Anda di halaman 1dari 9

Slide 1:

Anamnesis dan pemeriksaan fisik akan membantu menentukan penyebab perdarahan abnormal,
mengarahkan penyelidikan lebih lanjut, dan memandu pilihan untuk penatalaksanaan. Menentukan
jumlah, frekuensi, dan keteraturan perdarahan, adanya post-coital atau intermenstrual bleeding.

Berkaitan dengan perdarahan pervaginam, sebagai dasarnya kita perlu tau secara keseluruhan dari
perdarahan abnormal pervaginam, yang terdiri atas:

 Perdarahan menstruasi yang berat/heavy menstrual bleeding(HMB)


 Perdarahan intermenstrual/intermenstrual bleeding
 Perdarahan menstruasi yang tidak teratur/irregular bleeding(ovulatory dysfunction)
 Pola perdarahan lainnya
 Amenorea
 Penurunan volume darah menstruasi
 Menstruasi teratur dengan frekuensi yang lebih sering (siklus haid memendek

Oleh karena itu, perlu ditanyakan juga apakah ada gejala anemia yang muncul: pusing, lemas-lemas,
lunglai, dan sangat khasnya bisa kita lihat di daerah matanya yaitu konjungtivanya akan terlihat
pucat atau anemis.

Riwayat seksual dan reproduksi (yaitu, kontrasepsi, risiko kehamilan dan infeksi menular seksual,
keinginan kehamilan masa depan, infertilitas, skrining serviks ).

Ada beberapa pertanyaan yang ditujukan:

1. Ibu atau kakaknya selama mens memakai pembalut atau tampon? Berapa kali gantinya
2. Kapan terakhir haid sebelumnya? Untuk riwayat menstruasi perlu ditekankan perihal lama
siklus menstruasi (normal 21-35 hari), durasi menstruasi (normal 4.5-8 hari), dan volume
darah menstruasi selama satu siklus (normal ≤80 ml).

Riwayat Penyakit

Keluarga:

Riwayat perdarahan pada keluarga termasuk riwayat perdarahan postpartum penting diketahui
untuk mencari kelainan perdarahan pada keturunan. Tanyakan juga apakah ada Gejala yang
menunjukkan penyebab perdarahan sistemik yang disebabkan factor gangguan lain seperti
hipotiroidisme, hiperprolaktinemia, gangguan koagulasi, atau bisa saja ada infeksi di daerah
genitalnya ( tanyakan juga apakah ada keputihan ?, nyeri panggul kah, apakah ada bau yang
menyengat dari daerah genitalnya )

Oh iya, penggunaan obat-obat dan kontrasepsi hormonal juga perlu ditanyakan.

Karena, Perdarahan tidak teratur pada siklus menstruasi adalah salah satu efek dari penggunaan
kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi oral (pil) akan menurunkan episode perdarahan pada siklus
menstruasi

Sebaiknya ditanyakan berapa jumlah produk tampon maupun pembalut yang digunakan. Pada
remaja yang mengeluhkan haid yang banyak perlu ditanyakan riwayat mudah memar, perdarahan
yang sulit berhenti pada luka minor, epistaksis yang sering atau sulit dikontrol, atau perdarahan
hebat setelah operasi. Riwayat perdarahan pada keluarga termasuk riwayat perdarahan postpartum
penting diketahui untuk mencari kelainan perdarahan pada keturunan. Anamnesis mengenai riwayat
penggunaan obat-obat dan kontrasepsi hormonal juga perlu ditanyakan.
Anamnesis yang dapat dilakukan meliputi riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, riwayat
kontrasepsi (KB hormonal, IUD), riwayat pemakaian obat-obatan yang dapat menginduksi
perdarahan uterus abnormal (seperti antikoagulan dan obat yang menginduksi hiperprolaktinemia),
dan riwayat penyakit lain yang dapat berhubungan dengan perdarahan uterus abnormal
(koagulopati, gagal ginjal kronis, penyakit liver, hipertiroidisme, dll).

Perdarahan uterus abnormal (PUA) meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun
lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang memanjang
atau tidak beraturan

Untuk riwayat menstruasi perlu ditekankan perihal lama siklus menstruasi (normal 21-35 hari),
durasi menstruasi (normal 4.5-8 hari), dan volume darah menstruasi selama satu siklus (normal ≤80
ml). Terdapat beberapa pola perdarahan menstruasi yang berkaitan dengan perdarahan uterus
abnormal. Dulunya pola-pola ini dikenal dengan sebutan menoragia (hipermenorea), hipomenorea,
polimenorea, oligomenorea. Namun sekarang istilah tersebut perlahan mulai ditinggalkan dan
sebagai gantinya digunakan istilah sebagai berikut:

 Perdarahan menstruasi yang berat/heavy menstrual bleeding(HMB)


 Perdarahan intermenstrual/intermenstrual bleeding
 Perdarahan menstruasi yang tidak teratur/irregular bleeding(ovulatory dysfunction)
 Pola perdarahan lainnya
 Amenorea
 Penurunan volume darah menstruasi
 Menstruasi teratur dengan frekuensi yang lebih sering (siklus haid memendek

Anamnesis dan pemeriksaan fisik akan membantu menentukan penyebab perdarahan abnormal,
mengarahkan penyelidikan lebih lanjut, dan memandu pilihan untuk penatalaksanaan. Menentukan
jumlah, frekuensi, dan keteraturan perdarahan, adanya post-coital atau intermenstrual bleeding,
dan setiap dismenore atau gejala pramenstruasi dapat membantu membedakan anovulasi dari
ovulasi, atau menyarankan penyebab anatomi, seperti pathologi serviks atau polip endometrium.
AUB ovulasi biasanya teratur dan sering dikaitkan dengan gejala pramenstruasi dan dismenore.
Pendarahan anovulasi, yang lebih sering terjadi di dekat menarche dan perimenopause, sering tidak
teratur, berat, dan berkepanjangan. Ini lebih cenderung dikaitkan dengan hiperplasia endometrium
dan kanker. Anamnesis lebih lanjut harus mencakup yang berikut:

• Gejala yang menunjukkan anemia (yaitu, pusing, sesak napas dengan aktivitas)

• Riwayat seksual dan reproduksi (yaitu, kontrasepsi, risiko kehamilan dan infeksi menular
seksual, keinginan kehamilan masa depan, infertilitas, skrining serviks )

• Berdampak pada fungsi sosial dan seksual dan kualitas hidup

• Gejala yang menunjukkan penyebab perdarahan sistemik seperti hipotiroidisme,


hiperprolaktinemia, gangguan koagulasi, sindrom ovarium polikistik, gangguan adrenal atau hipo-
talamik, dan

• Gejala terkait seperti keputihan atau bau vagina, nyeri panggul atau tekanan

Pada saat mengevaluasi PUA, langkah awal yang harus dilakukan adalah menanyakan riwayat
menstruasi meliputi tanggal menstruasi terakhir, metode KB yang digunakan. Waktu perdarahan,
jumlah dan gejala yang terkait juga harus ditentukan. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk menilai
stabilitas keadaan hemodinamik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai Indeks Massa
Tubuh, tanda-tanda hiperandrogen, pemeriksaan kelenjar tiroid, galaktorea, gangguan lapang
pandang, dan ada tidaknya faktor risiko keganasan seperti obesitas, hipertensi, dan sindroma
ovarium polikistik. Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan ginekologi untuk menunjang diagnosis
penyebab PUA.

Kontrasepsi:

Perdarahan tidak teratur pada siklus menstruasi adalah salah satu efek dari penggunaan kontrasepsi
hormonal. Kontrasepsi oral (pil) akan menurunkan episode perdarahan pada siklus menstruasi( 21).
Kontrasepsi hormonal berpengaruh pada siklus menstruasi wanita karena kontrasepsi ini termasuk
hormon reproduksi. Efek kontrasepsi hormonal ini adalah mensupresi hormon reproduksi lewat jalur
hipothalamus-hipofiseovarium, yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan folikel,
kematangan dari folikel yang siap ovulasi, dan menghambat juga perkembangan endometrium serta
mengalami perubahan lender serviks. Pada kontrasepsi hormonal pil yang ada interval kosong pada
komponen hormon akan tetap terjadi perdarahan seperti haid biasa pada saat minum komponen
hormon tersebut( 22). Efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan kontrasepsi hormonal
suntik antara lain gangguan menstruasi. Gangguan menstruasi ini yang paling sering terjadi dan yang
paling mengganggu akseptor. Efek samping lain yang timbul dari pemakaian kontrasepsi hormonal
suntik adalah terjadinya perubahan menstruasi yang tidak teratur, spoting, dan berat badan terjadi
kenaikan( 23). Pemakaian kontrasepsi hormonal suntik mengalami peningkatan frekuensi amenore
dengan makin banyaknya suntikan terjadi pada tiga bulan sampai sembilan bulan pertama.
Perubahan siklus haid pada pengguna kontrasepsi hormonal suntik disebabkan oleh karena
terjadinya lonjakan-lonjakan estrogen secara sporadik dan kemudian kadar estrogen turun secara
persisten. Secara farmakologi Medroxyprogesterone Acetate (MPA) (isi dari kontrasepsi suntik)
langsung berikatan dengan reseptor progesteron di endometrium dan akan menghalangi pengaruh
estrogen pada endometrium, sehingga di tingkat perifer pengaruh keseimbangan estrogen-
progesteron akan terganggu

Slide 2:

Seorang wanita umur 45 tahun (P3A0) datang ke Puskesmas karena perdarahan lewat vagina sudah
2 minggu. Sehari mengganti pembalut 4-5 kali. Pasien juga mengeluh mules di perut saat keluar
darah yang bergumpal dan merasa lemas serta berkunang- kunang jika berdiri terlalu lama. BB; 89
kg, TB 150cm, Hasil pemeriksaan dokter didapatkan tanda vital dalam batas normal, konjungtiva
anemis, payudara Tunner 4. Pemeriksaan palpasi abdomen: uterus dan adneksa sulit dinilai. Bulu
pubis Tunner 4. Pada pemeriksan inspekulo: tampak fluxus di vagina, porsio licin dan ostium
tertutup. Pemeriksaan Bimanual: uterus dan adneksa sulit dinilai.

Tanda - Tanda vital harus dinilai untuk menyingkirkan adanya kemungkinan kondisi
kegawatdaruratan karena perdarahan yang masih akut dalam jumlah yang banyak (kehilangan darah
masif).

 Pemeriksaan fisik harus sebaiknya dilakukan walaupun sebagian besar kasus normal.

 Takikardi dan hipotensi dapat memberikan petunjuk ketidakstabilan hemodinamik akut yang
memerlukan intervensi cepat.

 Adanya takikardia, penampilan pucat, atau bunyi bising pada auskultasi jantung mengarah
pada anemia.

 Petekia atau memar yang berlebihan dapat mengarah pada defek platelet atau kelainan
perdarahan lainnya.

 Pemeriksaan inspeksi pada genitalia cukup untuk menegakkan diagnosis pada kebanyakan
pasien. Pemeriksaan bimanual dan spekulum disarankan pada pasien yang aktif secara
seksual atau pada pasien yang tidak mengalami respon terhadap terapi.

Pemeriksaan Tiroid dan antropometri, Hormon tiroid berpengaruh pada aspek reproduksi karena ia
juga terlibat dalam mengatur siklus menstruasi dan kesuburan termasuk mengatur Follicel
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteining Hormone (LH) pada biosintesis hormon steroid oleh
Triiodothyronin (T3) di oosit.

Pemeriksaan pelvis yang lengkap harus dilakukan dengan fokus pada:

 Lokasi potensial perdarahan dari vulva, vagina, serviks, uretra, anus, atau perineum
 Penemuan abnormal sepanjang saluran genital (misal: massa, laserasi, ulserasi, keputihan,
benda asing)
 Ukuran dan kontur uterus. Uterus yang membesar dapat disebabkan oleh kehamilan,
leiomioma, adenomiosis, dan keganasan pada uterus. Pergerakan uterus yang terbatas
dapat menunjukan terjadinya adhesi pelvis yang dapat diakibatkan infeksi, pembedahan,
atau endometriosis. Adhesi pada pelvis juga bisa menjadi tanda terdapatnya massa pada
pelvis. Nyeri tekan uterus dapat muncul pada perempuan dengan PID (pelvic inflammatory
disease)
 Perdarahan uterus yang masih berlangsung
 Keberadaan massa adnexa atau nyeri tekan adnexa

Selain status lokalis, pemeriksaan status generalis juga harus dilakukan untuk melihat tanda penyakit
sistemik seperti demam, ekimosis, dan kelenjar tiroid yang membesar, atau adanya bukti
hiperandrogenisme (hirsutisme, akne, klitoromegali, atau kebotakan). Achantosis nigiricans mungkin
dapat terlihat pada perempuan dengan sindrom ovarium polikstik (PCOS). Galaktorea menunjukan
adanya hiperprolaktinemia.

Pemeriksaan bimanual:

Pemeriksaan Ginekologis adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk

mengetahui kondisi organ reproduksi wanita (eksterna dan interna) secaral

lengkap

Untuk pemeriksaan inspekulo dan colok vagina hanya dilakukan pada pasien

wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.

Pemeriksaan ginekologi

Inspeksi : vulva dan uretra

• Kista bartholin

• Abses bartholin

• Vulva Carcinoma

• Condyloma / genital warts

• valsava (pada kasus prolaps uteri)

• dan lain - lain

Palpasi Labia mayora/minora

• Kista bartholin

• Abses bartholin

• Massa di labia

Inspekulo

• Dinding vagina
• Portio licin atau tidak

• Curiga keganasan (jika perlu)

• OUE terbuka / tertutup

• Apakah ada massa ?

• Fluor (penilaian karateristik keputihan)


• Fluksus
• benda asing

Vaginal Touche/Vaginal Bimanual Examination


• Portio kenyal/keras
• Nyeri goyang portio
• Ukuran korpus uteri
• Tidak teraba
• Normal
• Tidak membesar
• Jika membesar, setinggi apa (contoh : 2 jari diatas pusat,
2 jari diatas simpisis, dll)
• Panjang dalam centimeter

Alat yang digunakan :


1. Meja ginekologis
2. Lampu sorot
Buku Panduan Skill Lab Blok 15 - TA 2020-2021 FK UKI
50
3. Sarung tangan DTT
4. Spekulum cocor bebek
5. Pinset panjang atau tampon tang
6. Kassa sublimat
7. Wadah berisi larutan klorin 0.5%
Prosedur :
1. Dengan sopan dan professional, sapa pasien dan perkenalkan diri
2. Jelaskan pada pasien prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan,
indikasi, serta tujuan pemeriksaan
3. Pastikan pasien mengerti prosedur tindakan dan tujuannya lalu berikan
kesempatan pasien untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas
4. Pastikan pasien menyetujui secara lisan
5. Persiapkan pasien minta pasien untuk berkemih dan melepaskan pakaian
dalam
6. Minta pasien naik ke meja ginekologi dan atur posisi litotomi. Nyalakan
lampu sorot.
7. Pemeriksa mencuci tangnan dengan sabun dan keringkan. Pakai sarung
tangan DTT
8. Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah vulva sebelum
pemeriksaan
9. Lakukan pemeriksaan ginekologi (inspeksi, inspekulo, palpasi dan
vaginal touche) daerah vulva, vagina, perineum, portio, uterus, adnexa
dan cavum Douglasi secara seksama.
10. Bersihkan daerah vulva, vagina, dan perineum setelah pemeriksaan selesai
11. Lakukan dekontaminasi dengan mencuci sarung tangan dalam larutan klorin
0.5% dan lepaskan secara terbalik. Rendam semua alat bekas pakai dalam
wadah tersebut.
12. Persilahkan pasien untuk turun dari meja pemeriksaan dan merapikan
pakaiannya serta duduk di tempat yang sudah disediakan.
13. Pemeriksa mencuci tangan dengan sabun dan keringkan
14. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan atau kelainan yang
ditemukan pada pemeriksaan dan sampaikan rencana selanjutnya
15. Catat hasil pemeriksaan dan rencana selanjutnya dalam rekam medis
16. Ucapkan salam dan terima kasih

Pemeriksaa adnexa

• Letakkan jari tangan kanan yang VT pada fornix lateral

• Arahkan jari menuju SIAS

• Tangan kiri menekan dari arah SIAS ke jari yang VT

• Jika keduanya bertemu, kemungkinan tidak ada massa di

adnexa

• Lakukan juga pada adnexa sebelah

 Nyeri Goyang portio

 Kavum Douglasi : apakah menonjol atau tidak

Skala Tanner adalah cara untuk mengukur perkembangan fisik anak menjadi remaja dan kemudian
orang dewasa

Anda mungkin juga menyukai