PENDAHULUAN
kesehatan dan isu keselamatan pasien yang maju pesat. Salah satu indikator
keselamatan pasien yang berhubungan dengan tindakan medis adalah infeksi luka
operasi (ILO) yang merupakan komplikasi utama yang dialami oleh pasien rawat
inap. (1)
maju, kematian ibu disebabkan karena kehamilan dan persalinan ibu yang
meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.Tindakan bedah
sesar menunjukkan tren yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. WHO
melaporkan dari 137 negara, ditemukan bahwa terdapat 69 negara (50,4%) yang
mempunyai angka persalinan dengan bedah sesar > 15%. Penelitian yang
1
2
dan 70,5% diantaranya melalui persalinan bedah sesar. Persalinan bedah sesar
spontan berkurang dari 54,1% menjadi 29,4%. Persalinan dengan bedah sesar
berbanding lurus dengan peningkatan kejadian ILO (Infeksi Luka Operasi) pasca-
ILO sebanyak 40 kasus (6,9%) dari 583 kasus bedah sesar.Angka kejadian ILO
(Infeksi Luka Operasi) pascabedah sesar lebih tinggi ditemukan di Inggris yaitu
11,2% dari 715 pasien dan 27% diantaranya ditemukan ketika pasien masih
body mass index (BMI), dan teknik penutupan luka dengan metode staples.(4)
terjadi di rumah sakit sekitar 14-16% dari total pasien di rumah sakit.Penelitian di
Nigeria tahun 2009 melaporkan bahwa dari pasien post operasi yang dilakukan
bakteri.Di India, angka kejadian ILO dilaporkan 16% pada kasus pembedahan
daerah perut meliputi operasi apendiktomi, hernia, laparotomi, mastektomi dan
nefrektomi. Pada negara berkembang seperti di Ethopia, angka ILO ini ditemukan
yaitu sekitar 11,4%, di Serbia sebesar 13%, bahkan pada pasien pembedahan
Rumah Sakit point ke- 9 bahwa operasi sectio caesarea rumah sakit (< 15%),
Point ke-11 kasus operasi ulang (< 2%), point ke-16 Attack Rate Infeksi Luka
Operasi (ILO) rumah sakit (2,5%). Di negara maju frekuensi operasi sectio
caesarea berkisar antara 1,5% sampai dengan 7% dari semua persalinan. Angka
kejadian ILO (Infeksi Luka Operasi) pada rumah sakit pemerintah di Indonesia
Hoesin (RSMH) Palembang sebanyak 56,67% yang terdiri dari ILO superfisial
incision 70,6%, ILO deep incision 23,5% dan ILO organ 5,9%. Angka kejadian
sectio sesarea di Indonesia dalam lima tahun terakhir adalah 15,3% dari total
persalinan. Dari data tersebut, angka tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta
rumah sakit swasta sekitar 30-80% dari total persalinan. Indikasi section caesarea
dariibuada 2 yaitu faktor distosi dan penyakit. Faktor Distosia antara lain:
janin antara lain: Prolaps tali pusat, Plasenta previa dan Abrupsion
plasenta. Untuk menekan angka kematian ibu dan janin salah satu cara bisa
ILO ditemukan paling cepat hari ketiga dan yang terbanyak ditemukan
pada hari ke lima sedangkan yang paling lama adalah hari ketujuh. Pada tahap
awal pasca operasi caesar ibu merasa tak ingin bangkit dari tempat tidur, kembali
bergerak secepat mungkin sangat disarankan bagi para ibu selepas operasi caesar,
berdampak pada peningkatan suhu tubuhkarena adanya involusi uterus yang tidak
baik, sehingga sisa darah tidak bisa dikeluarkan dan menyebabkan infeksi, dan
salah satu tanda infeksi adalah penigkatan suhu tubuh. Pada hari ke-2 tenaga
medis akan menolong untuk duduk di tempat tidur, duduk dibagian samping
tempat tidur dan mulai berjalan dalam jarak pendek.Indikasi dilakukan section
caesarea pada ibu adalah disproporsi Cepalo pelvic, placenta previa, tumor jalan
lahir, hidramnion, kehamilan gamely, sedangkan janin adalah janin besar, mal
darah, protenuria dan udem pada ibu hamil. Karena bila dipaksakan lahir normal
(pervagina) dapat berisiko terjadi kejang pada ibu atau eklampsia. (1)
bahwa tindakan perlu dilakukan demi kepentingan ibu dan janin. Sudah tentu
kepentingan ibu dan janin harus sama-sama diperhatikan, akan tetapi dalam
hanya demi kenyamanan dan kepentingan dokter atau orang tua atau alasan lain
nyawa ibu yang melahirkan, maka logikanya kemajuan teknologi kedokteran akan
ditetapkan, masih terdapat penggunaan yang tidak sesuai. didapatkan data bahwa
superfisial dan 13% terkena infeksi deep incision dikarenakan faktor karakterisrik
responden yang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan (BB), lama operasi, jenis
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tahun
2014 (data priode bulan Januari-Desember tahun 2013) dari 1.362 pasien yang
tingginya persalinan seksio sesaria yang tidak membutuhkan indikasi, maka perlu
dilakukan upaya penurunan angka persalinan seksio sesaria. Untuk itu perlu dikaji
beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian persalinan seksio sesaria agar
terhindar dengan persalinan seksio sesaria yang tidak perlu yang hanya membawa
mengalami peningkatan.
2017 didapatkan pada tahun 2016 ibu rawat inap bersalin baik sectio caesarea
maupun normal sebanyak 935 orang ibu, yang melakukan persalinan dengan cara
sectio caesarea sebanyak 330 orang ibu (35,29%). Pada tahun 2017 terjadi
peningkatan persalinan dengan cara sectio caesarea yaitu sebanyak 395 orang ibu
(64,64%) dari 611 orang ibu yang melakukan persalinan di RSUD Simeulue.
section cesarea setiap bulan ≤ 40 pasien dengan infeksi luka operasi setiap
bulannya < 4 pasien (12,151%) dan pada tahun 2018 dari bulan Januari-Agustus
ditemukan ILO sebanyak 15 orang, dari ibu yang melakukan persalinan dengan
merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan dan infeksi
dan mortalitas bertambah besar yang menyebabkan lama hari perawatan. Lama
ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik terdiri dari pemenuhan nutrisi
yang tidak adekuat, teknik operasi, obat-obatan, dan perawatan luka sedangkan
faktor intrinsik terdiri dari usia, gangguan sirkulasi, nyeri post operasi, hubungan
Hasil survey awal, informan ibu post sectio caesarea dengan usia 29
tahunparitas G3 P3 A0, pekerjaan ibu rumah tangga dan suami petani , alamat desa
datang kerumah sakit post operasi 7 hari untuk melakukan kontrol ulang, bekas
luka operasi terbuka (jahitan putus) terlihat basah, sedikit nanah dan berdarah
hingga pasien harus diopname ulang untuk melakukan penjahitan kembali. Saat
melakukan mobilisasi sesuai yang dianjurkan dokter dan perawat sebab masih
terasa nyeri dibagian bekas operasi. Mengenai kebersihan diri informan, sesudah
pulang dari rumah sakit tidak pernah melakukan aktivitas mandi, hanya mengelap
badan saja dengan kain basah dan sering menyentuh dengan menekan bekas
operasi akibat gatal yang ditimbukan. Dalam pemenuhan nutrisi informan tidak
memperhatikan karena tidak ada yang masak dirumah jadi apapun yang ada itulah
yang dimakan, misalkan hanya makan indomei atau makanan yang tidak banyak
Begitu juga informasi yang didapat terhadap sepuluh orang ibu post sectio
caesarea , salah satu hambatan yang sering terjadi pada ibu pasca operasi Caesar
luka, apabila ibu tidak mengkonsumsi nutrisi yang cukup akan mengakibatkan
luka tidak cepat kering sehingga penyembuhan luka menjadi lama. Mereka tidak
gerakan-gerakan karena rasa takut robek jahitan atau rasa sakit yang ditimbulkan
akibat gerakan. Stress aktifitas, dengan kondisi post operasi serta mengasuh anak
yang terkadang sampai tidak tidur malam menyebabkan ibu merasa lelah dan
stress, dan kebersihan diri, dalam hal ini diperlukan informasi yang lebih
mendalam kepada ibu pasca operasi caesar serta keluarga tentang cara pemulihan
mengenai faktor apa saja yang memengaruhi infeksi Daerah Operasi PostSC di
RSUD Simeulue.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana perawatan luka ibu, pola makan ibu, dan tahapan mobilisasi
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan atau sumber data untuk
4. Bagi peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
topik penelitian ini yaitu tentang faktor yang memengaruhi infeksi Daerah Operasi
Dian Nurani (2012). Perawatan luka merupakan salah satu teknik yang
harus dikuasai oleh perawat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka
Infeksi luka post operasi merupakan salah satu masalah utama dalam praktek
bedah maka komplikasi luka pasca operasi cenderung menurun. Jika luka pasien
perawatan di rumah sakit menjadi lebih tinggi (Morison, 2003). Penelitian ini
pendekatan cross sectional. Hasil uji Chi-Square untuk usia ibu, nilai p value =
0.019 (p < 0.05), anemia p value = 0.009 (p < 0.05), penyakit penyerta (DM) nilai
pengaruh pada ibu pasca seksio sesarea secara fisik, pada sistem cardiovaskuler,
12
13
mengembalikan fungsi kerja fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal yang akan
terjadi, selain itu melatih otot-otot dan sendi pasca operasi untuk mencegah
memperbaiki toleransi otot abdomen (Brunner & Suddarth, 2002 ; Potter & Perry,
telah dibuktikan oleh penelitian Mahesh (2009) yang dilakukan di rumah sakit
tindakan mobilisasi setelah 6 jam pasca operasi, didapatkan kondisi pasien pulih
mobilisasi dini dengan p value (p=0.005; á=0.05). Faktor yang paling berpengaruh
terhadap tindakan mobilisasi dini adalah faktor pemberian informasi oleh petugas
informasi tentang tindakan mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea sesuai
setelahoperasi sectio caesarea . Insiden meningkat 3 kali pada pasien yang tidak
Rata-rata panjang operasi sectio caesarea adalah 2.26 +1.38 jam. Ada hubungan
yang signifikan antara penggunaan antibiotik,status gizi, kadar Hb, dan jenis
operasi serta kejadian infeksi sectio caesarea (p < 0,05). Penggunaan antibiotik
antibiotik, status gizi dan jenis operasi bisa memprediksi kejadian infeksi sectio
caesarea lebih besar pada penggunaan antibiotik yang tidak relevan dengan
dilakukan baik pada ibu postpartum dengan persalinan normal maupun dengan
sectio cesarean (SC). Post partum dengan sectio caesarea adalah ibu yang
melahirkan janin dengan persalinan buatan yaitu dengan cara proses pembedahan
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus dimana dalam waktu sekitar
enam minggu organ-organ reproduksi akan kembali seperti keadaan tidak hamil.
Kematian ibu pada masa nifas di Indonesia masih cukup tinggi (31 % dari total
nifas yang adekuat serta berkualitas sangat diperlukan dan harus dapat dilakukan
dan dipertahankan sampai di rumah setelah pulang dari rumah sakit. Penelitian ini
fisik&psikologis normal ibu nifas (38%), tanda&gejala tidak normal pada ibu
nifas (37%), kebutuhan perawatan diri pada ibu nifas (49%), dan perawatan
nifas kategori rendah (44%), dan pengetahuan mengenai kebutuhan nutrisi dan
eliminasi pada masa nifas kategori cukup (52%). Dari penelitian ini disarankan
untuk dibuat modul perawatan ibu nifas, SOP pendidikan kesehatan perawatan ibu
nifas, mengadakan kelas prenatal yang meliputi juga materi perawatan ibu nifas.
misalnya diabetes mellitus, obesitas, malnutrsi berat serta faktor lokasi luka yang
meliputi pencukuran daerah operasi, suplai darah yang buruk ke daerah operasi,
dan lokasi luka yang mudah tercemar sedangkan, faktor operasi misalnya lama
(Septiari, 2012). Faktor kejadian ILO pada pra operasi meliputi persiapan kulit
didaerah bedah dengan rambut yang lebat (Riyadi & Hatmoko, 2012). Faktor
kejadian ILO intra operasi salah satunya yaitu teknik operasi 3 yang harus
sesudah operasi saat pasien dirawat di rumah sakit (Faktor kejadian ILO post
operasi meliputi umur. sistem imun, sistem kardiovaskuler, dan sistem respirasi
dan perawatan luka .Ada hubungan usia dengan penyembuhan luka post sectio
caesarea (pvalue= 0,002 menyatakan bahwa kulit utuh pada orang dewasa muda
yang sehat merupakan suatu barier yang baik terhadap trauma mekanis dan
infeksi, begitu juga dengan efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler, dan
sistem respirasi, yang memungkinkan penyembuhan luka terjadi lebih cepat. Hasil
penelitian ini diperkuat oleh pendapat Sari (2011), yaitu terdapat hubungan antara
usia dengan penyembuhan luka post sectio caesarea , nilai pvalue = 0,001l. (13)
Yunita Wardhani (2016). Jenis penelitian kualitatif. Penyakit Diabetes
Melitus (DM) berpengaruh besar dalam proses penyembuhan luka. Salah satu
tanda penyakit DM adalah tingginya kadar gula dalam darah atau dalam dunia
menyembuhkan diri dan melawan infeksi. Dari hasil penelitian yang dilakukan,
dengan melihat probabilitas (Sig) 0,012 < 0,05. Setelah dilakukan penelitian
kepada 38 responden, 3 orang (7,89%) mengalami infeksi infeksi dan dari ketiga
dan oksigen sehingga gagal untuk melepaskan oksigen ke jaringan. Salah satu
menerus. Pada pengkajian pola fungsi terdapat kelemahan pada pola aktifitas
seperti makan, toileting, berpakaian, mobilisasi dari tempat tidur, berpindah dan
ambulasi yang di bantu oleh keluarga. Keadaan umum pasien lemah, kesadaran
Suhu: 36,8C, Pernafasan: 19x/menit, Berat badan sebelum hamil 60kg setelah
hamil 71kg dan Tinggi badan152cm. Mammae membesar, aerola hitam, papilla
menonjol, kolostrum sudah keluar. Pada abdomen saat dilakukan inspeksi terlihat
luka kemerahan (rubor), nyeri skala 6 (dolor), tidak ada pembengkakan (tumor),
tidak mengalami peningkatan suhu pada jaringan luka. Perut mengecil, terdapat
luka sectio caesarea , insisi horisontal ±12cm. Hasil auskultasi peristaltik usus
14x/menit, palpasi TFU setinggi pusat, kontraksi keras, vesika urinaria tidak
penuh. Perinium utuh, lochea berwarna merah segar berbau amis banyaknya ±
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit
kesehatan”. (14)
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyrakat agar terwujud
ini tentu tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pembangunan kesehatan, yakni
harus sesuai dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara, sistem kesehatan nasional
lainnya. (15)
Pertumbuhan rumah sakit saat ini begitu pesat baik di daerah apalagi di
perkotaan, secara ketenaga kerjaan tidak begitu masalah sebab banyak tamatan
jumlah rumah sakit tersebut tentunya akan menimbulkan persaingan yang ketat
antara rumah sakit lainnya serta menimbulkan tantangan yang sangat besar bagi
para pengelolah maupun pemilik rumah sakit agar kegiatannya tetap survive.
Persaingan tersebut meliputi pangsa pasar, tenaga medis, tenaga para medis, serta
Pengelolaan di bidang rumah sakit ini sangat jauh berbeda dengan usaha
dibidang lain. Selain rumah sakit itu merupakan kegiatan yang padat modal dan
padat karya, dalam menjalankan usaha rumah sakit juga di tekankan penerapan
jiwa sosial etika disamping segi ekonomis. Usaha ini termasuk yang mengandung
nilai dan disiplin ilmu tersebut merupakan nilai yang harus dicapai oleh pihak
manajemen rumah sakit di tantang untuk mampu menyelaraskan nilai dan disiplin
ilmu tersebut dalam upaya mengemudikan kegiatan rumah sakit tersebut. Seorang
penyakit.
terdiri:
1. Izin rumah sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing atau
2. Izin rumah sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam
dalam negeri.
4. Izin rumah sakit kelas C dan kelas D diberika oleh Pemerintah Daerah
masyarakat
kemampuan pelayanannya.
uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar
9. Menyediakan sarana dan prasarana yang layak antara lain sarana ibadah,
parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-
11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
12. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien.
maupun nasional.
17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
Laws).
19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah
jenis disiplin pelayanan yang berkaitan terutama dengan struktur dan proses
pelayanan rumah sakit. Kriteria tersebut terutama dalam bentuk standar pelayanan
rumah sakit, sebagai salah satu nilai atau modul yang dijadikan sebagai dasar
perbandingan yang harus dipakai oleh pengelola rumah sakit dalam melaksanakan
sakit yang memadai dengan dijiwai oleh etika profesi. Pelayanan kesehatan yang
rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan darurat. Pelayanan rawat jalan
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada waktu dan jam tertentu,
sedangkan pelayanan rawat inap yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan dalam
Oktober 2009 tentang Rumah Sakit, disebutkan bahwa rawat inap terdiri dari :
(15)
1) Pelayanan penerimaan/administrasi.
2) Pelayanan dokter.
3) Pelayanan perawat.
4) Pelayanan makanan/gizi.
6) Kebersihan lingkungan
Tabel 2.1. Standar Pelayanan Minimal Menurut Departemen Kesehatan
pelayanan rumah sakit, karena dari bagian ini awal dari seluruh bentuk pelayanan
kesehatan. Pada bagian ini pula kesan pertama dirasakan oleh pasien atau keluarga
pasien akan mutu pelayanan sebuah rumah sakit. Salah satu tujuan pelayanan
sewaktu pasien berbicara pertama sekali dengan bagian penerimaan pasien. Kesan
ini sering menetap dalam diri pasien dan mempengaruhi sikap mereka terhadap
2. Pelayanan Dokter
pelayanan rumah sakit kepada pasien. Dokter dapat dianggap sebagai jantung dari
sebuah rumah sakit. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik
kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan
teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat
dipertanggungjawabkan.
gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/merawat (care), suatu gabungan
komunikasi, dan ilmu sosial. Pelayanan perawat adalah suatu bentuk pelayanan
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang mencakup biopsikososial dan
spiritual yang unik dan komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga,
dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang meliputi peningkatan derajat
pemulihan kesehatan.
Makanan adalah bagian selain obat yang mengandung zat-zat gizi atau
unsur-unsur ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang
berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh. Pelayanan gizi di rumah sakit meliputi :
harus terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, dan harus
selalu dalam keadaan bersih. Petugas pengolahan makanan harus sehat dan
Sakit, maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi, satu
medik: terapi fisik, terapi respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi. 4. Pelayanan
6. Lingkungan Fisik
proses penyembuhan pasien, pada pengunjung, dan juga pada tenaga kerja rumah
sakit. Kondisi ruangan dipengaruhi oleh kualitas udara, sanitasi bangunan, dan
penggunaan ruangan. Lantai harus kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan,
faktor lain yang harus diperhatikan dalam ruangan pasien adalah faktor
kebisingan. faktor lain yang dianggap cukup vital untuk diperhatikan adalah air.
Kualitas air harus selalu dipantau secara terus menerus agar penyediannya tetap
(19)
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Definisi lainnya
menyebutkan seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding
1. Etiologi
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal
(Dystasia).
2. Patofisiologi
a. Pada Ibu :
antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu atau suatu tindakan yang
b) Disfungsi uterus
Disfungsi uteri hipotonis adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat
intensitas normal dan durasi kontraksi uterus. Hal ini akan menyebabkan
persalinan lama. Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus
bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainan terletak dalam hal
kontraksi lebih aman, singkat dan jarang daripada biasa. Keadaan umum
penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban
masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin,
Distosia dapat disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan his
kembar siam, prolaps tali pusat ), letak anak ( letak sungsang, letak
d) Plasenta previa
e) His lemah/melemah
His lemah jika sifatnya tidak kuat, lekas berhenti dan frekuensinya tidak
seperti biasa (antara 5-10 menit). Dalam hal menentukan his lemah
a) Janin Besar
Pada umumnya bayi yang lahir berat badannya adalah dibawah 4kg,
dengan berat badan 4kg atau lebih. Ketika bayi besar dalam kandungan
tentunya akan sangat membuat sang ibu tidak nyaman dengan besarnya
janin. Dalam kejadian ini, sang bayi maupun ibu akan merasakan
b) Gawat Janin
Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi janin yang tidak kondusif
dengan hipoksia janin, yaitu suatu keadaan di mana janin tidak mendapat
pasokan oksigen yang cukup. Kondisi ini bisa terjadi sebelum persalinan
c) Letak Lintang
melintang di dalam uterus dengan kepala pada satu sisi yang satu
sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada
Keuntungan :
Kerugian :
mulai berkontraksi.
pervaginam atau karena terjadi kegawatan pada ibu dan janin tindakan
b) Sektio caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi
bersifat fatal
lapis.
pada bayi.
4. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
U/dl)
5. Penatalaksanaan
e. Kateterisasi
6. Komplikasi
sedikit kembung
b. Perdarahan
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
dan merupakan suatu tempat jalan masuk bakteri, sehingga membutuhkan tingkat
sterilitas yang maksimal dan juga orang-orang yang ikut dalam operasi harus
dibatasi jumlahnya. Infeksi luka operasi terdiri dari superfisial dalam dan organ
beberapa bekteri, yaitu bakteri gram negatif, gram positif, dan bakteri anaerob.
Gejala yang muncul seperti tanda-tanda inflamasi, yaitu terasa panas, nyeri,
nanah dari tempat luka. Berkembangnya infeksi tergantung dari beberapa faktor
diantaranya yaitu jumlah bakteri yang memasuki luka, tipe dan virulensi bakteri,
pertahanan tubuh host dan faktor eksternal lainnya. Juga terdapat beberapa faktor
resiko yang dapat mencetuskan terjadinya infeksi luka operasi, yaitu faktor pasien,
Luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat
terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari
setelah operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup
Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga
dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada
jaringan yang lebih dalam. Pada kasus yang serius dapat mengenai organ tubuh.
(25)
yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dan infeksi hanya mengenai pada
kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas insisi. 2. Infeksi Dalam, yaitu
infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan
alat-alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat-alat yang
ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi
berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai jaringan lunak yang
dalam dari luka bekas insisi. 3. Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi
diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat yang ditanam
pada daerah dalam dan jika menggunakan alat yang ditanam maka infeksi terjadi
diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan
infeksi mengenai salah satu dari bagian organ tubuh, selain pada daerah insisi tapi
terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram negatif (E.
coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob dapat yang
berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi.
infeksi nosocomial, dimana perawatan lebih dari 7 hari pre operasi akan
kali lebih besar setelah dirawat 2 minggu dan 3 kali lebih besar setelah
salah satu sumber infeksi. Resiko peningkatan infeksi terjadi pada waktu
rawat yang panjang. Hasil penelitian infection rate kira-kira 2 kali lebih
besar setelah dirawat 2 minggu dan 3 kali lebih besar setelah dirawat 3
minggu dibandingkan dirawat 1-3 hari sebelum operasi. Menurut Cruse
dengan insiden infeksi luka operasi. Angka infeksi mencapai 1,2 % pada
klien yang dirawat 1 hari, pada klien yang dirawat 1 minggu 2,1 % dan
darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan bahan
yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah
kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah
alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, semua implan, alat-alat yang
dipakai personel operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan lain-
operasi), dan Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril), hal ini
tindakan draping.
Dengan desain yang benar dan kontrol yang baik dari pergerakan staff
maka kontaminasi udara dapat ditekan dibawah 100 cfu/m3 selama operasi
b. Pasien
1. Umur
2. Status Nutrisi
3. Penyakit
5. Kebersihan Diri
6. Perawatan dirumah
7. Pola makan
8. Mobilisasi
c. Faktor Luka
1. Kontaminasi Luka
(luka terkena radiasi atau bedah) dan luka tidak disengaja (luka
(kecelakaan).
parah lagi seperti kerusakan jaringan dan organ utama yang dapat
3. Oedema
pada prinsipnya edema dapat terjadi sebagai akibat dari empat hal
interstitial.
2.4.3. Klasifikasi
superficial incision SSI yang melibatkan kulit dan subkutan dan yang
2. Lebih jauh, menurut NNSI, kriteria untuk menentukan jenis SSI adalah
sebagai berikut :
satu
dari tanda-tanda inflammasi 4.Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter
yang merawat.
(contoh, jaringan otot atau fasia ) pada tempat insisi dengan setidaknya
terdapat salah satu tanda: 1.Keluar cairan purulen dari tempat insisi.
2.Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah karena ada
atau radiologis. 4.Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang
merawat.
tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau
itu sendiri harus dilakukan oleh pasien, dokter dan timnya, perawat kamar operasi,
2.4.4. Komplikasi
a) Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
b) Perdarahan
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda
Sehingga balutan (dan luka dibawah balutan) jika mungkin harus sering
daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera
ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline.
2. Komplikasi Lanjut
Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen
intervensi bedah. Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol,
nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang nyeri.
Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah
telinga dan dahi. Keloid agak jarang dilihat dibagian sentral wajah pada
mata, cuping hidung atau mulut. Pengobatan keloid pada umumnya tidak
beban tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6
2.5.1. Umur
limfosit menurun, jaringan kolagen kurang lunak, jaringan parut kurang elastis.
Usia reproduksi yang baik adalah usia yang aman bagi seorang wanita untuk
hamil dan melahirkan, yaitu usia antara 20-35 tahun. Kulit pada dewasa muda
yang sehat merupakan suatu barier yang baik terhadap trauma mekanis dan juga
infeksi, begitupun yang berlaku pada efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler
faktor risiko tinggi akan menghadapi ancaman morbiditas atau mortalitas ibu dan
dan fungsi barier kulit. Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan
(terutama vitamin A dan C) dan mineral renik zink dan tembaga. Kolagen adalah
protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein yang
mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka. Elemen renik zink
serat-serat kolagen (tembaga). Terapi nutrisi sangat penting untuk klien yang
lemah akibat penyakit. Pasien yang menjalani operasi harus diberikan nutrisi yang
fungsi respirasi, fungsi imun, kualitas hidup, dan gangguan pada proses
meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien, dan tingginya kejadian
atau risiko terjadinya komplikasi selama di rumah sakityaitu komplikasi post
Outcome yang buruk juga ditemukan pada pasien laparatomi yang masuk
ke rumah sakit dengan status gizi kurang. Ditemukan hubungan yang signifikan
antara status gizi dengan komplikasi post operasi, morbiditas, dan mortalitas.
operasi, yaitu dari 4% pada pasien yang menjalani bedah vaskuler minor, hingga
observasional yang menilai status gizi dan dampaknya pada pasien bedah
menemukan semakin baik IMT, semakin cepat penyembuhan luka operasi dan
semakin tinggi albumin, semakin cepat penyembuhan luka operasi. IMT < 17,0:
keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat
atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat, IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut
disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.,
IMT 18,5 – 25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal, IMT 25,1 –
27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
ringan, IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan
2.5.3. Obat-obatan
operasi dan dianjurkan untuk tindakan dengan resiko infeksi yang tinggi
seperti pada infeksi kelas II dan III. Antibiotik profilaksis juga diberikan jika
diperkirakan akan terjadi infeksi dengan resiko yang serius seperti pada
diperhatikan selain hal diatas, pada saat operasi yaitu mengenai scrub suits,
tindakan antisepsis pada lengan tim bedah, gaun operasi dan drapping. Pada tahap
intra operatif, bahwa semakin lama operasi berlangsung resiko infeksi semakin
dihindarkan, kurangi dead space, pencucian luka operasi harus dilakukan dengan
baik dan bahan yang digunakan untuk jahitan harus sesuai kebutuhan seperti
bahan yang mudah diserap atau monofilament. Obat anti inflamasi (seperti steroid
ini yang perlu diperhatikan adalah perawatan luka insisi dan edukasi pasien.
Perawatan luka insisi berupa penutupan secara primer dan dressing yang steril
selama 24-48 jam paska operasi. Dressing luka insisi tidak dianjurkan lebih dari
48 jam pada penutupan primer. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah
penggantian dressing. Jika luka dibiarkan terbuka pada kulit, maka luka tersebut
harus ditutup dengan kassa lembab dengan dressing yang steril. (32)
Tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula
bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis
tubuh. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat
demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat
sebagai prinsip bedah. Pada pasien dengan operasi terkontaminasi dan operasi
menghasilkan efek terapi selama operasi dan tidak diberikan lebih dari 48 jam.
Pada luka operasi bersih dan bersih terkontaminasi tidak diberikan dosis tambahan
profilaksis sebelum operasi dalam pencegahan infeksi post operasi efektif bersih
2.5.4. Penyakit
bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan
pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh. Meski sudah terhindar dari
menyerang sistem imun tubuh lainnya. Pada pasien dengan diabetes melitus
gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut maka akan
Pasien dengan operasi, jika pasien tersebut memiliki penyakit lain seperti TBC,
DM , malnutrisi dan lain-lain maka penyakit tersebut tentu saja amat sangat
penyembuhan luka operasi. Faktor daya tahan tubuh yang menurun dapat
penurunan daya tahan: immunologic baik usia muda dan usia tua akan
Orang dengan kelainan darah misalnya hemofilia juga akan sulit sembuh
dari luka karena darah sulit membeku. Selain itu juga orang-orang dengan
VTE lebih besar empat kali lipat dibanding persalinan normal. C-section menjadi
penggumpalan darah ini terjadi dari 1.000 operasi cesar (C-section). Wanita hamil
lebih rentan terhadap VTE karena berbagai faktor, termasuk stasis vena dan
tidak menyembuh, permukaan luka cukup dalam, bengkak, dengan bau busuk
yang khas. Hal ini diakibatkan oleh diabetes yang tidak terkontrol pada diabetes
pembuluh darah dan kerusakan saraf akibat kadar gula darah yang tinggi dan tidak
terkontrol. (34)
namun jika salah dalam merawat, maka akan bisa berakibat fatal. Oleh karena itu
1. Setiap satu minggu kasa harus dibuka, idealnya kasa yang dipakai diganti
kasa baru setiap satu minggu sekali. Tidak terlalu sering agar luka cepat
kering, jika sering dibuka luka bisa menempel pada kasa sehingga sulit
2. Bersihkan jika keluar darah dan langsung ganti kasa. Jika luka operasi
keluar darah, maka segeralah untuk mengganti kasanya agar tidak basah
atau lembab oleh darah. Kerena darah mengandung kuman yang bisa cepat
3. Jaga luka agar tak lembab, semaksimal mungkin agar luka tetap kering
lembab, bisa jadi luka ikut lembab. Hindari ruangan lembab, dan atur suhu
AC.
4. Menjaga kebersihan. Agar luka operasi tidak terkena kotoran yang
kotoran, untuk itu seprei dan bantal harus selalu bersih dari debu.
5. Gunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (Opset)Jika mau
bahan plastik atau pembalut yang kedap air (opset) untuk melindungi luka
bekas operasi agar tidak terkena air. Upayakan agar luka tidak sampai
dijahit dengan benang nilon pada hari pertama pasca operasi dengan sabun dan air
menggunakan teknik pembalutan bersih dengan air dan sarung tangan nonsteril,
selain teknik aseptik, untuk luka jahitan yang memerlukan penggantian balutan.
Ibu dianjurkan untuk mandi shower bukan mandi berendam. Berendam didalam
bak dapat menyebabkan eksudat luka lebih banyak beberapa hari kemudian
disarankan penggunaan larutan salin isotonik (0,9%) pada suhu tubuh. Pertanyaan
tentang kapan balutan luka harus diganti msih menjadi pertanyaaan yang belum
Ada beberapa tips dan cara untuk merawat luka bekas operasi yang dapat
terhadap luka bekas irisan yang terkena air karena akan aman selama luka
ditutup kain kassa lembut yang diatasnya dilapisi plester kedap air.Maka
3. Jangan membungkuk
4. Beristirahatlah
bayi tidur.
karena itu kenakan pakaian yang nyaman ditubuh,yaitu yang longgar dan
agar ASI tetap berproduksi baik,asupan cairan dan gizi seimbang yang
sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui harus dipenuhi, minum susu akan
a. Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya mandi dengan
shower atau mandi bersiram. Kalau ingin mandi berendam dengan bath
celana jenis ini akan menekan bekas sayatan sehingga akan terasa sakit.
dengan keinginan.
seperti pada pola makan yang normal. Buang air besar kemungkinan tidak teratur
setelah pembedahan, tapi ini wajar. Coba hindari konstipasi dan mengejan ketika
buang air besar.Berikut elemen penting yang Anda butuhkan dari makanan pasca
operasi caesar:
soda dan makanan yang digoreng. Makan makanan yang kaya serat untuk
menghindari konstipasi.
2. Protein
setelah pembedahan. Anda bisa makan ikan, telur, ayam, serta produk
susu. Semua makanan ini mudah dicerna, terutama selama menyusui. Ikan
3. Vitamin C
Anda bisa sertakan banyak buah dan sayur seperti jeruk, melon, pepaya,
4. Zat besi
kembali darah yang keluar selama proses melahirkan. Zat besi juga
membantu fungsi sistem kekebalan tubuh. Makanan yang kaya zat besi
antara lain kuning telur, daging merah, hati sapi, dan buah kering.
5. Kalsium
6. Cairan
Hidrasi membantu buang air besar lebih lancar dan mempercepat proses
air putih setiap hari dan sertakan cairan seperti susu rendah lemak, teh
dan parut dengan kualitas yang buruk. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu nifas
harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Konsumsi menu seimbang perlu
makanan sehat yang terdiri dari nasi, lauk, sayuran dan ditambah satu telur setiap
hari. Ibu nifas yang berpantang makan, kebutuhan nutrisi akan berkurang
cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan ini akan mempengaruhi dalam proses
menjadi tidak sembuh dengan baik atau tidak normal. Sedangkan ibu yang
nutrisinya sudah cukup akan tetapi masih mengikuti adat kebiasaan pantang
makan seperti yang telah dikatakan oleh orangtua, sehingga bisa juga
kurang baik, artinya sembuh sedang. Sedangkan ibu nifas yang nutrisinya sudah
cukup baik maka proses penyembuhan luka post op Sectio Caesarea (SC) akan
lebih cepat sembuh. Protein juga merupakan zat makanan yang sangat penting
untuk membuntuk jaringan baru, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh ibu nifas
agar luka post op Sectio Caesarea (SC) cepat sembuh. Namun jika makanan
berprotein ini dipantang maka proses penyembuhan luka post op Sectio Caesarea
(SC) akan berjalan lambat, dan hal in dapat memicu terjaadinya infeksi pada luka
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas/kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dan sesudah
2. Manfaat Mobilisasi
cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat
infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu
tubuh.
akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang
yaitu:
1) Rentang gerak pasif. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga
kaki pasien.
2) Rentang gerak aktif. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan
menggeser kaki
3) Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
1) Hari ke 1:
2) Hari ke 2:
yang dilakukan terjadwal dengan persiapan pada pasien dengan kondisi baik, ada
yaitufaktor RS meliputi:
Lamanya waktu tunggu pre operasi (rawat inap sebelum operasi) Tehnik
faktor pasien. Alasan mengapa diambil dari faktor pasien sebab pada
pasien lebih mudah untuk melakukan wawancara, menyebar
yang akan dijadikan variabel independent yaitu: 1. faktor umur, sebab usia
kurang elastis.2. status gizi, dalam hal ini sangat berpengaruh sebab
(terutama vitamin A dan C) dan mineral renik zink dan tembaga. 3. Obat-
tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur organ atau
7. Pola makan yakni konsumsi makanan seperti pada pola makan yang
yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dan setelah ibu
caesarea .
Kerangka Teori dalam Potter & Perry, 2010; Sukowati et al, 2010;
Faktor luka
Kontaminasi luka
Edema
hemoragi
Gambar 2.1. Kerangka Teori
2.8. Kerangka Konsep
(dependen). (43) Kerangka konsep ini dikembangkan dari tinjauan pustaka serta
kepustakaan dan tujuan yang akan dicapai maka kerangka konsep penelitian ini
Umur
Perawatan Pasien sesampai di rumah
Status Gizi
Penyakit
Mobilisasi
Kebersihan Diri
ditolak.(44)
METODE PENELITIAN
hal ini penggabungan kedua metode penelitian ini bertujuan untuk mencari
kehidupan sosial dan budaya perlu menggabungkan kedua metode ini. Hal
ini dikarenakan seringkali ada data yang tumpang tindih atau berbeda yang
inform the second method. Hal ini dilakukan untuk memberi informasi
70
71
lebih lanjut terhadap data pertama yang telah diketahui sehingga analisis
5) Expression where in the mised methods and scope and breath to study.
faktor yang berhubungan dengan infeksi luka post operasi sectio caesarea
faktor yang berhubungan dengan infeksi luka post operasi sectio caesarea
karena banyaknya ibu yang melakukan operasi post sectio caesarea di rumah sakit
RSUD Simeulue.
(46)Populasi dalam penelitian ini adalah ibu Post SC (sectio caesarea ) di RSUD
meliputi beberapa macam seperti: (1) Informan kunci, yaitu mereka yang
penelitian, adapun yang dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini
adalah Kepala Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue yang
berjumlah 1 orang. (2) Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung
dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu staf ruang poli kebidanan yang melayani
langsung pasien saat datang kontrol ulang ke rumah sakit berjumlah 1 orang. (3)
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu pasien
2orang. (45)
yang merupakan bagian dari populasi tersebut. Sampel penelitian ini dibagi
menjadi dua kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus sampel
dengan sampel kasus yaitu 40 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
1) Sampel kelompok kasus yaitu ibu dengan kejadian infeksi Daerah Operasi
2) Sampel kelompok kontrol yaitu ibu yang tidak mengalami kejadian infeksi
sebanyak 4orang.
.
1. Data Primer
observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari rekam medis berupa
1. Data Primer
Teknik pengumpulan data primer pada penelitian ini adalah dengan cara
dari enam bagian, bagian pertama berisi tentang karateristik, yang kedua
berisi tentangumur, yang ketiga berisi tentang status gizi, keempat tentang
3. Data Tertier
variable) yaitu: umur (X1), status gizi (X2), obat-obatan (X3), penyakit (X4),
kebersihan diri (X5), yang dipengaruhi variabel terikat (dependent variabel) yaitu
1. Umur : Keadaan usia ibu saat melahirkan dengan operasi sectio caesarea
Menjawab score 19-35 tahun nilai = 1, > 35 tahun nilai = 2. Kategori tidak
antara konsumsi dan asupan gizi dalam tubuh ibu diukur dari tinggi badan
dan berat badan ibu. Indeks massa tubuh alias BMI membandingkan berat
badan dengan tinggi badan, dengan membagi berat badan dalam kilogram
dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Observasi dengan kriteria: <18
Tidak Normal = 1.
sakit dengan aturan minum 3x1, 2x1, 1x1. Diukur dengan 1 item. Kategori
caesarea
5. Kebersihan diri: menjaga luka terhindar dari hal- hal yang dapat
Variabel Independen
kebersihan badan,ibu dapat mandi dengan luka ditutup kain kassa lembut
pembalut bila terasa terisi penuh, tidak mengangkat benda benda yang
konsumsi makanan seperti pada pola makan yang normal, pola buang air
konstipasi.
sectio caesarea , pada tahap- tahap mobiliasasi dini yang dilakukan secara
dan trombo emboli, setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai
belajar untuk duduk, setelah ibu dapat duduk dan belajar berjalan.
3.6. Metode Pengukuran
kualitatif yaitu dengan cara triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini adalah
dengan membandingkan informasi dari informan yang satu dengan informan yang
keabsahan data.(48)
data akan dianalisis dengan mengumpulkan teknik analisa sebagai berikut: (49)
(umur, ststuz gizi, obat-obatan, penyakit, kebersihan diri) dengan variabel terikat
dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah 0,05. Variabel bebas
Jika dalam uji Chi-Square bila tabel 2 x 2 dijumpai nilai harapan (expected value
= E) < 5, maka uji yang digunakan adalah Fisher’s Exact, bila tabel 2 x 2 dan
semua nilai E > 5 (tidak ada nilai E < 5) maka nilai yang dipakai Continuity
Correction. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalkan 3 x 2, 3 x 3 dan lain- lain, maka
digunakan uji Pearson Chi Square. Taraf signifikansi α yang digunakan adalah
0,05. Variabel bebas dengan nilai p < 0,05 dilanjutkan pada analisis multivariat.
variabel terikat (infeksi Daerah Operasi Postsectio caesarea ). Uji statistik dengan
koefesien Sig T nilai p=0,05.Analisis data multivariat dengan uji regresi logistik
analisa data multivariat, yaitu variabel bebas dengan nilai p < 0,25.
2. Memasukkan variabel bebas dengan nilai p < 0,25 dalam model uji regresi
p
γi = ln = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +βiXi
1– p
Keterangan :
γi = Infeksi Daerah Operasi Postsectio caesarea
α = Konstanta
β1 – β5 = Koefesien regresi variabel bebas
βi = Parameter model regresi logistik
X1 = umur sebagai variabel bebas
X2 = Obat-batan sebagai variabel bebas
X3 = Penyakit sebagai variabel bebas
X4 = Kebersihan diri sebagai variabel bebas
X5 = Status gizi sebagai variabel bebas
p = Probabilitas Infeksi Daerah Operasi Postsectio caesarea .