perubahan hormonal.
Perdarahan rahim disfungsional paling sering terjadi pada awal dan akhir
masa reproduktif; 20% kasus terjadi pada remaja dan lebih dari 50% terjadi
pada wanita yang berusia di atas 45 tahun.
"/> Perdarahan rahim disfungsional adalah perdarahan abnormal akibat
perubahan hormonal.
Perdarahan rahim disfungsional paling sering terjadi pada awal dan akhir
masa reproduktif; 20% kasus terjadi pada remaja dan lebih dari 50% terjadi
pada wanita yang berusia di atas 45 tahun.
Forum pendidikan klinik ilmu obstetri ginekologi untuk mahasiswa fakultas kedokteran
Rabu, 29 Juli 2009
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI : Perdarahan uterus abnormal pada wanita yang terjadi pada
masa antara menarche dan menopause yang tidak berhubungan dengan :
Obat-obatan
Kelainan darah
Penyakit sistemik
Trauma
Keganasan
Kehamilan
Perdarahan uterus abnormal hampir selalu disebabkan oleh gangguan poros hormonal hipotalamus- hipofisis
ovarium
Diagnosa PUD umumnya dibuat setelah penyebab organik dari PUA disingkirkan.
POLIMENOREA : frekuensi haid yang abnormal yang berlangsung setiap < 24 hari
MENORAGIA : Haid yang berlebihan dan berkepanjangan ( > 80 ml dan berlangsung > 7 hari ) namun dengan
siklus yang normal
Sebagian besar kejadian PUD terjadi pada masa sekitar menarche (usia 11 14 tahun ) atau sekitar menopause (
usia 45 50 tahun .
Pada masa perimenopause , perdarahan uterus anovulasi seringkali disebabkan oleh menurunnya kapasitas
ovarium.
Pada masa remaja, perdarahan anovulasi sering disebabkan oleh kegagalan sistem hipotalamus hipofisis untuk
merespon mekanisme umpan balik positif dari estrogen.
1. Kadar estrogen meningkat secara gradual sehingga endometrium tumbuh dengan baik pada stadium
proliferasi
2. 24 jam pasca kenaikan mendadak (surge) dari hormon LH luteiniozing hormon, terjadi ovulasi dan diikuti
dengan pembentukan corpus luteum yang menghasilkan progesteron
3. Pada fase luteal (fase sekresi) , terdapat kenaikan kadar prostaglandin F2 (vasokonstriktor kuat) yang
menyebabkan terjadinya iskemia endometrium
Pada siklus yang anovulasi, kadar prostaglandine dalam endometrium non-sekresi rendah sehingga periode haid
tidak berlangsung secara efisien.
Siklus anovulasi (kadar estrogen tidak diimbangi dengan kadar progesteron yang memadai) yang berulang akan
menyebabkan hiperplasia atau karsinoma endometrium.
DIAGNOSA
Diagnosis PUD dibuat dengan menyingkirkan berbagai penyebab dari perdarahan uterus abnormal. Kemungkinan
kehamilan harus terlebih dulu disingkirkan
1. Iatrogenik :
2. Diskrasia darah :
1. Tromobositopenia
2. Fibrinolisin meningkat
3. Penyakit autoimune
4. Leukoemia
5. Penyakit Von Willebrand
3. Sistemik :
4. Trauma :
1. Laserasi
2. Abrasi
3. Benda asing
5. Penyakit organik :
1. Komplikasi kehamilan
2. Mioma uteri
3. Keganasan servik / corpus uteri
4. Polip endometrium
5. Adenomiosis
6. Endometritis
7. Hiperplasia endometrium
1. Ultrasonografi pelvik
2. Biopsi endometrium
1. Pemeriksaan laboratorium :
1. Darah Lengkap
2. Hitung trombosit
3. Serum Iron dan Iron binding globulin
4. Prothromibin dan partial prothrombine time
5. Bleeding tine
6. hCG urine
7. Fungsi tiroid
8. Progesteron serum
9. Fungsi hepar
10. Kadar prolaktin
11. Kadar FSH
2. Prosedur diagnostik :
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hormonal
Perdarahan berat pada masa menarche dan perimenopause seringkali memerlukan estrogen dosis tinggi
( kadang-kadang diberikan intravena)
Perdarahan yang ringan : estrogen dosis rendah per oral yang diikuti atau disertai dengan progestin, bila
perdarahan masih belum berhenti perlu dilakukan D & C
PUD seringkali memerlukan terapi dengan estrogen siklis 25 hari dan pada hari ke 10 15 dilanjutkan
dengan pemberian progestin
Pemberian progestin secara siklis digunakan pada pasien usia muda yang diperkirakan sudah memiliki
kadar estroen endogen cukup untuk melakukan sensitisasi reseptor progesteron
Pada pasien yang lebih tua yang tidak memberikan respon terhadap obat secara memadai dan tidak
menghendaki kehamilan lagi dapat dilakukan tindakan radikal yang permanen:
o Ablasi endometrium
o Histerektomi
1. PERDARAHAN MASIF :
Estrogen conjugated 1.25 mg peroral selama 25 hari disertai dengan MPA 10 mg untuk 10 hari terakhir
(hari ke 15 25 )
Kontrasepsi oral selama 21 hari (perdarahan lucut 7 hari kemudian )
PROGESTIN SIKLIS : 10 mg MPA 10 15 hari setiap bulan selama 3 bulan berturut-turut , perdarahan
lucut terjadi 5 7 hari pasca penghentian obat
Rujukan Kepustakaan :
1. [Guideline] James AH, Kouides PA, Abdul-Kadir R, Edlund M, Federici AB, Halimeh S, et al. Von
Willebrand disease and other bleeding disorders in women: Consensus on diagnosis and management
from an international expert panel. Am J Obstet Gynecol. May 28 2009;[Medline]. [Full Text].
2. Bayer SR, DeCherney AH. Clinical manifestations and treatment of dysfunctional uterine bleeding. JAMA.
Apr 14 1993;269(14):1823-8. [Medline].
3. Herbst A, Mishell D, Stenchever M. Abnormal uterine bleeding. In: Comprehensive Gynecology. 2nd ed.
Mosby-Year Book; 1992:1083-1097.
4. Johnson CA. Making sense of dysfunctional uterine bleeding. Am Fam Physician. Jul 1991;44(1):149-
57. [Medline].
5. Physician's Desk Reference. 50th ed. Medical Economics Books; 1996.
6. Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Complications of pregnancy. In: William's Obstetrics. 19th ed.
McGraw-Hill Professional Publishing; 1993:819-820.
7. Rosenfeld JA. Treatment of menorrhagia due to dysfunctional uterine bleeding. Am Fam Physician. Jan
1996;53(1):165-72. [Medline].
8. Seamen C, Slovis C. Abnormal vaginal bleeding in the nonpregnant patient. Emerg Med Rep.
1996;17:219-226. [Medline]HOME
TIPS KESEHATAN
Perbedaan Diabetes Kering dan Diabetes Basah
Perbedaan diabetes kering dan basah Dalam dunia medis atau kedokteran sebenarnya tidak ada istilah
diabetes jenis kering ataupun diabetes basah. Namun istilah ini cukup populer dan berkembang di masyarakat, hal
ini karena beberapa pasien penderita diabetes mellitus atau kencing manis biasanya akan mempunyai dampak
dengan kondisi tubuh yang lama kelamaan menjadi kurus kering, sehingga munculah istilah tersebut.
Sedangkan pada diabetes tipe 2, hormon insulin tetap terus bisa diproduksi namun jumlahnya lebih sedikit atau
kurang peka pada glukosa. Hal ini menyebabkan kekuatan untuk menolong glukosa masuk ke didalam tubuh jadi
rendah. Pada penderita diabetes tipe 2 ini sering terjadi pada mereka yang telah berusia lebih dari 40 tahun,
gemuk dan mempunyai riwayat diabetes dalam keluarga.
Akibat dari hormon insulin yang tidak bekerja secara malsimal, maka menimbulkan beberapa jenis gangguan
seperti tubuh mengambil cadangan glukosa yang ada didalam lemak. Jika hal ini terjadi secara berkepanjangan,
maka tubuh pasien akan terlihat kurus.
Perbedaan Diabetes Kering Dan Basah Berdasarkan Gejalanya
Penyakit diabetes merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelebihan kadar gula darah, dan kondisi kelebihan
kadar gula darah ini bisa terjadi pada siapa saja. Istilah diabetes basah dan kering merupakan istilah lain dari
diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan oleh gula darah yang sangat tinggi dan biasanya melebihi kadar diabetes
kering dan umumnya terjadi pada orang tua / usia lanjut.
Gejala Diabetes Kering
Yang dimaksud diabetes kering adalah istilah lain dari penyakit diabetes yang di sebabkan penderitanya
mengalami kondisi kurus atau kekeringan. Pada kondisi ini, tubuh menggunakan lemak sebagai pengganti tenaga
karena hormon insulin sudah tidak bisa memecah glukosa menjadi tenaga. Sebab inilah muncul istilah yang
disebut dengan diabetes kering.
Perbedaan Diabetes Kering dan Diabetes Basah
Pada penderita Diabetes kering biasanya mempunyai beberapa gejala yang beberapa diantaranya bisa terlihat
secara fisik. Berikut beberapa gejala-gejala diabetes kering :
Selalu merasakan lapar yang hebat
Rasa haus yang hebat
Pandangan kabur dikarenakan kadar gula dalam darah tinggi dan dapat mempengaruhi lensa mata
Kondisi Mood yang berubah-ubah
Pegal pada otot dehidrasi hebat
Merasakan Gatal-gatal karena kadar gula dalam darah tinggi
Berat badan turun karena lemak terus di bakar menjadi tenaga
Bau nafas tak sedap seperti bau buah akibat pembentukan keton sebagai hasil proses pembakaran lemak
dengan aseton sebagai sumber energi.
Terjadinya kondisi sakit diabetes kering bisa di sebabkan oleh banyak hal, berikut beberapa penyebab terjadinya
sakit diabetes kering :
Faktor Obesitas Seseorang dengan kondisi tubuh yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih
rentan terkena diabetes kering ini.
Obat-obatan kimia Mengkonsumsi obat obatan kimia secara berlebihan bisa mengakibatkan terjadinya
diabetes kering.
Kebiasaan buruk dan pola makan Kebiasaan buruk dengan mengkonsumsi makanakan yang terlalu
banyak dan manis bisa juga menjadi penyebab diabetes kering.
Faktor keturunan Faktor keturunan atau genetik juga sangat mempengaruhi biasanya bila ada riwayat
keluarga terkena penyakit ini maka keturunannya pun beresiko terkena diabetes kering.
Pola hidup Pola hidup yang tidak sehat dan cenderung asal asalan seperti kurang olahraga, kurang
tidur, dan sering duduk dapat berpotensi timbulnya diabetes kering.
Hindarilah beberapa kondisi di atas sebagai upaya pencegahan terhadap bahaya diabetes kering. Segera lakukan
pemeriksaan agar mendapatkan penanganan secara langsung misalnya seperti pemberian obat diabetes sebelum
terjadi penyakit diabetes yang lebih serius.
Gejala Diabetes Basah
Pada penderita diabtes basah perbedaan lebih pada kondisi fase dan juga keadaan fisik namun sebeneranya
mempunyai gejala-gejala atau ciri yang tidak jauh berbeda dengan diabetes kering. Berikut beberapa gejala-
gejala yang muncul pada penderita diabetes jenis basah :
Infeksi jaringan kulit, saraf, dan jaringan otot Salah satu gejala diabetes batas adalah
adanya Infeksi yang diakibatkan oleh bakteri Clostridium perfringens atau Bacillus fusiformis. Secara
alami, infeksi biasanya terjadi pada daerah yang lembab, seperti mulut, usus, paru-paru, serviks dan juga
vulva. Sedangkan pada penderita diabetes basah, infeksi pada umumnya lebih sering terjadi di daerah
kaki.
Adanya infeksi berawal dari luka. Pada penderita diabetes basah jika memiliki luka maka luka tersebut
akan susah sekali mengering dan cenderung memburuk. Hal ini karena adanya bakteri yang hinggap dan
akhirnya tumbuh berkembang sehingga infeksi justru bertambah parah. Jika dibiarkan, keadaan ini bisa
berujung pada kebusukan sehingga bagian tersebut harus diamputasi.