DISUSUN OLEH :
MUGI ASRIANTI
015SYE18
A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi stroke
2. Klasifikasi stroke
3. Etiologi stroke
b. Emboli serebri
c. Hemoragi
4. Manifestasi klinis
Terdapat emboli yang cukup besar, hilangnya sensabilitas, perubahan
mendadak status mental dan afasia. Gejala khusus pada pasien stroke
adalah kehilangan motorik yang dapat menyebabkan kehilangan volunter
seperti hemiplegia dan hemiparesis (Wijaya dan Mariza, 2013:35 dalam
Santoso, L.E, 2018: 4).
5. Patofisiologi
Otak adalah organ dari tubuh yang tidak dapat memproduksi oksigen
sendiri. Kekurangan oksigen dalam jangka waktu yang panjang dapat
menyebabkan kematian sel dan jaringan. Stroke akan sangat meluas saat
serangan pertama terjadi ini dapat memicu terjadinya peningkatan
tekanan intra kranial (TIA) selain itu ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan serangan strke menjadi parah yaitu faktor hipertensi.
(Wijaya dan Mariza, 2013 dalam Santoso, L.E, 2018: 6).
a. Stroke non hemoragik
Penggolongan stroke non hemoragik atau infark menurut Wijaya dan
Mariza, (2013:32) dalam Santoso, L.E, (2018: 8) diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) TIA (Transient Ischemic Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi dalam waktu 24 jam,
dimana gejala ini akan hilang dan timbul dengan spontan.
2) Stroke komplit
Gejala neurologis fokal terus berkembang. Terlihat semakin berat
dan memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul
berlangsung secara bertahap hingga menjadi berat.
b. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intrakranial yang seharusnya konstan. Akibat adanya
perubahan komponen intrakranial yang tidak dapat dikompensasi
tubuh akan menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial yang bila
berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
Disamping itu, darah yang mengalir ke ruang subarachnoid dapat
menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan
pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak
ada sehingga dapat terjadi nekrosis jaringan otak (Ningtiyas,
I.F,2017).
6. Pathway
Mutaqqin, 2008
7. Komplikasi
a. Berhubungan dengan imobilisasi
1) Infeksi pernafasan
3) Konstipasi
4) Tromboflebitis
2) Dislokasi sendi
1) Epilepsy
2) Sakit kepala
3) Kraniotomi
4) Hidrosefalus
(Andra & Yessie, 2013)
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Angiografi serebral
c. Sinar x tengkorak
g. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah
rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah
(AGD), biokimia darah, dan elektrolit (Wijaya dan Mariza, 2013:37
dalam Santoso, L.E, 2018: 8).
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke menurut (Wijaya dan Mariza, 2013:38 dalam
Santoso, L.E, 2018: 6).
a) Penatalaksanaan Medis
1) Trombolitik (streptokinase)
2) Antikoagulan (heparin)
3) Hemorragik (pentoxyfilin)
b. Penatalaksanaan Khusus/Komplikasi
b) Atasi hipertensi
c) Atasi hiperglikemia
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2011).
Pengkajian pada pasien stroke meliputi identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam
intracranial.Keluahan perubahan perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit dapat terjadi letargi, tidak
responsive dan koma.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan kegemukan. Pengkajian
obat-obatan yang sering digunakan klien seperti pemakaian obat
anti hipertensi, anti lipidemia, penghambat beta dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan
obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
mellitus atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pengkajian psikososiospiritual (Gordon)
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup
Biasanya pasien stroke non emoragik ada riwayat perokok,
penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
2) Pola nutrisi metabolisme
Adanya keluhan susa menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.
3) Pola eliminasi
Terjadi inkontensia urine dan pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kesukaran untuk beraktifitas karena kelemahan kehilangan
sensori atau paralise/himepilegi, mudah lela.
5) Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk beristirahat karena kejang otot/nyeri otot.
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya pada pasien stroke pon bemoragik adanya
perubahan hubungan dan peran karena pasien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara
7) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada pasien stroke non hemoragik merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,tidak kooperatif
8) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pola sensori pada pasien stroke non hemoragik
mengalami gangguan penglihatan atau kekaburan
pandangan,perabaan atau sentuhan menurun pada muka dan
ekstremitas yang sakit.
9) Pola reproduksi dan sosial
Biasanya pada pasien stroke non hemoragik terjadi
penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatanstroke,seperti obat anti kejang, anti
hipertensi,antagonishistamin.
10) Pola penanggulangan stress
Biasanya pada pasien stroke non hemoragik mengalami
kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan
proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada pasien stroke non hemoragik akan mengalami
gangguan dalam melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilaksanakan secara keseluruhan mulai dari
kepala sampai ujung kaki yang dilakukan secara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik padapasien stroke non hemoragik,yaitu:
1) Keadaan Umum
Biasanya pada pasien stroke keadaan umumnya akan tampak
lemah.
2) GCS
Menilai nilai GCS pada pasien stroke untuk mengetahui nilai
eye, motorik, dan verbal pasien. Biasanya pada pasien stroke
akan terdapat nilai GCS dengan E :2 (memberikan
rangsangan nyeri),V : 2 (mengerang), M :2 (exstensi
abnormal)
3) Head to toe
Bagian Inspeksi Palpasi auskultasi perkusi
tubuh
kepala bagaimana bentuk kepala meraba apakah
pasien, apakah terdapat nyeri tekan,
ada atau tidak ada lesi oedema pada bagian
dikepala pasien, kepala. Biasanya
kebersihan kepala. pada pasien SNH
Biasanya pada pasien (Stroke Non
SNH (Stroke Non Hemoragik) tidak
Hemoragik) bentuk mengalami nyeri
kepala simetris, terdapat tekan pada bagian
lesi jika ada kepala, namun
trauma dibagian kepala. apabila ada trauma
maka akan terjadi
nyeri pada bagian
kepala.
mata melihat kesimetrisan meraba apakah
kedua mata pasien, terdapat nyeri tekan,
konjungtiva anemis atau oedema pada bagian
pucat, melihat pupil wajah.
apakah isokor atau tidak.
Biasanya
pada pasien SNH(Stroke
Non Hemoragik) terjadi
ketidak simetrisan pada
mata sehhingga
terjadinya gangguan pada
N. III
(okulomotorius).
telinga melihat kesimetrisan meraba apakah
kedua telinga dan terdapat nyeri tekan,
melihat apakah terdapat oedema
lubang telinga pada dan penonjolan pada
telinga, melihat adanya bagian
lesi, serumen, telinga.
maupun pengeluaran
darah atau cairan.
Palpasi
idung melihat kesimetrisan
posisi septum nasal,
apakah terdapat
pernafasan cuping
hidung, apakah terdapat
pengeluaran lender atau
darah. Biasanya pada
pasien SNH (Stroke
Non Hemoragik) apabila
terjadi sesak nafas maka
pasien akan bernafas
menggunakan
alat bantu,pernafasan
cuping hidung.
Mulut dan elihat kebersihan mulut
tenggorokan pasien, melihat
kelembaban bibir
pasien, melihat
kelengkapan gigi pasien.
Biasanya pada
pasien SNH (Stroke Non
Hemoragik) mulut akan
mencong ke kiri atau ke
kanan karena
kerusakan N. VII (otot
wajah) dan N.XII
otot skeletal lidah).
h. Pemeriksaan laboratorium
1) Lumbal fungsi : pemeriksaan likour merah
biasanyadijumpai pada perdarahan yang massif,
sedangkanperdarahan yang kecil biasanya warna likour
masihnormal (xantokhrom) sewaktu hari pertama.
2) Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia, gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam
serum dan kemudian berangsur turun kembali.
3) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan
pada darah itu sendiri.
i. Pengkajian Saraf Kranial
Menurut Amin & Hardhi, (2012) Pemeriksaan ini meliputi
pemeriksaan saraf kranial I-X11.
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman.
2) Saraf II : Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras
sensori primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan
hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau
lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada Mien
dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai
pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan
paralisis, pada satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan
kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
4) Saraf V : Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis
saraf trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral,
serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan
eksternus.
5) Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
6) Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
7) Saraf IX dan X : Kemampuan menelan kurang baik dan
kesulitan membuka mulut.
8) Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
9) Saraf XII : Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
j. Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan
mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan
motorik. Oleh karena UMN bersilangan, gangguan kontrol motor
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada UMN di sisi berlawanan dari otak.
1) Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda
yang lain.
2) Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
3) Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
2. Diagnose keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
infark jaringan otak.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
menelan makanan.
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler.
4) Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf
kranial.
5) Defisit perawatan diri berhubungan gangguan neuromuskuler.
6) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
7) Defisit pengetahuan
3. Intervensi keperawatan
N Diagnosa Standar luaran keperawatan Standar intervensi keperawatan
o keperawatan
1. Ketidak efektifan Setelah dilakukan pengkajian O:
perfusi jaringan selama 3x24 jam di dapatkan - identifikasi peningkantan
serebral kriteria hasil: tekananintracranial.
berhubungan - Tingkat kesadaran meningkat. - monitor peningkatan TD.
dengan infark - Gelisah menurun. - monitor penurunan frekuensi
jaringan otak - Tekanan darah membaik jantung
- monitor ireguleritas iramanafas
- monitor penurunan tingkat
kesadaran.
- monitor perlambatan atau
ketidak simetrisan responpupil.
- monitor kadar CO2 dan
pertahankan dalam rentang yang
diindikasikan
- monitor tekanan perfusiserebral
- monitor jumlah kecepatan,dan
karakteristik,drainase cairan
serebrospinal
--monitor efekstimulus
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan O
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi status nutrisi
dengan klien menunjukkan status nutrisis - Identifikasi alergi dan intoleransi
ketidakmampuan membaik, ditandai dengan makanan
untuk menelan kriteria hasil: - Identifikasi makanan yang disukai
makanan. - Porsi makanan yang - Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat - Monitor berat badan
- kekuatan otot mengunyah dan T
menelan meningkat - Berikan makanan tinggi serat untuk
- Berat badan dan indeks masa mencegah konstipasi
tubuh membaik - Berikan makanan tinggi kalori dan
- Frekuensi makan menbaik protein
- Nafsu makan membaik
- Bising usus menbaik
- Membran mukosa membaik
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pelaksaan tindakan
yang sudah direncanakan dengan tujuan pasien terpenuhi secara
optimal dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan yang
penulis rencanakan mencakup tindakan mandiri. (Sya’diyah, 2018).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telalh
ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya.(Lisa & Heni, 2017).
Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau perkembangan
pasien digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut:
a. S : Data subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan
b. O : Data objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan
c. A : Analisa
Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang
masih terjadi atau juga dapat dituliskan suatu masalah/diagnosis
baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang
telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
d. P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang
telah menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak
memerlukan tindakan pada umumnya dihentikan.
I. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn “S”
Umur : 55 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Keluhan utama : Penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang : Saat dikaji keluarga mengatakan pasien
tidak sadarkan diri sejak jatuh dikamar mandi kemudian pasien dibawa ke
puskesmas. Dari puskesmas pasien di rujuk ke IGD RSUP dan dilakukan
tindakan pemasangan oksigen dan infus RL 20 tts/menit GCS : E5M6V4.
Kemudian pasien dipindahkan keruangan rawat inap, karna pasien sukar
makan maka pasien dipasangkan NGT.
Saat ini kesadaran pasien letargi, GCS : E4M6V3, pasien kesulitan
menelan dan terpasang NGT, kelemahan otot wajah dan bicara pelo,
terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit, pasien tampak tidak rapi dan
bau, terpasang pampers namun pasien belum BAB sejak penurunan
kesedaran. Pengkajian kekuatan otot ekstremitas atas ka :1 dan ki: 4 ,
ekstemitas bawah ka :2 dan ki :5, pupil isokor kiri kanan, reflek patela +/+,
reflek babinsky -/-. TD 160/120 mmHg, N : 95 x/m, RR 20 x/menit, S:
37OC.
4. Riwayat penyakit dahulu :Keluarga mengatakan pasien mempunyai
riwayat hipertensi 10 tahun dan diabetes melitus 5 tahun, tangan dan kaki
sulit digerakan.
5. Analisa Data
Santoso Lois Elita. (2018). Peningkatan Kekuatan Motorik Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Latihan Menggenggam Bola Karet (Studi Di Ruang
Flamboyan Rsud Jombang), Skripsi Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika.Jombang
http://repo.stikesicmejbg.ac.id/749/1/14.3210077%20Lois%20Elita%20Santo
so%20skrip si.pdf