Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROINTERITIS AKUT

Pembimbing : Puteri indah dwipayanti ,S.kep.Ns.,M.kep

Oleh: Roro Nurfathma Suta Andhini

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO TAHUN 2020-2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan gastroentestinal akut ".Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai“Asuhan Keperawatan
gastroentestinal akut ".Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulandemi
perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya


laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupunorang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapatkesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saranyang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Penulis,

13 september 2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi gastroentestinal akut.......................................................................


B. Etiologi gastroentestinal akut........................................................................
C. Manifestasi klinis gastroentestinal akut........................................................
D. Komplikasi gastroentestinal akut …………………………………………..

E. Pemeriksaan penunjang gastroentestinal akut………………………………


F. Penatalaksanaan medis gastroentestinal akut ..............................................

G. Pathway gastroentestinal akut.......................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GASTROINTESTINAL AKUT

A. Pengkajian.....................................................................................................
B. Diagnosa.......................................................................................................
C. Intervensi.......................................................................................................
D. Evaluasi ........................................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................

BAB I
PENDUHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2003). Gastroenteritis
akut didefinisikan sebagai diare yang berlangsung kurang dari 15 hari (Rani AA. dkk
2015)
Diare dapat di sebabkan oleh beberapa factor di antaranya di sebabkan oleh
factor infeksi, factor malabsorbsi, factor makanan, maupun factor psikologis.
Sebagian besar factor diare di sebabkan oleh factor infeksi. Banyak dampak yang
dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain, pengeluaran toksin yang dapat
menenimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit yang
mengakibatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Dengan demikian, dari beberapa factor di atas akan
menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda. Manifestasi atau tanda dan gejala diare
pada orang dewasa biasanya di tandai dengan Konsistensi feces cair (diare) dan
frekuensi defekasi semakin sering, muntah (umumnya tidak lama) , demam (mungkin
ada, mungkin tidak), kram abdomen, membrane mukosa kering, berat badan
menurun. Selama proses terjadi diare tanda dan gejalanya juga lain lagi seperti
kulit sekitar anus biasanya akan mengalami iritasi atau lecet akibat seringnya
defekasi. Maka sangat di butuhkan perhatian dan perawatan yang maksimal pada
pasien dewasa di Rumah Sakit. Salah satu penyakit yang termasuk masalah
kesehatan masyarakat umumnya adalah gastroenteritis.Gastroentritis banyak
ditemukan terutama dinegara Asia, Afrika, dan Amerika menunjukkan bahwa
gastroenteritis merupakan penyebab utama dan rata – rata pada anak dewasa ( Nur
Qolis, 2016).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Gastreonteritis?
2. Apa penyebab atau etiologi terjadinya Gastreonteritis?
3. Bagaimana manifestasi klinis Gastreonteritis?
4. Bagaimana komplikasi Gastreonteritis?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang akan terjadi pada Gastreonteritis?
6. Bagaimana pathway yang dapat dilakukan pada kasus Gastreonteritis?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada kasus
Gastreonteritis?
8. Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada kasus
Gastreonteritis?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI

Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak


normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonates lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir darah.
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus dan pathogen parasitic.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan
usus ditandai dengan frekuensi buang air besar pada neonates lebih dari 4 kali
sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
Salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi. Klasifikasi
tingkat dehidrasi:
1. Dehidrasi ringan

Apabila kehilangan cairan 2-5% dari BB atau rata-rata 25 ml/kgBB dengan


gambaran klinik turgor kulit kurang elastic, suara serak, penderita belum jatuh
pada keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang

Apabila kehilangan cairan 5-8% dari BB atau rata-rata 75 ml/kgBB dengan


gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi
cepat dan dalam.

3. Dehidrasi berat

Apabila kehilangan cairan 8-10% dari BB atau rata-rata 125 ml/kgBB, pada
dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan
darah menurun, pasien sangat lelah, kesadaran menurun.
B. ETIOLOGI
• Factor infeksi

Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan


penyebab utama diare pada anak, infeksi internal meliputi:
b. Infeksi bakteri

Vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,


aeoromonas dan sebagainya.
c. Infeksi virus

Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,

astovirus dan lain-lain.

d. Infeksi parasit

Cacing, protozoa dan jamur.

• Factor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan


anak,malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
a. Faktor makanan

Makanan basi, beracun dan alergi makanan.

b. Faktor kebersihan

Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja,


tidak mencuci tangan setelah BAB atau sebelum mengkonsumsi
makanan.
c. Faktor psikologi

Rasa takut dan cemas menyebabkan diare karena dapat merangsang


peningkatan peristaltic usus.

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Diare

2. Muntah

3. Demam
4. Nyeri abdomen

5. Membrane mukosa mulut dan bibir kering

6. Fontanel cekung

7. Kehilangan berat badan

8. Tidak nafsu makan

9. Badan terasa lemah

D. KOMPLIKASI
• Dehidrasi
• Renjatan Hipovolemik
• Kejang
• Bakterimia
• Mal Nutrisi
• Hipoglikemia
• Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan feses

Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan


kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap
berbagai antibiotic serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut : feses berwarna
pekat atau putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu
(obstruksi empedu). Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat
seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses
berwarna pucat disebabkan karena malabsorpsi lemak, diet tinggi susu dan
produk susu. Feses berwarna orange atau hijau disebabkan karena infeksi
usus. Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya
adalah bakteri. Feses seperti tepung berwarna putih disebabkan karena diare
yang penyebabnya adalah virus. Feses seperti ampas disebabkan karena diare
yang penyebabnya adalah parasit. Feses yang didalamnya terdapat unsure pus
atau mucus disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi peradanganpada
usus, terdapat lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorbsi lemak
dalam usus halus.
• Pemeriksaan darah

Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na,
Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik,
kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi / malabsorbsi
tekanan fungsi sumsum tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel
darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui
faal ginjal.
• Pemeriksaan elektrolit tubuh

Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat.

• Duodenal intubation

Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif


terutama pada diare kronik.

F. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

• Pemberian cairan

a. Cairan per oral : pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
glukosa. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau
sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan
garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam.

b. Cairan parenteral :
• Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
• Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
c. Dehidrasi berat :
b) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1
jam pertama 40 ml/kgBB/jam : 10 tetes/kgBB/menit (infuse set 1
ml : 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit), 7 jam berikutnya 12
ml/kgBB/jam : 3 tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16
jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral, bila anak mau minum,
teruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3
tetes/kgBB/menit.
c) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg, 1 jam
pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml : 20 tetes), 7
jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau
minum dapat diteruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kgBB/menit
atau 3 tetes/kgBB/menit.
d) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam pertama 20
ml/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105
ml/kgBB oralit per oral.

2. Diatetik (pemberian makanan)

Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada klien dengan
tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Hal-hal
yang perlu diperhatikan : memberikan ASI, memberikan bahan makanan yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
3. Obat-obatan

1) Obat antiseri

2) Obat anti spasmolitik

3) Obat antibiotic

G. PATHWAY

Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi
saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menibulkan gangguan sekresi dan
reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit
dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia srta kerusakan mikrovili yang dapat menibulkan keadaan maldigesti dan
malabsorbsi, dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami invasi sistemik.

Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga
usus berlebihan sehingga timbul diare.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dengan gangguan sirkulasi darah.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
 Pengkajian Primer
a) Airway Pasien dengan gastroenteritis biasanya didapatkan kondisi
dengan karakteristik adanya mual dan muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan.
Diagnosakeperawatan :ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d
sekresi yang tertahan Emergency treatment : Pastikan kepatenan jalan
nafas
- Kaji adanya penyumbatan jalan nafas seperti air ludah, muntahan,
dan secret
- Pasien dimiringkan kekanan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan
- Lidah dijaga agar tidak mengahalangi jalan nafas atau tergigit
b) Breathing Pada pasien gastroenteritis dapat ditemukan abnormalitas
metabolik atau ketidakseimbangan asam basa yang dapat
menimbulkan gangguan pernafasan.
Diagnosa keperawatan : ketidakefektifan pola nafas b/d
abnormalitas metabolic atau ketidakseimbangan asam basa
Emergency treatment :
- Kaji respiratory rate
- Kaji saturasi oksigen
-Auskultasi dada
-Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan
saturasi

c) Circulasi Pada pasien gastroenteritis ditemukan penurunan kadar kalium


darah di bawah 3,0 mEq/liter sehingga menyebabkan disritmia jantung.
Diagnosa keperawatan : penurunan curah jantung b/d adanya distritmia
jantung yang disebabkan oleh penurunan kadar kalium darah
Emergency treatment :
- Kaji denyut jantung
- Monitor tekanan darah
- Pasang infus berikan cairan jika pasien dehidrasi
- Catat temperatur
d) Disability Pada pasien gastroenteritis penurunan tingkat kesadaran
karena dehidrasi dengan gejala seperti gelisah, kulit lembab, dan
berkeringat tidak muncul sampai total volume darah yang hilang
sekitar 10-20% sehingga dapat menyebabkan syok hipovolemik.
Diagnosa keperawatan : penurunan curah jantung b/d adanya distritmia
jantung yang disebabkan oleh penurunan kadar kalium darah
Emergency treatment :
- Panatu tanda vital
- Perhatikan respon pasien sebagai respon terhadap stimulus
e) Exposure Pasien dengan gastroenteritis mengalami dehidrasi akibatnya
terjadi peningkatan suhu tubuh karena proses infeksi sekunder. Diagnosa
keperwatan : hipertermi b/d terjadinya dehidrasi
Emergency treatment :
- Kaji riwayat pasien
- Kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
- Kaji tentang waktu sampai adanya gejala
- Lakukan pemeriksaan abdomen

 pengkajian sekunder

Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses


keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap ini semua data dan
informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan di analisa untuk
menentukan diagnose keperawatan. Adapun langkah-langkah dalam
pengkajian ini adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat
rumah, suku bangsa, agama dan nama orang tua.
b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama, pasien biasanya mengeluh berak encer dengan atau


tanpa adanya lender dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari,
berwarna kehijau-hijauan dan berbau amis, biasanya disertai muntah,
tidak nafasu makan,dan disertai dengan demam ringan atau demam
tinggi pada anak- anak yang menderita infeksi usus.
2) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi lamanya keluhan : masing-
masing orang berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi,
keadaan social, ekonomi, hygiene dan sanitasi. Akibat timbul
keluhan : anak menjadi rewel dan gelisah, badan menjadi lemah dan
aktivitas bermain kurang. Faktor yang memperberat adalah ibu
mengehntikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan
minum, tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau
larutan gula garam).
3) Riwayat kesehatan dahulu, yang perlu ditanyakan yaitu riwayat
penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal
ini orang tua. Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat
penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga
harus dirawat di rumah sakit.
4) Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal
yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
sesuai dengan usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar,
motorik halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal
social atau kemandirian.
5) Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak
mendapat imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan
jadwal pemberian serta efek samping dari pemberian imunisasi
seperti panas, alergi dan sebagainya.
6) Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis
makanan, makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan
untuk makan dan minum. Pola eliminasi seperti frekuensi buang besr
dan buang air kecil di rumah dan di rumah sakit. Selain itu juga
ditanyakan tentang konsistensi, warna dan bau dari objek eliminasi.
Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan sebelum dan
sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik dirumah dan juga
bagaimana pola hygiene tubuh seperti mandi, keramas dan ganti
baju.

c. Pemeriksaan fisik

1.Secara umum Tingkat


kesadaran :
TTV : N, R, S

Pengukuran antropometri : BB, TB

1) Head to toe

Rambut
Inspeksi : Turgor kulit kurang,kulit kering,tidak terdapat clubbingfinger,
warna kuku merah muda, warna rambut hitam
Kepala

Inspeksi: Bentuk kepala oval, ubun-ubun cekung tidak terdapat


pembengkakan, tidak terdapat tanda-tanda infeksi, pertumbuhan
rambut rata .

Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada bagian kepala

Mata:

Inspeksi : Cekung, tidak terdapat pembengkakan pada bagian mata,


konjungtiva merah mudah,sclera putih,tidak terdpat katarak
infantir.

Telinga :

Inspeksi : Warna kulit telinga sama dengan warna wajah, telinga kiri
simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada bagian telinga

Hidung :

Inspeksi : Tidak terdapat sekret, warna mukosa merah mudah, tidak


terdapat cairan dalam hidung
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung

Mulut :

Inspeksi : warna lidah merah muda, mukosa mulut kering

Leher :

Inspeksi : Warna leher sama dengan warna wajah, tidak terdapat


pembesaran kelenjar tiroid.

Dada :

Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada


simetris
Auskultasi : Bunyi napas bronkovesikuler, Bunyi jantung s1&s2 lup dup

Punggung :

Inspeksi : Bentuk tulang belakang normal


Abdomen :

Inspeksi : Warna abdomen sama dengan warna bagaian dada, kontur


abdomen sedikit cekung, tidak terdapat pembesaran hati dan
limfa, tidak terdapat hernia umbilikus
Auskultasi : Peristaltik ususk 40x/menit,

Perkusi : Bunyi timpani dan pekak pada bagian abdomen

Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada lambung.


Ekstremitas Atas

Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan pada ekstremitas


Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian
Ekstremitas atas

Ekstremitas Bawah

Inspeksi : Tidak terdapat pembengkaka pada ekstremitas

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas

Genital dan anus

Genitalia tampak bersih, letak saluran uretra, tidak ada lesi dan tidak

terdapat edema. Pada anus tidak tampak hemoroid.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnose yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis adalah :


a. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi. (D.0130)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme pathogen
lingkungan. ( D.0142)
3. Intervensi
Diagnose Tujuan Intervensi
Hipertermia setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan selam 3x24 (1.15506)
dengan dehidrasi. jam diharapkan masalah Observasi :
(D.0130) hipertermi dapat teratasi -monitor suhu tubuh.
dengan kriteria hasil -monitor kadar elektralit.
(L.14134) : -monitor komplikasi akibat
-menggigil menurun. hipertermia.
-suhu tubuh membaik. Terapeutik :
-tekanan darah membaik. -sediakan lingkungan yang
dingin.
-longgarkan atau lepaskan
pakaian.
-berikan cairan oral.
-berikan oksigen,jika perlu.
Edukasi :
-anjurkan tirah baring.
Kolaborasi :
-kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu.
Risiko infeksi setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
keperawatan selam 3x24 jam
berhubungan (1.14539)
diharapkan masalah risiko
dengan infeksi dapat teratasi dengan Observasi :
kriteria hasil (L.14137) :
peningkatan -monitor tanda dan gejala
-kebersihan tangan
paparanorganisme meningkat. Terapeutik :
-kebersihan badan
pathogen -batasai jumlah pengunjung.
meningkat.
lingkungan. -demam menurun. -berikan perawatan kulit
-kultur darah membaik.
( D.0142) pada area edema.
-cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien.
Edukasi :
-jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
-ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.
-ajarkan etika batuk.
Kolaborasi :
-kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu.
4.Evasluasi :
1. Tidak hipertermi.
2. Tidak dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012- 2014. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Nur Kholis Fahmi.2016.Asuhan Keperawatan Dengan Diare Pada AN.A di Ruang


Flamboyan RSI Pekajangan Kabupaten Pekalongan. Stikes
Muhammadiyah Pekajangan.Pekalongan Tahun 2016

http://www.kidshealth.org.nz/viral-gastroenteritis-
gastro
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gastroenteritis.ht
ml
PPNI.2017 Strandar Diagnosa Keperawatan Indonesia
PPNI.2017 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
PPNI.2017 Strandar Luaran Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai