian utama dari teori Nightingale. Ventilasi
merupakan indikasi yang berhubungan dengan komponen lingkungan
yang menjadi sumber penyakit dan dapat juga sebagai pemulihan
penyakit.
3. Cahaya
Pengaruh nyata terhadap tubuh manusia. Untuk mendapatkan manfaat
dari pencahayaan konsep ini sangat penting dalam teori Florence, dia
mengidentifikasisecara langsung bahwa sinar matahari merupakan
kebutuhan pasien. Menurutnya pencahayaan mempunyai sinar
matahari, perawat diinstruksikan untuk mengkondisikan agar pasien
terpapar dengan sinar matahari.
4. Kebisingan
Kebisingan ditimbulkan oleh aktivitas fisik di lingkungan atau
ruangan. Hal tersebut perlu dihindarkan karena dapat mengganggu
pasien.
5. Variasi keanekaragaman
Berbagai macam faktor yang menyebabkan penyakit bagi sesesorang,
missalnya makanan.
6. Tempat tidur
Tempat tidur yang kotor akan mempengaruhi kondisi kesehatan
seseorang dan juga pola tidur yang kurang baik akan menyebabkan
gangguan pada kesehatan.
7. Kebersihan kamar dan halaman
Kebersihan kamar dan halaman sangat berpengaruh bagi kesehatan.
Oleh karena itu, pembersihan sangat perlu dilakukan pada kamar dan
halaman.
8. Kebersihan pribadi
Kebersihan pribadi sangat mendukung kesehatan seseorang karena
merupakan bagian dari kebersihan secara fisik.
9. Pengambilan nutrisi dan makanan
Pengambilan nutrisi sangat perlu dalam hal menjaga keseimbangan
tubuh. Adanya nutrisi dan pola makan yang baik sangat berpengaruh
bagi kesehatan.
10. Obrolan, harapan dan nasehat
Dalam hal ini, komponen tersebut menyangkut kesehatan mental
seseorang dalam menyikapi lingkungannya. Komunikasi sangat perlu
dilakukan antara perawat, pasien dan keluarga. Mental yang yang
terganggu akan mempengaruhi kesehatan pasien.
11. Pengamatan orang sakit
Pengamatan sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat, dimana
seorang perawat harus tahu sebab dan akibat dari suatu penyakit.
12. Pertimbangan social
Tidak melihat dari suatu aspek, untuk mengambil suatu keputusan
tetapi dari berbagai sisi.
 Hubungan Teori Florence Nightingale Dengan Beberapa Konsep:
1. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan
a. Individu/manusia memiliki kemampuan besar untuk
memperbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.
b. Keperawatan bertujuan membawa/mengantar individu pada
kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya
dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
c. Sehat/sakit fokus pada perbaikan untuk sehat.
d. Masyarakaat/lingkungan melibatkan kondisi Eksternal (lingkungan
luar) yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu,
fokus pada ventilasi, suhu, bau, suara dan cahaya.
2. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a. Pengkajian/pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitik beratkan pada
kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).
b. Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental
yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan
lingkungan keseluruhan.
c. Masalah difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan
misalnya:
1. Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan.
2. Ventilasi Merupakan indikasi yang berhubungan dengan
komponen lingkungan yang menjadi sumber penyakit dan
dapat juga sebagai sumber pemulihan penyakit.
3. Pembuangan sampah.
4. Pencemaran lingkungan.
5. Komunikasi sosial, dll.
d. Diagnosa Keperawatan berbagai masalah klien yang berhubungan
dengan lingkungan antara lain:
1. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan
2. Penyesuaian terhadap lingkungan.
3. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e. Implementasi  (Pelaksanaan)
Upaya dasar merubah/mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan
terciptanya kondisi lingkungan yang baik yangmempengaruhi
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan individu.
f. Evaluasi
Mengobservasi (Pengamatan) dampak perubahan lingkungan terhadap
kesehatan individu.
1. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
2. Penyesuaian terhadap lingkungan.
3. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
g. Implementasi  (Pelaksanaan)
h. Upaya dasar merubah/mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan
terciptanya kondisi lingkungan yang baik yangmempengaruhi
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan individu.
I. Hubungan Teori Florence Nightingale Dengan Teori-teori Lain
1. Teori adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang
melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang
ada pada dirinya sendiri. Berhasil tidaknya respon adaptasi seseorang dapat dilihat
dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence Nightingale.
2. Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari
lingkungannya berperan penting pada setiap individu dalam
berespon adaptif (baik) ataumal adaptif (tidak baik).
3. Teori kebutuhan Menurut Maslow,  pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence Ninghtingale, sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat dipandang
sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang aman berhubungan
dengan saluran yang baik dan air yang bersih. Teori kebutuhan menekankan
bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia
dalam mempertahankan hidupnya.
4. Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang
harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir.
Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam
mencapai keinginan atau kebutuhan. Stress juga dapat menyebabkan kelelahan
jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence
Nightingale, menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum
sehingga akan menimumkan efek stressos, misalnya tempat yang gaduh,
membangunkan pasien dengan tiba-tiba, semuanya itu dipandang sebagai
suatu stressor (penyebab stress) yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga
mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping(pertahan terhadap stress)
individu.
Melalui observasi (pengamatan) dan pengumpulan data, Nightingale
menghubungkan antara status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan
sebagai hasil, yang menimbulkan perbaikan kondisi hygiene (bersih) dan sanitasi
selama perangCrimean. Kondisi hygene (bersih) penting untuk membantu pasien
tetap bersih dan untuk merawat kulit, mulut, rambut, mata, telinga, kuku.
Di zaman sekarang ketika seseorang sakit, akan sulit memikirkan tentang
mandi atau menyikat gigi atau membersihkan kuku; bernapas atau mengatasi
nyeri tampak lebih penting. Oleh karenanya, perawat perlu melihat apakah pasien
dapat membersihkan diri mereka sendiri dan membantu mereka bila mungkin.
Penting untuk menanyakan pasien apa yang biasanya mereka lakukan dan
bagaimana mereka menginginkan bantuan. Praktik budaya dan agama dapat
membedakan praktik  hygiene (bersih). Hygiene adalah sangat pribadi dan
masing-masing individu mempunyai ide yang berbeda tentang apa yang mereka
ingin lakukan.
Jika memungkinkan, perawat harus membantu pasien memenuhi
kebutuhan pribadinya dari pada melakukan standar rutin. Perawat adalah orang
yang membantu proses penyembuhan penyakit tetapi tidak untuk menyembuhkan
penyakit. Ini karena tugas seorang perawat adalah merawat orang yang sakit dan
dokter adalah orang yang berperan penting dan sangat membantu dalam proses
penyembuhan penyakit.
Itulah beda perawat dan dokter. Perawat juga bukan hanya memberikan
obat untuk menyembuhkan penyakit kepada si pasien tetapi mereka juga harus
bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka
merasa sehat atau sembuh dari penyakit baik lahir maupun batin (kejiwaan)
mereka tenang dan nyaman.
Pada saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di tuntut untuk
memberikan kenyamanan bagi pasien, artinya kita bisa meringankan penderitaan
sakit si pasien itu dan dalam perawatan pasien tidak dibedakan yang kaya dan
miskin.
J. Aplikasi Teori Florence Nightingale Dalam Proses Keperawatan
Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen dalam merawat pasien yang
diterapkan dalam keperawatan saat ini, dalam hal ini ventilasi menjadi pokok utama
dalam menentukan penyembuhan pasien.
a. Udara segar
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-menerus
merupakan prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap perawat harus
menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih, sebersih udara luar tanpa
harus membuatnya kedinginan
b. Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit pada
pasien. Oleh karena itu, perawat harus berusaha dengan baik agar air tetap terjaga
kebersihannya.
c. Saluran pembuangan yang efesien
Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan
normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran sehingga
terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien.
d. Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien. Perawat
memerlukan kebersihan yang optimal agar mempercepat proses penyembuhan.
Focus perawatan klien menurut Nightingale adalah pada kebersihan. Ia
berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh tingkat kebersihan,
baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
e. Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien adalah cahaya
matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat memberi rmanfaat yang besar
bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu membawa klien berjalan-
jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama tidak
terdapat Kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).
f. Aplikasi Teori Keperawatan
Membuat pasien merasa nyaman dan tenang di lingkungan rumah sakit
merupakan hal yang perlu dilakukan. Cara yang dilakukan untuk membuat pasien
merasa nyaman, pada saat memberi makanan di rumah sakit misal dengan
membersihkan meja tempat tidur dan yakinkan ada tempat untuk semua piring.
Makanan harus di hidangkan pada nampan bersih dan harus terlihat menarik.
Yakinkan ada alat makan yang digunakan.
Teori Nightingale memandang Pasien dalam kontek lingkungan keseluruhan:
1. Lingkungan fisik
2. Psikologis
3. Sosial

Melalui observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan antara


status kesehatan klient dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang
menimbulkan perbaikan kondisi higiene dan sanitasi selama perang Crimean.
Kondisi higene penting untuk membantu pasien tetap bersih dan untuk merawat
kulit, mulut, rambut, mata, telinga, kuku. Di jaman sekarang ketika seseorang
sakit, akan sulit memikirkan tentang mandi atau menyikat gigi atau
membersihkan kuku, bernapas atau mengatasi nyeri tampak lebih penting.

Oleh karena itu, perawat perlu melihat apakah pasien dapat mebersihkan diri
mereka sendiri dan membantu mereka bila mungkin. Penting untuk menanyakan
pasien apa yang biasanya mereka lakukan dan bagaimana mereka menginginkan
bantuan. Praktek budaya dan agama dapat membedakan praktek higiene. Higiene
adalah sangat pribadi dan masing – masing individu mempunyai ide yang
berbeda-beda tentang apa yang mereka ingin lakukan. Jika memungkinkan,
perawat harus membantu pasien memenuhi kebutuhan pribadinya daripada
melakukan standard rutin.
Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan penyakit, tetapi tidak
untuk menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat adalah merawat
orang yang sakit dan dokter adalah orang yang berperan penting dan sangat
membantu dalam proses penyembuhan penyakit. Itulah beda perawat dan dokter.
Perawat juga bukan hanya memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit
kepada si pasien, tetapi mereka juga harus bisa membuat lingkungan fisik,
psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka merasa sehat atau sembuh dari
penyakit baik lahir maupun batin mereka tenang dan nyaman.

Pada saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di tuntut untuk memberikan
kenyamanan bagi pasien, artinya kita bisa meringankan penderitaan sakit si pasien
itu dan dalam perawatan pasien tidak dibedakan yang kaya dan miskin.

 Contoh Kasus
Banyak kasus orang dipulangkan dari rumah sakit ke rumah ketika mereka
masih membutuhkan asuhan keperawatan, sehingga perawat sering
memberikan perawatan di rumah yamg hampir sama dengan yang mereka
berikan pada pasien di rumah sakit.
Berdasarkan teori ada beberapa hal yang pelu di lakukan perawat atau
beberapa contoh peran perawat berdasarkan teori :
o Pada saat memberikan nutrisi kepada pasien yang harus dilakukan
perawat adalah :
a. Membuat pasien merasa nyaman
b. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang baik
c. Memposisikan pasien untuk makan
d. Membuat lingkungan sekitar nyaman
e. Jika perlu, perawat bisa membantu pasien makan.
o Hal-hal lain yang perlu dilakukan perawat berdasarkan teori :
a. Memberikan kenyamanan dan ketenangan lingkungan kepada
pasien
b. Merawat pasien dengan benar
c. Bekerja sama dengan dokter untuk mengobati pasien
d. Melindungi pasien
e. Menjaga lingkungan pasien dalam kondisi hygiene
f. Menjaga pasien dari infeksi
g. Memberikan udara kepada pasien agar pasien dapat bernapas
dengan, tenang dan nyaman
h. Memberikan rasa aman kepada pasien
i. Mengetahui dan mengontrol kondisi pasien setiap waktu.
K. Kelebihan dan kelemahan
a. Kelebihan teori Florence Nigtingale
1. Salah satu kisah fakta yang mencetuskan teori modern dalam dunia
keperawatan.
2. Pada zaman keperawatan Florence Nightingale memandang pasien dalam
kontek keseluruhan lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial.
3. Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan masalah
pemberian obat dan pengobatan saja, tetapi lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi
adekuat.
4. Pengkajian atau observasi yang dilakukan Florence Nightingale bukan demi
berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyalamatan
hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan.
5. Semua tindakan yang dilakukan penuh kasih sayang dan bekerja untuk Tuhan
Y.M.E.
6. Asuhan keperawatan yang diberikan penuh dengan semangat semata-mata
untuk kesembuhan pasien.
b. Kelemahan teori Florence Nigtingale
1. Teori Keperawatan Florence Nightingale sempat diragukan kemampuannya.
2. Perawat pada saat itu dianggap pekerjaan remeh dan disepelekan oleh banyak
orang.
3. Kurangnya dukungan dari perawat lain dalam proses pelayanan dan
perkembangannya saat itu.
4. Kurangnya sarana dan pra-sarana yang menunjang.
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Teori-teori keperawatan berpengaruh secara signifikan dalam memperbaiki


praktek keperawatan, melalui riset keperawatan, dan praktik keperawatan
memberikan fenomena yang perlu dilakukan riset untuk dapat memperkokoh teori
keperawatan. Teori-teori keperawatan yang disusun secara jelas meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena keperawatan yang ada dan mengarahkan
perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek keperawatan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://ahmadjamal09.blogspot.com/2017/12/teori-florence-nightingale.html
http://galih-priambodo.blogspot.com/2013/02/teori-keperawatan-martha-elizabeth-
roger_7058.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai