Anda di halaman 1dari 36

PEMASANGAN INFUS

DAN TRANSFUSI
Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep
Pengertian
• Pemberian cairan intravena dalah tindakan yang
dilakukan untuk memasukkan cairan atau obat atau darah
langsung melalui pembuluh darah vena dalam jumlah dan
waktu tertentu dengan menggunakan infus set .
Tujuan pemasangan infus
• Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh
• Memasukkan obat kedalam tubuh pasien melalui bolus
/intravena
• Tranfusi darah 
• Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi 
Indikasi Pemasangan Infus
Indikasi pemasangan infus terdiri dari 4 situasi yaitu ;
Kebutuhan pemberian obat intravena; hidrasi intravena;
transfusi darah atau komponen darah; dan situasi lain di
mana akses langsung ke aliran darah diperlukan, contoh :
• Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yg
memungkinkan untuk pemberian obat secara langsung ke
dalam pembuluh darah Intra Vena
• Untuk dapat memberikan respon yg cepat terhadap
pemberian obat (seperti furosemid, digoxin)
• Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar
secara terus-menerus melalui pembuluh darah Intra vena
• Pasien yg membutuhkan pencegahan gangguan cairan &
elektrolit
Indikasi Pemasangan Infus
• Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan
mengurangi kepentingan dgn injeksi intramuskuler.
• Pasien yg mendapatkan tranfusi darah
• Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum
prosedur (contohnya pada operasi besar dengan risiko
perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan
seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat)
• Upaya profilaksis pada pasien-pasien yg tidak stabil,
contohnya syok (meneror nyawa) & risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) , sebelum pembuluh darah kolaps (tak
teraba), maka tak mampu dipasang pemasangan infus.
Kontraindikasi Pemasangan Infus
Kontraindikasi relatif pada pemasangan infus, karena ada
berbagai situasi dan keadaan yang mempengaruhinya. Namun
secara umum, pemasangan infus tidak boleh dilakukan jika ;
Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis, sklerosis
vena, luka bakar dan infeksi di area yang hendak di pasang infus.
Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien gagal
ginjal, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit
ginjal karena lokasi ini dapat digunakan untuk pemasangan
fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci
darah).
Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg
aliran darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai &
kaki).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan
pemasangan infus
Sterilitas :
Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan
infeksi lokal pada daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke
dalam pembuluh darah mengakibatkan bakteremia dan sepsis:
• Tempat tusukan harus disucihamakan dengan pemakaian desinfektan
(golongan iodium, alkohol 70%).
• Cairan, jarum dan infus set harus steril.
• Pelaku tindakan harus mencuci tangan sesuai teknik aseptik dan
antiseptik yang benar dan memakai sarung tangan steril yang pas di
tangan.
• Tempat penusukan dan arah tusukan harus benar. Pemilihan tempat
juga mempertimbangkan besarnya vena. Pada orang dewasa biasanya
vena yang dipilih adalah vena superficial di lengan dan tungkai,
sedangkan anak-anak dapat juga dilakukan di daerah frontal kepala.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan
pemasangan infus
Fiksasi :
Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau
tercabut. Apabila kanula mudah bergerak maka ujungnya akan
menusuk dinding vena bagian dalam sehingga terjadi hematom atau
trombosis.
Pemilihan cairan infus :
• Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan
pemberian cairan.
• Kecepatan tetesan cairan :
Untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh maka tekanan dari
luar ditinggikan atau menempatkan posisi cairan lebih tinggi
dari tubuh. Kantung infus dipasang ± 90 cm di atas permukaan
tubuh, agar gaya gravitasi aliran cukup dan tekanan cairan
cukup kuat sehingga cairan masuk ke dalam pembuluh darah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan
pemasangan infus
• Kecepatan tetesan cairan dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa volume
tetesan tiap set infus satu dengan yang lain tidak selalu
sama dan perlu dibaca petunjuknya.
• Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak
melengkung, tidak terlipat atau terlepas sambungannya.
• Hindari sumbatan pada bevel jarum/kateter intravena. Hati-
hati pada penggunaan kateter intravena berukuran kecil
karena lebih mudah tersumbat.
• Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang
berkelok atau mengalami spasme.
• Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena
yang sudah terpasang.
Pemilihan lokasi pemasangan infus
Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah
sangat penting dan mempengaruhi berapa lama intravena terakhir
Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus
menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur
seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun
Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak,
perubahan tingkat kesadaran
Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan
diberikan sering memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya
hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer)
Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan
pengukuran untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan
baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke
proksimal (misalnya mulai di tangan dan pindah ke lengan)
Pemilihan lokasi pemasangan infus
Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada,
pemilihan sisi dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat
penting ; jika sedikit vena pengganti
Terapi intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena
menjadi tidak baik untuk di gunakan, kemoterapi sering membuat
vena menjadi buruk (misalnya mudah pecah atau sklerosis)
Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang
terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat
(misalnya pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter
Sakit sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada
pasien dengan stroke
Kesukaan pasien : jika mungkin, pertimbangkan kesukaan alami
pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi
Jenis Cairan Infus

ISOTONIS HIPOTONIS HIPERTONIS

KRISTALOID KOLOID
Jenis Cairan Infus
Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan)
cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan
cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif
dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat
(RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl
0,9%).
Jenis Cairan Infus
Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis
diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan
tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya
adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
Jenis Cairan Infus
Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi
dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit
dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin,
dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose
5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate.
Jenis Cairan Infus
Kristaloid: bersifat isotonik, sehingga efektif dalam
mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah
dalam waktu yg singkat, & bermanfaat pada pasien yg
memerlukan cairan segera. Contohnya Ringer-Laktat &
garam fisiologis.

Koloid:Ukuran molekulnya (umumnya protein) cukup besar


maka tidak akan ke luar dari membran kapiler, & terus
berada dalam pembuluh darah, sehingga sifatnya
hipertonik, & mampu menarik cairan dari luar pembuluh
darah. Misalnya ialah albumin & steroid.
Komplikasi Pemasangan Infus

Plebitis Infiltrasi Iritasi vena Hematoma

Trombophlebitis Trombosis Oclussion Spasme Vena

Kerusakan
Reaksi
syaraf, tendon
Vasovagal
dan ligamen
Komplikasi Pemasangan Infus
Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama
tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi. Komplikasi dari
pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma, infiltrasi, tromboflebitis, emboli udara (Hinlay,
2006).
1. Phlebitis
Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini
dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah
insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area insersi atau
sepanjang vena, dan pembengkakan.
2. Infiltrasi
Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekeliling tempat pungsi
vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan cairan di
jaringan), palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi,
ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali
jika tempat penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas yang
berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan
memasang torniket di atas atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan
mengencangkan torniket tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus
tetap menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infiltrasi.
Komplikasi Pemasangan Infus
3. Iritasi vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area
insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau
osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin, vancomycin, eritromycin, dan nafcillin).
4. Hematoma
Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area insersi.
Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang berlawanan selama penusukan
vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat
penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu
ekimosis, pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah
pada tempat penusukan.
5. Trombophlebitis
Trombophlebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam
vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan,
rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena,
imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan,
kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.
Komplikasi Pemasangan Infus
6. Trombosis
Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan
aliran infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding
vena, pelekatan platelet.
7. Occlusion
Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol
dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area
pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh gangguan aliran IV,
aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.
8. Spasme vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar
vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme
vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin,
iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran
yang terlalu cepat.
Komplikasi Pemasangan Infus
9. Reaksi vasovagal
Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada
vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual dan
penurunan tekanan darah. Reaksi vasovagal bisa
disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.
10. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament
Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa,
dan kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah
paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi ini disebabkan
oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga
menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan ligament.
Pencegahan pada Komplikasi Pemasangan
Infus
• Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
• Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
• Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
• Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
• Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
• Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus
perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
• Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester
dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)
• Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi
dalam pemasangan infus
• Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah
rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil
• Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat.
• Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan millimeter
perjam (ml/h) dan penghitungan tetes permenit
RUMUS TETESAN INFUS
• Rumus dasar dalam hitungan menit

Jumlah Tetesan Per Menit = Jumlah Kebutuhan Cairan x


Faktor Tetes / Waktu (Menit)

• Rumus dasar dalam jam

Jumlah Tetesan Per Jam = Jumlah Kebutuhan Cairan x


Faktor Tetes / Waktu (Jam) x 60 Menit
RUMUS TETESAN INFUS
• Faktor Tetes Makro

Tetes Per Menit = Jumlah Cairan Infus (ml) / lamanya infus (jam) x 3

• Faktor Tetes Mikro


• Tetes Per Menit = Jumlah Cairan Infus (ml) / lamanya infus (jam)

• Contoh :
Jika cairan dimasukkan 500 ml dan habis selama 8 jam, berapa tetes per
menit (TPM) yang harus diatur?
• Faktor Tetes Makro
Tetes per menit = 500 ml / 8 x 3 = 20 TPM
• Faktor Tetes Mikro
Tetes per menit = 500 ml / 8 = 60 TPM
RUMUS TETESAN INFUS
Untuk memudahkan, di bawah ini ada patokan pemberian
tetesan infus per menit dan waktu lamanya habis.

Untuk Makro
• 20 tetes/menit=1cc = 60 cc/jam, Lamanya habis= 500 cc/60=
8,3 =8 jam (bulatkan )
• 15 tetes/menit= 11 jam
• 10 tetes permenit=17 jam artinya dalam waktu 1 jam=30 cc
• 5 tetes permenit= 33 jam
• 60 tetes/menit= 3 jam
• 40 tetes/menit= 4 jam
• 30 tetes/ menit= 6 jam
RUMUS TETESAN INFUS
Untuk memudahkan, di bawah ini ada patokan pemberian
tetesan infus per menit dan waktu lamanya habis.

Untuk Mikro
• 1 kolf = 500 cc = 7 tetes/menit, habis dalam 24 jam.
• 2 kolf = 1000 cc = 14 tetes/menit, 1 kolf habis dalam 12 jam,
sehingga 24 jam habis 2 kolf.
• 3 kolf = 1500 cc = 20 tetes/menit, 1 kolf habis dalam 8 jam,
sehingga 24 jam habis 3 kolf.
• 4 kolf = 2000 cc = 28 tetes/menit, 1 kolf habis dalam 6 jam,
sehingga 24 jam habis 4 kolf.
• 5 kolf = 2500 cc = 35 tetes/menit, 1 kolf habis dalam 4.5 jam,
sehingga 24 jam habis 5 kolf.
BAGIAN-BAGIAN INFUS SET
TRANSFUSSION SET INFUS SET
Spike/Penetrate Needle Infuse
  Spike cup adalah penutup adalah jarum infus/tranfusi set
penetrate needle infuse/tranfusi yang berfungsi sebagai
set yang berfungsi keseterilan pembolong botol infus dan juga
penetrate needle infus sebagai penghubung pertama
cairan infusan
Air Vented adalah lubang kecil
pada spike yang berfungsi
penyetabil udara drip chamber Drip Chamber adalah ruang tetes
dan juga berfungsi sebagai yang berfungsi untuk mencegah
ventilasi ketika memberikan terjadinya emboli udara
terapi infusan vial
Blood Filter adalah bagian Solution Filter adalah pengubung
khusus pada tranfusi set yang drip chamber dengan tube yang
berfungsi sebagai penyaring berfungsi untuk mencegah partikel,
darah dan mencegah trombus udara, bekuan darah tranfusi dan
masuk kedalam sistem aliran mencegah masuknya bakteri dari
darah cairan infus ke sistem vena
Roller clamp set adalah bagian Tube adalah selang/pipa infus
infus set yang menempel pada yang berfungsi sebagai sarana
tube berfungsi untuk mengalirnya cairan atau darah
menghentikan dan mengalirkan dari infusan yang akan menuju
cairan infusan atau darah vena
Injection Site adalah adalah
Y Injection Connector adalah bagian infus berbahan karet
bagian tube infus yang berfungsi elastis yang berfungsi sebagai
sebagai tempat penyuntikan tempat penusukan jarum suntik
obat intravena untuk pemberian obat intra vena
Connector adalah bagian infus Needle hub adalah jarum yang
set yang berfungsi sebagai melekat pada konektor berfungsi
penghubung infus set ke IV untuk needle spooling atau
canula dan bisa sebagai tempat ventilasi dengan
spooling infus menusukkannya ke plabot/vial
Needle cap adalah penutup needle hub yang
berfungsi untuk menjaga kesterilan needle hub dan
mencegah terjadinya tertusuk jarum

TERIMAKASIH

STUDY SMART
AND STUDY HARD
IS ONE OF KEY
TO SUCCES

Anda mungkin juga menyukai