Anda di halaman 1dari 45

STEP 1

1. Pendarahan uterus abnormal


 Merupakan kelainan haid dari jumlah keteraturan frekuensi dan lama haid bisa
memanjang bahkan tidak beraturan.
2. Composmentis
 Merupakan keadaan seseorang yang sadar penuh dan bisa menjawab dan lingkungan
nya

Step 2

1. Bagaimana hubungan keluhan pasien seperti pendarahan haid banyak,pusing lemas,


dengan penyakit pada skenario ?
2. Mengapa bisa terjadi pendarahan baik yang banyak dan apa saja penyebab keluhan
pasien ?
3. Apa saja klasifikasi gangguan haid atau pua ?
4. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik an penunjang?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mengetahui PUA?
6. Apa etiologi dan faktor resiko pada pasien di atas ?
7. Apa diagnosis dan dd pasien di atas ?
8. Apa tatalaksana pada pasien di atas ?
STEP 3

1. Bagaimana hubungan keluhan pasien seperti pendarahan haid banyak,pusing lemas,


dengan penyakit pada skenario ?

Pusing

Sel darah merah pada wanita 12-14 - Laki 12-17

Biasanya pusing terjadi karna kekurangan dari sel darah dan oksigen tidak cukup untuk di
bawa ke otak jadi pasien nya pusing

Lemas  ada nya penurunan hebat dehidrasi bisa terjadi penurunan curah jantung dan
hantaran oksigen dan perfusi tidak optimal  pasien syok

Menstruasi  darah normal yang keluar normal 30-40 ml nya  lebih dari 80ml  di sebut
menoragia  di ketahui dari seringnya pergantian pembalut  normal haid 1 minggu jika
berlebih akan nenunjukan kelainan

2. Mengapa bisa terjadi pendarahan baik yang banyak dan apa saja penyebab keluhan
pasien ?
- Pendaraha banyak  peenurunan hormon progesteron di awalai leh matriks
berfungsi untuk menghancurkan endometrium __> zona basallin tidak
- Pengeluaran darah banyak bisa karna perunahan strultur di uterus polip
- Perubahan jalur
- Ketika opulasi tidak terjadi  progesteron tidak terbentuk terjadi ruptur

Penyebab

 ketidakeseimbangan hormon sindrom ovarim polikistik

Obesitas ,dan resistensi insulin

 Ganguan jaringan rahim contoh ada radang panggul, miom/fitroit rahim


endometriosis, dan polip harhim
 Efeksamping obat contoh obat koagulan dan anti radang
 Efek penggunaan kb seperti pil kb / iud
 Ada nya kanker seperti kanker rahir/ servic

3. Apa saja klasifikasi gangguan haid atau pua ?


 Jenis
- Pendarahan uterus akut : pendarahan haid yang banyak dan penanganan segera ,
bisa terjadi pendarahab abnormal atau tanpa riwayat sebelum nya
- Pendarahan uterus kronik: terjadi lebih dari 3 bulan , kondisi biasanya tidak harus
penanganan langsung seperti pua akut
- Pua tengah : pendarahan haid antara siklus haid yang tratur, pendaahan bisa terjadi
kapan saja dan bisa terjadi di teriap siklus haid.
 Penyebab pamkoen
- Polip  pertumbuhan lesi lunak di lapisan endometrium uterus baik bertangkai
/tidak berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan klenjar metrium dan di lapisi
oleh epitel endometrium
- Adenomiosis__> di tandai perbesaran rahim yang di sebebkan oleh sisi ektopik
endometrium baik kelenjar dan stroma di dalam meometrium
- Liomioma neoplasma jinak otot polos di miometrium
- Maliknasiprapsia  pertumbuhan ganas dari lapisan dari endometrium

didiagnosis secara fisual

penyebab coein koagulapati  ganguan himostatis sistemik yang berdampak terhadap


pendarahan uterus, ovulatori disfungsi kegagalan ovulasi terjadi pua, endometrial
 ,latrogenik pendarahan uterus abnormal yang behungan dengan penggunaan
ostrogen dll ,not yet kalsifikasi  kategori penyebab lain yang jarang di masukn di
klasifikasi

tidak dapat di citrakan untuk patologis

 Ganguan haid masa reproduksi


- Ganguan lama dan jumlah haid ada 2
- Hiper minoria  interfal haid teratur jumlah darah melebih dari normal
Penyebab dari kondisi uterus hubungan dari pasien dengan siklus haid
- Hipo minoria  perdarahan haid dan jumlah haid lebih seikit dan lebih pendek
dari normal
Gangguan organik contoh wanita melakukan oprasi psaca miomiktomi
 Ganguan dari siklus haid
- Poliminoria  siklus haid lebih pendek dari normal 21 hari
- Oligiminoria  lebih panjang dari normal  lebih ari 35 hari
- Aminorea  di bagi 2 ( skunder terjadi pada wanita subuh tidak hamil, tiak haid
selama 30 hari dan primer terjadi pada wanita lebih dari 16 tahun belum haid)
 Pendarahan diluar siklus haid
- Menometroagia
 Ganguan berhubungan dengan haid
- Sindroma prahaid
- Disminoria  nyeri saat haid
4. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik an penunjang?

Umum: pucat

Kesadaran : composmentia

Td 100/60

N: 100x/menit

T: 36

Pemeriksaaan klinis dalam bats normal

5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mengetahui PUA?

Penunjang

Ultrason : kelainan uteri an endometrium ,menilai apakah ada kelian di miometrium dan tuba,
ovarium.

Salin infusion sonohiterografi : menggunakan 5ml-15ml salin dan di masukna ke ringa rahim
dan bisa mendiagnosis apakah ada kelainan di dalam ltra uteri apa tidak

Mri ; jarang di lakukan , untuk menuntukan lokasi dan perencanaan oprasi

Disteroskopi: menyediakan visualisasi yang langsung dan

Diopsiendometrium : pada wanita yang premenopouse yang melakukan persalinan sesar akan
susah di lakukan.

Pcos; policistik ovariansinrom ada nya tanda hipertiroid

Darah perier lengkap


Tes kehamilan

Tes indikasi pembekuan darah  ada nya vonwillberand, appt,

Pemeriksaan serviciva, pap smear

6. Apa etiologi dan faktor resiko pada pasien di atas ?

ETIOLOGI

- Masalah pada saluran reproduksi biasanya polip atau tumor, kondisi medis lain
seperti obasitas dan ganguan pembekuan darah
- Obat seperti pil KB, pengencer darah, alat kontrasepsi seperti implan, IUD,
suntikan
- Menurut figo (INTERNASIONAL FEDERATION OF GYNECOLOGY AND
OBSTETRIC)
Ada palm-coein

FAKTOR RESIKO

- Usia muda
- Pemenopouse
- Penggunaan alat kontrasepsi/obat kontrasepsi
- Peningkatan /penurunan berat badan yang cepat
- stress
7. Apa diagnosis dan dd pasien di atas ?

Anamesis  keluhan dan gejala ( mual, penikatan bekemihkarna hamil, peningkatan berat
badan, ketemahan, ganguan toleransi dingin, penurunan beratbadan, berkeringat ,palpitasi
hipertiroid,

Dx; pua

8. Apa tatalaksana pada pasien di atas ?

Penagana pertaman
Dilihat pasien emodinamic apakah stabil atau tidak jika pasien tidak stabil di saran kan
melakukan perawatan di rs, pasien stabil pasien dilakukan penanganna untuk berhenti
pendrshsn ,

Jika pasien pendaraha akut atau banyak 1, dialakukan dilatasi kan kuretase tiak di
lakukan semua ,dan di lakukan bila ada kegananasn dankegagalan trapi emdikamentosa 2.
Penaganan medika mentosa, misal pasien di berikan kombinasi estrogen dan progestin,
bisa di lakukan teringoff , awal tinggi dan akan di turunkan , estrogen di berikan dalan 2
bentuk yaitu intravena / oral, bisa efektif menagani pendarahan uterus selama 12 jam ,
progestin biasanya di berikan 14 hari, dan setelah nya di berhentikan dan melakukan
pengulangan , kontra indikasi pada obat estogen tersebut,

Apabila pasien mengalami

1. pemeriksaan tsh , mengefaluasi apakah pasien ada hioertiroid

2. Priksa prolaktin, curiga hipominorea

3. Obat progesttin

1. nsad , ibuprofen ,naproksensodium bisa mengurangi kehilangan darah haid dan


mengurahi kram haid

2. asam tramesamat mengurahi kehilangan darah haid dam di minu aat mengalami
pendarahan,

3. kontrasepsi oral mengatur siklus agar lebih bagus tidak berlebihan

4, Progestin oral bisa menyeimbangkan hormon dan mengurangi terjadi pendarahan.

Penaganan

Apabila trapi medikamntosa tidak bisa akan di lanjut ke oprasi

Strektomi ,polipmektomi dan pembedahan lain,

Apabila ada pendarahan yang abnormal akan di kaukan

Jika terjadi indikasi  progestin

Hematinik  jika masih berlanjut

Pemberian asamefenamat 3x1


Di ajurkan ke tidakan pembedahan oleh dokter spesialis

Tambahan

Definisi,fisiologi,patofisiologi,komplikasi ,tatalaksana, prognosis

Step 4

STEP 5
1. Apa definisi pua ?
Ketidakaturan siklus menstruasi: frekuensi, durasi, volume aliran diluar kehamilan.
Terjadi pada menarche hingga perimenopause
frekuensi normal 24-38 hari
Durasi normal: 7-9 hari
Aliran darah: 5-80 ml
Ketika terjadi selain 4 paramameter diatas didefinisikan perdarahan uterin abnormal

Davis E, Sparzak PB. Abnormal Uterine Bleeding. [Updated 2021 Apr 1]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532913/
Abnormal uterine bleeding: Getting our terminology straight - Scientific Figure
on ResearchGate. Available from:
https://www.researchgate.net/figure/Suggested-normal-limits-for-menstrual-
parameters-in-the-mid-reproductive-years_tbl2_5840200 [accessed 24 Nov, 2021]
Klasifikasi POGI (2016) mengklasifikasikan PUA berdasarkan jenis
perdarahannya menjadi :
a. Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahan haid
yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah
kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi
b. PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya. Perdarahan uterus abnormal
kronik merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormal yang telah
terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan
yang segera seperti PUA akut.
c. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan haid
yang terjadi diantara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan
saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini
ditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia
(POGI, 2016)
Perdarahan uterus abnormal (PUA) merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya.
Manifestasi klinis PUA dapat berupa jumlah perdarahan yang banyak atau sedikit, dan
siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan. Kejadian PUA paling sering ditemukan
pada wanita usia reproduktif.
Berdasarkan sumber perdarahannya, Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO) mengklasifikasikan PUA menjadi dua kelompok, yaitu
1) PUA akibat kelainan struktur.
Kelompok dengan akrnonim “PALM”
2) PUA bukan akibat kelainan struktur.
Kelompok dengan akrnonim “COEIN”
PALM COEIN (polyp; adenomyosis; leiomyoma; malignancy and hyperplasia;
coagulopathy; ovulatory dysfunction; endometrial; iatrogenic; dan not yet
classified).
AUB didefinisikan oleh the International Federation for Gynecology and Obstetrics
(FIGO) sebagai variasi apapun dari siklus haid normal termasuk perubahan dari
regularitas dan frekuensi haid, lamanya haid atau banyaknya kehilangan darah (SOGC,
2018). AUB dapat diklasifikasikan sebagai akut (dibawah 6 bulan) dan kronik (diatas 6
bulan), dimana pembagian ini akan menentukan apakah diperlukan intervensi segera.
Sumber:
Mayanda, Ida Bagus Aditya, dan Surasandi, I Gede Deni. 2021. Prevalensi Kejadian
Perdarahan Uterus Abnormal di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar
Periode Januari – Desember 2020. Intisari Sains Medis 2021, Volume 12, Number 1:
107-112 P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084.
Dewi, Andriana Kumala, dkk. Gambaran Klinis dan Histopatologi Kasus-Kasus
Abnormal Uterine Bleeding di Rumah Sakit Sumber Waras. Jurnal Bakti Masyarakat
Indonesia Vol. 3, No. 1, Mei 2020, Hal. 44-49. ISSN 2621-0398 (Versi Elektronik).

2. Bagaimana fisilogi haid?

Proses Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus . Kondisi ini terjadi
karena tidak ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim
(endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh. Jika seorang
wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya.
Umumnya siklus menstruasi pada wanita yang normal adalah 28-35 hari dan lama haid
antara 3-7 hari. Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus haidnya
kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari.
Fase-fase pada siklus menstruasi
1) Siklus Endomentrium .
• Fase menstruasi
Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa setiap bulannya. Sebab
melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi selalu
dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para wanita merasa tidak
nyaman untuk beraktiftas. Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari, dimana
pada awal haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah lebih sering
keluar.Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari).
Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)menurun
atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat.
• Fase proliferasi
Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan pematangan ovum. Fase
proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5
sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan endometriumsecara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium
tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase
ini tergantung pada stimulasi estrogenyang berasal dari folikel ovarium.
• Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang
dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium
menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca ovulasi
wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormone reproduksi (FSH, LH, estrogen dan
progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini wanita mengalami yang namanya
Pre Menstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan
dinding Rahim akan luruh kembali.
• Fase iskemi/premenstrual
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum yang mensekresi estrogen
dan progesterone menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang
cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional
terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.
2) Siklus Ovarium
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,
kemudian kelenjar hipofsis mengeluarkan LH (lutenizing hormon).Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel
mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum
terjadi ovulasi. mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
(folikel de Graaf) terjadi ovulasi, sisa folikel yang kosong di dalam ovarium berformasi
menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional pada 8 hari
setelah ovulasi, dan mensekresi hormone estrogen dan progesteron. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon progesterone menurun. Sehingga
lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
Sumber : Ernawati Sinaga, Nonon Saribanon. Kesehatan Menstruasi, 2017

Menstruasi atau haid normalnya adalah proses fisiologi pengeluaran darah, mukus
(lendir), dan debris seluler dari uterus secara periodik dengan interval waktu tertentu yang
terjadi sejak menarche hingga menopause dengan pengecualian pada masa kehamilan
atau menyusui.

Siklus Menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu,


1) Siklus ovarium (indung telur)
a) Siklus folikular
b) Siklus luteal
2) Siklus uterus (rahim)
a) Masa proliferasi (pertumbuhan)
b) Masa sekresi
Perubahan di dalam rahim merupakan respons terhadap perubahan hormonal.
Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim),
miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan
endometrium (lapisan terdalam rahim).
Endometrium adalah lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3
bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar,
dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
Tiap siklus dikenal 3 masa utama
Masa Berlangsung selama 2-8 hari.
menstruasi Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga
timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam
kadar paling rendah.
Masa Dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.
proliferasi Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi di mana
terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin.
Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12
sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur
(disebut ovulasi).
Masa sekresi Masa sesudah terjadinya ovulasi.
Hormon progesteron dikeluarkan dan memengaruhi pertumbuhan
endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim).

Siklus ovarium
Fase folikular Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan
siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari
indung telur).
Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari,
dan variabilitasnya memengaruhi panjang siklus menstruasi
keseluruhan.
Fase luteal fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata
14 hari.
Sumber:
Villasari, Asasih. 2021. Fisiologi Menstruasi. Penerbit Anggota Resmi IKAPI Indonesia.
Strada Press. ISBN: 978-602-5842-80-1.

3. Bagaimana patofisiologi pasien di atas ?


Progesteron dan estrogen menstimulus jalur prostaglandin
Estrogen  tissue plasmogen activator/TPA, PGE1 dan PGE2
Progesteron  PG F2 dan thromboxane A2

A Study on Incidence, Clinical Profile and Prescribing Pattern in Abnormal


Uterine Bleeding in a Tertiary Care Teaching Hospital

4. Bagaimana hubungan keluhan pasien seperti pendarahan haid banyak,pusing lemas,


dengan penyakit pada skenario ?
Dehidrasi
Ketika menstruasi, Anda akan mengalami perubahan kadar estrogen dan progesteron
sehingga memengaruhi jumlah air dalam tubuh. Ditambah dengan pengeluaran darah
haid yang sangat banyak
Hormon
Hormon estrogen dan progesteron berada pada level terendah saat menstruasi. Hal ini
dapat menyebabkan berbagai keluhan yang tak mengenakkan, seperti mood
swing, nyeri perut, pusing, mual, serta mudah lelah.
Anemia
Wanita yang mengalami menstruasi berat berisiko terkena anemia. Ini dikarenakan
jumlah darah yang hilang saat menstruasi lebih besar daripada kemampuan tubuh
untuk mengganti sel darah merah yang hilang.
Darah banyak
 Akhir siklus mens, progesteron drop  matrix metalloproteinase dikeluarkan 
menghancurkan stroma dan vaskular pd zona functional pd endometrium
 Any derangement in the structure of the uterus (such as leiomyoma, polyps,
adenomyosis, malignancy, or hyperplasia), derangements to the clotting pathways
(coagulopathies or iatrogenically), or disruption of the hypothalamic-pituitary-
ovarian axis (through ovulatory/endocrine disorders or iatrogenically) can affect
menstruation and lead to abnormal uterine bleeding
 Anovulatory dysfunctional uterine bleeding results from a disturbance of the
normal hypothalamic-pituitary-ovarian axis and is particularly common at the
extremes of the reproductive years. When ovulation does not occur, no
progesterone is produced to stabilize the endometrium; thus, proliferative
endometrium persists.
 In ovulatory dysfunctional uterine bleeding, bleeding occurs cyclically, and
menorrhagia is thought to originate from defects in the control mechanisms of
menstruation. It is thought that, in women with ovulatory dysfunctional uterine
bleeding, there is an increased rate of blood loss resulting from vasodilatation of
the vessels supplying the endometrium due to decreased vascular tone, and
prostaglandins have been strongly implicated. 

Pusing
Nilai normal sel darah merah atau yang disebut dengan Hemoglobin pada wanita rata-
rata 12-14g/dl. Sedang pada laki-laki 13-17g/dl. Pusing terjadi pada orang yang
mengalami gejala kurang darah. Karena menurunnya jumlah sel darah yang ada,
mengakibatkan jumlah oksigen yang mengalir pada tubuh berkurang serta darah tidak
membawa oksigen yang cukup menuju otak dan pengidapnya akan merasa pusing,
Lemas
Terjadinya penurunan hebat volume intravaskuler dapat terjadi akibat perdarahan atau
dehidrasi berat, sehingga menyebabkan yang balik ke jantung berkurang dan curah
jantung pun menurun. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen
dan perfusi jaringan tidak optimal dan akhirnya menyebabkan syok. Pada tahap awal
dengan perdarahan kurang dari 10%, gejala klinis dapat belum terlihat karena adanya
mekanisme kompensasi sisitim kardiovaskuler dan saraf otonom. Baru pada
kehilangan darah mulai 15% gejala dan tanda klinis mulai terlihat berupa peningkatan
frekuensi nafas, jantung atau nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, penurunan
tekanan nadi, kulit pucat dan dingin, pengisian kapiler yang lambat dan produksi urin
berkurang. Perubahan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi akibat adanya
mekanisme kompensasi tadi, sehingga pemeriksaan klinis yang seksama harus
dilakukan
Sumber:
- Hardisman. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik:
Update dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(3)
- Yaşa, C., & Güngör Uğurlucan, F. (2020). Approach to Abnormal Uterine
Bleeding in Adolescents. Journal of clinical research in pediatric
endocrinology, 12(Suppl 1), 1–6.
https://doi.org/10.4274/jcrpe.galenos.2019.2019.S0200

5. Mengapa bisa terjadi pendarahan baik yang banyak dan apa saja penyebab keluhan
pasien ?

Terjadi perdarahan ureti abnormal, Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis
submukosa sebagai akibat pecahnya pembuluh darah.Perdarahan oleh mioma dapat
menimbulkan amenia yang berat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan
antara lain :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia Endometrium sampai Adeno
Karsinoma Endometrim.
2. Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
3. Atrofi Endometrium diatas Mioma Nibmukosur
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.

6. Apa saja klasifikasi gangguan haid atau pua ?


Klasifikasi Klasifikasi PUA terbagi menjadi 3 yaitu:
1. PUA akut: Perdarahan haid yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan
yang cepat untuk mencegah kehilangan darah. PUA akut dapat terjadi pada
kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.
2. PUA kronik: Merupakan terminologi untuk PUA yang telah terjadi lebih dari 3
bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang cepat
dibandingkan PUA akut.
3. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding): terjadi di antara 2 siklus haid yang
teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu
yang sama setiap siklus.

Sumber : Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016. Profil


perdarahan uterus abnormal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1
Januari 2013 – 31 Desember 2014
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO)

A. PALM merupakan kelainanstruktur yang dapat dinilai dengan


berbagai
teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi antara lain:
Polip, adenomiosis,lLeiomioma, dan malignancy and hyperplasia.
o Polip (PUA-P)
Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat
lokal mungkin tunggal atau ganda, berukuran mulai dari
beberapa milimeter sampai sentimeter. Polip endometrium
terdiri dari kelenjar, stroma, dan pembuluh darah
endometrium.
o Adenomiosis (PUA-A)
Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisan miometrium,
menyebabkan uterus membesar, difus, dan secara
mikroskopik tampak sebagai endometrium ektopik,non
neoplastik, kelenjar endometrium, dan stroma yang dikelilingi
oleh jaringan miometrium yang mengalami hipertrofi dan
hiperplasia.
o Leiomioma uteri (PUA-L)
Leiomioma adalah tumor jinak fibromuscular pada permukaan
myometrium. Berdasarkan lokasinya, leiomioma dibagi
menjadi: submukosum, intramural, subserosum.
o Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal
berlebihan dari kelenjar endometrium. Gambaran dari
hiperplasi endometrium dapat dikategorikan sebagai:
hiperplasi endometrium simpleks non atipik dan atipik, dan
hiperplasia endometrium kompleks non atipik dan atipik.
B. COEIN merupakan kelainan non strruktural yang tidak dapat dinilai
dengan teknik pencitraan atau histopatologi. antara lain Coagulopaty,
Ovulatory dysfuntion, Endometrial, Iatrogenik, dan Not Yet Classified.
o Coagulopathy (PUA-C)
Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan
hemostasis sistemik yang mengakibatkan PUA
o Ovulatory dysfunction (PUA-O)
Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan
ketidakseimbangan hormonal yang dapat menyebabkan
terjadinya pendarahan uterus abnormal.
o Endometrial (PUA-E)
Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan
dengan siklus haid teratur akibat gangguan hemostasis lokal
endometrium.
o Iatrogenik (PUA-I)
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan hormonal (estrogen, progestin)
ataupun non hormonal (obat-obat antikoagulan) atau AKDR.
o Not yet classified (PUA-N)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
dimasukkan dalam klasifikasi (misalnya adalah endometritis
kronik atau malformasi arteri-vena).
Sumber: Muhammad Rifki, Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1,
Januari-Juni 2016.Profil perdarahan uterus abnormal di RSUP Prof. Dr. R.
D. KandouManado periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 20142
 Klasifikasi Gangguan Haid
Klasifikasi Keterangan
Gangguan lama dan Hipermenorea (menoragia)
jumlah darah Hipermenorea (menoragia) adalah perdarahan
menstruasi menstruasi dengan jumlah darahnya lebih banyak dan
atau memiliki durasi lebih lama dari normal tetapi
masih dengan siklus yang normal teratur. Pada
gangguan hipermenorea (menoragia) jumlah darah
menstruasi yang keluar sebanyak >80 ml per siklus dan
memiliki durasi >7 hari.
Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi dengan
jumlah darahnya lebih sedikit dan atau memiliki durasi
lebih pendek dari normal.
Gangguan siklus Polimenorea
menstruasi Polimenorea adalah menstruasi yang memiliki panjang
siklus lebih pendek dari normal yaitu <21 hari.
Oligomenorea
Oligomenorea adalah menstruasi yang memiliki
panjang siklus lebih panjang dari normal yaitu >35
hari.
Amenorea
Amenorea adalah keadaan dimana tidak terjadinya
menstruasi pada wanita dengan salah satu dari tiga
tanda berikut ini:
 Tidak terjadinya menstruasi sampai umur 14
tahun serta tanda kelamin sekundernya tidak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
 Tidak terjadinya menstruasi sampai umur 16
tahun serta tanda kelamin sekundernya tetap
mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
 Tidak munculnya menstruasi paling sedikit
selama 3 bulan berturut-turut pada wanita yang
sebelumnya masih mengalami menstruasi.
Amenorea dibagi menjadi yaitu amenorea primer dan
amenorea sekunder yang mendeskripsikan terjadinya
amenorea sebelum atau sesudah terjadinya menarche.
Gangguan perdarahan Menometroragia
di luar siklus Menometroragia adalah perdarahan dengan jumlah
menstruasi yang banyak dan berkelanjutan.
Gangguan lain yang Dismenorea
berhubungan dengan Dismenorea adalah keadaan nyeri ketika menstruasi,
menstruasi keadaan ini biasanya disertai dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bagian fossa iliaka.
Sindroma pra-haid Sindroma pra-haid merupakan keluhan yang biasa
muncul sebelum menstruasi. Biasanya muncul 7-10
menjelang menstruasi. Keluhannya antara lain lelah,
cemas, susah konsentrasi, sulit tidur, hilang energi,
sakit kepala, sakit perut dan sakit di daerah payudara.

7. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik an penunjang?


 Keadaan umum tampak pucat :
 TD 100/60 mmHg :
 N 100 x/ menit : normal
 T 36 derajat : normal

 Keadaan umum : tampak pucat  efek karena pasien banyak kehilangan darah
ketika haid  jml darah yang bersirkulasi di dalam tubuh juga berkurang karena
jantung tidak mampu memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh
 Pusing & lemas  kehilangan banyak darah  suplai oksigen ke tubuh berkurang
 hipoksia jaringan
 Kesadaran : composmentis
 TD : 100/60 mmHg  hipotensi yang terjadi karena kehilangan banyak darah
 N : 100x/menit  masih dalam batas normal (Normal : 60-100x/mnt)
 T : 36oC  cenderung sedikit menurun, tetapi belum dikatakan hipertermi
(Normal : 36,5-37,2)
 Pemeriksaan klinis (status internus) : dalam batas normal.

8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mengetahui PUA?


a. USG
Transvaginal sonografi memungkinkan evaluasi dari kelainan anatomi uterus
dan endometrium.Selain itu, patologi dari miometrium, serviks, tuba, dan
ovarium juga dapat dievaluasi. Modalitas investigasi ini dapat membantu dalam
diagnosis polip endometrium, adenomiosis, leiomioma, anomali uterus,
danpenebalan endometrium yang berhubungan dengan hiperplasia dan
keganasan.
b. Tes β-Human Chorionic Gonadotropin dan Hematologik
Keguguran, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa dapat menyebabkan
perdarahan yang mengancam nyawa. Komplikasi dari kehamilan dapat secara
cepat dieksklusi dengan penentuan kadar subunit beta human chorionic
gonadotropin (β-hCG) dari urin atau serum. Sebagai tambahan, pada wanita
dengan perdarahan uterus abnormal, complete blood count dapat
mengidentifikasi anemia dan derajat kehilangan darah. Diperlukan juga skrining
untuk gangguan koagulasi jika sebab yang jelas tidak dapat ditemukan. Yang
termasuk adalah complete blood count dengan platelet count, partial
thromboplastin time, dan prothrombin time.
c. Pemeriksaan Sitologi
Kanker serviks dan kanker endometrium dapat menyebabkan perdarahan
yang abnormal dan dapat sering ditemukan dengan skrining Pap smear.
d. Biopsi Endometrium
Pada wanita dengan perdarahan abnormal, evaluasi histologi endometrium mungkin
mengidentifikasikan lesi infeksi atau neoplastik seperti hiperplasia endometrium atau
kanker. Terdapat perdarahan abnormal pada 80 sampai 90 persen wanita dengan kanker
endometrium

 Penentuan status ovulasi


AUB-O  perdarahan tidak teratur (waktu, aliran) kadang diselingi amenore
 tidak pasti status ovulasinya  cek serum progesteron (waktu terbaik:
mid-luteal/ biopsi endometrium)  jika pasti karena gangguan ovulasi 
AUB-O (ovulatory disfunction)
 Screening untuk penyakit sistemik hemostasis
*bruishing: memar, gum: gusi
Jika positif  C1
Berkaitan dengan operasi  tes lanjutan  assays untuk faktor von
willebrand, cofactor ristocetin dll  Jika positif C1
Aub karena pakai antikoagulan  C1
 Evaluasi endometrium
Hanya untuk resiko adanya hiperplasi atipikal atau karsinoma, usia >45 tahun,
dari keluarga dengan herediter nonpolyposis kanker kolateral
Dites dengan histeroskopi rongga rahim
 Evaluasi struktur cavitas endometrial
Untuk identifikasi polip endometrium/endoserviks dan leiomioma
USG miometrium dan endometrium
Jika tidak ditemukan  SIS/sonohisteroskopi dan histerosonografi
Jika akses vagina sulit (remaja, wanita perawan) MRI
 Penilaian myometrial
Kombinasi transvaginal ultrasound/TVUS dan USG transabdominal deteksi
leiomioma
Mioma non submukosa  MRI
Miometrium dicek massa adenomyoma/ leiomioma
Munro, Malcolm & Critchley, Hilary & Broder, Michael & Fraser, Ian. (2011). FIGO
classification system (PALM-COEIN) for causes of abnormal uterine bleeding in
nongravid women of reproductive age. International journal of gynaecology and
obstetrics: the official organ of the International Federation of Gynaecology and
Obstetrics. 113. 3-13. 10.1016/j.ijgo.2010.11.011.

JANET R. ALBERS, M.D., SHARON K. HULL, M.D., and ROBERT M. WESLEY,


M.A., Southern Illinois University School of Medicine, Springfield, Illinois

Am Fam Physician. 2004 Apr 15;69(8):1915-1926

9. Apa etiologi dan faktor resiko pada pasien di atas ?


Etiologi

 Polip/ AUB-P
Merupakan proliferasi epitel yang timbul dari stroma dan kelenjar
endometrium. Tidak ada biomarker yang khas, dx berasal ultrasonografi,
sonohisterografi dan histeroskopi
 Adenomyosis/ AUB-A

 Leiomyoma/AUB-L

 Malignancy dan hyperplasia/AUB-M


Merupakan hyperplasia atipik dan menjadi penyebab PUA (kategori based on
FIGO and WHO)
 Coagulopathy/AUB-C

 Ovulatory dysfunction/ AUB-O


Biomarker: serum thyroid-stimulating hormone and thyroxine levels, prolactin
levels, gonadotropin levels (FSH/LH), sex hormone binding globulin, free
androgen index dll
SAA/serum amyloid protein A pembeda ovulasi dan anovulasi (dengan
desorpsi laser)  Tinggi pada mens
VEGF  tinggi pada wanita ovulasi dan buruk pada anovulasi
anti-vitamin K epoxide reductase (VKOR) ekspresi jelek pada wanita AUB
 Endometrial/AUB-E
 Terjadi pada Wanita dengan siklus haid yang teratur
 Gangguan perdarahan karena gangguan hemostasis endometrium (hormon)
 Adanya penurunan factor yang terkait vasokontriksi:
a. Endotelin-1
b. Prostaglandin F2alfa
c. ↑ fibrinolysis
 Iatrogenic/AUB-I
 PUA berhubungan dengan intervensi medis seperti penggunaan
esterogen, progestin atau AKDR
 Perdarahan shaid diluar jadwal yang terjadi setelah pengunaan
esterogen atau progestin dimasukan dalam istilah BTB (perdarahan
sela/breakthrough bleeding)
 Intinya disebabkan oleh ↓ konsentrasi esterogen dalam sirkulasi, bisa
karena:
a. Terlambat minum obat kontrasepsi
b. Pemakaian obat seperti rifampisin
c. Pada penggunaan antikoagulan (warfarin, heparin,)
 Not yet classified/AUB-N
 Penyebab lain yang tdk masuk dalam kategori diatas
 Missal = endometritis, atau malformasi arteri-vena

Faktor resiko

 Terapi antikoagulan
 Thrombocytopenia, penyakit ginjal/hepar
 Obesitas
 PCOS
 Penggunaan tamoxifen
 Penyakit thyroid
 Anovulasi kronik
 Infertilitas
 Hipertensi
 Diabetes
 Anemia iron defisiensi
 Nulliparity
 Kanker uterin

Munro, Malcolm & Critchley, Hilary & Broder, Michael & Fraser, Ian. (2011). FIGO
classification system (PALM-COEIN) for causes of abnormal uterine bleeding in
nongravid women of reproductive age. International journal of gynaecology and
obstetrics: the official organ of the International Federation of Gynaecology and
Obstetrics. 113. 3-13. 10.1016/j.ijgo.2010.11.011.

Chodankar, R., & Critchley, H. O. (2019). Biomarkers in abnormal uterine


bleeding. Biology of reproduction, 101(6), 1155-1166.

A Study on Incidence, Clinical Profile and Prescribing Pattern in Abnormal Uterine


Bleeding in a Tertiary Care Teaching Hospital

Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology. Bab 5. 2016

10. Apa diagnosis dan dd pasien di atas ?

Klasifikasi PUA Berdasarkan Penyebab Pendarahan


Polip (PUA-P) Polip adalah pertumbuhan
endometrium berlebih yang
bersifat lokal mungkin tunggal
atau ganda, berukuran mulai
dari beberapa milimeter
sampai sentimeter. Polip
endometrium terdiri dari
kelenjar, stroma, dan
pembuluh darah endometrium.
Polip merupakan suatu
proliferasi epitelial yang
terdiri dari komponen
vaskular, kelenjar, dan
fibromuskular dan jaringan
konektif yang bervariasi dari
endometrium atau
endocerviks yang dilapisi sel
sel epitel. Terdapat pembuluh
darah berdinding tebal dan
terhialinisasi di dekat
permukaan epitel. Hal ini
mengakibatkan terjadinya
perdarahan.
Klasfikasi polip dikategorikan
sebagai ada atau tidak ada,
yang dinilai dengan
pemeriksaan inspekulo,
ultrasonografi dan atau
pemeriksaan histerokopis,
dengan atau tanpa hasil
histopatologis.

Tata Laksana

Adenomiosis (PUA-A) Merupakan invasi


endometrium ke dalam lapisan
miometrium, menyebabkan
uterus membesar, difus, dan
secara mikroskopik tampak
sebagai endometrium ektopik,
non neoplastik, kelenjar
endometrium, dan stroma
yang dikelilingi oleh jaringan
miometrium yang mengalami
hipertrofi dan hiperplasia.
Gejala: perdarahan uterus,
nyeri haid, nyeri saaat
senggama, nyeri menjelang/
sesudah haid, nyeri saat BAK,
nyeri pelvic kronis.
Pemeriksaan  ditemukan
pembesaran fundus uteri.
Tata Laksana

Leiomioma uteri (PUA-L) Leiomioma adalah tumor


jinak fibromuscular pada
permukaan myometrium.
Berdasarkan lokasinya,
leiomioma dibagi menjadi:
submukosum, intramural,
subserosum.
Beberapa hal diperhatian
dalam sistem klasifikasi
leiomyoma, antara lain
hubungan leiomyoma ke
endometrium dan serosa,
lokasi leiomyoma (segmen
atas, segmen bawah; serviks,
anterior, posterior, lateral),
ukuran, jumlahnya.
Klasifikasi teridiri dari primer,
sekunder, dan tersier.
1) Klasifikasi primer yaitu
menggambarkan ada atau
tidaknya satu atau lebih
leiomyoma tanpa melihat
lokasi dan ukuran. Dasar
pemeriksaan yaitu
ultrasonografi.
2) Klasifikasi sekunder yaitu
klinisi membedakan lokasi
leimomyoma antara
submukosa atau lokasi lain
(other). Leimyoma pada
submukosa didapatkan
paling banyak
menyebabkan PUA.
Penentuan lokasi
sebaiknya dilakukan
dengan histerosonografi
atau histeroscopi.
3) Klasifikasi tersier yaitu
pembagian jenis
leiomyoma berdasarkan
hubungan dengan
endometrium dan atau
serosa. Kategori lain yaitu
lesi parasitik yaitu tampak
lepas karena memiliki
sumber perdarahan dari
luar uterus.

Gejala
- Perdarahan menstruasi
(dalam/luar siklus),
penakanan terhadap organ
sekitar uterus, atau
benjolan dinding
abdomen.
- Nyeri tekanan di dalam
atau sekitar daerah
panggul.
- Peningkatan frekuensi
berkemih atau inkonentia.
Tata Laksana

Coagulopathy Terminologi
(PUA-C) koagulopati
digunakan untuk
merujuk kelainan
hemostasis sistemik
yang
mengakibatkan
PUA.
Ovulatory Kegagalan
dysfunction terjadinya ovulasi
(PUA-O) yang menyebabkan
ketidakseimbangan
hormonal yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
pendarahan uterus
abnormal.
Endometrial Pendarahan uterus
(PUA-E) abnormal yang
terjadi pada
perempuan dengan
siklus haid teratur
akibat gangguan
hemostasis local
endometrium.
Iatrogenik Pendarahan uterus
(PUA-I) abnormal yang
berhubungan
dengan
penggunaan obat-
obatan hormonal
(estrogen,
progestin) ataupun
non hormonal
(obat-obat
antikoagulan) atau
AKDR.
Not yet Kategori ini dibuat
classified untuk penyebab
(PUA-N) lain yang jarang
atau sulit
dimasukkan dalam
klasifikasi
(misalnya adalah
endometritis
kronik atau
malformasi arteri-
vena).
Sumber:
Lucy Whitaker, MBChB, MSc, Hilary O.D.
Critchley, BSc, MBChB, MD, Professor.
2015. Abnormal Uterine Bleeding.
Wardy Susanto Marpaung. 2019. Analisis
Kasus Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)
Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan. Program Magister Kedokteran
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Medan.
Diagnosis
Perdarahan uterus abnormal-ovulatory dysfunction/endometrial
 Etiologi blm dapat ditegakkan secara pasti karena butuh dilakukan evaluasi
selama 3 bln terlebih dahulu
 PUA-PALM disingkirkan karena pasien tdk ada keluhan nyeri. Kelainan
struktural  nyeri
Contoh
o Adenomiosis
Gejala: menorrhagia, dismenore, pembesaran uterus
Px fisik: bimanual palpasi: corpus uterus globular, nyeri tekan (+)
o Leiomioma
Gejala: perdarahan tdk teratur, pelvic pain, infertilitas
Px fisik: pembesaran corpus uteri
 PUA-I disingkirkan karena tdk ada riwayat penggunaan obat2an
 PUA-C disingkirkan karena tdk ada riwayat sbb
11. Apa tatalaksana pada pasien di atas ?

Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan


organ, dan apabila tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
- Menghentikan perdarahan.
- Mengatur menstruasi agar kembali normal
- Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
a. Menghentikan perdarahan. Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah
sebagai berikut:
a. Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis.
b. obat (medikamentosa)
1. Golongan estrogen. Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol
valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver
dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol,
tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver. Dosis dan cara pemberian: -
Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari. - Benzoas
estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong) - Jika perdarahannya
banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol
valerat):25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15
menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari.
2. Obat Kombinasi Obat golongan ini diberikan secara bertahap bila perdarahannya
banyak, yakni 4×1 tablet selama 7-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan dosis 1×1 tablet
selama 3 hingga 6 siklus.
Golongan progesteron Obat untuk jenis ini, antara lain: - Medroksi progesteron
asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7-10 hari. - Norethisteron: 3×1 tablet,
diminum selama 7-10 hari.
c. Mengatur menstruasi agar kembali normal
d. Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur
siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian:
1. Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada
hari ke 14-15 menstruasi.
2. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.darah (250 cc) diperkirakan dapat
menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan
menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah.
Penatalaksanaan Non-Bedah
Setelah keganasan dan patologi panggul yang signifikan telah dikesampingkan,
pengobatan medis harus dipertimbangkan sebagai pilihan terapi lini pertama untuk
perdarahan uterus abnormal. Target pengobatan untuk kondisi medis yang mendasari
yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi, seperti hipotiroidisme, harus dimulai
sebelum penambahan obat lainnya. Wanita yang ditemukan anemia karena perdarahan
uterus abnormal harus segera diberikan suplementasi besi.
Perdarahan menstruasi yang berat dan teratur dapat diatasi dengan pilihan
pengobatan hormonal dan non-hormonal. Perawatan non-hormonal seperti obat
antiinflamasi non-steroid dan antifibrinolitik dikonsumsi selama menstruasi untuk
mengurangi kehilangan darah, dan pengobatan ini efektif terutama saat perdarahan
menstruasi yang berat ketika waktu perdarahan dapat diprediksi.
Perdarahan yang tidak teratur atau berkepanjangan paling efektif diobati dengan
pilihan terapi hormonal yang mengatur siklus menstruasi, karena mengurangi
kemungkinan perdarahan menstruasi dan episode perdarahan berat. Progestin siklik,
kontrasepsi hormonal kombinasi, dan levonorgesterel-releasing intrauterine system adalah
contoh pilihan yang efektif dalam kelompok ini. Terapi medis juga berguna pada
beberapa kasus untuk mengurangi kerugian menstruasi yang berhubungan dengan fibroid
atau adenomiosis. Tabel 2. 3 Pilihan Tatalaksana Medis yang Efektif untuk Perdarahan
Uterus Abnormal Non-hormonal Obat Antiinflamasi Non-Steroid Antifibrinolitik
Hormonal Kontrasepsi hormonal kombinasi Levonorgestrel-releasing intrauterine system
Progestin oral Depot-medroxyprogesterone acetate Danazol GnRH-agonist

Sumber: Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada. 2013


Penatalaksanaan Bedah
Peran pembedahan dalam penatalaksanaan perdarahan uterus abnormal membutuhkan
evaluasi yang teliti dari patologi yang mendasari serta faktor pasien. Indikasi pembedahan
pada wanita dengan perdarahan uterus abnormal adalah: a. Gagal merespon tatalaksana
non-bedah b. Ketidakmampuan untuk menggunakan terapi non-bedah (efek samping,
kontraindikasi) c. Anemia yang signifikan d. Dampak pada kualitas hidup e. Patologi
uterus lainnya (fibroid uterus yang besar, hiperplasia endometrium) Pilihan tatalaksana
bedah untuk perdarahan uterus abnormal tergantung pada beberapa faktor termasuk
ekspektasi pasien dan patologi uterus. Pilihan bedahnya adalah :
a. Dilatasi dan kuretase uterus
b. Hysteroscopic Polypectomy
c. Ablasi endometrium
d. Miomektomi
e. Histerektomi

Penanganan Pertama

Ditentukan pada kondisi hemodinamik. Bila keadaan hemodinamik tidak stabil segera masuk
rumah sakit untuk perawatan perbaikan keadaan umum. Ila keadaan hemodinamik stabil,
egera dilakukan penanganan untuk menghentikan perdarahan.

Perdarahan akut dan banyak

• Dilatasi dan kuretase

Dilakukan hanya bila ada kecurigaan keganasan dan kegagalan dengan terapi
medikamentosa. Perdarahan uterus abnormal dengan risiko keganasan yaitu bila usia >35
tahun, obesitas, dan siklus anovulasi kronis.

• Medikamentosa

- Kombinasi estrogen progestin

Perdarahan akut dan banyak biasanya akan membaik bila diobati dengan kombinasi
estrogen dan progesterone dalam bentuk pil kontrasepsi.

- Estrogen

Terapi estrogen dapat diberikan dalam 2 bentuk, intravena atau oral, tetapi sediaan
intravena sulit didapatkand I Indonesia. Pemberian estrogen oral dosis tinggi cukup efektif
untuk mengatasi perdarahan uterus abnormal. Rasa mual bisa terjadi pada pemberian terapi
estrogen.

- Progestin

Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti tanpa obat selama 14 hari,
diulang selama 3 bulan. Biasanya progestin diberikan bila ada kontraindikasi terhadap
estrogen. Dalam pemilihan jenisnya harus diperhatikan dosis yang kuat untuk mengehentikan
perdarahan uterus abnormal. Progestin merupakan anti estrogen yang akan menstimulasi
aktivitas enzim 17β hidroksisteroid dehydrogenase dan sulfotransferase sehingga
mengonversi estradiol menjadi estron. Progestin akan mencegah terjadinya endometrium
hyperplasia
Perdarahan Ireguler

Dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia, oligomenorea, perdarahan memanjang


yang sudah terjadi dalam hitungan minggu atau bulan dan berbagai bentuk pola perdarahan
lainnya.

• Periksa TSH : evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid sebaiknya dilakukan sejak
awal

• Periksa prolactin : bila ada oligomenorea atau hipermenorea

• Lakukan PAP smear : bila didapatkan perdarahan pascasanggama

• Bila curiga atau terdapat risiko keganasan endometrium : lakukan biopsy


endometrium dan pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan USG dan
transvaginal. Bila terdapat keterbatasan untuk melakukan evaluasi dapat segera dilakukan
pengobatan

- Kombinasi estrogen progestin

Berikan pil kontrasepsi kombinasi dosis 1 x1 tablet sehari, diberikan secara siklik selama 3
bulan

- Progestin

Bila terdapat kontraindikasi pemakaian pil kontrasepsi kombinasi, dapat diberikan progestin

Bila pengobatan medikamentosa gagals ebaiknya dipertimbangkan untuk dirujuk ke


fasilitas lebih lengkap. Kegagalan terapi medikamentosa bisa menjadi pertimbangan untuk
melakukan Tindakan bedah, misalnya ablasi endometrium, reseksi histeroskopi, dan
histerektomi.

Sumber : Ilmu Kandungan Edisi 3

Penatalaksanaan
Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan PUA ialah:Memperbaiki keadaan umum,
Menghentikan perdarahan, dan Mengembalikan fungsi hormon reproduksi.
Secara singkat langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perbaikan keadaan umum: Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan
keadaan umum yang buruk. Pada keadaan PUA akut anemia yang terjadi harus
segera diatasi dengan transfusi darah. Pada PUA kronis keadaan anemia ringan
seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan anemia berat
membutuhkan transfusi darah.
2. Penghentian perdarahan: dapat dilakukan dengan pemakaian hormon steroid
seks, penghambat sintesis prostaglandin, antifibrinolitik, pengobatan D & C, dan
pengobatan operatif.
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi yang meliputi
pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi
persyaratan untuk pemicuan ovulasi.
Sumber : Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016. Profil
perdarahan uterus abnormal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1
Januari 2013 – 31 Desember 2014

12. Bagaimana kompilasi dan prognosis kasus di atas


Komplikasi
Akut  anemia berat, hipotensi, syok, dan bahkan kematian
Kronis anemia, infertilitas, dan kanker endometrium.

Prognosis
Tergantung etiologi

Davis E, Sparzak PB. Abnormal Uterine Bleeding. [Updated 2021 Apr 1]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532913/

Prognosis perdarahan uterus abnormal dapat baik dengan terapi yang tepat
guna dan tepat waktu. Perdarahan uterus yang sering terjadi dapat
menyebabkan anemia defisiensi besi. Perdarahan yang masif juga dapat
mengakibatkan terjadinya syok hemoragik. Perdarahan uterus abnormal yang
tidak tertangani dengan baik juga dapat menyebabkan terjadinya infertilitas.
Sumber : M.A.Behera, Abnormal Uterine
Bleeding, , 2016

Anda mungkin juga menyukai