1. Pengertian
2. Penyebab
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause.tetapi,kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada masa
akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars,penyebab paling mungkin adalah faktor
pembekuan darah dan gangguan psikis.
4. Patofisiologi
Pasien dengan perdarahan uterus disfungsional telah kehilangan siklus
endometrialnya yang disebabkan oleh gangguan pada siklus ovulasinya. Sebagai hasilnya
pasien mendapatkan siklus estrogen yang tidak teratur yang dapat menstimulasi pertumbuhan
endometrium, berproliferasi terus menerus sehingga perdarahan yang periodik tidak terjadi.
Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium pada
waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan
metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak
terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasi
endometrium karena stimulasiestrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Penelitian lain menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan
bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yaitu endometrium atrofik, hiperplastik,
proliferatif dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar.
Pembagian endometrium menjadi endomettrium sekresi dan non sekresi penting artinya,
karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan ovulatoar dari yang anovulatoar.
Klasifikasi ini memiliki nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini memiliki
dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan
disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular,
hematologi dan vasomotorik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang
perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.
5. Komplikasi
a. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
b. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama
c. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketidakseimbangan hormonal
merupakan faktor penyebab kanker endometrium .(Rahman,2008)
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,
Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika
ada tampilan yang mengarah kesana.
b. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur
atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus
menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia
mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase
ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal
berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih
sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas
endometrium.
c. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapeutik.
7. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
Ginekologi reproduksi.
Pastikan tidak adanya kehamilan dengan memeriksa haid terakhir, menars, pola haid ada
tidaknya dimenore, molimina, penggunaan tampon, benda asing, aktivitas seksual, pemakaian
kontrasepsi (tipe, efek, lamanya), riwayat SOP dan kelainan perdarahan pada keluarga.
Jika seorang wanita berdiri tanpa menggunakan tampon perlu dilihat apakah ada
perdarahan yang mengalir pada kedua kakinya. Jika ada maka perdarahan dikatakan banyak.
Singkirkan penyebab lain dari perdarahan, seperti stress, kelainan pola makan, olahraga,
kompetisi atletik, penyakit kronis, pengobatan dan penyalahgunaan obat.
Tentukan karakteristik episode perdarahan terakhir
d. Pemeriksaan fisik
Kepala: Normocephal, tidak terdapat jejas, distribusi rambut merata.
Mata:Ortoforia, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
, refleks pupil +/+
Telinga:Aurikula normal, serumen -/-, hiperemis -/-
Hidung:Normal, sekret -/- , tidak ada deviasi septum
M u l u t d a n g i g i : M u k o s a b i b i r b a s a h ,
sianosis (-), lidah kotor -/-.
Pemeriksaan leher :Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Pemeriksaan Toraks : Paru : dada simetris,vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen : datar, bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba.
Pemeriksaan ekstermitas : edema (-/-), sianosis -/-,capillary refill time< 2 detik
8. Pemeriksaan laboratorium
Kriteri Hasil :
Intervensi
Kriteria Hasil :
Intervensi
Tujuan :Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan
cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Intervensi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1. Kaji tinggi fundus dan sifat Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya Monitor vital
sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis
2. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap Lakukan
perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan
perawat
R:Mengetahui data tambahan,dan proteksi diri untuk pasien agar tidak terinfeksi
3. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan
Medika, NANDA.
Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2007. Manajemen Edisi 8. Jakarta: Indeks
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “P”
PENGKAJIAN
Ruangan : Sungkai
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan
2. Riwayat Perjalanan Penyakit : Klien masuk RS melalui VK IGD dengan keluhan keluar
darah dari kemaluan sejak 3 minggu yang lalu.
Banyakanya 2 kali ganti kain.
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu :tidak ada
5. Genogram
Keterangan :
: Laki – Laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah
Kebiasaan sehari-hari
1. Pola Nutrsi
2. Pola Eliminasi
b. Pemeriksaan Fisik
Pengobatan:
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
Analisa Data
ansietas
Prioritas masalah
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO TANGGAL TUJUAN/KRITERIA
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1 Defisit volume cairan Tupan : 1. Kaji status hidrasi, turgor kulit 1. Untuk mengkaji hidrasi
tubuh berhubungan dengan Kebutuhan cairan d dan membrane mukosa 2. Untuk mengetahui kondisi
perdarahan uterus terpenuhi 2. Monitor tanda-tanda vital klien/perkembangan klien
3. Untuk mengganti cairan tubuh
Tupen : 3. Berikan klien banyak minum 4. Untuk mengetahui perubahan
Dalam jangka waktu ± 8 gelas/hari kondisi klien
2x24 jam klien (2500 hari) 5. Untuk menambah cairan tubuh
menunjukkan tanda-tanda 4. Kaji satus perdarahan yang hilang dan mengobati
pemenuhan cairan dan 5. Klaborasi dengan tim medis pathogen khusus yang
elektrolit yang adekuat dalam pemberian terapi menyebabkan kehilangan cairan
yang di tandai dengan :
- Membrane
mukosa lembab
- Turgor kulit
elastis
- Kulit tampak
elastis
- BAB normal
- Konjungtiva
merah muda
- Tidak terjadinya
perdarahan
TTV kembali normal :
2. Gangguan rasa nyaman Tujuan :Nyeri 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri dan
nyeri berhubungan dengan berkurang/terkontrol 2. Monitor TTV. penangan yang tepat
infeksi pada organ 3. Berikan lingkungan yang tenang 2. Mengawasi keadaan umum
reproduksi Kriteria Hasil : dan kurangi rangsangan penuh klien
stress. 3. Mengurangi nyeri
Klien mampu mencapai 4. Berikan tindakan kenyamanan 4. Merileksasi rasa nyaman
level nyaman 5. Dorong menggunakan tekhnik 5. Mengontrol nyeri
manajemen nyeri ,contoh : 6. Teknik relaksasi napas dalam
Klien mampu latihan relaksasi/napas dapat menurunkan intensitas
mengontrol nyeri dalam,bimbingan nyeri
Klien mampu imajinasi,visualisasi)
menyebutkan efek
mengganggu dari 6. Berikan teknik relaksasi nafas
nyeri dalam
Klien mampu
mengurangi level
nyeri
3. Cemas/ansietas Tujuan :Klien dapat 1. Kaji respon psikologis klien 1. Persepsi klien mempengaruhi
berhubungan dengan mengungkapkan secara terhadap perdarahan paska intensitas cemasnya
perubahan keadaan atau verbal rasa cemasnya dan persalinan 2. Perubahan tanda vital
ancaman kematian mengatakan perasaan 2. Kaji respon fisiologis klien ( menimbulkan perubahan pada
cemas berkurang atau takikardia, takipnea, gemetar ) respon fisiologis
hilang 3. Perlakukan pasien secara kalem, 3. Memberikan dukungan emosi
empati, serta sikap mendukung 4. Informasi yang akurat dapat
4. Berikan informasi tentang mengurangi cemas dan takut
Kriteria hasil : perawatan dan pengobatan yang tidak diketahui
5. Bantu klien mengidentifikasi 5. Ungkapan perasaan dapat
Klien lebih rileks rasa cemasnya mengurangi cemas
Rasa cemas klien 6. Kaji mekanisme koping yang 6. Cemas yang berkepanjangan
berkurang digunakan klien dapat dicegah dengan
7. Ajarkan teknik nafas dalam mekanisme koping yang tepat
7. Pemberian teknik nafas dalam
pada pasien akan terjadi
penurunan dalam ketegangan
untuk mencapai keadaan rileks,
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN