Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA AUB

( ABNORMAL UTERINE BLEEDING )


1. Definisi
perdarahan uterus abnormal disebut juga dengan perdarahan uterus
disfungsional (PUD). Namun, saat ini perdarahan uterus disfungsional merupakan
bagian dari perdarahan uterus abnormal. PUD adalah perdarahan uterus abnormal
yang terjadi tanpa adanya keadaan patologi pada panggul, penyakit sistemik tertentu,
atau kehamilan. PUD dapat terjadi pada siklus ovulasi ataupun anovulasi yang
sebagian besar disebabkan oleh gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Prevalensi siklus anovulasi ini paling sering ditemukan pada
perempuan usia <20 tahun dan >40 tahun.
Sebelumnya, sudah disebutkan secara harfiah perdarahan uterus abnormal
diartikan sebagai semua kondisi perdarahan abnormal yang berasal dari uterus. Pada
perempuan usia reproduktif yang tidak sedang hamil kondisi seperti ini meliputi:
perdarahan di antara periode siklus mentruasi, perdarahan pascasenggama, timbul
bercak (spotting) sepanjang siklus menstruasi, perdarahan saat menstruasi yang lebih
lama atau lebih banyak dari kondisi normal, serta tidak terjadinya siklus menstruasi
atau jarak antar siklus mentsruasi yang sangat  lama (amenorrhea). Perlu diketahui
bahwa siklus mentruasi yang normal adalah 21-35 hari dengan durasi rata-rata  4.5-8
hari dan banyak darah yang keluar ≤80 ml per siklus (2-5 kali penggantian pembalut
per hari). Di luar kriteria tersebut, perdarahan dapat dikatakan abnormal. Sementara
pada perempuan yang sudah menopause, perdarahan yang terjadi
pascamenopause dianggap abnormal. Perdarahan pascasanggama, selain pada
perempuan usia reproduktif, perlu juga diwaspadai pada perempuan pascamenopause.

2. ETIOLOGI
Terdapat berbagai etiologi dari perdarahan uterus abnormal di antaranya:

a. Usia remaja

b. Penggunaan kontrasepsi (IUD, pil KB)

c. Pramenopause

d. Terapi Pengganti Steroid Pascamenopause (Postmenopausal Steroid Replacement


Therapy)
e. Hiperplasi atau keganasan pada uterus dan strukturnya

f. Gangguan Perdarahan (seperti penyakit Von Willebrand)

g. Penyakit sistemik lain (gagal ginjal, penyakit liver, hipertiroid)


3. Patofisiologi
Turunnya kadar hormon estrogen progesteron akan menyebabkan pelepasan enzim
degradasi di lapisan endometrium,pelepasan enzim dari lisosom,pelepasan protease
dari infiltrasi dan aktifitas dari matriks mataloproteinase
Pada saat hormon estrogen dan progesteron turun sebelum haid akan terjadi
destabilisasi dari membran lisosom yang akan mengakibatkan keluarnya enzim-enzim
dari dalam lisosom. Enzim tersebut selanjutnya akan dilepaskan kedalam sitoplasma
epitel,Stroma,dan sel endotel dan selanjutnya kedalam ruang interseluler. Enzim
preteolitik ini akan mengakibatkan terjadinya penghancuran penghalang seluler,
membran permukaan dan desmosom(jembatan interseluler). Akan berefek pada sel
endotel pembuluh darah sehingga memicu terjadinya deposit trombosit pelepasan
prostaglandin,trosbosis vaskuler, ekstravasasi sel-sel darah merah dan akhirnya
memicu terjadinya nekrosis jaringan.
4. Manifestasi klinis
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah
maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus
haid yang memanjang atau tidak beraturan.
5. Komplikasi
Perdarahan uterus yang sering terjadi dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Perdarahan yang masif juga dapat mengakibatkan terjadinya syok hemoragik.
Perdarahan uterus abnormal yang tidak tertangani dengan baik juga dapat
menyebabkan terjadinya infertilitas.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non-Bedah Setelah keganasan dan patologi panggul yang signifikan
telah dikesampingkan, pengobatan medis harus dipertimbangkan sebagai pilihan terapi lini
pertama untuk perdarahan uterus abnormal. Target pengobatan untuk kondisi medis yang
mendasari yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi, seperti hipotiroidisme, harus dimulai
sebelum penambahan obat lainnya. Wanita yang ditemukan anemia karena perdarahan uterus
abnormal harus segera diberikan suplementasi besi. Perdarahan menstruasi yang berat dan
teratur dapat diatasi dengan pilihan pengobatan hormonal dan non-hormonal. Perawatan non-
hormonal seperti obat antiinflamasi non-steroid dan antifibrinolitik dikonsumsi selama
menstruasi untuk mengurangi kehilangan darah, dan pengobatan ini efektif terutama saat
perdarahan menstruasi yang berat ketika waktu perdarahan dapat diprediksi.
Perdarahan yang tidak teratur atau berkepanjangan paling efektif diobati dengan
pilihan terapi hormonal yang mengatur siklus menstruasi, karena mengurangi kemungkinan
perdarahan menstruasi dan episode perdarahan berat. Progestin siklik, kontrasepsi hormonal
kombinasi, dan levonorgesterel-releasing intrauterine system adalah contoh pilihan yang
efektif dalam kelompok ini. Terapi medis juga berguna pada beberapa kasus untuk
mengurangi kerugian menstruasi yang berhubungan dengan fibroid atau adenomiosis.

7. Pemeriksaan penunjang/lab
Menurut Rowe T., Senikas dalam Journal Obstetry & Gynekology Canada
(2013) hitung darah lengkap dianjurkan jika ada riwayat perdarahan. Kehamilan
dieksklusi melalui serum β-hCG. Thyrotropin diukur hanya jika ada gejalaatau
temuan yang sugestif ke penyakit tiroid.Pengujian untuk gangguan koagulasi harus
dipertimbangkan pada wanita yang memiliki riwayat perdarahan berat yang dimulai
dari menarche, riwayat perdarahan postpartum atau perdarahan saat ekstraksi gigi,
bukti masalah perdarahan lainnya, atau riwayat keluarga cenderung mengarah ke
gangguan koagulasi. Tidak ada bukti bahwa pengukuran gonadotropin serum,
estradiol, atau kadar progesteron membantu dalam pengelolaan AUB.
1. Ultrasound Transvaginal sonografi memungkinkan evaluasi dari kelainan
anatomi uterus dan endometrium.Selain itu, patologi dari miometrium, serviks, tuba,
dan ovarium juga dapat dievaluasi. Modalitas investigasi ini dapat membantu dalam
diagnosis polip endometrium, adenomiosis, leiomioma, anomali uterus, danpenebalan
endometrium yang berhubungan dengan hiperplasia dan keganasan.
2. Saline Infusion Sonohysterography Saline infusion sonohysterography
menggunakan 5 sampai 15 mL larutan saline yang dimasukkan ke dalam rongga
rahim selama sonografi transvaginal dan mengimprovisasi diagnosis patologi
intrauterin. Terutama dalam kasus polip dan fibroid uterus, SIS memungkinkan
pemeriksa untukmembedakan lokasi dan hubungannya dengan kavitas uterus.SIS juga
dapat menurunkan kebutuhanMRI dalam diagnosis dan manajemen dari anomali
uterus.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI jarang digunakan untuk menilai
endometrium pada pasien yang memiliki perdarahan uterus abnormal. MRI mungkin
membantu untuk memetakan lokasi yang tepat dari fibroid dalam perencanaan operasi
dan sebelum terapi embolisasi untuk fibroid. Hal ini juga mungkin berguna dalam
menilai endometrium ketika USG transvaginal atautidak dapat dilakukan.
4. Histeroskopi Evaluasi histeroskopi untuk perdarahan uterus abnormal adalah
pilihan yang menyediakan visualisasi langsung dari patologi kavitas dan memfasilitasi
biopsi langsung. Histeroskopi dapat dilakukan dalam suasana praktek swasta dengan
atau tanpa anestesi ringan atau di ruang operasi dengan anestesi regional atau umum.
Risiko dari histeroskopi termasuk perforasi rahim, infeksi, luka serviks, dan kelebihan
cairan. 5. Biopsi Endometrium Biopsi endometrium biasanya dapat dilakukan dengan
mudah pada wanita premenopause dengan persalinan pervaginam sebelumnya. Biopsi
lebih sulit dilakukan pada wanita dengan riwayat persalinan sesar sebelumnya, wanita
yang nulipara, atau yang telah memiliki operasi serviks sebelumnya. Biopsi
endometrium dapat mendeteksi lebih dari 90% dari kanker. Patologi dari
endometrium dapat mendiagnosa kanker endometrium atau menentukan kemungkinan
kanker.

8. Pengkajian
9. Diagnosa keperawatan,intervensi,rasionalisasi
10. Literatur

Anda mungkin juga menyukai