Anda di halaman 1dari 7

Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

Definisi
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi,
penyakit medis tertentu atau kehamilan. Diagnosis perdarahan uterus disfungsional
(PUD) ditegakkan per ekslusionam. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan akut
dan banyak, perdarahan ireguler, menoragia dan perdarahan akibat penggunaan
kontrasepsi
Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus berovulasi maupun pada
siklus tidak berovulasi. Siklus berovulasi Perdarahan teratur dan banyak terutama
pada tiga hari pertama siklus haid. Penyebab perdarahan adalah terganggunya
mekanisme hemostasis lokal di endometrium. Siklus tidak berovulasi Perdarahan
tidak teratur dan siklus haid memanjang disebabkan oleh gangguan pada poros
hipothalamus-hipofisis-ovarium. Adanya siklus tidak
berovulasi menyebabkan efek estrogen tidak terlawan (unopposed estrogen) terhadap
endometrium. Proliferasi endometrium terjadi secara berlebihan hingga tidak
mendapat aliran darah yang cukup kemudian mengalami iskemia dan dilepaskan dari
stratum basal.
Efek samping penggunaan kontrasepsi Dosis estrogen yang rendah dalam kandungan
pil kontrasepsi kombinasi (PKK) menyebabkan integritas endometrium tidak mampu
dipertahankan.
Progestin menyebabkan endometrium mengalami atrofi. Kedua kondisi ini dapat
menyebabkan perdarahan bercak. Sedangkan pada pengguna alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) kebanyakan perdarahan terjadi karena endometritis
Pola perdarahan uterus disfungsional
A. Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi,
penyakit medis tertentu atau kehamilan. Diagnosis PUD ditegakkan per ekslusionam.

B. Perdarahan akut dan banyak merupakan perdarahan menstruasi dengan jumlah


darah haid > 1 tampon per jam dan atau disertai dengan gangguan hipovolemik.
C.

Perdarahan

ireguler

meliputi

metroragia,

menometroragia,

oligomenore

perdarahan haid yang lama (> 12 hari), perdarahan antara 2 siklus haid dan pola
perdarahan lain yang ireguler. Pasien usia perimenars yang mengalami gangguan haid
tidak dimasukkan dalam kelompok ini karena kelainan ini terjadi akibat belum
matangnya poros hipothalamus hipofisis ovarium.
D. Menoragia merupakan perdarahan menstruasi dengan jumlah darah haid > 80 cc
atau lamanya > 7 hari pada siklus yang teratur. Bila perdarahannya terjadi > 12 hari
harus dipertimbangkan termasuk dalam perdarahan ireguler.
E. Perdarahan karena efek samping kontrasepsi dapat terjadi pada pengguna
PKK,suntikan depo medroksi progesteron asetat (DMPA) atau AKDR. Perdarahan
pada pengguna PKK dan suntikan DMPA kebanyakan terjadi karena proses
perdarahan sela. Infeksi Chlamydia atau Neisseria juga dapat menyebabkan
perdarahan pada pengguna PKK. Sedangkan pada pengguna AKDR kebanyakan
perdarahan

terjadi karena endometritis. diagnosis dan menyingkirkan diagnosis

banding.
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk:
Menilai:
o Indeks massa tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
o Tanda-tanda hiperandrogen
o Pembesaran kelenjar tiroid atau manifestasi hipo / hipertiroid
o Galaktorea (kelainan hiperprolaktinemia)
o Gangguan lapang pandang (karena adenoma hipofisis)

Keluhan dan gejala

Anamnesis
Pada pasien yang mengalami PUD, anamnesis perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk:
Menilai:
o Indeks massa tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
o Tanda-tanda hiperandrogen
o Pembesaran kelenjar tiroid atau manifestasi hipo / hipertiroid
o Galaktorea (kelainan hiperprolaktinemia)
o Gangguan lapang pandang (karena adenoma hipofisis)
o Faktor risiko keganasan endometrium (obesitas, nulligravida, hipertensi,
diabetes mellitus, riwayat keluarga, SOPK)
Menyingkirkan:
o Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
o Servisitis, endometritis
o Polip dan mioma uteri
o Keganasan serviks dan uterus
o Hiperplasia endometrium
o Gangguan pembekuan darah

Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan Pap
smear dan harus disingkirkan kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia
endometrium atau keganasan.

Langkah diagnostik perdarahan uterus disfungsional


A. Perdarahan uterus abnormal didefinisikan sebagai setiap perubahan yang terjadi
dalam frekuensi, jumlah dan lama perdarahan menstruasi. Perdarahan uterus
abnormal meliputi PUD dan perdarahan lain yang disebabkan oleh kelainan organik.
B. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk menyingkirkan
diagnosis diferensial perdarahan uterus abnormal.
C. Pada wanita usia reproduksi, kehamilan merupakan kelainan pertama yang harus
disingkirkan. Perdarahan yang terjadi dalam kehamilan dapat disebabkan oleh
abortus, kehamilan ektopik atau penyakit trofoblas gestasional.
D. Penyebab iatrogenik yang dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal antara
lain penggunaan obat-obatan golongan antikoagulan, sitostatika, hormonal,anti
psikotik, dan suplemen.

E. Setelah kehamilan dan penyebab iatrogenik disingkirkan langkah selanjutnya


adalah melakukan evaluasi terhadap kelainan sistemik meliputi fungsi tiroid, fungsi
hemostasis, dan fungsi hepar. Pemeriksaan hormon tiroid dan
fungsi hemostasis perlu dilakukan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan gejala dan tanda yang mendukung (rekomendasi C). Bila terdapat
galaktorea maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap hormon prolaktin untuk
menyingkirkan kejadian hiperprolaktinemia.
F. Bila tidak terdapat kelainan sistemik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan pada saluran reproduksi. Perlu
ditanyakan adanya riwayat hasil pemeriksaan pap smear yang abnormal atau riwayat
operasi ginekologi sebelumnya. Kelainan pada saluran reproduksi yang harus
dipikirkan adalah servisitis, endometritis, polip, mioma uteri, adenomiosis, keganasan
serviks dan uterus serta hiperplasia endometrium.
G. Bila tidak terdapat kelainan sistemik dan saluran reproduksi maka gangguan haid
yang terjadi digolongkan dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
H. Bila terdapat kelainan pada saluran reproduksi dilakukan pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut sesuai dengan fasilitas.
I. Pada kelainan displasia serviks perlu dilakukan pemeriksaan kolposkopi untuk
menentukan tata laksana lebih lanjut.
J. Bila dijumpai polip endoserviks dapat dilakukan polipektomi.
K. Bila dijumpai massa di uterus dan adneksa perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dengan USG transvaginal atau saline infusion sonography (SIS).
Ultrasonografi transvaginal merupakan lini pertama untuk mendeteksi kelainan
pada kavum uteri (rekomendasi A). Sedangkan tindakan SIS diperlukan bila
penilaian dengan USG transvaginal belum jelas (rekomendasi A).
L. Bila dijumpai massa di saluran reproduksi maka dilanjutkan dengan tata laksana
operatif.
M. Diagnosis infeksi ditegakkan bila pada pemeriksaan bimanual uterus teraba kaku
dan nyeri. Pada kondisi ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Chlamydia
dan Neisseria. Pengobatan yang direkomendasikan adalah doksisiklin 2 x 100 mg

selama 10 hari

Daftar Pustaka :
Baziad, A.,Hestiantoro, A., Wiweko, A., Sumapradja, K., 2011. Panduan Tatalaksana
Perdarahan Uterus Abnormal. Aceh : Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan
Fertilitas Indonesia,Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai