Step 2
Pusing
Biasanya pusing terjadi karna kekurangan dari sel darah dan oksigen tidak cukup untuk di
bawa ke otak jadi pasien nya pusing
Lemas ada nya penurunan hebat dehidrasi bisa terjadi penurunan curah jantung dan
hantaran oksigen dan perfusi tidak optimal pasien syok
Menstruasi darah normal yang keluar normal 30-40 ml nya lebih dari 80ml di sebut
menoragia di ketahui dari seringnya pergantian pembalut normal haid 1 minggu jika
berlebih akan nenunjukan kelainan
2. Mengapa bisa terjadi pendarahan baik yang banyak dan apa saja penyebab keluhan
pasien ?
- Pendaraha banyak peenurunan hormon progesteron di awalai leh matriks
berfungsi untuk menghancurkan endometrium __> zona basallin tidak
- Pengeluaran darah banyak bisa karna perunahan strultur di uterus polip
- Perubahan jalur
- Ketika opulasi tidak terjadi progesteron tidak terbentuk terjadi ruptur
Penyebab
Umum: pucat
Kesadaran : composmentia
Td 100/60
N: 100x/menit
T: 36
Penunjang
Ultrason : kelainan uteri an endometrium ,menilai apakah ada kelian di miometrium dan tuba,
ovarium.
Salin infusion sonohiterografi : menggunakan 5ml-15ml salin dan di masukna ke ringa rahim
dan bisa mendiagnosis apakah ada kelainan di dalam ltra uteri apa tidak
Diopsiendometrium : pada wanita yang premenopouse yang melakukan persalinan sesar akan
susah di lakukan.
ETIOLOGI
- Masalah pada saluran reproduksi biasanya polip atau tumor, kondisi medis lain
seperti obasitas dan ganguan pembekuan darah
- Obat seperti pil KB, pengencer darah, alat kontrasepsi seperti implan, IUD,
suntikan
- Menurut figo (INTERNASIONAL FEDERATION OF GYNECOLOGY AND
OBSTETRIC)
Ada palm-coein
FAKTOR RESIKO
- Usia muda
- Pemenopouse
- Penggunaan alat kontrasepsi/obat kontrasepsi
- Peningkatan /penurunan berat badan yang cepat
- stress
7. Apa diagnosis dan dd pasien di atas ?
Anamesis keluhan dan gejala ( mual, penikatan bekemihkarna hamil, peningkatan berat
badan, ketemahan, ganguan toleransi dingin, penurunan beratbadan, berkeringat ,palpitasi
hipertiroid,
Dx; pua
Penagana pertaman
Dilihat pasien emodinamic apakah stabil atau tidak jika pasien tidak stabil di saran kan
melakukan perawatan di rs, pasien stabil pasien dilakukan penanganna untuk berhenti
pendrshsn ,
Jika pasien pendaraha akut atau banyak 1, dialakukan dilatasi kan kuretase tiak di
lakukan semua ,dan di lakukan bila ada kegananasn dankegagalan trapi emdikamentosa 2.
Penaganan medika mentosa, misal pasien di berikan kombinasi estrogen dan progestin,
bisa di lakukan teringoff , awal tinggi dan akan di turunkan , estrogen di berikan dalan 2
bentuk yaitu intravena / oral, bisa efektif menagani pendarahan uterus selama 12 jam ,
progestin biasanya di berikan 14 hari, dan setelah nya di berhentikan dan melakukan
pengulangan , kontra indikasi pada obat estogen tersebut,
3. Obat progesttin
2. asam tramesamat mengurahi kehilangan darah haid dam di minu aat mengalami
pendarahan,
Penaganan
Tambahan
Step 4
STEP 5
1. Apa definisi pua ?
Ketidakaturan siklus menstruasi: frekuensi, durasi, volume aliran diluar kehamilan.
Terjadi pada menarche hingga perimenopause
frekuensi normal 24-38 hari
Durasi normal: 7-9 hari
Aliran darah: 5-80 ml
Ketika terjadi selain 4 paramameter diatas didefinisikan perdarahan uterin abnormal
Davis E, Sparzak PB. Abnormal Uterine Bleeding. [Updated 2021 Apr 1]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532913/
Abnormal uterine bleeding: Getting our terminology straight - Scientific Figure
on ResearchGate. Available from:
https://www.researchgate.net/figure/Suggested-normal-limits-for-menstrual-
parameters-in-the-mid-reproductive-years_tbl2_5840200 [accessed 24 Nov, 2021]
Klasifikasi POGI (2016) mengklasifikasikan PUA berdasarkan jenis
perdarahannya menjadi :
a. Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahan haid
yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah
kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi
b. PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya. Perdarahan uterus abnormal
kronik merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormal yang telah
terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan
yang segera seperti PUA akut.
c. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan haid
yang terjadi diantara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan
saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini
ditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia
(POGI, 2016)
Perdarahan uterus abnormal (PUA) merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya.
Manifestasi klinis PUA dapat berupa jumlah perdarahan yang banyak atau sedikit, dan
siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan. Kejadian PUA paling sering ditemukan
pada wanita usia reproduktif.
Berdasarkan sumber perdarahannya, Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO) mengklasifikasikan PUA menjadi dua kelompok, yaitu
1) PUA akibat kelainan struktur.
Kelompok dengan akrnonim “PALM”
2) PUA bukan akibat kelainan struktur.
Kelompok dengan akrnonim “COEIN”
PALM COEIN (polyp; adenomyosis; leiomyoma; malignancy and hyperplasia;
coagulopathy; ovulatory dysfunction; endometrial; iatrogenic; dan not yet
classified).
AUB didefinisikan oleh the International Federation for Gynecology and Obstetrics
(FIGO) sebagai variasi apapun dari siklus haid normal termasuk perubahan dari
regularitas dan frekuensi haid, lamanya haid atau banyaknya kehilangan darah (SOGC,
2018). AUB dapat diklasifikasikan sebagai akut (dibawah 6 bulan) dan kronik (diatas 6
bulan), dimana pembagian ini akan menentukan apakah diperlukan intervensi segera.
Sumber:
Mayanda, Ida Bagus Aditya, dan Surasandi, I Gede Deni. 2021. Prevalensi Kejadian
Perdarahan Uterus Abnormal di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar
Periode Januari – Desember 2020. Intisari Sains Medis 2021, Volume 12, Number 1:
107-112 P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084.
Dewi, Andriana Kumala, dkk. Gambaran Klinis dan Histopatologi Kasus-Kasus
Abnormal Uterine Bleeding di Rumah Sakit Sumber Waras. Jurnal Bakti Masyarakat
Indonesia Vol. 3, No. 1, Mei 2020, Hal. 44-49. ISSN 2621-0398 (Versi Elektronik).
Proses Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus . Kondisi ini terjadi
karena tidak ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim
(endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh. Jika seorang
wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya.
Umumnya siklus menstruasi pada wanita yang normal adalah 28-35 hari dan lama haid
antara 3-7 hari. Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus haidnya
kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari.
Fase-fase pada siklus menstruasi
1) Siklus Endomentrium .
• Fase menstruasi
Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa setiap bulannya. Sebab
melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi selalu
dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para wanita merasa tidak
nyaman untuk beraktiftas. Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari, dimana
pada awal haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah lebih sering
keluar.Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari).
Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)menurun
atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat.
• Fase proliferasi
Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan pematangan ovum. Fase
proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5
sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan endometriumsecara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium
tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase
ini tergantung pada stimulasi estrogenyang berasal dari folikel ovarium.
• Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang
dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium
menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca ovulasi
wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormone reproduksi (FSH, LH, estrogen dan
progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini wanita mengalami yang namanya
Pre Menstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan
dinding Rahim akan luruh kembali.
• Fase iskemi/premenstrual
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum yang mensekresi estrogen
dan progesterone menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang
cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional
terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.
2) Siklus Ovarium
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,
kemudian kelenjar hipofsis mengeluarkan LH (lutenizing hormon).Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel
mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum
terjadi ovulasi. mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
(folikel de Graaf) terjadi ovulasi, sisa folikel yang kosong di dalam ovarium berformasi
menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional pada 8 hari
setelah ovulasi, dan mensekresi hormone estrogen dan progesteron. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon progesterone menurun. Sehingga
lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
Sumber : Ernawati Sinaga, Nonon Saribanon. Kesehatan Menstruasi, 2017
Menstruasi atau haid normalnya adalah proses fisiologi pengeluaran darah, mukus
(lendir), dan debris seluler dari uterus secara periodik dengan interval waktu tertentu yang
terjadi sejak menarche hingga menopause dengan pengecualian pada masa kehamilan
atau menyusui.
Siklus ovarium
Fase folikular Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan
siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari
indung telur).
Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari,
dan variabilitasnya memengaruhi panjang siklus menstruasi
keseluruhan.
Fase luteal fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata
14 hari.
Sumber:
Villasari, Asasih. 2021. Fisiologi Menstruasi. Penerbit Anggota Resmi IKAPI Indonesia.
Strada Press. ISBN: 978-602-5842-80-1.
Pusing
Nilai normal sel darah merah atau yang disebut dengan Hemoglobin pada wanita rata-
rata 12-14g/dl. Sedang pada laki-laki 13-17g/dl. Pusing terjadi pada orang yang
mengalami gejala kurang darah. Karena menurunnya jumlah sel darah yang ada,
mengakibatkan jumlah oksigen yang mengalir pada tubuh berkurang serta darah tidak
membawa oksigen yang cukup menuju otak dan pengidapnya akan merasa pusing,
Lemas
Terjadinya penurunan hebat volume intravaskuler dapat terjadi akibat perdarahan atau
dehidrasi berat, sehingga menyebabkan yang balik ke jantung berkurang dan curah
jantung pun menurun. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen
dan perfusi jaringan tidak optimal dan akhirnya menyebabkan syok. Pada tahap awal
dengan perdarahan kurang dari 10%, gejala klinis dapat belum terlihat karena adanya
mekanisme kompensasi sisitim kardiovaskuler dan saraf otonom. Baru pada
kehilangan darah mulai 15% gejala dan tanda klinis mulai terlihat berupa peningkatan
frekuensi nafas, jantung atau nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, penurunan
tekanan nadi, kulit pucat dan dingin, pengisian kapiler yang lambat dan produksi urin
berkurang. Perubahan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi akibat adanya
mekanisme kompensasi tadi, sehingga pemeriksaan klinis yang seksama harus
dilakukan
Sumber:
- Hardisman. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik:
Update dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(3)
- Yaşa, C., & Güngör Uğurlucan, F. (2020). Approach to Abnormal Uterine
Bleeding in Adolescents. Journal of clinical research in pediatric
endocrinology, 12(Suppl 1), 1–6.
https://doi.org/10.4274/jcrpe.galenos.2019.2019.S0200
5. Mengapa bisa terjadi pendarahan baik yang banyak dan apa saja penyebab keluhan
pasien ?
Terjadi perdarahan ureti abnormal, Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis
submukosa sebagai akibat pecahnya pembuluh darah.Perdarahan oleh mioma dapat
menimbulkan amenia yang berat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan
antara lain :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia Endometrium sampai Adeno
Karsinoma Endometrim.
2. Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
3. Atrofi Endometrium diatas Mioma Nibmukosur
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.
Keadaan umum : tampak pucat efek karena pasien banyak kehilangan darah
ketika haid jml darah yang bersirkulasi di dalam tubuh juga berkurang karena
jantung tidak mampu memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh
Pusing & lemas kehilangan banyak darah suplai oksigen ke tubuh berkurang
hipoksia jaringan
Kesadaran : composmentis
TD : 100/60 mmHg hipotensi yang terjadi karena kehilangan banyak darah
N : 100x/menit masih dalam batas normal (Normal : 60-100x/mnt)
T : 36oC cenderung sedikit menurun, tetapi belum dikatakan hipertermi
(Normal : 36,5-37,2)
Pemeriksaan klinis (status internus) : dalam batas normal.
Am Fam Physician. 2004 Apr 15;69(8):1915-1926
Polip/ AUB-P
Merupakan proliferasi epitel yang timbul dari stroma dan kelenjar
endometrium. Tidak ada biomarker yang khas, dx berasal ultrasonografi,
sonohisterografi dan histeroskopi
Adenomyosis/ AUB-A
Leiomyoma/AUB-L
Faktor resiko
Terapi antikoagulan
Thrombocytopenia, penyakit ginjal/hepar
Obesitas
PCOS
Penggunaan tamoxifen
Penyakit thyroid
Anovulasi kronik
Infertilitas
Hipertensi
Diabetes
Anemia iron defisiensi
Nulliparity
Kanker uterin
Munro, Malcolm & Critchley, Hilary & Broder, Michael & Fraser, Ian. (2011). FIGO
classification system (PALM-COEIN) for causes of abnormal uterine bleeding in
nongravid women of reproductive age. International journal of gynaecology and
obstetrics: the official organ of the International Federation of Gynaecology and
Obstetrics. 113. 3-13. 10.1016/j.ijgo.2010.11.011.
Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology. Bab 5. 2016
Tata Laksana
Gejala
- Perdarahan menstruasi
(dalam/luar siklus),
penakanan terhadap organ
sekitar uterus, atau
benjolan dinding
abdomen.
- Nyeri tekanan di dalam
atau sekitar daerah
panggul.
- Peningkatan frekuensi
berkemih atau inkonentia.
Tata Laksana
Coagulopathy Terminologi
(PUA-C) koagulopati
digunakan untuk
merujuk kelainan
hemostasis sistemik
yang
mengakibatkan
PUA.
Ovulatory Kegagalan
dysfunction terjadinya ovulasi
(PUA-O) yang menyebabkan
ketidakseimbangan
hormonal yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
pendarahan uterus
abnormal.
Endometrial Pendarahan uterus
(PUA-E) abnormal yang
terjadi pada
perempuan dengan
siklus haid teratur
akibat gangguan
hemostasis local
endometrium.
Iatrogenik Pendarahan uterus
(PUA-I) abnormal yang
berhubungan
dengan
penggunaan obat-
obatan hormonal
(estrogen,
progestin) ataupun
non hormonal
(obat-obat
antikoagulan) atau
AKDR.
Not yet Kategori ini dibuat
classified untuk penyebab
(PUA-N) lain yang jarang
atau sulit
dimasukkan dalam
klasifikasi
(misalnya adalah
endometritis
kronik atau
malformasi arteri-
vena).
Sumber:
Lucy Whitaker, MBChB, MSc, Hilary O.D.
Critchley, BSc, MBChB, MD, Professor.
2015. Abnormal Uterine Bleeding.
Wardy Susanto Marpaung. 2019. Analisis
Kasus Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)
Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan. Program Magister Kedokteran
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Medan.
Diagnosis
Perdarahan uterus abnormal-ovulatory dysfunction/endometrial
Etiologi blm dapat ditegakkan secara pasti karena butuh dilakukan evaluasi
selama 3 bln terlebih dahulu
PUA-PALM disingkirkan karena pasien tdk ada keluhan nyeri. Kelainan
struktural nyeri
Contoh
o Adenomiosis
Gejala: menorrhagia, dismenore, pembesaran uterus
Px fisik: bimanual palpasi: corpus uterus globular, nyeri tekan (+)
o Leiomioma
Gejala: perdarahan tdk teratur, pelvic pain, infertilitas
Px fisik: pembesaran corpus uteri
PUA-I disingkirkan karena tdk ada riwayat penggunaan obat2an
PUA-C disingkirkan karena tdk ada riwayat sbb
11. Apa tatalaksana pada pasien di atas ?
Penanganan Pertama
Ditentukan pada kondisi hemodinamik. Bila keadaan hemodinamik tidak stabil segera masuk
rumah sakit untuk perawatan perbaikan keadaan umum. Ila keadaan hemodinamik stabil,
egera dilakukan penanganan untuk menghentikan perdarahan.
Dilakukan hanya bila ada kecurigaan keganasan dan kegagalan dengan terapi
medikamentosa. Perdarahan uterus abnormal dengan risiko keganasan yaitu bila usia >35
tahun, obesitas, dan siklus anovulasi kronis.
• Medikamentosa
Perdarahan akut dan banyak biasanya akan membaik bila diobati dengan kombinasi
estrogen dan progesterone dalam bentuk pil kontrasepsi.
- Estrogen
Terapi estrogen dapat diberikan dalam 2 bentuk, intravena atau oral, tetapi sediaan
intravena sulit didapatkand I Indonesia. Pemberian estrogen oral dosis tinggi cukup efektif
untuk mengatasi perdarahan uterus abnormal. Rasa mual bisa terjadi pada pemberian terapi
estrogen.
- Progestin
Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti tanpa obat selama 14 hari,
diulang selama 3 bulan. Biasanya progestin diberikan bila ada kontraindikasi terhadap
estrogen. Dalam pemilihan jenisnya harus diperhatikan dosis yang kuat untuk mengehentikan
perdarahan uterus abnormal. Progestin merupakan anti estrogen yang akan menstimulasi
aktivitas enzim 17β hidroksisteroid dehydrogenase dan sulfotransferase sehingga
mengonversi estradiol menjadi estron. Progestin akan mencegah terjadinya endometrium
hyperplasia
Perdarahan Ireguler
• Periksa TSH : evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid sebaiknya dilakukan sejak
awal
Berikan pil kontrasepsi kombinasi dosis 1 x1 tablet sehari, diberikan secara siklik selama 3
bulan
- Progestin
Bila terdapat kontraindikasi pemakaian pil kontrasepsi kombinasi, dapat diberikan progestin
Penatalaksanaan
Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan PUA ialah:Memperbaiki keadaan umum,
Menghentikan perdarahan, dan Mengembalikan fungsi hormon reproduksi.
Secara singkat langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perbaikan keadaan umum: Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan
keadaan umum yang buruk. Pada keadaan PUA akut anemia yang terjadi harus
segera diatasi dengan transfusi darah. Pada PUA kronis keadaan anemia ringan
seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan anemia berat
membutuhkan transfusi darah.
2. Penghentian perdarahan: dapat dilakukan dengan pemakaian hormon steroid
seks, penghambat sintesis prostaglandin, antifibrinolitik, pengobatan D & C, dan
pengobatan operatif.
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi yang meliputi
pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi
persyaratan untuk pemicuan ovulasi.
Sumber : Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016. Profil
perdarahan uterus abnormal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1
Januari 2013 – 31 Desember 2014
Prognosis
Tergantung etiologi
Davis E, Sparzak PB. Abnormal Uterine Bleeding. [Updated 2021 Apr 1]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532913/
Prognosis perdarahan uterus abnormal dapat baik dengan terapi yang tepat
guna dan tepat waktu. Perdarahan uterus yang sering terjadi dapat
menyebabkan anemia defisiensi besi. Perdarahan yang masif juga dapat
mengakibatkan terjadinya syok hemoragik. Perdarahan uterus abnormal yang
tidak tertangani dengan baik juga dapat menyebabkan terjadinya infertilitas.
Sumber : M.A.Behera, Abnormal Uterine
Bleeding, , 2016